Okeaeri Saotome-san Bab 3


Bab 3 - Bilang 'Selamat Datang Kembali' Kepada Saotome-san


Pagi selanjutnya.

“Ah benar! Sial."

Aku ketiduran.

Ponsel yang lupa aku cas kemarin sudah berdering untuk beberapa saat, dan ketika aku melihatnya, baterainya sudah terkuras hingga 8%. Waktu menunjukkan pukul 10:24, dan omong-omong, jam kerjaku dimulai pada pukul 9:00. Jadi, aku sangat terlambat.

Dalam riwayat panggilan tak terjawabku, aku melihat nama Hayakawa yang merupakan manajer bagian. Dia adalah pria yang tidak ingat nama belakangku.

Mungkin dia berpikir kalau pekerjaannya adalah untuk marah, jadi dari awal sampai akhir hari dia terus marah-marah pada setiap hal-hal kecil, belum lagi dia tipe orang yang memaksakan pekerjaannya kepada orang lain dan akan menjadi marah ketika mereka tidak bisa melakukannya. Selain itu, karena penampilannya seperti telur, semua orang di departemen memanggilnya "telur botak".

Aku mengetuk layar di mana nama "telur botak" tertulis dan mendekatkannya ke telingaku dengan volume yang rendah.

Setelah sepuluh panggilan--oh ngomong-ngomong, dia biasanya menyebut bawahannya sampah masyarakat ketika mereka tidak menjawab panggilannya secepatnya--nada elektronik terdengar, menunjukkan dimulainya panggilan

“Maaf, manajer. Aku akan segera ke kantor sekarang, jadi beri aku 1 jam, tidak, aku akan naik taksi dan sampai ke sana dalam 30 menit.”

“Ahh, jadi kau Matsumoto-kun. Kau tidak perlu datang lagi hari ini.”

Aku hampir kehilangan ketenanganku setelah dipotong dengan kata-kata seperti itu.

‘Kau tidak perlu datang lagi.’

Di Jepang, hanya ada satu hal yang bisa kau pahami setelah diberi tahu kata-kata seperti itu.

“Atau lebih tepatnya jangan pernah kembali. Aku punya keluarga untuk diberi makan, jadi jangan pernah, menginjakkan kakimu di tempat kami.”

......Hm?

Ada yang salah. Sepertinya aku tidak dipecat, dan suara manajer bagian terdengar seperti dia di bawah tekanan. Itu terasa seperti seseorang yang naik kereta dan kemudian mulai merasa ingin kentut dan pengen berak.

“Apa maksudmu dengan itu manajer?”

“Biar aku yang jelaskan.”

Suara yang terdengar dari telepon berubah. Suara yang berlebihan, angkuh, dan liar ini terdengar tidak asing.

".....Presiden?"

“Umu.”

Setiap pagi mereka memutar rekaman tentang dia yang mengucapkan terima kasih atas pekerjaan kami, jadi aku bisa tahu kalau itu adalah dia dengan mudah. Pemimpin perusahaan kami, Presiden Kuchiki. Dia adalah tipe orang yang lebih menyukai kaset daripada CD.

“Mengapa presiden,”

“Aku hendak menyerahkannya pada Hayakawa-kun tapi... karena sakit perut dia harus tetap di kamar mandi.”

Jadi aku benar ya.

Aku ingin menyatakan itu padanya, tapi kondisi perut manajer bagian tidaklah penting sekarang.

“Jadi, apa yang terjadi padaku?”

“Seperti yang dikatakan Hayakawa-kun. Kau diinginkan oleh perusahaan lain, jadi mulai sekarang kau akan dipekerjakan di sana.”

Dipekerjakan di sana. Di mana kesepakatanku dalam hal ini?

“Aku tidak begitu mengerti apa yang kau maksud.”

“Jangan khawatir tentang itu, bahkan aku sendiri tidak tahu apa yang terjadi. Tapi satu hal yang pasti, sebagai kompensasi untukmu, kami mendapatkan penawaran terbaik sejak perusahaan kami didirikan. Jadi terima kasih untuk itu, Matsumoto-kun.”

Perdagangan manusia. Perdagangan budak. Pengorbanan manusia. Kata-kata seperti itu mulai berputar-putar di dalam pikiranku.

“Jadi, di mana tempat kerja baruku?”

“Untuk itu mereka akan menghubungimu. Dan karena ini, kau bukan pegawai di perusahaan kami lagi. Kami tidak ingin menimbulkan masalah, jadi jangan dekat-dekat atau berada di sekitar perusahaan kami. Baiklah, selamat tinggal Matsumoto-kun. Aku tidak akan melupakanmu.”

“Eh? Presiden? Presiden? Oi, apa yang kau katakan!“

Aku mencoba bertanya, tapi nada yang kembali adalah layar ponsel-ku yang memperingatkan bahwa aku hanya memiliki 5% baterai yang tersisa.

“Juga, seperti yang selalu kukatakan, namaku bukan Matsumoto tetapi Matsutomo....”

Kau tidak bisa tidak melupakan sesuatu yang belum kau ingat....  Kupikir hanya ada seseorang yang memanggil namaku dengan benar, dan itu adalah juniorku.

Entah bagaimana kekuatanku lenyap dari seluruh tubuhku, dan aku meluncur dari dinding.

“Hanya ada satu alasan mengapa ini terjadi.”

Aku teringat percakapan yang kulakukan dengan tetanggaku. Kupikir itu hanya aku yang salah dengar atau itu hanyalah mimpi.

Tetapi setelah melihat linggis yang tergeletak di lantai, aku menyadari bahwa itu memang nyata. Dan kemudian, tiba-tiba bel pintu berbunyi.

“Selamat pagi.”

“S-Selamat pagi.... Tunggu, jadi ini memang perbuatanmu, ‘kan, Saotome-san!”

“Bukankah aku sudah memberitahumu? Kau tidak perlu khawatir tentang apa pun.”

Berbeda sekali dengan kemarin, Saotome-san hari ini mengenakan setelan bisnis yang cocok untuknya. Kurasa ini adalah Saotome-san dalam mode kerja.

“Apa kau benar-benar berencana untuk mempekerjakanku?”

“Aku ‘kan memang biilang begitu kemarin. Tentu saja, kontrak kerja akan diatur sebagaimana mestinya. Perusahaanku akan mengurus semua dokumennya. Jadi mohon bersabarlah.“

Setelah diberitahu dengan wajah sombong oleh Saotome-san,

“Aku bahkan tidak bisa marah lagi.......”

“Jadi, bagaimana kalau kita mencobanya? Ah, mulai sekarang, panggil aku Mio. Namaku Saotome Mio.”

Aku diseret keluar dari rumahku menuju rumah Saotome-san. Setelah membuatku masuk ke dalam rumahnya, dia mengunci pintu, menuruni lift dan keluar dari gedung, lalu masuk lagi, naik lift, berjalan ke depan pintu, dan menekan bel pintu. Aku agak tahu dia melakukan itu ketika aku mendengar dia pergi dan tidak kembali untuk waktu yang lama.

“Aku pulang, Matsumoto-San!”

“......Selamat datang kembali, Mio-san.”

Denga ini, aku berganti pekerjaan baru hanya dalam tujuh jam dari pekerjaanku sebelumnya....

Tujuan pekerjaan baru: Saotome Mio-san.

Deskripsi pekerjaan: Ucapkan "selamat datang kembali" kepada Mio-san saat dia pulang..

Biaya kontrak bulanan adalah 300.000 yen. Juga, tempat kerjaku adalah rumah di sebelah rumahku.

Aku tidak memiliki keluhan tentang pekerjaan itu, dan ini adalah pekerjaan langka yang disukai semua orang. Tapi ada satu hal yang harus aku keluhkan.

“Namaku Matsutomo!”

Ini adalah kisahku dengan tetangga onee-san, Mio-san.



2 Comments

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. Matsumoto apa yang beda? Cara penyebutannya di Jepang ya? Ga paham aing, ga peduli sih yang sekrang di pedulikan kenapa di drop?

    ReplyDelete
Previous Post Next Post