The Undetecable Strongest Job: Rule Breaker Bab 228


Bab 228 - Roh Bertindak Aneh


Pada saat Mikhail kembali dari stasiun dan bertemu dengan Claude, semuanya sudah berakhir. Si Profesor terkejut dengan seberapa cepat masalah itu diselesaikan.

"Yah, Hikaru ada di sini, jadi kurasa itu dapat dimengerti!"

Mikhail tertawa terbahak-bahak. Dia juga hendak pergi ke Scholarzard. Tapi bagaimanapun juga, Hikaru tidak bisa memahami mengapa dia yang berada di sini sudah menjadi penjelasan yang cukup bagi Profesor untuk bisa mengerti situasinya.

Ini masihlah hari yang sama ketika Hikaru dan yang lainnya tiba di Scholarzard, Claude, dan Luka akan tinggal di akademi. Persiapan untuk potensi serangan dari Ludancia akan dilakukan besok.

"Asrama akan menjadi tempat yang baik untuk ditinggali, tapi ini adalah bangunan kecil berlantai dua, jadi tidak terlalu cocok untuk pertahanan."

Mereka berkumpul di ruang kelas. Berdiri di podium adalah Mikhail, sementara Hikaru (bersama dengan Drake), Lavia, Paula, Claude, Luka, dan Ivan duduk mendengarkan. League tidak beserta dengan mereka, karena dia harus mendiskusikan rencana selanjutnya dengan pelayannya.

"Jadi, apa kita akan tinggal di penginapan biasa?" tanya Ivan.

"Apa kau serius? Kita akan menjadi lebih tidak berdaya kalau begitu. Akademi bisa melindungi Luka. Seluruh akademi dilapisi dengan penghalang dan orang-orang hanya bisa masuk melalui gerbang depan, belakang, dan barat."

"Kalau begitu, maka asrama lebih baik..."

"Terlalu banyak mengandalkan penghalang malah mungkin akan menjadi kejatuhan kita. Kita harus membuat sejumlah rencana."

Sebagai seorang personel militer, Mikhail mahir dalam menyusun strategi. Hikaru juga mendengarkan dengan seksama.

"Tapi kita tetap bisa menggunakan asrama dengan cara lain. Lagian musuh akan lebih dulu menyerang dari sana."

"Umpan, ya?" Kata Hikaru.

Mikhail mengangguk. "Kita akan menyiapkan item sihir yang dapat mengekang di sana. Mengurangi jumlah mereka akan menjadi keuntungan untuk kita."

"Profesor. Aku tidak keberatan tentang itu. Tapi di mana Luka harus tinggal?" tanya Claude.

"Hmm. Biar aku menanyakannya padamu. Di mana kau akan membuatnya tinggal?"

"Uhm, coba lihat. Tempat di mana dia bisa tidur... kurasa tempat tidur di gedung admin?"

"Musuh juga akan berpikir seperti itu. Karena bagaimanapun, tidak banyak tempat yang bisa ditinggali oleh seseorang di sini. Ini semua tentang mengecoh musuhmu. Pikirkanlah tempat di mana musuh bahkan tidak akan menganggap seseorang akan tinggal di sana."

"Apakah tempat seperti itu ada?"

"Pasti ada. Hikaru, ada pemikiran?"

"Aku tidak benar-benar ingin mengatakannya."

"Oh? Jika kau memiliki sesuatu di dalam pikiranmu, maka bagikan itu dengan kami."

Hikaru menghela nafas. "Gedung pembelajaran C."

"Bingo." Kata Mikhail sambil tersenyum.

---

Gedung C adalah tempat Profesor Mille Crepes van Quad mengajar kelas Pedang Pendek-nya. Untuk lebih spesifik, meski dikatakan bahwa Gedung pembelajaran C menjadi tempat berlangsungnya kelas Pedang Pnedek, tapi pelajaran yang sebenarnya terjadi di lapangan kosong di depan geduung. Pasalnya, gedung itu adalag tempat Mille tidur jika dia mabuk.

Dalam upaya untuk mereformasi si profesor, Hikaru membantu merapikan tempat itu, tapi selimut dan sejenisnya masih tertinggal di dalam gedung, menjadikannya lokasi yang cukup baik bagi Luka untuk tinggal. Namun, mereka harus memikirkan tentang makanan dan mandi.

Selain itu, Mille pada dasarnya menjadikan tempat itu sebagai miliknya, jadi akademi bahkan mungkin tidak keberatan jika mereka mengubahnya menjadi benteng.

(Mikhail pasti tahu barang-barangnya), pikir Hikaru.

"Tapi kenapa harus aku yang melakukan ini?"

Hikaru berjalan dengan susah payah menuju gedung C. Mikhail memintanya untuk memeriksa apakah tempat itu aman karena dia sudah tidak asing dengan tempat itu; sebenarnya, tidak ada orang lain selain Hikaru yang tahu seperti apa kondisi di dalamnya. Dia bahkan tahu tempat itu lebih baik daripada Mille. Itu disayangkan.

Hikaru keluar dari gedung. Akan jauh lebih cepat untuk memotong melalui halaman depan, tapi meskipun tidak turun salju, angin dingin membuatnya kedinginan.

"Ugh... dingin sekali..."

Saat-saat seperti ini, dia bersyukur memiliki Drake bersamanya.

[Hikaru, ada yang aneh.]

Drake, yang selalu tertidur selain di waktunya makan, terbangun. Berkat itu, ada celah yang membuat hawa dingin merambat ke leher Hikaru.

"Kenapa kau bangun? Kau tahu kau harus tetap diam saat kita berada di luar ‘kan. Ini dingin sekali."

[Apa? Aku ini sudah berbaik hati mau ikut bersamamu walau cuacanya dingin, meskipun aku bahkan tidak bisa mendapatkan mana darimu.]

"Hah, aku tidak tahu kalau ada syal yang mengeluh dan melepaskan diri dari leher seseorang."

[Apa aku ini hanya sekedar syal bagimu?! Kau telah memperlakukanku dengan buruk akhir-akhir ini!]

"Tukan numpang yang hanya bisa makan dan tidur tidak punya hak untuk berbicara."

[Kejam sekali! Tunggu, kubilang ada yang aneh--]

Kegigihan Drake membuat Hikaru berpikir mungkin ada sesuatu yang tidak beres.

"Ada apa?"

Tapi jawaban si drakon bukanlah apa yang dia perkirakan.

[Rasanya seperti tidak ada banyak Roh di sekitar.]

"Roh? Maksudmu keberadaan yang dipanggil saat merapalkan sihir?"

[Ya.]

Hikaru tahu bahwa Roh adalah makhluk yang memenuhi dunia meski tidak terlihat dengan mata telanjang. Satu-satunya saat manusia bisa merasakan kehadiran mereka adalah ketika manusia menyebabkan fenomena supernatural melalui sihir Roh. Mana dan Roh juga merupakan hal-hal yang tidak pernah ada di Bumi.

[Apa para Roh bisa berfluktuasi jumlahnya?]

[Tentu saja. Jumlah mereka akan berkurang di saat semakin banyak manusia menggunakan sihir Roh.]

"Apa kau serius?! Apa yang terjadi jika jumlah mereka menjadi berkurang?!"

[Semuanya akan kembali normal setelah beberapa waktu.]

"O-Oh, begitu. Jangan menakut-nakutiku seperti itu dong. Tunggu, jika mereka dapat kembali normal, mengapa hanya sedikit dari mereka yang ada di sini?"

[Itu sebabnya aku mengatakan ada yang aneh.]

Menurut Drake, dia merasa jumlah Roh lebih rendah dari biasanya sejak mereka memasuki Forestia. Sementara jumlah Roh yang sedikit tidak benar-benar menimbulkan masalah, tapi jika jumlahnya turun sangat rendah, orang-orang tidak akan bisa menggunakan sihir Roh untuk sementara waktu.

"Apa kau tahu penyebabnya?"

Hikaru memiliki firasat buruk, itu perlahan menyebar di benaknya seperti setetes tinta yang tersebar di secangkir air.

[Mungkin seseorang menggunakan terlalu banyak sihir Roh?]

"Itu tidak mungkin. Lagian penggunaan sihir Roh bukanlah alasan mengapa Forestia dikenal di masyarakat luas."

[Hmm... Mungkin saja seseorang atau sesuatu menyerap Roh?]

"Menyerap?"

[Kau dapat mengubahnya menjadi mana dengan cara itu.]

"Oh, seperti batu sihir Roh."

Batu sihir Roh yang digunakan oleh ilmu sihir dibentuk oleh para Roh yang menempel pada mineral. Ini membuat mereka tampak seperti memiliki substansi meski mereka pada dasarnya tidak memilikinya.

Ilmu sihir pada dasarnya menggunakan para Roh ini seperti mana. Contohnya adalah cincin yang memancarkan bola api dengan menggunakan batu sihir Roh.

"Oke, jadi orang tidak bisa menggunakan sihir Roh ketika tidak ada cukup Roh di sekitar. Tapi selain itu, apakah ada masalah serius?"

[Entahlah. Tapi aku hanya merasa tidak nyaman.]

"Jadi begitu."

[Hah? Kupikir kau akan memarahiku karena mendasarkan semua ini pada firasat.]

"Menurutmu orang seperti apa aku ini? Firasat itu penting."

(Ya, mereka penting. Terutama [Naluri]. [Naluri]-ku juga memberitahuku bahwa itu aneh.)

"Ayo pergi menemui Profesor Katy. Mungkin dia tahu sesuatu."

Hikaru bergegas pergi ke gedung C dan memeriksa ke dalamnya. Kecuali beberapa debu, itu terlihat persis seperti sebelumnya, jadi dia langsung pergi ke laboratorium Katy. [Deteksi Mana]-nya menunjukkan kalau si profesor sendirian seperti biasa.

"Permisi-"

Saat dia membuka pintu, dia melihat seorang wanita dengan tato api di wajahnya menampilkan senyum menyeramkan sambil menggosok-gosok pipinya di atas batu sihir besar. Menumpuk di atas meja adalah batu-batu sihir yang diberikan Hikaru kepada Katy.

Hikaru menutup pintu, berpura-pura tidak melihat apapun. [Catatan Penerjemah: Entah kenapa yang gua ngebayangin justru scene-nya Rudeus bertemu kembali dengan Zanoba setelah Rudeus kembali dari menyelamatkan ibunya (Mushoku Tensei).]

[Woaaa, apa itu, Hikaru?! Orang itu pembawa keburukan!]

"Jangan mengucapkan sepatah kata pun."

[Mungkin wanita itu-lah yang menyerap semua Roh?!]

"Ssh. Itu sebenarnya mungkin saja, tapi jangan sebutkan untuk saat ini."

Hikaru mengetuk lebih dulu sebelum membuka pintu lagi.

"Oh, halo, Hikaru. Ada keperluan apa kau disini?"

Meja telah dirapikan dan Katy berdiri di sana dengan tangan terlipat. Wajahnya memerah dan matanya berkaca-kaca, tapi Hikaru memutuskan untuk mengabaikan itu. Dia merasa lega karena Katy memiliki rasa malu seperti kebanyakan orang. (Kurasa memang penting untuk mengetuk terlebih dahulu.)



Post a Comment

Previous Post Next Post