Seiken Gakuin no Maken Tsukai Volume 2- Bab 1

Bab 1
Pengikut dan Penguasa Kegelapan-Nya


“Mm... Nn...”

Sinar matahari menyinari tirai dan hinggap ke kelopak mata anak itu, membuat dia terbangun dari tidurnya. Dia terbangun dan mendapati dirinya diliputi oleh kelesuan yang mirip dengan nyeri otot.

Anak laki-laki itu baru berusia sepuluh tahun. Perawakannya seperti kerubin dan polos, dengan kulit yang masih berkilau dan halus. Saat ini, rambut hitam legamnya tersisir menjadi apa yang hanya bisa digambarkan sebagai contoh buku teks tentang rambut tidur.

Mengusap matanya yang masih mengantuk, anak itu menguap. Rasa kantuk masih membekas di bola matanya yang gelap. Ini adalah Leonis Death Magnus. Seorang yang pernah dikenal sebagai Raja Undead, yang baru saja bangkit kembali setelah seribu tahun dan saat ini berencana untuk membangun kembali Pasukan Penguasa Kegelapan.

Menggunakan sihir rahasia yang terlupakan, Leonis telah menunggu dalam keadaan diam sampai waktu yang tepat untuk kembalinya dirinya ke dunia, tapi saat dia terbangun, dia malah menemukan tubuhnya telah mundur ke wujud yang dia miliki saat dia masih kecil.

...Astaga, sungguh menyusahkan memiliki tubuh manusia.

Sang Penguasa Kegelapan, yang masih mengenakan piyamanya, terbaring di tempat tidurnya. Wujud manusianya yang merepotkan sangat rentan untuk bermimpi.

Kali ini, apa yang ia lihat berasal dari masa sebelum pemerintahan Leonis sebagai Raja Undead.

...Kalau tidak salah, itu adalah saat Penguasa Kegelapan di masa lalu, Zol Vadis, menyerbu benua.

Leonis menyipitkan matanya pada sinar matahari yang masuk, tapi saat dia mencoba untuk berdiri...

“...?!”

Dia menegang dan matanya membelalak karena terkejut. Di hadapannya terpampang sepasang payudara, naik dan turun dengan ritme yang lembut serta konstan. Piyama yang menutupi mereka terbuka sedikit, membuat Leonis dapat melihat pakaian dalam putih yang tersembunyi di bawahnya.

Menelan ludahnya, Leonis mendongak... hanya untuk dihadapkan pada wajah cantik seorang gadis yang sedang tertidur. Rambut keperakannya bersinar di bawah sinar keemasan matahari pagi. Bibir merah muda gadis itu terbuka saat nafas ringan dan menggemaskan menyelinap dari antara mereka. Bulu mata yang indah bergetar saat dia tidur, dengan kulit putih mulusnya tetap tidak terganggu.

Ini adalah Riselia Ray Crystalia, Pengguna Pedang Suci dari Akademi Excalibur Assault Garden Ketujuh. Kebetulan dia juga adalah gadis yang membangunkan Leonis dari tidurnya di dalam reruntuhan kuno yang terlupakan.

Mengalihkan perhatiannya, Leonis merasakan sisa-sisa kantuk benar-benar mengering dari pikirannya. Dia tiba-tiba menyingkirkan selimutnya dan duduk di tempat tidurnya.

...Astaga, pikirnya.

Mengambil satu napas panjang dan dalam, dia menghentikan detak jantungnya yang cepat. Bagaimanapun, itu tidak lebih dari reaksi fisiologis murni dari tubuh manusianya yang tidak dapat diperbaiki. Melalui kelopak mata yang setengah terbuka, Leonis mengintip ke wajah gadis yang tertidur di sampingnya. Dia kemudian menusuk pipi lembut gadis itu dengan ujung jarinya.

“Nnng... Mmm...”

Sebuah desahan duniawi keluar dari bibir Riselia saat mata gadis berambut perak itu terbuka. Matanya yang biru es, seperti permukaan danau yang jernih, terpaku pada Leonis.

“Selamat pagi, Selia,” sapanya.

“Ah, Leo... Selamat pagi...,” jawab gadis itu dengan suara yang mengantuk.

Karena menjadi vampir, pengikut ini sepertinya menderita tekanan darah rendah pada dini hari, pikir Leonis.

“Selia, apa yang kau lakukan di tempat tidurku?” dia bertanya.

“Hah? Ah, erm...” Mendengar pertanyaan itu, Riselia mengalihkannya pandangannya ke sembarang tempat.

“Jangan mencoba mengelak dari pertanyaan itu dengan bersikap manis,” tegur Leonis dengan kesal.

Riselia sendirilah yang membeli tempat tidur ini. Awalnya, Leonis meminta sesuatu yang lebih nyaman, seperti peti batu, tapi Riselia dengan tegas menolak permintaan itu. Sampai akhir-akhir ini, dia menggunakan tempat tidur Riselia, karena kamarnya berada tepat di sebelah kamarnya.

“Sepertinya kau mengalami mimpi buruk, Leo...,” gumamnya.

Leonis menahan lidahnya. Dia punya pemikiran tentang apa yang gadis itu bicarakan. Dalam tidurnya, Raja Undead melihat Roselia.

“Apa aku terlihat gelisah dalam tidurku...?”  tanya Leonis.

“Ya...”

Riselia duduk dan meletakkan tangannya dengan lembut di atas rambut acak-acakan Leonis. Seandainya ini terjadi seribu tahun yang lalu, seorang yang memperlakukan Penguasa Kegelapan dengan sikap kurang ajar seperti itu akan menemui kehancuran seketika. Karena era itu jauh di masa lalu, Leonis hanya mengerutkan kening pada gerakan yang mengejutkan itu, tapi dia tidak berusaha untuk melepaskan tangannya.

Membiarkan Selia menepuk kepalanya tidak terasa terlalu buruk. Mungkin karena itu mengingatkan Leonis pada masa lalu, ketika gadis itu biasanya melakukan hal-hal serupa.

“Aku baik-baik saja. Aku hanya bermimpi tentang masa lalu, itu saja..., “ Leonis mengakui dan berpaling karena malu. Saat itulah dia menyadari ada rona merah di mata Riselia.

“...Apa hanya itu yang kau inginkan untuk datang ke sini?” dia dengan sengaja bertanya.

“Hah?” Riselia memiringkan kepalanya.

“Kau tidak menyelinap ke tempat tidurku untuk menghisap darahku?”

Riselia menegang. Selaput mata merah adalah tanda dorongan vampir yang meningkat. Leonis mengusap lehernya, tapi tidak bisa menemukan bekas gigitan di sana.

“Sepertinya kau tidak menggigitku,” katanya.

“Ya, ya... Aku sudah berjanji... Aku tidak akan melakukannya tanpa izin...”

“Kau benar-benar tidak melakukan apa-apa?” Leonis agak terkejut. Fakta bahwa Riselia tidak mengambil darahnya tanpa izin berarti dia menahan dorongan instingtual hanya untuk menepati janjinya.

Mengesankan, Leonis mengaguminya secara internal.

Pengikut yang baru-baru saja menjadi vampir sering kali diserang oleh rasa lapar yang sangat tinggi setiap beberapa hari. Sementara Riselia adalah Ratu Vampir, puncak dari jenis vampir itu sendiri, dorongan untuk makan sulit untuk ditolak. Ini adalah gadis yang telah dilatih untuk bertarung melawan Void selama bertahun-tahun, meskipun sebelumnya tidak dapat mewujudkan Pedang Suci. Ketabahan mentalnya jauh lebih kuat dari pada manusia pada umumnya.

Bahkan dengan kekuatan pikiran seperti itu, Leonis tidak ragu bahwa menahan dorongan itu sama saja dengan siksaan bagi Riselia.

“Silahkan. Kau boleh menghisap darahku,” kata Leonis saat mengulurkan jari telunjuknya.

“B-boleh nih...?” tanya Riselia dengan gemetar.

“Ya, tentu saja.” Leonis mengangguk.

Beberapa bagian dari Penguasa Kegelapan dalam tubuh seorang anak bertanya-tanya, mungkinkah dia terlalu baik kepada pengikutnya. Meski begitu, itu tidak seperti Riselia-lah yang ingin menjadi seorang undead. Dia mengorbankan nyawanya untuk melindungi Leonis. Karena tidak mampu menggunakan sihir suci, satu-satunya pilihan Leonis untuk menyelamatkan gadis yang gagah berani itu adalah memanfaatkan sihir Alam Kematian untuk mengubah gadis itu menjadi seperti dia yang sekarang.

...Jika yang dia butuhkan hanyalah darahku, maka aku akan memberikannya sebanyak yang dia butuhkan.

“Erm, akan kucoba memastikan itu tidak sakit,” kata Riselia.

“Ya, aku akan menghargainya,” jawab Leonis.

Sejak awal tidak banyak ketidaknyamanan yang terlibat ketika gadis itu menghisap darahnya. Itu hanya sedikit rasa sakit yang manis dan memabukkan. Bibir Riselia menyentuh jari Leonis, dan...

Chomp.

Taring kecilnya menembus daging anak itu dengan gigitan yang terasa segan dan lucu.

“Nnn... mhaa... nnng...~” Lidah Riselia melingkari jari Leonis dengan penuh gairah saat desahan duniawi mulai keluar dari mulutnya. Suara jilatan dan isapannya yang memikat di jari anak itu dengan tenang bergema di seluruh ruangan.

“...Um, S-Selia...,” sela Leonis.

“Nn... aphaaaa... (Apa...)?” Dia menatapnya dengan mata mabuk.

“Kau menjadi erotis.”

“Aaaaah?!”

Riselia buru-buru melepaskan jari Leonis dari bibirnya saat wajahnya memerah karena malu.

---

“M-Maafkan aku. Aku hanya dalam, erm, dalam keadaan linglung...”

“Tidak apa-apa. Aku tahu kau bukan tipe orang yang mesum.”

“...Leo, dasar jahat...”

Mata Riselia berlinang air mata dan wajahnya memerah lagi saat dia berdiri, mengenakan celemek, dan berjalan ke dapur.

Hmm. Mungkin aku terlalu berlebihan menggodanya.

Tentu saja, Leonis tidak benar-benar mempunyai gagasan bahwa Riselia itu mesum. Lagipula, hanya gadis yang murni dan suci yang bisa dibangkitkan sebagai Ratu Vampir, yang merupakan paling kuat dari semua pelayan undead.

Riselia membawakan sarapan ke meja kecil. Di atas piring ada roti bundar yang baru saja dipanggang dan disajikan dengan susu, mentega, serta keju. Di sebelahnya ada telur rebus, salad yang dibuat dengan hasil panen segar dari gedung pertanian, sup jagung, dan segerombolan anggur.

Saat Riselia memotong roti gandum, uap roti itu memenuhi ruangan dengan aroma kaya yang menggelitik lubang hidung Leonis. Tubuh lamanya tidak membutuhkan makanan untuk bertahan hidup, tapi dia dengan cepat menyesuaikan nafsu makan dalam wujudnya saat ini. Ketika suatu hal sampai pada makan, tubuh manusianya, untuk semua ketidaknyamanan yang merepotkan, tidak terlalu buruk.

“Kau juga harus makan sayur-mayur, Leo,” desak Riselia, sambil menyendokkan salad ke piring Leonis.

“Tolong jangan menasehatiku. Kau tidak perlu memperlakukanku seperti anak kecil,” jawabnya.

“Tapi kau kan masih anak-anak. Selain itu, kau hampir tidak makan sayuran, kan?”

Mungkin ada sesuatu yang bisa dikatakan tentang gadis undead yang meributkan kesehatan orang lain.

Terlepas dari sosok aslinya, Leonis terlihat seperti anak berusia sepuluh tahun yang polos. Riselia sering menjadi sukarelawan di panti asuhan dan membantu merawat anak-anak di sana, jadi dia kemungkinan besar akan mengembangkan kebiasaan mencemaskan mereka yang lebih muda darinya. Ditinggalkan dengan sedikit pilihan, Leonis memaksa dirinya untuk mengunyah sayuran yang gadis itu taruh di depannya, meskipun dia tidak menyukai hal-hal yang berdaun. Mengangguk puas, Riselia menyalakan terminal dinding dengan jentikan jarinya.

“Sepertinya rekonstruksi di distrik komersial masih memakan waktu cukup lama...”

Di layar ada tayangan siaran langsung yang menunjukkan tumpukan besar reruntuhan dan puing-puing sedang ditarik oleh kendaraan transportasi yang sama besarnya. Serangan Void baru-baru ini, meski digagalkan, telah meninggalkan kehancuran berskala besar sebagai dampaknya.

Void adalah bentuk kehidupan misterius dan tak dikenal yang diduga muncul dari celah ketiadaan 64 tahun yang lalu. Umat ​​manusia telah didorong ke ambang kepunahan setelah kedatangan mereka yang tiba-tiba.

Wajah luar mereka menyerupai monster dari era Leonis, tapi tidak ada yang diketahui tentang biologi internal atau riasan mereka. Orang hanya bisa menebak-nebak dari mana mereka berasal atau apa tujuan mereka menyerang umat manusia.

Tampaknya Arakael Degradios, seorang Archsage dan Void Lord yang memimpin serangan Void baru-baru ini di Assault Garden Ketujuh, memiliki pengetahuan tentang hal-hal seperti itu. Sayangnya...

Dia benar-benar dilenyapkan oleh Dáinsleif, kenang Leonis dengan sedikit penyesalan.

Meskipun Arakael telah menjadi rusak dan busuk, dia masih merupakan salah satu dari Enam Pahlawan. Leonis tidak mau mengambil risiko menahan diri selama pertempuran melawannya.

Cerita resminya adalah Void Lord yang memimpin Stampede tiba-tiba dihancurkan ketika tungku mana—sumber daya kota—secara spontan habis saat makhluk itu mencoba untuk mengkonsumsinya. Tidak ada yang tahu bahwa Penguasa Kegelapan dalam tubuh seorang anak-anaklah yang telah membawa monster mirip pohon itu ke akhir hidupnya.

“Rupanya, tim penyelidik yang diberangkatkan dari ibu kota seharusnya akan tiba sore ini. Yang Mulia Putri Altiria akan memimpin dan memberikan dukungan berupa tenaga manusia dan perbekalan,” jelas Riselia.

Putri, ya...? Itu membuat Leonis berpikir.

Prospek untuk bertemu dengan bangsawan di era saat ini adalah hal yang menarik. Begitu Leonis menemukan tubuh reinkarnasi Roselia dan membangun kembali Pasukan Penguasa Kegelapan, dia harus melawan kekaisaran manusia ini atau membentuk aliansi dengan mereka.

Ini mungkin kesempatan bagus untuk mempelajari tentang tokoh-tokoh berpengaruh di dunia ini...

Sejauh yang diketahui banyak orang, Leonis hanyalah seorang anak pengungsi. Orang seperti itu tidak bisa begitu saja mendekati orang dari keluarga royalti. Leonis merenungkan bagaimana dia bisa mendapatkan kesempatan untuk berbicara dengan sang putri sambil terus menyantap sarapannya.

---

10:30 Waktu Standar Kekaisaran, dekat pantai yang dulunya dikenal sebagai Benua Kegelapan.

Hyperion, kapal perang pribadi keluarga royalti Kekaisaran Terintegrasi, mendekati Assault Garden Ketujuh bersama dengan tiga kapal pengawalnya. Jalur kapal agak tidak biasa, dengan banyak belokan yang rumit.

Kapal perang itu diawaki dengan empat puluh Pengguna Pedang Suci dan dilengkapi dengan persenjataan anti-Void, meskipun ini bukan untuk mengatakan bahwa kapal itu kebal. Pertemuan dengan terumbu Void akan menenggelamkan kapal itu semudah kapal yang lain. Karena itu, awaknya harus menggunakan radar kapal untuk mengawasi area di mana terumbu bisa terbentuk dan menghindarinya.

“Yang Mulia, kita berada di jalur untuk tiba di Assault Garden Ketujuh tepat waktu.”

“Dimengerti. Kalau begitu tetaplah didalam jalur.”

Berdiri di anjungan utama yang menawarkan pemandangan lautan adalah seorang gadis muda. Dia menanggapi laporan dari kapten ksatria pengawal royalti dengan anggukan tenang. Matanya yang berwarna hijau giok tampak tegas serta teguh, dan rambut pirangnya tampak seolah-olah sinar matahari telah disinari ke dalamnya.

Saat masih anak-anak berusia dua belas tahun, gadis ini adalah orang yang memegang komando, karena dia adalah Altiria Ray O'ltriese, putri keempat dari Kekaisaran Terintegrasi. Altiria adalah putri bungsu Keluarga O'ltriese, salah satu dari tiga faksi royalti yang memimpin Kekaisaran Terintegrasi. Kekaisaran itu sendiri adalah federasi manusia yang berfungsi sebagai inti dari Assault Garden yang bergerak.

Duduk di pangkuan Altiria adalah makhluk putih yang menyerupai puffball. Meskipun itu hidup, makhluk kecil itu bukanlah hewan. Mungkin sebagai bukti fakta itu, bulu putihnya mengeluarkan cahaya redup, dan pengamatan yang cermat mengungkapkan batu permata merah berkilau yang tertanam di dahi makhluk itu.

Makhluk ini adalah roh yang dikenal sebagai Carbuncle. Itu adalah jenis bentuk kehidupan mana yang telah ada di zaman kuno. Fakta bahwa Altiria dapat berkomunikasi dengan roh adalah bukti bahwa dia adalah anggota dari garis keturunan kekaisaran.

“Yang Mulia, perihal kunjungan anda ke daerah perkotaan...,” salah satu ksatria memulai pembicaraan dengan sangat hormat. “Aku percaya menunjukkan diri anda kepada masyarakat akan terlalu berbahaya.”

“Tapi itu adalah tugas dari keturunan royalti,” Altiria menjawab dengan nada yang terdengar sangat dewasa untuk usianya.

“Tetap saja, Yang Mulia, keluarga royalti memiliki banyak musuh.”

Memang benar bahwa kekaisaran memiliki banyak musuh. Faksi bangsawan dari rezim lama; perkumpulan pedagang rahasia yang dikenal sebagai Firma Senjata Isha; teroris bersenjata yang dipimpin oleh populasi demi-human; pendukung revolusioner; dan bahkan kultus hari kiamat yang menyembah Void sebagai penyelamat umat manusia. Bahkan dengan kehadiran Akademi Excalibur, tidak ada jaminan bahwa Assault Garden Ketujuh benar-benar aman.

“Tampaknya sangat tidak masuk akal bahwa umat manusia akan bertarung di antara mereka sendiri ketika kita dihadapkan pada ancaman yang sama mengerikannya dengan Void,” kata Altiria.

“Ya, Yang Mulia, aku merasakan hal yang sama, tapi...” Kapten ksatria yang tampak jujur ​​itu terdiam.

Altiria menghela nafas ringan. “Aku mengerti. Kalau begitu pidatoku di alun-alun kota akan dipindahkan ke kapal.”

“Terima kasih, Yang Mulia.” Kapten ksatria itu menundukkan kepalanya dengan hormat.

“Tapi pesta di sore hari tidak akan menjadi masalah, kan?”

“Benar. Pesta akan berada di bawah manajemen Akademi Excalibur. Identitas para tamu semuanya telah dikonfirmasi.”

Pertemuan itu adalah acara sosial di mana warga Assault Garden Ketujuh dapat naik ke Hyperion dan mendengar sang putri berbicara secara langsung. Tenyu saja siswa/i Akademi Excalibur diundang untuk hadir, begitu pula tokoh-tokoh berpengaruh di antara masyarakat. Ini agar Altiria dan pengawalnya, sebagai perwakilan ibu kota, dapat mengumpulkan pendapat orang-orang yang tinggal di benteng terapung dari teknologi mutakhir dan menyampaikannya secara akurat kepada Camelot.

Altiria sangat menantikan kesempatan untuk berbicara dengan orang-orangnya secara langsung.

Terlebih lagi, saudariku seharusnya berada di suatu tempat di Assault Garden Ketujuh..., pikir sang putri. Saudari kandung ini telah pergi sebelum Altiria sendiri bahkan lahir. Dia tidak tahu seperti apa rupa saudarinya atau bahkan namanya.

Aku ragu kalau aku akan bertemu dengannya, tapi...

Jika saudarinya telah terbangun dengan kekuatan Pedang Suci dan menghadiri akademi, maka mungkin ada kemungkinan mereka bisa terhubung kembali. Altiria memeluk roh yang beristirahat di pangkuannya, sebuah harapan memenuhi hatinya.

Tak lama kemudian, kota pulau buatan yang sangat besar mulai terlihat.

---

“Pedang Darah—Aktifkan!”

Shing!

Sebuah bilah menghantam dan menghancurkan prajurit skeleton menjadi berkeping-keping.

“Kau masih belum mati.”

“...!”

Suara Riselia menggema di seluruh tempat latihan dalam ruangan. Dia berbalik untuk menebas kepala musuh. Namu bahkan setelah dipenggal, prajurit skeleton itu menyerang ke depan dan menangkap gadis itu. Prajurit undead tidak memiliki titik lemah. Sama seperti Void, mereka harus benar-benar dilenyapkan agar dapat benar-benar dikalahkan.

Musuh seperti skeleton adalah lawan yang sulit untuk Pedang Suci Riselia karena itu berbentuk bilah yang tipis. Sebuah tangan tulang mengulurkan tangan untuk menggenggam leher ramping gadis itu, tapi saat berikutnya, Riselia memutar tubuhnya dengan menggunakan kaki kirinya sebagai porosnya.

“Dasar sialan...!”

Dia mengirimkan tendangan dengan semua kekuatan yang bisa dia kumpulkan. Rambut argentinya tergerai mengikuti gerakannya. Skeleton itu terbelah menjadi dua dan roboh ke tanah. Teknik bergulat seperti itu yang diberikan dengan kekuatan vampir yang ditingkatkan di belakangnya lebih kuat dari kebanyakan senjata tumpul. Meski begitu, melakukan manuver semacam itu seharusnya terlalu menantang bagi kebanyakan orang.

Riselia mahir dengan lebih dari sekedar pedang; kemampuan seni bela dirinya juga cukup mengesankan. Reaksi pertahanan yang brilian seperti yang baru saja dia lakukan terhadap skeleton itu sudah cukup membuktikannya. Dia jelas menghabiskan waktu lama untuk mengasah keterampilannya.

Membawa kaki kanannya kembali ke bawah, Riselia menendang tanah dan berlari ke depan untuk menebas dengan pedangnya. Serangan ini, yang diberdayakan dengan mana gadis itu, menghancurkan kepala skeleton tipe binatang.

“Haah, haah, haah...” Meski Riselia terengah-engah, tak ada setetes pun keringat di tubuhnya. Itu wajar saja, karena dia adalah undead.

“Aku masih bisa terus lanjut!” Riselia berbalik dan menunjukkan senyum cerah pada Leonis.

Pedang Suci adalah kekuatan ajaib yang diberikan kepada anggota umat manusia yang dipilih oleh planet sebagai senjata untuk melawan Void. Senjata-senjata ini memiliki berbagai bentuk sesuai dengan kepribadian penggunanya. Yang satu mungkin pedang, sementara yang lain bisa jadi katana, busur, kapak, tongkat, atau bahkan pistol. Masing-masing memiliki kekuatan yang unik, dan semuanya pada dasarnya berbeda dari sihir yang digunakan Leonis.

Selama bertahun-tahun, Riselia telah mencari kekuatan untuk melindungi orang lain tapi tidak mampu membangkitkan kekuatan Pedang Suci. Namun belakangan ini, hal itu akhirnya berubah.

Dia lebih baik dari yang diharapkan. Leonis tersenyum sendiri. Jika kemampuannya terus meningkat, dia bisa menjadi senjata pertahananku.

Meski kekuatan sihirnya tetap utuh, Leonis masihlah berada dalam tubuh rapuh seorang anak kecil. Dia bisa menggunakan sihirnya untuk memperkuat tubuhnya, tapi melakukan itu pun ada batasnya.

Mungkin sudah waktunya untuk mengajari dia beberapa mantra tingkat pertama.

Seorang Ratu Vampir adalah pengikut undead tingkat tertinggi, yang tidak hanya diberkahi dengan kekuatan fisik yang kuat, tapi juga persediaan mana dan kemampuan untuk menggunakan sihir sendiri. Keterampilan Riselia dengan pedang mungkin kalah dibandingkan dengan Sakuya Sieglinde, yang merupakan juniornya dan anggota lain dari peleton 18, tapi gadis itu pasti bisa menandinginya jika dia menjadi pengguna pedang sihir, sejenis pendekar yang mampu menggunakan sihir.

Menumbuhkan pengikut berbakat ke potensi penuhnya itu memuaskan, pikir Leonis saat bibirnya melengkung ke atas dengan senyuman kejam.

“Leo, apa kau sedang memikirkan sesuatu yang buruk?: Riselia menatapnya dengan mengernyitkan alis.

“A—aku tidak memikirkan itu.”

“Kakakmu ini bisa tahu kapan kau seperti itu,” katanya yang menatapnya lekat-lekat.

“P-Pokoknya... Selanjutnya, aku akan membuatmu menghadapi skeleton raksasa,” kata Leonis dalam upaya untuk mengubah topik pembicaraan. Dia melambaikan tongkatnya, dan tulang-tulang dari musuh-musuh latihan yang tersebar mulai berkumpul bersama, membentuk suatu bentuk raksasa yang besar.

“A-apa itu?!” Riselia berseru tidak percaya pada apa yang dilihatnya.

“Mengalahkannya akan mengakhiri latihanmu hari ini,” kata Leonis.

“Apaaa?!”

Meskipun kelihatannya mengesankan, Leonis tahu bahwa skeleton raksasa bukanlah tipe lawan yang bisa membuat Riselia kesulitan.

“Tunggu, Leo, kau mau kemana?!”

“Perpustakaan. Lagipula aku akhirnya memiliki ID-ku.”

“...Aaaah, Leooooo!”

Leonis meninggalkan fasilitas pelatihan dengan suara benturan logam di belakangnya.

---

Leonis berangkat dari tempat Riselia berlatih bertarung dan pergi ke perpustakaan akademi. Rencananya adalah mempelajari buku kuno dan buku tebal apa pun yang telah ditemukan di dalam reruntuhan. Dia ingin tahu tentang teknologi sihir yang berkembang pesat dalam beberapa dekade sejak invasi awal Void dan dimulainya proyek Assault Garden. Ada beberapa riwayat tentang subjek yang tersedia di terminal portabelnya.

Detail yang benar-benar diinginkan terkandung dalam buku kuno tebal yang dicampur dengan mana, terutama yang benar-benar langka yang diklasifikasikan sebagai grimoar. Buku-buku semacam itu tidak mungkin disalin secara digital, yang berarti Leonis harus membacanya secara langsung di perpustakaan.

Aku akan membutuhkan inteligensi yang tinggi jika aku ingin membentuk kembali Pasukan Penguasa Kegelapan.

Pasukan Penguasa Kegelapan sebelumnya telah meremehkan pentingnya intelegensi dan informasi, kesalahan yang telah membawa pasukan itu ke kehancuran. Leonis tidak boleh membuat kesalahan seperti itu untuk kedua kalinya.

Perpustakaan akademi adalah bangunan persegi panjang yang dikelilingi oleh dinding pualam. Itu cukup kecil dibandingkan dengan Ruang Kebijaksanaan Kerajaan Rognas, tapi sekali lagi, sebagian besar buku modern adalah digital.

Leonis mengangkat kartu ID yang dikeluarkannya dan melewati gerbang perpustakaan. Bahkan di waktu yang relatif dini ini, sudah ada beberapa siswa/i di perpustakaan. Sekelompok gadis memperhatikan Leonis dan dengan segera mulai membisikkan hal-hal seperti “Lihat anak laki-laki itu!” dan “Imut banget.”

Mengabaikan mereka, Leonis langsung menuju gerbang ke arsip bagian dalam. Dia mengangkat ID-nya lagi, tapi kali ini, gerbang itu berkedip merah. Yang ada alarm berusara bip lah yang berbunyi.

“Apa yang salah?” Leonis memiringkan kepalanya dengan penuh tanya.

“Murid biasa tidak diizinkan masuk melewati titik ini.”

Di depan mata Leonis, makhluk kecil seperti burung hantu muncul. Itu bersinar dengan warna kebiruan.

Ini bukan hewan biasa. Menjadi Penguasa Kegelapan, mata tajam Leonis dengan cepat memahami keaslian dari burung hantu.

“Mungkinkah... roh?!” wajar saja kalau Leonis berseru dengan keras. Roh adalah bentuk kehidupan mana yang lahir dari energi yang dipancarkan bulan.

Jadi bahkan di zaman di mana para dewa telah binasa, roh-roh masih bertahan...

“Apa kau semacam penjaga gerbang?” tanya Leonis.

“Aku adalah penjaga ruangan ini.”

“Aku adalah murid akademi ini. Apa kau bisa membiarkan aku lewat?”

Roh itu menegang sejenak, lalu berkata, “Kau tidak memiliki hak dan wewenang untuk lewat.”

“Apa? Apa dengan kartu ini saja tidak cukup?”

“Untuk memasuki ruangan ini, kau memerlukan persetujuan biro administrasi.”

“...Begitu ya. Bagaimana caraku mengajukan permohonan persetujuan mereka?” tanya Leonis yang menjadi tidak sabar.

“Ajukan permintaan tertulis ke biro administrasi. Jika mereka menilai tidak ada masalah dengan pengajuan, mereka akan memberikan persetujuan dalam waktu beberapa minggu,” kata makhluk burung hantu itu.

“Beberapa minggu...” Leonis mengerang. Raja Undead sudah terbiasa menunggu, tapi dia saat ini terdaftar sebagai pengungsi. Akankah permintaan dari orang seperti dia disetujui?

Ini menyusahkan, pikir Leonis. Tentu saja mereduksi roh itu menjadi abu akan menjadi masalah sederhana bagi orang seperti dia, tapi itu akan menyebabkan keributan yang tidak semestinya.

Aku bisa saja membuat Shary menyusup ke dalam arsip, timbang Leonis. Tidak lama setelah pikiran itu terlintas di benaknya, saat itu...

“Hei, nak.”

Penglihatan Leonis tiba-tiba menjadi gelap. Seseorang telah mendekatinya dari belakang dan menutup matanya.

“Heh-heh. Tebak siapa hayo~?” Tanya suara itu.

Squish. Leonis merasakan sepasang dada yang cukup besar menekan punggungnya.

“...Regina, tolonglah. Kita berada di depan umum,” jawab Leonis, melakukan yang terbaik untuk mempertahankan ketenangannya saat jantungnya mulai berdebar kencang.

“Hmm. Kau tahu, kau harusnya pura-pura tolol dan menikmati sensasi payudaraku yang menekanmu sedikit lebih lama, nak. Itu sopan santun.”

“Aku tidak melihat adanya hubungan antara itu dengan kesopanan,” gumam Leonis yang resah, dan dia berbalik.

Berdiri di sana adalah seorang gadis mungil dan cantik dengan rambut pirang yamg tergerai dan diikat kuncir. Ini adalah Regina Mercedes, pelayang Riselia dan sesama anggota peletonnya. Dia periang dan suka membuat kue buatan sendiri yang enak. Sayangnya, dia juga memiliki kebiasaan buruk seperti menggoda Leonis seperti yang baru saja dia lakukan. Dia tersenyum, menatap Leonis dengan matanya yang hijau seperti permata.

“Apa yang kau lakukan di sini, Regina?”

“Aku ke sini untuk mengembalikan beberapa rekaman yang kupinjam,” jawabnya, mengambil benda yang dimaksud dari tasnya. “Kau sendiri apa yang ngapain? Tidak ada majalah nakal di perpustakaan tahu.”

“B-bukan itu alasanku ke sini!” Leonis berseru heran. “Aku hanya ingin meminjam beberapa buku.”

Regina mengalihkan pandangannya ke arah roh yang menghalangi jalan mereka di depan gerbang.

“...Apa kau mencoba untuk masuk ke arsip ruang bawah tanah?” Regina menatap wajah Leonis dengan curiga.

“Um, ya...,” jawabnya.

Apa yang harus kulakukan?

Tentunya seorang anak laki-laki berumur sepuluh tahun seperti Leonis yang memiliki ketertarikan pada buku-buku kuno sangatlah tidak biasa. Penguasa Kegelapan terdiam saat dia memikirkan sebuah alasan.

“Aku hanya berpikir sesuatu di sana bisa membantuku mendapatkan kembali ingatanku...,” kata Leonis.

“Ingatanmu?”

“Ruangan tempat aku terjebak disegel dengan teks kuno. Jadi kupikir, jika aku bisa membaca tentang beberapa tulisan kuno, aku mungkin menemukan petunjuk...”

Laporan yang diserahkan ke biro administrasi telah mencantumkan Leonis Magnus sebagai anak pengungsi amnesia yang diculik oleh Void. Meneliti reruntuhan dengan harapan mendapatkan kembali ingatannya mungkin terlihat sedikit tekun untuk seorang anak, tapi itu adalah yang terbaik yang bisa dikerahkan Leonis saat ini.

Regina berjongkok untuk berapapasan dengan matanya.

“Aku mengerti. Tidak memiliki ingatan pasti membuatmu merasa sangat cemas dan takut.” Dia meletakkan tangan di kepala Leonis dan mengacak-acak rambutnya dengan lembut. “Baiklah. Biar aku yang menangani ini.”

Regina mengangguk dan berdiri, berbalik menghadap burung hantu.

“Roh, tolong biarkan dia masuk dengan otoritasku.”

“Regina Mercedes tidak disetujui untuk—”

“Ayolah. Jangan seperti tongkat di lumpur.” Regina mendengkur, menepuk kepala burung hantu dengan jarinya.

“Tidak... disetujui... untuk—Dimengerti.”

Lampu peringatan mati, dan gerbang pun terbuka.

Apakah dia baru saja mencampuri kehendak roh?! Leonis tercengang.

Bahkan dengan penguasaannya pada seni rahasia, Leonis tidak bisa melakukan trik seperti itu. Satu-satunya yang mampu ikut campur dengan roh adalah para Pendeta Putri yang memiliki kemampuan untuk memanggil kekuatan mereka.

“Apa yang barusan kau lakukan?” tanya Leonis.

“Hanya sesuatu yang sepela,” jawab Regina. Dia membawa jari telunjuknya ke bibir Leonis dan berbisik, “Aku bisa menggunakan sedikit kekuatan roh, itu saja. Anggota lain dari peleton 18 sudah tahu tentang itu, tapi tetap rahasiakan ini, oke?”

“Jadi, kau adalah pengguna roh?”

“Tidak, tidak. Bukan seperti itu. Ayo pergi.”

---

Melewati gerbang adalah pintu lift, peralatan sihir yang menggunakan sihir pengontrol gravitasi canggih. Begitu Leonis menginjakkan kaki di dalamnya, lift mulai turun dengan tenang. Death Hold Necrozoa memiliki perangkat serupa, tapi perangkat itu memiliki mekanisme jauh lebih primitif yang membutuhkan skeleton menggunakan katrol dan tali.

Ini adalah teknologi yang mengagumkan. Aku bisa mengerti mengapa sihir biasa berakhir dilupakan, pikir Leonis. Namun lebih dari itu, dia masih kepikiran dengan roh burung hantu.

“Regina, burung hantu yang sebelumnya adalah roh, kan?” tanyanya saat berbalik untuk menghadapi gadis yang naik lift bersamanya.

“Yup, itu salah satu Elemental Tiruan Perusahaan Phillet,” jelasnya.

“Elemental Tiruan?” Istilah asing itu membuat Leonis bingung.

“Roh yang diciptakan menggunakan teknologi sihir. Tidak seperti roh-roh normal, Elemntal Tiruan hanya dapat menangani tugas-tugas sederhana.”

“Menciptakan roh tiruan...”

Ada juga penelitian tentang sihir yang mampu menciptakan roh selama era Leonis. Namun, itu berakhir dengan kegagalan besar.

Mereka telah berhasil menciptakan roh, dan meminta roh-roh itu memberikan berbagai layanan?

Itu adalah pencapaian yang mencengangkan, tapi itu menimbulkan pertanyaan tentang apa yang terjadi dengan roh yang muncul secara alami.

“Apa yang terjadi dengan roh non-tiruan?”

“Oh, maksudmu Roh Muasal,” kata Regina. “Mereka dibicarakan dalam legenda, tapi kudengar mereka jarang menampakkan diri mereka sejak invasi Void dimulai. Rupanya, beberapa masih ada di hutan purba, tapi tidak banyak yang benar-benar diketahui tentang itu.”

“...Begitu ya,” jawab Leonis. Dia memang memperkirakan sebanyak itu.

Ini berarti roh masih ada secara keseluruhan.

Tidak seperti manusia, roh tidak mengenal rentang kehidupan alami. Satu roh bertingkat tinggi yang mampu berkomunikasi dapat memberi tahu Leonis tentang semua yang telah terjadi selama dia disegel. Raja Undead memastikan untuk membuat catatan mental tentang itu.

Setelah perjalanan panjang jauh di bawah tanah, lift akhirnya berhenti.

“Ini luar biasa...,” kata Leonis saat muncul.

“Ya, ini juga kali pertamaku melihatnya...,” tambah Regina.

Sebuah silinder besar berdiri di tengah ruangan, berkuasa atas sekelilingnya. Di dalamnya ada banyak sekali buku, dalam kotak transparan. Tampaknya ada ratusan volume yang disimpan di dalam tabung itu.

“Apa yang sedang kau cari?” Regina bertanya.

“Yah, ada lebih banyak buku dari yang kubayangkan. Kurasa aku akan mulai dengan apapun yang terlihat benar...,” gumam Leonis.

Tanpa tempat awal yang nyata, Leonis memilih berbagai macam volume dengan informasi dari sebelum invasi Void yang tidak tercatat di database publik. Dia mengulurkan tangan dan melingkarkan Tangan Bayangan di sekitar beberapa karya.

“Ah, Nak...,” sela Regina.

“Ada apa?”

“Kau dapat membaca buku-buku ini di sini, tapi kau tidak dapat mengeluarkannya. Aku membodohi roh di atas, tapi buku-buku itu dilacak oleh sistem lain.”

Hmm. Kurasa itu masuk akal.

Buku-buku tebal itu disimpan di bawah perlindungan yang begitu ketat, masuk akal jika siswa/i tidak diizinkan untuk membawa buku-buku ini pergi begitu saja.

“Bagaimana dengan menyalin isinya?” tanya Leonis.

“Tidak apa-apa, menurutku sih...,” jawab Regina.

Leonis mengambil pulpen dari saku baju seragamnya. Itu bukan salah satu pulpen tulang yang biasa dia gunakan. Ini berasal dari toko sekolah akademi dan secara otomatis menghasilkan tinta. Dia kemudian memanggil sepotong perkamen dari dalam bayangannya dan mengucapkan mantra. Perkakas itu menjadi hidup dan mulai bergerak dengan sendirinya, menyalin isi teks kuno.

Ini adalah mantra penulisan otomatis, Rekam Otomatis. Leonis awalnya merancangnya untuk memproduksi gulungan sihir secara massal.

“Apa itu kemampuan Pedang Suci-mu?” tanya Regina saat mengintip apa yang sedang dilakukan Leonis.

“Sesuatu seperti itu,” jawab Leonis.

Dengan mantra diaktifkan, menyalin buku akan memakan waktu sekitar satu jam.
“Baiklah. Kalau begitu aku akan kembali, nak.”

“Oke. Terima kasih banyak, Regina.”

Leonis menundukkan kepalanya sebagai rasa terima kasih, dan Regina masuk ke lift dan naik setelah melambai selamat tinggal.

---

Bangsal keenam Assault Garden Ketujuh juga dikenal sebagai bangsal perlindungan khusus demi-human. Itu adalah lingkungan buatan yang terdiri dari hutan dengan pohon berdaun lebar yang mengelilingi danau air tawar yang dipelihara dengan air desalinasi dari laut.

Kurang dari dua puluh ribu warga tinggal di lingkungan ini, sepertiga dari total populasi Assault Garden Ketujuh. Mayoritas dari mereka adalah demi-human yang telah dipisahkan dari populasi lainnya.

Demi-human adalah istilah kolektif untuk para beastmen, elf, dan ras iblis yang telah tinggal di hutan, pegunungan, dan pulau sebelum kekaisaran memulai Proyek Integrasi Manusia. 64 tahun yang lalu, demi-human hampir punah oleh invasi Void sama seperti rekan-rekan manusia mereka. Dengan dalih perlindungan, mereka telah diserap ke dalam kekaisaran.

Di hutan buatan manusia tempat para demi-human membuat tempat tinggal mereka, terdapat sebuah kuil yang ditumbuhi tanaman sehingga menyerupai rumah yang ditinggalkan. Di sana, sekelompok insan yang terbungkus mantel abu-abu berkumpul. Semuanya berjumlah dua puluh, dan masing-masing dari mereka bersenjata. Suasana yang tidak nyaman menggantung di tempat itu.

“Seperti yang kalian semua tahu, putri keempat, Altiria, dan kapal perangnya, Hyperion, akan berlabuh di Assault Garden ini untuk sebuah reli motivasi,” ucap suara rendah yang mengingatkan akan geraman.

Pembicaranya adalah pria besar yang sangat berotot dan kekar sehingga fisiknya terlihat jelas bahkan melalui mantelnya. Wajah di balik tudungnya adalah singa hitam.

Ini adalah Bastea Colossuf. Keturunan dari klan Shamar, sebuah kelompok yang dianggap sebagai salah satu suku demi-human yang paling suka bertarung dan berperang, Bastea menjabat sebagai pemimpin organisasi militan radikal, Fraksi Serigala. Di bawah bimbingannya, faksi tersebut telah melakukan tindakan terorisme yang tak terhitung jumlahnya terhadap kekaisaran.

Sejak insiden pendudukan Balai Parlemen, yang mengakibatkan lebih dari dua ratus korban tewas, Fraksi Serigala mulai berkeliaran dari satu Assault Garden ke yang Assaul Garden lain, berbaring menunggu saat mereka melatih anggota baru dan simpatisan. Mereka telah tiba di Assault Garden Ketujuh sekitar delapan bulan yang lalu dan bersembunyi dari pengawasan biro administrasi di hutan bangsal perlindungan demi-human, di mana mereka lebih sulit dilacak. Tersembunyi di dalamnya, kaum revolusioner menajamkan cakar mereka sambil menunggu kesempatan untuk menyerang.

“Aaah, aku menantikannya. Kita akhirnya bisa membantai beberapa manusia brengsek,” kata salah satu beastman kecil—manusia serigala pembunuh—menjilat bibirnya dengan penuh semangat.

“Tapi apa kita benar-benar bisa mempercayai wanita itu, Lord Bastea?” tanya sosok raksasa yang berdiri dengan punggung menghadap ke dinding.

Ada tanduk besar dan tajam yang mencuat di dahinya, indikator yang jelas bahwa wanita yang tidak setuju itu berasal dari ras iblis yang mengamuk.

“Dia memberi kita kekuatan. Itu fakta yang tak terbantahkan.”

“Dia benar, Elza. Kita memiliki kekuatan Pedang Suci sekarang, sama seperti manusia-manusia itu!”

“Heh-heh-heh... Itu bukan Pedang Suci,” terdengar suara baru, mendorong semua orang untuk berbalik dan melihat ke pembicara.

“...?!”

“Itu adalah Pedang Iblis, item yang diberikan kepada kalian oleh dewi.”

Di titik tertentu, seorang wanita cantik yang mempesona dengan kulit gelap muncul di pintu masuk kuil. Meskipun dia tampak berusia dua puluhan, penampilannya tidak bisa dipercaya saat berhadapan dengan dark elf seperti dia. Dicengkram dalam genggamannya adalah pedang hitam pekat yang memancarkan aura menakutkan dan meresahkan.

“Kau di sana ya, Sharnak, dasar penyihir,” Bastea meludah.

Sharnak dari Hutan Everdark pertama kali muncul selama pertemuan rahasia Fraksi Serigala beberapa minggu sebelum Stampede Void Lord di Assault Garden Ketujuh. Sementara sel pemberontak awalnya curiga pada dark elf, mereka dengan cepat menerima janji kekuatan yang dia tawarkan melalui berkat dewi.

Dark elf memberikan kemampuan yang mirip dengan Pedang Suci ajaib yang dianugerahkan planet ini pada ras manusia rendahan kepada mereka yang dia lihat berpotensi.

“Bagaimana, apa kalian menyukai kekuatan dewi? Apa itu membuat kalian senang?” Sharnak tersenyum percaya diri pada yang lain.

“Mengapa kau bekerja sama dengan kami?” Bastea menekan.

“Karena sang dewi menghendakiku melakukannya.”

“Sang dewi, ya?” geram Bastea sebagai jawaban.

Aku tidak mempercayai wanita ini. Intuisi Bastea sebagai seorang beastman sedang memperingatkannya bahwa dark elf ini berbicara dengan lidah ular berbisa.

Tetap saja, kekuatan Pedang Iblis yang dia berikan kepada kami cukup nyata.

Fraksi Serigala tidak dalam posisi untuk menolak bantuan berdasarkan siapa yang menyediakannya. Yang penting hanyalah membebaskan kerabat mereka yang ditawan di ibu kota.

“Persiapan pembajakan kapal sudah dilakukan. Kalian bisa menyerahkan semuanya padaku,” deru Sharnak.

“Jika kapal perang kekaisaran dapat semudah itu untuk diambil alih, kami pasti sudah melakukannya,” kata Bastea padanya.

“Aku akan memanggil kekuatan dari Ketiadaan,” jawab penyihir itu.

“Apa?” Bastea mengerutkan alisnya.

Miasma hitam mulai merembes dari bilah Pedang Iblis di tangan Sharnak.

“Ketiadaan yang melayani dewi akan memandu jalan kalian.”



1 Comments

Previous Post Next Post