Seiken Gakuin no Maken Tsukai Volume 1 - Bab 1

Bab 1
Terbangunnya Raja Undead


“—Kami saat ini berada di lapisan ketujuh. Tidak ada reaksi Void yang terdeteksi.”

“—lan. —jutkan... penyelidikan.”

Sebuah balasan yang bercampur dengan gangguan berderak kembali pada gadis itu dari perangkat tipe anting-antingnya. Kandidat Pengguna Pedang Suci dari Akademi Excalibur sering kali menggali jauh ke dalam reruntuhan bawah tanah, di mana terminal komunikasi militer biasanya tidak efektif.

“Lady Selia, bukankah ini sudah saatnya kita mundur?”

“Laporan mengatakan mereka telah membangun sarang jauh di bawah reruntuhan. Kita harus mencari lebih jauh.”

Gadis itu melangkah maju dengan elegan. Rambut peraknya yang panjang berkibar di belakangnya. Mata biru es wanita muda itu memiliki tekad yang kuat dan menatap lurus ke depan dengan ekspresi yang bermartabat.

Cahaya dari perangkat sihir yang berbentuk tongkat membuatnya terlihat bahkan dalam kegelapan. Dia berumur lima belas tahun, gadis itu memiliki rambut metalik indah memantulkan sinar cahaya. Kulitnya yang putih cerah dan halus bak peri salju, bibirnya yang berwarna merah muda cerah menambah kecantikannya.

Penampilannya membawa keanggunan, sehingga jika dia berjalan melewati kota, siapa pun akan menoleh untuk melihatnya. Seseorang bisa merasakan bahwa darah bangsawan mengalir melalui pembuluh darahnya.

Riselia Ray Crystalia.

Faktanya, dia adalah keturunan dari para bangsawan yang mengawasi Assault Garden, dan orang biasanya tidak akan menemukan sesorang dari status sosialnya melangkah melewati tempat berbahaya seperti itu.

“Ya, ya. Kau tekun seperti biasanya, Lady Selia.”

Tanggapan yang dilontarkan dengan senyum masam seraya mengangkat bahu adalah dari seorang gadis mungil berambut pirang yang diikat menjadi kuncir. Regina Mercedes, seorang yang merupakan pelayan pribadi Riselia. Mata yaspisnya hidup dan waspada, anggota tubuhnya yang lentur dan terlatih memberinya kecantikan tertentu yang mengingatkan akan binatang buas.

Keduanya mengenakan seragam biru tua yang sama. Itu merupakan seragam resmi yang dipakai oleh Pengguna Pedang Suci dari Akademi Excalibur Assault Garden Ketujuh. Tugas mereka adalah menyelidiki reruntuhan kuno yang tiba-tiba muncul di gurun.

Beberapa hari yang lalu, gempa bumi yang hebat melanda daerah tersebut dan memunculkan reruntuhan. Situs kuno tempat mana berkumpul dengan mudah sering kali menjadi sarang Void, sehingga mereka beruda dikirim untuk menyelidiki situs itu.

Misi pengintaian seperti ini berbahaya. Dan sementara Unit Canary sering menjadi cahaya mereka, hanya enam sebelumnya, tim yang seperti itu menemukan sekelompok Void dan musnah.

Void.

Mereka adalah penjajah dari dunia lain. Mereka muncul 64 yang lalu dan memulai serangan terhadap peradaban manusia serta telah memusnahkan tiga perempat dari umat manusia. Segala sesuatu tentang mereka adalah misteri. Dari mana mereka berasal? Apa tujuan mereka? Bahkan biologi mereka tidaklah jelas. Apakah mereka senjata atau makhluk hidup? Tidak ada yang tahu. Satu-satunya hal yang pasti adalah mereka mengambil bentuk yang menyerupai makhluk mitologi.

“Ini adalah tugas penting. Jika kita meninggalkan sarang itu tidak diselidiki, itu sama saja dengan membiarkan mereka menyerang kota...”

Riselia menggigit bibir dan mempercepat langkahnya. Dia merasa khawatir tentang situasinya. Jika ada, dia lebih mudah ketakutan daripada kebanyakan orang. Itu sebabnya dia selalu bersembunyi di balik punggung kakak perempuannya ketika dia masih kecil.

Udara di reruntuhan bawah tanah terasa suam-suam dan berbau jamur. Itu sudah seperti kuburan.

...Ini bisa saja adalah makam, setauku sih, pikir Riselia.

Situs ini mungkin merupakan situs yang berumur berabad-abad. Melihat sekeliling, patung monster fiksi ditempatkan di sana-sini. Mungkin ini adalah kuburan bagi beberapa raja...

...Mungkin itu merupakan raja yang sangat ketat, pikir Riselia.

Keduanya berjalan melalui koridor yang senyap sembari waspada terhadap potensi kehadiran Void. Lalu...

“...Ah, jalan buntu?” Regina mengerutkan kening, menghentikan langkahnya.

“Ini... terlihat seperti pintu...,” kata Riselia sambil menatap dinding besar di depannya.

Dia mencoba mendorongnya dengan kedua tangan, tapi tidak berhasil.

“Haruskah aku menerobosnya?” Regina mengusulkan untuk melaukan sesuatu yang sangat berbahaya.

“Tunggu, ada sesuatu yang tertulis di atasnya.” Riselia menghentikannya.

Dia mengangkat tongkatnya, menggunakan itu untuk menerangi pintu. Tanda seperti huruf terukir di atasnya. Meski mengenal reruntuhan kuno, Riselia belum pernah melihat tulisan seperti ini.

“Apa kau bisa membaca itu?”

“Hmm, kupikir itu adalah huruf Elf kuno... atau mungkin itu adalah huruf roh...?”

Riselia mengeluarkan alat analisis kecil dan mulai mengetik dengan cepat.

“Ada apa?”

“—Pintu ini, masih aktif.”

“Aktif?”

“Sistemnya masih beroperasi. Ini seperti peralatan sihir kuno...”

“Kalu begitu aku akan berjaga-jaga.” Regina mengangkat bahu sambil mendesah.

Dia cukup mengenal kepribadian Riselia.

“Ya, tolong lakukan itu.”

Regina melambai dan kembali ke koridor. Dia tidak menyukai kebosanan. Mengambil tindakan sendiri selama investigasi reruntuhan itu sembrono, tapi tidak seperti Riselia, dia memiliki kekuatan Pedang Suci Pembunuh Void. Jadi dia akan baik-baik saja.

Riselia mengoperasikan perangkat analisisnya dan mulai menguraikan huruf-huruf kuno itu. Struktur teks serupa harusnya ada di dalam database. Riselia penasaran, apa yang ada di balik penghalang ini. Dia mendapati dirinya secara mengejutkan tertarik pada itu. Tapi saat jari-jarinya menyentuh tulisan itu...

Percikan cahaya keluar dari energi sihir yang bersinar.

“Hah...?”

Brrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr...

Pintu batu yang berat terbuka perlahan di hadapannya.

“...Terbuka?!” Mata Riselia membelalak saat dia menerangi bagian dalam dengan cahayanya.

Apa itu...?

Tertanam di atas batu adalah kristal hitam besar, itu memiliki cahaya menakutkan yang belum pernah Riselia lihat sebelumnya. Perangkatnya mengeluarkan suara peringatan bernada tinggi.

Reaksi mana...?

Alat pendeteksi mana menampilkan kesalahan.

Itu adalah penghentian kalkulasi—pembekuan dalam program karena angka yang secara teoritis mustahil telah dimasukkan.

“Oh, ayolah—jangan rusak sekarang...,” gumam Riselia saat dia mendekati kristal itu.

Saat dia mendekat, dia melihat bahwa di dalam kristal itu ada sosok manusia, disegel dalam kegelapan.

“...T-tidak mungkin... Bagaimana bisa?!”

Dia menahan napas sejenak dan kemudian melihat ke dalam kristal lagi.

Di sana benar-benar ada seseorang yang terjebak.

Aku harus menyelamatkannya...!

Riselia mengeluarkan pistol dari sarung pistolnya.

---

Bang, bang, ba-bang!

...Suara berisik apa itu...?

Suara yang tidak menyenangkan bergema di luar peti...

Raja Undead—Leonis Death Magnus—terbangun dari tidurnya. Dia berada di Makam Agung yang terletak di bawah ibu kota undead legendaris, Necrozoa. Waktu yand dibekukan mulai bergerak, dan jiwa Raja Undead, yang disegel di dalam peti pun, terbangun.

Apakah sudah seribu tahun...?

Bang, bang, bang!

Saat dia melihat ke dalam kegelapan, pikiran mulai beredar di benaknya. Dia benar-benar tidak sadarkan diri saat disegel di dalam peti. Baginya, waktu belum berlalu sejak hari dimana pasukan undead dikalahkan oleh para pahlawan umat manusia dan ibukotanya, Necrozoa, yang merupakan benteng terakhir pasukannya, dijatuhkan.

Bang, bang, bang!

Sepertinya ritual reinkarnasi berhasil...

Leonis mencoba menggerakkan jarinya dalam kegelapan. Dia masih agak mati rasa, tapi dia bisa dengan pasti merasakan anggota tubuhnya. Bahkan Raja Undead tidak dapat mempertahankan tubuhnya selama seribu tahun tanpa adanya pasokan mana. Jadi dia telah menggunakan seni rahasia undead untuk menangguhkan jiwanya dan menggunakan peti ini untuk bereinkarnasi dalam wujudnya—

Bang, bang, bang, bang!

...Grrrrrrrrr, diam!

Raja Undead Leonis praktis meneriakkan pikiran itu, kesal karena terus menerus diinterupsi saat dia mulai berpikir.

Suara berisiik apaan sih itu?

Rupanya, seseorang sedang menyerang petinya.

Bajingan macam apa yang berani mengganggu tidur Raja Undead?

Makam Agung disegel di bawah tanah dengan penghalang yang kuat, jadi sulit membayangkan itu bisa ditemukan dengan mudah. Namun, itu sudah seribu tahun, dan tidak ada yang tahu bencana atau tragedi seperti apa yang dapat melanda pada waktu yang telah berlalu itu.

Tapi ruang bawah tanah benar-benar tertutup oleh dinding anti-sihir...

Leonis berkonsentrasi pada kebisingan di luar peti. Si brengsek mana pun yang mencoba menghancurkan peti itu sepertinya mengatakan sesuatu.

Sepertinya itu bahasa manusia. Hmm...

Setelah seribu tahun, sintaks bahasa pasti akan berubah. Mengulurkan jari-jarinya ke dalam kegelapan, dia merapalkan mantra analisis bahasa, dan sebuah cahaya menyala di hadapannya. Bahkan setelah reinkarnasi, tubuh ini mampu menggunakan sihir tanpa masalah.

“Tidak mungkin itu adalah batu biasa jika itu bisa membelokkan peluru dengan mudah. Sepertinya aku akan mencoba tipe anti-material selanjutnya,..”

Leonis tidak begitu mengerti semua yang orang itu katakan, tapi sepertinya dia berencana menghancurkan peti itu.

...Tampaknya itu adalah bandit makam yang bodoh, Leonis menyimpulkan.

Tak perlu dikatakan lagi bahwa peti-nya tahan terhadap kebanyakan bentuk sihir konvensional. Terlepas dari itu, Leonis harus menghukum bajingan ini.

—Saksikanlah wujud dari Raja Undead yang bangkit kembali. Matilah dengan gambaran yang membara di matamu!

Leonis mengulurkan tangannya, dan...

Crrrrrrrrrrrrrack!

Peti kristal gelap itu pecah dengan suara yang memekkakan telinga dan melepaskan gelombang kejut hebat yang memukul mundur sosok yang berdiri di dekat peti Leonis.

“.........”

Bangkit kembali setelah tertirdur selama satu milenium, Raja Undead melihat sekeliling makan. Suasana Makam Agung bawah tanah tidak berubah sedikit pun. Udara benar-benar tenang, kental dengan kehadiran kematian.

“...Aah...Nnng...!”

Tatapan Leonis tertuju pada orang di hadapannya, yang berjongkok dan mengerang kesakitan. Tenu saja, gelombang kejut tadi bukanlah hukuman yang dimaksudkan untuk diberikan kepada bandit kuburan yang kurang ajar ini. Leonis akan membalasnya mulai sekarang, dia berencana untuk memberinya rasa teror untuk menyambut Raja Undead yang baru dibangkitkan, dan—

“...?!”

Saat dia melangkah maju, mata Leonis membelalak.

Ada sumber cahaya tergeletak di tanah, yang menerangi wujud sosok... seorang gadis. Dia tampak berusia empat belas atau lima belas tahun. Rambutnya berkilau perak dengan matanya yang berwarna biru es. Kulitnya seperti warna salju murni. Secara keseluruhan, kecantikannya setara dengan high elf.

Tidak...apakah high elf pernah memiliki gadis secantik itu? Kecantikan dirinya seperti seni pahat patung dewi. Melihatnya dengan ekspresi bingung di wajahnya, Leonis berdiri membeku dengan napasnya yang tertahan.

Dia perlu menghukum bandit kurang ajar ini... Tapi pikiran itu menguap segera seperti kabut. Gadis itu mengenakan pakaian yang belum pernah Leonis lihat sebelumnya. Itu seperti seragam prajurit kavaleri ringan, kecuali sifat dasarnya yang berwarna biru tua, dan ada rok yang terpasang. Bisa dikatakan, dia jelas tidak terlihat seperti bandit jenis apa pun.

“A-apa...?” gadist itu meninggikan suaranya saat dia menatap Leonis.

Kendati merasa takut, suaranya penuh dengan keterkejutan.

...Baiklah. Aku harus menjatuhkan hukuman...

Leonis berdehem, tapi...

“...Apa...Apa yang dilakukan seorang anak di sini?” tanya gadis itu.

“...Maaf ulangi?” Leonis membalas dengan memberikan pertanyaannya sendiri.

Apa yang dia maksud dengan “anak”...?

Mengerutkan alisnya, Raja Undead memandangi anggota tubuhnya.

“...Apa?!” Matanya membelalak kaget.

T-tidak mungkin...!

Tangan kecil dan tidak bisa diandalkan. Kulit lembut tanpa noda. Fisik di balik jubah hitamnya seperti anak kecil... Tidak, itu tidak seperti anak kecil. Raja Undead, Leonis Death Magnus, mendapati dirinya menghuni bentuk seorang anak lelaki berusia sepuluh tahun.

...Mungkinkah ritual reinkarnasi itu gagal?!

Mantra reinkarnasi adalah mantra tingkat dua belas dari kaliber tertinggi dan memiliki beberapa variasi untuk itu.

Seseorang melibatkan kelahiran kembali dengan mentransfer jiwa seseorang ke wadah lain. Yang lain melibatkan pembuatan wadah baru dengan sihir dan memperbaiki jiwa seseorang di dalam itu. Namun masih ada cara lainnya, yaitu mengembalikan tubuh seseorang ke kondisi masa lalu dan menyusunnya kembali. Itulah metode yang dipilih oleh Leonis.

Dia telah memilih untuk mengembalikan tubuhnya yang rusak ke kondisi prima, dan menggunakan itu sebagai wadah untuk jiwanya. Tidak berbeda dengan burung phoenix yang terlahir kembali dari dalam api.

Tapi kenapa aku terlihat seperti ini...?

Dia telah menyiapkan mantra untuk mengatur kembali tubuhnya menjadi wujud Raja Undead. Jadi mengapa itu kembali ke wujud tercela ini—wujud yang dia miliki saat dia masih dikenal sebagai Pahlawan Leonis? Jubah hitamnya terasa longgar. Dibandingkan dengan tubuh yang dia miliki saat menjadi Raja Undead, yang ini terasa jauh lebih tidak bisa diandalkan.

“Erm...”

Rupanya lega bahwa yang muncul di hadapannya adalah seorang anak laki-laki, gadis berambut perak itu menyesuaikan ujung roknya dan perlahan bangkit berdiri. Dia berlutut di depan Leonis dan melihat tajam ke wajahnya sebelum melihat lagi ke bagian yang hancur dari peti kristal gelap.

“Kenapa kau ada di dalam benda itu?”

“...Y-yah, itu...”

Dengan mata biru es yang menatap lurus ke arahnya, jantung Leonis berdebar kencang.

...Ugh, inilah mengapa aku membenci tubuh manusia...

“Apa Void menculikmu?” tanya gadis itu.

“...Void?” Leonis mengerutkan kening. Itu adalah kata yang asing baginya.

“...Begitu ya. Ingatanmu pasti kacau karena syok...”

Dan terinspirasi oleh dorongan tak dikenal apa pun yang mungkin melanda dirinya, gadis itu tiba-tiba memeluk tubuh Leonis dengan erat.

“...!”

“...Semuanya akan baik-baik saja.”

“A-apa, apa yang kau...?!”

“Kakak akan membuatmu tetap aman.”

“H-hentikan... Mmm, nnng, mmmf!”

Slurp.

Wajah Raja Undead sedang menempel pada sepasang buah yang lembut dan kenyal—dada montok seorang wanita muda. Ujung rambut keperakan gadis itu menggelitik pipinya, dan jari-jari mungil gadis itu dengan lembut menyisir rambutnya.

...!

Ini adalah cara yang tidak sopan untuk memperlakukan Raja Undead yang telah memerintah ibu kota Necrozoa. Tapi untuk beberapa alasan, Leonis tidak bisa (atau lebih tepatnya tidak mau) menolak pelukan yang dilakukan padanya. Jantungnya berdegup kencang karena perasaan terlupakan yang pernah dia rasakan sebagai manusia. Sensasi pelukan gadis itu terlalu menyenangkan.

...Hah...?

Rasa pusing tiba-tiba menghampiri Leonis. Terbenam di pelukan lembut, kepala yang terbaring di atas dada wanita yang seperti bantal, kesadaran Raja Undead Leonis tenggelam ke dalam kegelapan...

---

...Hmm, begitu ya. Ini telah diremaskan anggur kering ke dalamnya.

Duduk di atas altar batu Makam Agung, Leonis mengisi wajahnya dengan biskuit keras yang diberikan gadis berambut perak itu padanya.

Biskuit itu mengingatkan pada bahan makanan portabel yang akan dibawa oleh para elf, hanya itu lebih kering dari ini.

Dia sudah membuang indra perasa-nya seribu tahun yang lalu, tapi pengalaman makan tidak terlalu buruk.

“...Mmm, nng, aagh...”

Gumpalan biskuit tersangkut di tenggorokannya, membuat Leonis terbatuk dan memukuli dadanya.

Tubuh ini sungguh merupakan sesuatu yang tidak dapat diperbaiki. Tidak kusangka aku akan pingsan karena kelaparan..., pikir Leonis dengan kesal.

Ya, Leonis pingsan hanya karena kelaparan... Itu sebenarnya cukup berbahaya. Penguasa Kegelapan terkuat yang pingsan karena lapar adalah kesalahan yang tak terbayangkan.

Dia tidak pernah membayangkan bahwa dia akan bereinkarnasi ke dalam tubuh manusianya, jadi dia tidak menyiapkan makanan ataupun air. Dia benci mengakuinya, tapi...

Leonis mengangkat kepalanya, melihat gadis yang duduk tidak jauh darinya.

...Wanita ini mungkin baru saja menyelamatkan hidupku.

Biasanya, ini akan menjadi pencapaian yang cukup besar untuk menjamin pemberian penghargaan tertinggi yang bisa dia berikan, Bone Medal. Gadis itu menekan tangannya ke anting-antingnya dan sepertinya sedang berbicara dengan seseorang.

“Aku menemukan seorang anak pengungsi di reruntuhan. Meminta konfirmasi.”

“—Roger... Aku akan mereferensikan daftar pengungsi.”

Itu semacam sihir komunikasi jarak jauh. Mungkin anting-anting itu berfungsi sebagai semacam katalis sihir? Gadis itu sepertinya telah memperhatikan Leonis yang menatapnya dan memberinya senyuman lega.

“Syukurlah. Apa perutmu terasa lebih baik sekarang?”

“........”

Leonis mengangguk tanpa berkata-kata, yang membuat gadis itu terdorong untuk pindah di sampingnya.

“Namaku Riselia Crystalia. Aku Pengguna Pedang Suci dari akademi pelatihan Assault Garden Ketujuh, peleton 18... Oh, um, umurku lima belas tahun. Siapa namamu?”

Dia dengan baik menjaga pandangannya pada tingkat mata Leonis dan memperkenalkan dirinya. Leonis secara teknis memahami perkataanya, tapi sejujurnya, tidak ada yang gadis itu katakan yang tampak berarti baginya. Satu-satunya hal yang benar-benar dipahami Leonis adalah nama dan usianya.

Ketika itu datang ke negara-negara yang diperintah manusia di daerah tersebut, Kerajaan Lagard dan Magokrasi Sheniebel muncul di benaknya, tapi gadis itu tidak menyebutkan nama itu sejauh yang dia tahu. Dan juga, Riselia ini sepertinya mendapat kesan bahwa Leonis adalah seorang anak yang telah diculik oleh monster.

...Mengingat penampilanku, kurasa aku tidak bisa menyalahkannya karena itu, pikir Leonis dengan sikap mencela diri sendiri.

Dia tidak tahu apa yang menyebabkan kelahiran kembali-nya ada di tubuh ini... Tapi dia berpikir bahwa dia mungkin bisa memanfaatkan kesalahpahaman gadis itu.

...Untuk sekarang, aku perlu mendapatkan informasi tentang dunia ini darinya.

Leonis pun mengangkat kepalanya.

“Aku... Erm, aku Leonis. Leonis Magnus.”

Dia mencoba membuat suaranya sedikit lebih tinggi agar terlihat seperti anak kecil, tapi dia tetap menyebut namanya sebagai Penguasa Kegelapan. Dia telah mempertimbangkan untuk menggunakan nama samaran, tapi melakukan hal itu hanya dengan manusia akan melukai harga dirinya sebagai Penguasa Kegelapan.

Selain itu, ini adalah nama kebanggaan yang  orang itu berikannya padanya.

Bagaimana orang ini akan bereaksi...?

Jika nama Leonis Death Magnus, sang Raja Undead, tercatat dalam legenda dan diturunkan kepada keturunan, itu akan menimbulkan semacam reaksi dari gadis itu.

“Leonis?” Mata biru muda gadis itu membelalak.

Ooh, jadi dia tahu tentang—

“Nama yang lucu!”

“...B-benarkah?” Leonis berkata sambil meringis.

...Apanya yang lucu tentang itu? Itu adalah nama yang membuat teror di setiap sudut dunia loh!

Terbukti, reputasinya sebagai Penguasa Kegelapan tidak bertahan selama bertahun-tahun.

“Leonis... Leo, berapa umurmu?” tanya Riselia.
“Sepuluh tahun... atau lebih,” jawabnya, menahan keinginan untuk membentaknya karena menyingkat nama Penguasa Kegelapan.

“Atau lebih?”

“Ah, umurku sepuluh tahun.”

Dia tidak lagi ingat berapa umurnya sebelum menjadi Raja Undead. Tapi itu mungkin cukup dekat.

“Kau seorang pengungsi, kan? Apa kau ingat seperti apa Void yang membawamu?”

“Void?” Leonis menirukan kata itu.

“Kau tidak tahu apa itu Void?”

“Erm... tidak.”

“Baiklah... Kurasa itu terjadi di daerah perbatasan,” Riselia meletakkan tangan di dagunya dan mengangguk, seolah dia yakin. “Void adalah musuh umat manusia. Mereka datang ke sini dari dunia lain. Pengguna Pedang Suci—artinya, kami—melawan Void-Void itu.”

“...Dunia lain? Musuh?” Leonis agak bingung.

Seribu tahun yang lalu, yang disebut “musuh umat manusia” adalah para iblis dan Pasukan Penguasa Kegelapan. Di samping mereka adalah Dewi Pemberontakan, yang mengkhianati dewa-dewi lain dari Luminous Power dan menyatakan perang terhadap dunia.

Apa kekuatan baru muncul di dunia selama seribu tahun terakhir ini? Tapi...

Ramalan sang dewi tidak mengatakan apa-apa tentang ini.

“Kami datang untuk menyelidiki sarang Void yang terbentuk di reruntuhan ini. Mereka cenderung muncul di sekitar tempat-tempat seperti ini. Dan...”

Riselia berbalik untuk melihat pintu makam yang terbuka.

“Saat itulah aku menemukan pintu ini.”

Sekarang Leonis mengerti. Riselia hanya menemukan tempat ini secara kebetulan. Leonis tidak bisa dengan jujur ​​mengatakan dia menyukai gagasan Riselia membuka pintu yang disegel, tapi mungkin itu telah terbuka karena salah satu pelayan Raja Undead telah mengaturnya agar terbuka otomatis setelah seribu tahun.

Tidak, tunggu...

Leonis menyadari bahwa dia telah lalai untuk mengkonfirmasi sesuatu yang sangat penting.

“Erm... Riselia?”

“Kau bisa memanggilku Selia, Leo.”

“Kalau begitu, uhhh, Selia. Sekarang sudah tahun berapa dalam Kalender Suci?”

Dia bertanya menggunakan kalender yang digunakan oleh bangsa manusia. Jika sudah seribu tahun sejak Necrozoa, benteng terakhir Pasukan Penguasa Kegelapan, dijatuhkan, maka tahun itu seharusnya sekitar 1447. Namun...

“Kalender Suci?” Riselia memberikan ekspresi bingung dan mengerutkan keningnya. “Ini tahun 64 dari Kalender Manusia Terintegrasi...”

“Kalender Manusia Terintegrasi?” Kali ini giliran Leonis yang menjadi bingung akan perkataan Riselia.

Istilah asing lainnya.

...Sebenarnya apa yang sedang terjadi?

Saat itulah anting-anting Riselia menyala.

“—Lady Selia... hati-hati... terlibat dalam pertempuran... Void besar...”

“Hah? Apa, Regina?!”

Suara itu diisi dengan gangguan sebelum terputus.

“Ada apa?”

“...Aku tidak yakin. Tapi—” Riselia bangkit dengan ekspresi tajam. Dan saat berikutnya...

Booooooooooooooooooom!

Di bawah Necrozoa, Makam Agung bergetar hebat.

---

“A-apa?!”

Kerikil dan pecahan batu mulai runtuh dari langit-langit. Riselia secara refleks menutupi Leonis untuk melindunginya.

...!

Dada lembut dari balik seragam menempel di wajah Leonis.

“Apa kau baik-baik saja, Leo?”

“...Y-ya...” Leonis mengangguk, merasakan denyut nadinya semakin cepat.

Aroma keringat wanita muda hinggap di lubang hidungnya.

“Sepertinya ada Void yang muncul. Temanku sedang melawannya.” Riselia melepaskannya dan melihat sekeliling dengan hati-hati.

Bang, bang, bang!

Ledakan intermiten bisa terdengar dari kejauhan.

...Ugh, berani-beraninya mereka mengamuk di makan ini, makam yang merupakan tempat peristirahatan teman-temanku...?!

Sebagai Penguasa Kegelapan Necrozoa, dia tidak bisa mengabaikan sesuatu seperti itu. Leonis pun mencoba untuk berdiri—

“...Whoa!”

“Leo?!”

—namun malah tersandung oleh kain jubah panjangnya dan terjatuh ke depan.

S-Sialan...

Menggosok hidungnya yang sakit, kali ini dia bangkit perlahan. Dia belum terbiasa dengan tubuh anak-anaknya.

“Apa kau baik-baik saja? Kau tidak terluka, kan?”

“A-aku baik-baik saja.”

“Kau anak kecil yang tangguh, kan?” Riselia tersenyum lega dan menepuk kepala Leonis.

...Itu menggelitik. Tapi Leonis terkejut karena hal itu tidak mengganggunya.

Sungguh, apa yang sedang terjadi...?

“Jangan khawatir. Aku akan membuatmu tetap aman.” Riselia berdiri dan mengeluarkan gumpalan logam dari sabuk yang diikatkan di pinggulnya.

“Relik Buatan, Ray Hawk. Inisialisasi Terbatas... Aktifkan!” gadis itu bergumam sambil memegang benda itu dengan kedua tangannya.

Gumpalan itu membuat suara klik yang keras dan berubah bentu. Apa yang sekarang ada dalam genggaman gadis itu adalah objek silinder yang bersinar dengan pijar mana. Itu mungkin semacam senjata proyektil, meskipun tidak ada yang seperti itu pada zaman Leonis.

“Ke sini...” Riselia meraih tangan Leonis dan berlari.

Saat berikutnya...

Baaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaang!

“...?!”

Sebuah tinju besar menembus dinding reruntuhan.

“Void kelas ogre?!” Seru Riselia dengan ekspresinya yang menegang.

Apa dia baru saja mengatakan “ogre”?!

Ketegangan Leonis meningkat terhadap kata tidak asing pertama yang dia dengar hari ini. Ogre—mereka adalah ras iblis pemakan manusia yang merupakan bagian dari Pasukan Penguasa Kegelapan di bawah komando Raja Amarah, Dizolf. Leonis segera menemukan ekspektasinya pupus, bagaimanapun juga.

“Leo, mundur...!”

Apa yang melangkah melalui dinding yang runtuh adalah raksasa yang berdiri setinggi lima meter. Apa yang tampak seperti mineral merah bercahaya mencuat keluar dari tubuh abu-abunya. Tidak ada apa pun di kepalanya yang memberi kesan mata, dan ia hanya memiliki celah horizontal di wajahnya untuk dijadikan mulut yang menakutkan. Lengannya yang terkulai tertutupi oleh sisik, dan apa yang tampak seperti wajah mengerikan menggeliat di dadanya.

Bagaimana ini bisa disebut ogre...?

Ini sangat jauh dari ogre yang Leonis ketahui. Jika sosok itu mengingatkannya pada sesuatu, itu adalah makhluk hibrida menjijikkan yang pernah dikerjakan oleh Zemein, seorang perwira staf di Pasukan Penguasa Kegelapan. Leonis dan Zemein jarang bertemu secara langsung.

“Itukah Void?!”

Pada pertanyaannya, Selia memelototi monster itu dan mengangguk sebagai jawaban. “Benar. Musuh umat manusia yang mengambil wujud para dewa di masa lalu—”

Pop! Suara yang kering dan meledak terdengar. Riselia sepertinya telah menembakkan senjata proyektilnya, tapi sepertinya itu tidak berpengaruh. Sisik makhluk itu menangkis tembakan.

“... Ugh, senjata ini bahkan tidak bisa membuat goresan...!”

***************!

Void itu meraung dari mulutnya yang mengerikan dan menghembuskan asap hitam dari rongga mulut yang menakutkan. Dia memutar lengannya yang terkulai seperti cambuk, menyapu punggung Riselia.

“Hmph. Ri Larte...!”

Leonis mulai merapal mantra dari Alam Bayangan untuk membentuk perisai ketika tiba-tiba—

Boom! Boom! Boom!

—Serangkaian ledakan yang terputus-putus mengguncang gendang telinganya. Api merah tua menghempaskan lengan kanan Void itu, meninggalkan semburan udara panas di jalurnya.

“Apa kau baik-baik saja, Lady Selia ?!”

“...Regina!”

Orang yang menembak menembus dinding untuk mencapai mereka adalah seorang gadis mungil yang membawa senjata silinder raksasa. Rambut emasnya diatur menjadi kuncir, yang menari-nari dalam aliran udara yang intens akbiat ledakan...

Selain itu, dadanya juga luar biasa.

Matanya yang berwarna yaspis bersinar, seperti kucing di dalam kegelapan. Perawakannya juga cukup menarik, tidak berbeda dengan Riselia.

Dia menggunakan momentum ledakan untuk meluncur di atas tanah dan berhenti dengan pekikan.

“Seperti yang kita duga, reruntuhan ini adalah titik pemanggilan Void... Tunggu. Lady Selia, siapa anak itu?” Gadis bernama Regina itu memandang Leonis dan memiringkan kepalanya karena terkejut.

“Aku menemukannya jauh di dalam reruntuhan. Aku akan menjelaskannya nanti...”

“Baiklah...”

“!”

Monster itu bangkit sambil mengibaskan puing-puing. Lengan kanannya, yang baru saja terkenda ledakan, sudah mulai beregenerasi. Daya hidup makhluk itu benar-benar menakutkan.

“Itu kelas yang besar untukmu. Daya tembak sebanyak ini tidak akan membawa kita kemana-mana...” Regina memperbaiki cengkeramannya pada peluncur proyektil besar di bahunya. “Pedang Suci Meriam NagaDrag Howl, Perubahan Mode—

“Senjata Pemusnah Binatang Buas Udara Skala Besar—Pembunuh NagaDragon Slayer!”

Dan saat berikutnya, senjata besar itu berubah bentuk. Moncongnya berbentuk rahang naga yang menganga lebih lebar...

...Apa-apaan perangkat ini...?!

Mata Leonis membelalak.

Apa kau bermaksud mengatakan... itu adalah Pedang Suci?

“Maaaati!”

Boooooooooooooooooooooom!

Sebuah peluru meroket ke depan. Kilatan putih memenuhi bidang penglihatan Leonis, diikuti oleh ledakan gemuruh.

...M-Makam Agungku yang malang!

Leonis harus menahan diri untuk tidak mengucapkan kata-kata itu dengan keras. Meski begitu, kekuatan senjata itu luar biasa. Jumlah panas yang dihasilkannya setara dengan sihir tipe ledakan tingkat empat, Rag Illa.

Tapi itu bukan sihir.

Dia tidak melihat adanya pijar mana, yang selalu dihasilkan sihir saat dipanggil.

“A-apa kau berhasil membunuhnya?”

“Erm, Lady Selia, apa yang baru saja kau katakan itu disebut membawa sial...” Mereka bisa melihat bayangan raksasa perlahan-lahan muncul dari balik awan debu.

Oh? Jadi monster itu bahkan bisa menerima serangan dengan daya tembak mantra Rag Illa...

Leonis terkesan. Kebanyakan iblis akan menjadi debu karena itu. Gadis pirang itu melangkah maju, memelototi sosok di balik awan debu.

“Kalian berdua, tinggalkan reruntuhan. Aku akan mengurus ini...”

“Regina...” sejenak Riselia ragu-ragu, tapi kemudian dia mengangguk. “Baiklah. Berhati-hatilah.”

“Dimengerti, Lady Selia.” Regina tersenyum padanya.

Singkatnya percakapan ini membuat kepercayaan di antara mereka berdua terlihat jelas.

“Ayo pergi, Leo.” Riselia mencengkeram lengan Leonis dan pergi.

---

Hal-hal yang tidak terduga bermunculan satu demi satu..., pikir Leonis sambil membiarkan Riselia menariknya pergi.

Bukankah seharusnya kebangkitan Penguasa Kegelapan menjadi suatu hal yang lebih serius dan bermartabat?

Dia (jelas sekali) gagal dalam ritual reinkarnasi, malahan kembali ke wujud anak laki-laki sebelum menjadi Raja Undead. Ruang bawah tanahnya penuh dengan makhluk yang disebut Void dari dunia lain ini, dan tempat itu dihancurkan tanpa mempedulikan kehendak—pemilik—nya.

Leonis tidak menginginkan apa pun selain berbalik dan memberikan monster itu hasil dari apa yang dia perbuat, tapi Leonis tidak bisa melakukan itu. Dia melirik sekilas ke wajah Riselia saat gadis itu berlari di depannya. Dia adalah sumber informasi penting, jadi Leonis harus merahasiakan identitasnya sebagai Raja Undead jika dia ingin mempelajari lebih banyak informasi darinya.

“Ayo kita menuju ke permukaan, oke?” Riselia bertanya sambil terengah-engah.

...Padahal ada jalan pintas ke permukaan.

Namun, menunjukkan hal itu akan membuat gadis itu menjadi curiga.

“...Ah!”

Tiba-tiba merasakan kehadiran, Leonis secara refleks menarik lengan baju Riselia.

Boooooooooooooooom!

Langit-langit reruntuhan itu runtuh. Seandainya keduanya terus berjalan, mereka pasti akan hancur tertimbun puing-puing.

“...Leo...?”

“Sepertinya mereka ada lebih dari satu.”

Leonis memunggungi Riselia yang telah terjatuh di belakangnya, dan mendongak. Sebuah bayangan besar yang bersayap memandang mereka dari balik debu.

“...Ada satu lagi!”

“Apakah itu juga Void?”

“Ya, tipe terbang—kelas wyvern.”

Mata Leonis menyipit mendengar kata wyvern. Memang benar, bentuk sayap monster itu mengingatkannya pada dragonkin bersayap yang dia ketahui, tapi itu dihiasi dengan gumpalan mineral, dan tubuhnya yang jelek serta gemuk sangat jauh dari wyvern yang Leonis ketahui. Mereka adalah binatang sihir yang jauh lebih anggun dari ini.

“...Leo, lari!”

Selia melepaskan tiga tembakan ke arah Void itu, tapi semua tembakan itu tampaknya tidak mengganggu si monster.

Kurasa aku yang harus menghancurkannya... Leonis sedikit mengangkat bahu.

JIka melakukan itu, maka itu berarti menunjukkan kepada gadis itu kekuatannya, tapi tidak ada pilihan lain. Di sisi lain, Void ini adalah lawan yang sempurna untuk beberapa latihan pasca-reinkarnasi.

Aku akan membuatmu menyesali tindakanmu yang berani mengganggu makam Raja Undead Leonis.

Senyuman tak tergoyahkan muncul di bibir Leonis saat dia mulai merangkai mantra kuno. Dia bisa merasakan mana mengalir ke seluruh tubuhnya. Tentu saja tubuh ini tidak terlalu prima, tapi...

Shaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!

Void besar itu mengayunkan cakarnya ke bawah.
                                                            
Akan kuubah kau menjadi debu.

Leonis mulai merapalkan mantra serangan tingkat enam, tapi...

“...Tidak akan kubiarkan!”

Riselia melompat ke depan anak laki-laki itu, yang membuat anak itu terjatuh.

...Hah?

Rambut keperakan Riselia memenuhi bidang penglihatan Leonis. Cakar Void itu diayunkan kebawah dan  mencakar tubuh bagian atas Riselia.

Sapuan horizontal itu membuat Riselia tersungkur. Tubuhnya terpental dan berguling-guling beberapa kali saat jatuh ke tanah.

“Apa...?!”

Leonis bangkit dan berbalik menghadapnya.

“Aaah, kh... Ugh...”

Darah dengan cepat menodai pakaian Riselia menjadi merah saat dia jatuh tersungkur. Mata Leonis membelalak saat dia mematung.

“Kenapa...?”

“...L-lari...” Bibir Riselia terbuka saat dia bergumam dengan lemah. “Berkumpul kembali dengan... Regina... dan lari... Kau bisa melakukan itu, kan...?”

Suaranya terdengar dengan baik, namun itu dikeluarkan dengan susah payah. Dengan setiap nafas, luka di dadanya melebar dan darah mengalir deras, mewarnai tanah di bawahnya. Leonis merasakan Void lain bergerak di belakang mereka. Sepertinya yang disebut kelas wyvern itu tidaklah sendirian. Kemungkinan dua atau tiga dari mereka yang setidaknya berukuran sama juga ada. Namun Leonis, dia tidak berbalik menghadap mereka.

“...C-cepat...!”

“...”

Leonis meraih tangan wanita muda itu saat kesadarannya memudar. Jari-jarinya dengan cepat menjadi lebih dingin. Leonis tidak asing dengan sensasi kematian. Dia sudah sering melakukan kontak dengan itu.

Sangat mudah untuk menyebut itu sebagai tindakan pengorbanan diri yang bodoh. Bahkan jika cakar itu mengenainya, Raja Undead tidak akan pernah mendapatkan kerusakan oleh serangan seperti itu. Ini hanyalah gadis manusia yang Leonis biarkan hidup karena kebutuhan akan informasi dan sesuatu yang iseng. Gadis itu telah menyelamatkan hidupnya sekali—tapi bagi Leonis, apa yang gadis itu lakukan sama sekali tidak menambah nilai apapun untuknya.

Namun, melihat Riselia yang berdiri untuk melindunginya mengingatkan sang Penguasa Kegelapan yang telah bereinkarnasi akan penampilan dari gadis itu saat itu.

—Apa kau sudah mengerti, betapa menjemukan dan membosankannya menjadi pahlawan? Leonis, jadilah milikku.

Riselia mengingatkannya pada seorang gadis yang telah mempertaruhkan tubuh dan nyamanya untuk melindungi seorang anak lelaki yang terluka. Gadis yang muncul di hadapannya saat dia dikhianati oleh orang-orang yang dia selamatkan... Riselia mengingatkannya pada Dewi Pemberontak. Sosok yang mengangkat panji perselisihan, sosok yang dibenci oleh seluruh dunia.

“...Ini benar-benar tidak bisa diperbaiki,” gumam Leonis dengan pahit saat dia mencelupkan jarinya ke dalam genangan darah.

“Tubuh ini...sepenuhnya dan sama sekali tidak dapat diperbaiki...”

Mengapa kembali ke tubuh manusia berarti kembalinya emosi manusia...?

Leonis bangkit dan menoleh ke belakang. Saat ini, ketiga Void itu tampak membeku di tempat, terkejut dengan aura kehadiran luar biasa yang terpancar dari anak itu. Dia melihat sekeliling, melihat kehancuran yang dialami reruntuhan.

“Kalian para sampah yang berani mengganggu tempat peristirahatanku,” kata anak itu dengan dingin. “Kupikir aku telah bereinkarnasi, namun itu hanya untuk menemukan diriku dalam wadah yang tidak berguna ini. Monster aneh sekarang mengamuk di makamku seolah-olah merekalah yang empunya tempat. Dan sekarang, mereka telah membunuh gadis yang menyelamatkan hidupku. Ya, itu benar, aku mengakuinya. Gadis pemberani ini berhasil mendapatkan perhatianku...”

Leonis mengabaikan Void-Void itu, dan terus bergumam pada dirinya sendiri.

“Dan juga, jubah ini terlalu besar untuk digerakkan dengan nyaman, dan sejujurnya, kakiku terasa sakit...”

Dia berlari melintasi lantai batu dengan kaki telanjang, menghantam dan mengikisnya sepanjang waktu.

Yang terakhir itu sebagian besar hanya keluhannya, tapi tetap saja...

“—Sekarang. Kurasa aku harus memberi kalian hukuman yang pantas atas tindakan kalon. “ Leonis menyilangkan lengannya dan merenung.

Raja Undead adalah tipe yang toleran dan bersedia mempertimbangkan keadaan yang meringankan. Apa yang harus dia lakukan? Makhluk-makhluk ini tampaknya tidak memiliki kecerdasan. Mereka tidak memiliki kapasitas untuk memahami apa yang mereka lakukan dan dengan siapa mereka berurusan.

Mereka tidak pernah menduga bahwa anak laki-laki yang terlihat lemah ini adalah salah satu dari keberadaan yang seharusnya tidak pernah mereka jadikan sebagai musuh.

“Yah, kurasa pada akhirnya...” Raja Undead menoleh sekilas ke tubuh Riselia yang berlumuran darah sebelum memberikan penilaian.

“Kalian monster-monster bodoh tidak pantas mendapatkan apa pun kecuali kematian yang pasti.”

Leonis menginjakkan kakinya di atas bayangan di bawahnya. Bayangan itu menggeliat menakutkan, dan dari dalam bayangan itu, naik satu tongkat. Kristal sihir biru tertanam di ujung tongkat itu.

“Sudah sekitar seribu tahun ya, temanku yang setia.”

Dengan sedikit sentuhan Leonis, tongkat itu melepaskan aura yang sangat tidak menyenangkan. Simbol kematian Pasukan Penguasa Kegelapan—Tongkat Penyegel Dosa. Itu adalah tongkat mata iblis yang telah dicuri Leonis selama pertempurannya melawan naga dewa.

“Hmm. Kau agak terlalu panjang untuk tubuh ini, bukan?”

Memegang tongkat itu dengan satu tangan, Leonis memeriksanya dengan cermat, saat itulah...

Shaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!

Void kelas wyvern menukik ke bawah dengan cakarnya lagi.

“-Astaga. Kasar sekali.”

Leonis mengisi tongkat itu dengan mana dan melepaskan mantra.

Crack...

Wujud besar Void itu diserang oleh tekanan yang kuat dan dihancurkan dari atas. Keempat anggota tubuhnya menekuk dan berkerut ke arah yang tidak wajar, dan kepalanya didorong ke tanah begitu keras, itu meninggalkan kesan.

Sihir itu adalah mantra tipe gravitasi tingkat delapan, Gelombang Tekanan Ekstrim, Vira Zuo. Tubuh Void itu bergerak mati-matian dari dalam gravitasi yang meningkat, tapi makhluk itu tidak dapat berdiri.

“Aku akan menggilingmu ke dalam tanah, spesies rendahan.” Dengan satu ketukan dari ujung tongkat ke tanah...

Void itu hancur, jeritan kematiannya terdistorsi oleh lubang yang dibentuk gravitasi.

Rooooooooooaaar!

Void bertanduk, yang seperti binatang menyerbu Leonis.

“Jadi, kau tidak bisa mengerti apa itu ketakutan. Lucu sekali.” Leonis menjulurkan tongkatnya.

“Rua Meires.”

Mata tongkat itu bersinar, dan penghalang segi enam berkilauan terbentuk di depan Leonis. Serangan Void yang seperti binatang buas itu dengan mudah dihentikan oleh perisai sihir.

“Ada apa? Inikah apa yang terbaik yang bisa kau lakukan?” Leonis tersenyum tipis.

Ujung dari tanduk Void itu melakukan kontak dengan penghalang, melepaskan sambaran listrik yang kuat untuk menerobos pertahanan Raja Undead. Namun, serangan itu gagal menembus perisai sihir

“Baiklah, selanjunya aku yang akan mengambil pergerakan.”

Leonis mengayunkan tongkatnya ke bawah. Penghalang segi enam mulai berputar dengan cepat dan dengan mudah menghancurkan Void yang seperti binatang buas itu.

Void yang tersisa mengingatkan pada ular dan tampaknya sedikit memiliki kecerdasan ketimbang dua lainnya. Dia menggali ke dalam dinding reruntuhan, mencoba melarikan diri ke tingkat yang lebih rendah.

“Pikirmu aku akan membiarkanmu melarikan diri?”

Leonis menendang tanah dan melayang ke udara. Dia mengayunkan tongkatnya ke arah Void yang sedang menggali jalan ke bawah.

“Aka kubakar kau sampai menjadi abu!”

Dia merapal mantra tipe api tingkat delapan, Bola Api Pembinasa Ekstrim, Al Gu Belzelga.

Kaboooooooooooooooooooom!

Api merah tua menghanguskan Void menjadi abu dalam hitungan detik.

“...Yah, itu cukup mudah,” gumam Leonis saat dia mendarat dengan lembut di tanah. Namun, ekspresinya dengan cepat berubah menjadi terkejut.

“T-tidak mungkin!”

Ada sesuatu di sana yang seharusnya tidak ada. Tampaknya sisa-sisa kerangka Void yang seperti ular itu tetap ada.

“Bagaimana tulangnya bisa bertahan setelah menerima serangan dari mantra Al Gu Belzelga?!”

Itu adalah api sangat kuat yang dipanggil langsung dari Alam Muspelheim, api itu bahkan mampu melelehkan sisik naga merah.

Menatap tangannya, Leonis mendesah kecewa. Dulu saat dia masih dikenal sebagai pahlawan, sihir sebenarnya adalah kelemahannya. Sepertinya wujud ini tidak memiliki kemampuan sihir yang sama seperti yang dia miliki di masa primanya.

...Yang terbaik mungkin sepertiga dari itu, kalau dilihat dari berbagai hal.

Leonis mendekati Riselia dan meraih tangannya. Kulitnya semakin dingin, tapi dia masih menghembuskan napas. Tubuh manusia adalah sesuatu yang lemah. Dia pasti akan mati jika terus begini. Wajah pucatnya yang mengerikan sampai pada titik keindahan.

“Aku adalah Penguasa Kegelapan. Kehidupan manusia tidaklah ada artinya bagiku.” Leonis memastikan untuk menggumamkan kata-kata itu, meskipun Riselia sepertinya tidak bisa mendengarnya.

“Tapi aku menghormati jiwa muliamu. Kau mempertaruhkan hidupmu untuk melindungiku. Mencoba untuk melindungi Penguasa Kegelapan adalah tidak sopan sampai itu dapat disebut sebagai menghujat, tapi aku akan mengakui jiwamu.” Leonis merangkul tubuh Riselia yang berlumuran darah.

“Kh... Kau ini berat, bukan...?”

Dia sebenarnya cukup cantik untuk seorang gadis seusianya, tapi untuk wujud Leonis yang baru berusia sepuluh tahun, dia cukup berat.

“Maafkan aku, tapi saat aku mengabdikan diriku pada ilmu sihir, sihir suci adalah satu-satunya hal yang tidak bisa kugunakan.”

Itulah harga yang harus dibayar oleh mereka yang menjerumus kedalam jurang sihir Alam Kematian. Raja Undead Leonis tidak dapat menggunakan bahkan mantra penyembuhan yang paling dasar. Dan bisa dikatakan, memulihkan seseorang yang telah kehilangan begitu banyak kekuatan hidupnya adalah tidak mungkin.

Dengan demikian...

Leonis memilih untuk menyelamatkan Riselia menggunakan satu-satunya metode lain yang dia tahu.



3 Comments

Previous Post Next Post