Seiken Gakuin no Maken Tsukai Volume 1 - Bab 7

Bab 7
Tempat Yang Ingin Dilindungi


Dia bermimpi. Dia sudah lama lupa kalau orang akan bermimpi dalam tidur mereka, karena sejak dia meninggalkan tubuh manusianya, dia tidak lagi pernah bermimpi.

Itu adalah mimpi saat dia masih muda. Pahlawan Pedang Suci, Leonis Shealto, dikhianati oleh para bangsawan kerajaannya dan dibunuh. Itu benar-benar cerita yang sangat biasa dan lumrah.

Dia tidak terlalu peduli dengan motifnya. Dendam, iri hati, kebencian, kesombongan, ketakutan... mungkin semua itu digabungkan menjadi satu. Tapi anak sepuluh tahun yang telah menyelamatkan dunia berkali-kali dikirim ke kematian yang tidak wajar.

Bahkan saat dia terbaring di tengah hujan dengan genangan darah menggenang di bawahnya, anak itu tidak membenci umat manusia... Dia telah melihat banyak sisi buruk dari mereka, dan banyak aspek luhurnya juga. Bahkan mereka yang memerintahkan kematiannya bukanlah penjahat terus menerus.

“—Nak. Apa menurutmu dunia ini adil?”

“...Aku sudah tidak peduli lagi.”

Anak laki-laki itu menjawab dengan gumaman lelah; wanita itu hanya mengulurkan tangannya ke arahnya.

“Aku ingin memberontak melawan dunia ini. Apa yang ingin kau lakukan? “

Dan saat dia mengucapkan kata-kata itu sambil tersenyum, ekspresinya begitu... cantik...

---

...Sudah lama sekali sejak aku memimpikan dirinya.

Itu adalah mimpi nyata yang membangkitkan ingatan masa lalunya. Roselia—gadis yang dikenal sebagai Dewi Pemberontakan. Dia menghidupkan kembali anak laki-laki yang pernah disebut pahlawan, mengubahnya menjadi Penguasa Kegelapan. Dia menyelamatkannya saat Loenis kehilangan kepercayaan pada dunia ini, dan kemudian dia melanjutkan untuk mencoba menyelamatkan dunia itu sendiri. Memikul beban berat itu dengan tubuh kecilnya...

Diganggu dengan sakit kepala yang tumpul, Loenis memegangi kepalanya saat dia duduk. Piyama menempel di anggota tubuhnya yang berumur sepuluh tahun. Dia masih merasa agak tidak terbiasa dengan tubuhnya sendiri.

“Nn... Nnnghh...”

Dan kemudian, suara sensual yang aneh menggelitik telinganya.

“...?!” Dia melihat ke bawah dengan panik.

Riselia membalikkan badan di tempat tidur, sedang tertidur nyenyak. Napasnya berhembus dari sela-sela bibirnya. Gaun tidurnya terbuka sebagian dan memperlihatkan dadanya. Itu naik dan turun setiap dia bernapas. Rambut peraknya berkilauan di bawah sinar matahari samar yang merayap masuk melalui jendela.

A-apa yang dia lakukan di sini...?!

Leonis memikirkan kembali apa yang dia lakukan sebelum tidur tadi malam. Hanya ada satu tempat tidur di kamar itu, jadi Leonis memutuskan untuk tidur di sofa. Saat dia menjadi Raja Undead, dia selalu tidur di peti mati batu, jadi dia tidak terlalu pilih-pilih ketika menyangkut tempat tidurnya.

Ya, aku jelas tertidur di sofa...

Leonis pun merasakan sensasi tidak menyenangkan di lehernya. Itu agak bengkak.

Dia tidak melakukannya, kan...?

Saat Riselia menderu dalam tidurnya, Leonis mencubit pipinya.

“...Mmm, nnng...”

Riselia hanya mengerutkan alisnya karena kesal, tapi tidak membuat tanda-tanda akan bangun. Leonis mengangkat bahu dan berbisik ke telinganya.

“Bangunlah, pengikutku...”

“...Aaaah ?!”

Mata gadis itu terbuka karena terkejut. Dia mengisi kata-kata itu dengan mana untuk membangunkan pengikutnya.

“Selamat pagi, Selia.”

“S-selamat pagi, Leo...” mengusap matanya, dia pun menatap ke arah Leonis.

Seprai didorong ke satu sisi, membuat Leonis bisa melihat celana dalam putih Riselia dengan jelas. Leonis melakukan yang terbaik untuk tidak melihatnya.

“Erm, bukankah aku tidur di sofa semalam?”

“Ya, aku memindahkanmu ke tempat tidur. Kau akan terkena flu kalau tidur di sana.”

“Kupikir aku akan baik-baik saja...”

Penguasan Kegelapan yang terkena flu tidak pernah terdengar.

Meskipun itu mungkin di tubuh ini...?

Itu tidak penting sekarang.

Leonis berdehem dan menatapnya dengan satu mata setengah terbuka.

“Kau menghisap darahku saat aku tidur, kan?”

“.........”

Riselia membuang muka ke arah yang tak menentu.

“Aku memiliki bekas gigitan di leherku.” Leonis berusaha lebih keras untuk membuatnya mengakui kesalahannya.

“H-hanya sedikit...,” dia tergagap, meletakkan jari telunjuk dan jempolnya berdekatan dalam bentuk perkiraan “hanya sedikit.” “Malam sudah larut, dan aku tidak bisa menahannya... Itu terjadi begitu saja...”

Dorongan vampir menjadi lebih kuat di malam hari, dan baru saja menjadi Ratu Vampir, Riselia masih memiliki masalah dalam menekan dorongan tersebut.

“Jangan salah paham. Bukannya aku keberatan memberikan darahku pada pengikutku, tapi setidaknya lain kali bertanya dulu padaku.”

“...B-baiklah, akan kulakukan. Maafkan aku.”

Tetap saja, tidak disangka dia menyelinap ke Raja Undead saat dia tidur dan menghisap darahnya. Menurutnya, Ratu Vampir ini bukanlah sosok yang bisa dianggap enteng.

“Dan juga, tidak ada lagi tidur di ranjang yang sama.”

“Oh, Leo, apa kau di usia puber sekarang?”

“Tentu saja” Leonis berdiri dan mulai berganti dari piyama menjadi seragam.

“Kau mau kemana?” tanya Riselia.

“Perpustakaan akademi. Aku seharusnya diizinkan masuk sekarang karena aku punya kartu, kan?”

Dia berencana menghabiskan hari mengurung diri di perpustakaan Akademi Excalibur seperti seorang pertapa, mempelajari sejarah zaman ini. Masyarakat manusia dan perkembangannya, munculnya Void, kekuatan Pedang Suci... Ada banyak yang perlu dipelajari.

Selain itu, menurut laporan Shary, para dewa kuno, Penguasa Kegelapan, dan Enam Pahlawan bahkan bukan legenda di zaman ini. Mungkin mempelajari buku sejarah akan membantunya menemukan sesuatu.

Sedikit bingung, Riselia memanggilnya saat dia bersiap untuk pergi.

“Um, tempat latihan dipesan untuk kurikulum latihanmu pagi ini.”

“Kurikulum?” tanya Leonis.

“Di Akademi Excalibur, kita dapat memilih kurikulum pelatihan kita dengan bebas.”

“...Benarkah, terus.”

Di mata Leonis, menyerahkan struktur pelatihan kepada para siswa/i agak tidak efisien. Tapi melihat kekuatan Pedang Suci yang berada di setiap siswa/i bervariasi dan luas, kurikulum pelatihan yang seragam dan komprehensif juga tidak akan bagus. Selain itu...

“Ini pertama kalinya aku mendengar tentang pemesanan tempat pelatihan.”

“Aku menyusun kurikulum untukmu, Leo. Sebagai bagian dari keistimewaanku sebagai walimu,” kata Riselia acuh tak acuh. “Aku memastikan kau berlatih pada saat yang sama denganku.”

“Kenapa kau melakukan itu?” ranya Leonis dengan terkejut.

“Kau berjanji akan berlatih denganku, kan?”

“... Hmm.” Dia memang menjanjikan sesuatu seperti itu. “Baiklah.” Leonis mengangkat bahu.

---

Area pelatihan Akademi Excalibur yang Riselia pesan untuk mereka adalah tempat dalam ruangan. Ruangan melingkar yang luas itu berbentuk kubah.

“Aku memesan gym ini hanya untuk kita berdua, jadi kita harusnya akan baik-baik saja,” kata Riselia sambil meregangkan tubuh dengan gembira.

Dia mungkin sangat senang bisa berlatih sebagai Pengguna Pedang Suci untuk pertama kalinya.

Paling tidak, Leonis mengerti bagaimana perasaannya.

“Sebagai permulaan, bagaimana kalau kau menunjukkan kekuatanmu yang sekarang?” Leonis menyarankan dan mengetukkan bagian bawah tongkatnya ke tanah. “Setelah itu, kita akan memikirkan rincian pelatihanmu.”

“Baiklah. Haruskah kita menggunakan Simulator Void? “ tanya Riselia.

“Tidak, aku punya musuh yang lebih realistis untukmu,” jawab Leonis dan mulai merapalkan mantra.

“—Prajurit kematian yang gagah berani, patuhi panggilan Raja Undead.”

Bayangan Leonis mengembang secara melingkar dan mulai menggeliat dengan liar. Dengan suara gemeretak hiruk pikuk, puluhan inkarnasi tulang bangkit dari bayangan.

“A-apa? Apakah itu... sekeleton...?” gumam Riselia dengan sedikit ketakutan.

...Astaga. Jadi pemuda/i pada usia ini bahkan belum pernah melihat sekeleton sebelumnya.

Skeleton akan muncul secara alami di tempat-tempat yang dipenuhi miasma kematian dan merupakan monster tingkat rendah yang berfungsi sebagai inti dari pasukan Raja Undead. Kebetula, Leonis bisa memanggil ratusan pasukan sekaligus.

“Mereka adalah pengikutku yang berperingkat terbawah. Jangan ragu untuk menghancurkan mereka.”

“...Oke. Dimengerti.” Riselia mengangguk dan mengangkat tangan kanannya ke udara kosong. “Aktifkan!”

Saat berikutnya, Pedang Suci yang tidak disebutkan namanya terwujud di tangannya. Perwujudan dari jiwanya. Pedang elegan yang mengalahkan Muselle selama Uji Coba Pedang Suci.

“Kalau begitu, permisi...” Rambut Riselia bersinar dengan cahaya berisi mana keperakan.

Dia mengayunkan Pedang Suci miliknya, menghancurkan prajurit skeleton menjadi debu. Para prajurit itu melanjutkan serangan mereka tanpa jeda, tapi Riselia menerobos mereka dan memusnahkan monster-monster itu.

...Seperti yang dapat diharapkan dari Ratu Vampir.

Skeleton itu memang undead yang sama seperti Riselia, tapi mereka adalah pengikut dengan peringkat paling rendah, bukan tandingannya Ratu Vampir. Terlepas dari kemudahan gerakannya, Riselia masih belum mampu mengendalikan cadangan mana dalam jumlah besar yang tertidur di tubuhnya. Dia hanya mengayunkan Pedang Suci dengan kekuatan kasar vampirnya yang ditingkatkan.

...Tidak, mengatakan bahwa dia hanya mengayunkan pedangnya tidaklah akurat.

Ilmu pedangnya tidak buruk. Postur gadis itu praktis dan dibuat untuk pertempuran nyata. Tak lama kemudian, dia mengalahkan semua prajurit skeleton.

“...Huff, huff, bagaimana...?”

“Itu hebat. Keahlianmu dengan pedang sangat mengesankan.” Leonis bertepuk tangan.

“Kau tahu tentang ilmu pedang...?” Riselia memiringkan kepalanya penuh pertanyaan.

Mungkin Leonis tidak terlihat seperti orang yang bisa menggunakan pedang.

“Yah, sedikit...” Leonis mengangkat bahu seolah menghindari pertanyaan itu.

“Apakah seseorang mengajarimu, Selia?”

“Ya, ayahku memiliki Pedang Suci tipe bilah.”

...Begitu ya, keahliannya diturunkan oleh ayahnya.

“...Tapi aku bukan tandingannya Sakuya.” Selia menggelengkan kepalanya.

“Kekuatan sejati Ratu Vampir terletak pada cadangan mana yang sangat besar. Begitu kau  bisa mengendalikannya, aku akan mengajarimu sihir.”

“Sungguh?”

“Iya. Kupikir itu yang terbaik.”

Jika dia bisa menggunakan mana untuk memperkuat tubuhnya, dia akan bisa bertarung sebagai pedang mantra.

“Ayo naikkan tingkatannya sedikit kalau begitu.”

Dia merapalkan mantra untuk memanggil monster skeleton. Ini adalah skeleton yang terbentuk dari tulang serigala hitam.

“Ini adalah undead tipe binatang yang menggunakan taktik kelompok. Mereka tidak akan semudah lawanmu sebelumnya.”

“Baik!”

Dia menyeka keringatnya dan mencengkeram erat Pedang Suci dengan kedua tangan. Dia tampak sangat gembira hanya deangan memegang senjata iti.

Dua jam kemudian, latihan mereka selesai. Tempat latihan dipenuhi dengan terlalu banyak tulang untuk dihitung.

Haah, haah, haah...

Riselia terengah-engah, bahunya naik turun.

“Sepertinya ini sudah saatnya untuk berhenti...”

Leonis memperluas bayangannya, mengambil tulang-tulang itu dan mengembalikannya ke Alam Bayangan-nya. Ini bukanlah zaman dimana tulang berserakan di medan perang. Jika dia mengambil tulang yang tersisa dan menuangkan mana ke dalamnya, dia bisa menggunakannya lagi.

“...Terima kasih banyak!” Riselia menundukkan kepalanya.

Menyaksikan pengikutnya tumbuh tentu menyenangkan.

“Apa kau mau aku mengisi mana-mu?”

“Ah... T-tidak, aku baik-baik saja...,” Riselia tergagap dengan pipinya yang merah muda, dan menjawab setelah berpikir sejenak.

“Baiklah. Kalau begitu, aku akan pergi... “

“Ah, Leo.” Gadis berambut perak menghentikannya sebelum dia bisa pergi ke perpustakaan. “Aku akan pergi ke distrik komersial; apa kau mau ikut denganku?”

“Tidak, aku hendak pergi ke...”

“Aku akan mentraktirmu makanan enak.”

“.........”

Perut Penguasa Kegelapan mengeluarkan suara gemuruh.

...Tubuh yang menjengkelkan! Sungguh tidak bisa diperbaiki.

Dia berencana menghabiskan harinya di perpustakaan, tapi itu tidak seperti bangunan itu akan pergi ke mana-mana. Keluyuran di kota bukanlah ide yang buruk.

...Kurasa aku seharusnya tidak menyerahkan semua penyelidikan kota pada Shary.

...Dan memang, manisan yang dibawakan Shary sehari sebelumnya telah menarik minatnya.

---

“Ini aneh,” bisik Elfiné, menyipitkan mata ke layar analisis.

“Ada apa, Elfiné?” Sakuya mengintip ke layar dari belakang punggungnya.

“Peleton 13 sedang menyelidiki dasar laut, tapi mereka belum kembali.”

“Peleton 13? Bukankah mereka semua adalah para elit yang terampil?”

“Sepertinya petinggi akademi belum mempublikasikan ini.”

Satu-satunya yang dapat mengakses informasi yang dirahasiakan oleh biro administrasi adalah mereka yang memiliki Pedang Suci seperti milik Elfiné, yang mampu menginterfensi jaringan informasi. Tentu saja akademi mengetahui kemampuan Pedang Suci miliknya, tapi mereka tidak menyadari bahwa dia dapat mengakses jaringan sejauh itu.

“Tunggu. Tunggu sebentar...!” Elfiné berseru, matanya tertuju pada layar.

“Mm?”

“Bentuk gelombang yang aneh ini... Tidak, itu tidak mungkin...!” Dia menjadi pucat.

Dia berharap ini adalah kegagalan pengoperasian, tapi dia telah melihat skenario ini berkali-kali di simulator.

“Aku harus melaporkan ini ke biro secepat mungkin.”

Namun, saat dia berdiri, layarnya dipenuhi ledakan titik-titik merah.

---

“Kita samai.”

Dengan kendarannya, Riselia dan Leo pergi ke daerah yang tidak jauh dari distrik komersial. Itu adalah tempat dengan lalu lintas yang sangat renggang, dan tidak ada siswa/i Akademi Excalibur yang terlihat.

“Apakah ini semacam restoran?” Leonis memandang ke bangunan yang telah ditepi Riselia di sebelahnya.

“Ya, itu adalah restoran yang juga berfungsi sebagai panti asuhan. Mereka melindungi anak-anak pengungsi yang tidak punya tempat tujuan.”

“Panti asuhan...” Leonis mengerutkan kening.

Dia tidak memiliki kenangan indah tentang panti asuhan. Rasanya seperti luka yang telah dia ditutup terbuka lagi.

“Ada apa?”

“Tidak ada apa-apa.”

 

Itu adalah bangunan bata, agak tidak biasa untuk Assault Garden. Riselia turun dari kendaraan dan mengambil kotak besar dengan kedua tangannya.

“Happ...”

Itu terlihat berat.

“Kalau kau menggunakan mana yang diberikan kepadamu sebagai vampir, kau akan bisa membawa itu dengan cukup mudah,” Leonis memberinya saran.

“Aku ingin merasa seperti manusia dalam kehidupan normalku sehari-hari. Selain itu, kapanpun aku menggunakan mana, aku harus mengisi ulang itu, jadi...”

“...Aku mengerti,” Leonis mengakui, tapi dia merapal mantra untuk membuat kotak itu lebih ringan.

Bel berdering saat mereka memasuki bangunan itu, dan...

“Itu Selia!”

“Seliaaaa!”

“Selia datang!”

Beberapa anak berlarian sambil memeluk pinggang dan kaki Riselia.

...Beraninya mereka menempel pada pengikutku seperti itu...! Leonis secara refleks menegang, tapi kemudian mempertimbangkan kembali. Yah, mereka hanya anak-anak. Aku akan mengabaikannya kali ini.

Melupakan bahwa dia sendiri juga anak-anak berumur 10 tahun, dia memutuskan untuk memaafkan mereka.

...Leonis Death Magnus selalu menjadi yang paling toleran dari para Penguasa Kegelapan.

Tetap saja, dia ingin tahu. Riselia sangat disayangi oleh anak-anak ini. Dia tersenyum kecut saat dia membawa kotaknya ke meja dengna anak-anak masih menempel padanya.

“Kau sudah lama tidak datang untuk bermain, Selia. Kami merindukanmu tahu!”

“Maaf ya. Kami ada ujian tengah semester di akademi, jadi aku sibuk...”

“Hyah!” Seorang anak laki-laki yang kelihatannya berumur lima tahun mencoba membalik rok Riselia.

“H-hei, hentikan itu!” bentaknya sambil menahan ujung roknya.

...Itu agak terlalu sulit untuk diabaikan. Wajar saja jika Penguasa Kegelapan yang pemaaf menjadi marah karena ini. Tapi tepat ketika Leonis hendak merapal mantra untuk menyandungkan anak itu...

“Deen, apa yang kau lakukan?!” Pintu dapur terbuka, dan seorang wanita tua melangkah keluar. “Aku minta maaf. Kau selalu banyak membantu kami...”

“Tidak apa-apa. Aku hanya berharap aku benar-benar bisa membantu di sekitar sini...” Riselia berbalik menghadap Leonis dan memperkenalkannya pada wanita tua itu. “Dia adalah Phrenia, pemilik panti asuhan ini.”

“Siapa dia?” tanya wanita bernama Phrenia.

“Anak laki-laki yang kuselamatkan dari reruntuhan. Namanya Leo, dan dia adalah Pengguna Pedang Suci.”

“Wah, di usianya yang begitu muda?” Phrenia berseru.

“Keren!”

“Benarkaaaaah?”

“Luar biasa!”

Anak-anak mulai berkumpul di sekitar Leonis.

“...H-hentikan!” perintah Raja Undead yang berbicara dengan suara alaminya. Itu tidak berhasil, karena dia segera mendapati dirinya dikelilingi.

“Perlihatkan Pedang Suci-mu dong!”

“Kau menyebut Pedang Suci-mu apa?!”

“B-Berhenti, kalian tidak boleh melakukan itu...”

Gadis tertua dalam kelompok itu (berusia delapan tahun) mencoba menghentikan anak-anak lain, tapi mereka semua mulai mengacak-acak rambut Leonis.

... A—Aku adalah Penguasa Kegelapan loh...!

“Wah, bukankah kau populer, Leo?” Pengiktunya tidak berusaha menyelamatkannya dan hanya memilih untuk menonton serta terkikik.

...Aku tidak akan melupakan ini..., Leonis menggerutu dari lubuk hatinya.

“Aku memetik beberapa sayuran di kebun dan membawakannya.” Riseli membuka kotak berat yang dibawanya, memperlihatkan bahwa kotak itu penuh dengan hasil bumi.

Dia menanamnya sendiri di salah satu kebun Akademi Excalibur.

“Memang tidak banyak, tapi rasanya enak.”

“Terima kasih. Aku akan membuat sup.” Wanita tua itu kembali ke dapur.

“Aku akan membantunya membuat makan siang. Leo, kau bermainlah dengan anak-anak sampai itu selesai.”

“Apa...?!”

Leonis mengulurkan tangan, tapi Riselia menghilang ke dapur.

“Tunjukkan Pedang Suci mu!” “Seperti apa bentuknya?!” “Seragammu keren!”

“Ugh...”

Dengan anggota tubuhnya yang berumur 10 tahun, dia tidak bisa melepaskan anak-anak itu darinya, dan menggunakan sihir pada anak-anak terasa seperti itu akan merusak martabatnya sebagai Raja Undead.

“H-hentikan, kalian mengganggunya...!” Gadis tertua mencoba menegur yang lain, tapi suaranya yang lemah tidak terdengar.

Sialalan...! Leonis memandang dengan enggan ke tempat Riselia berdiri beberapa saat yang lalu.

---

“Sudah siap.”

Riselia yang mengenakan celemek mengintip dari dapur lima belas menit kemudian. Dalam sekejap, anak-anak yang selama ini bermain dengan Leonis berlari ke meja.

...Ya ampun.

Leonis bangkit, memperbaiki pakaiannya yang kusut dan rambutnya yang acak-acakan. Untuk Raja Undead, yang pernah memukul mundur puluhan ribu prajurit sendirian, ini adalah aib yang luar biasa.

“E-erm... Apa kau... baik-baik saja...?” Gadis tertua di antara anak-anak itu mengulurkan saputangan bersih sebagai tanda perhatian.

“Mm, ya, lagian itu hanya anak-anak.”

“Maaf... Mereka semua tidak bermaksud jahat, jadi...” Gadis itu menundukkan kepalanya beberapa kali untuk meminta maaf. “Oh, tapi aku juga berpikir itu sangat keren kalau kau bisa menggunakan Pedang Suci!” Wajahnya tersipu begitu kata-kata itu keluar dari bibirnya.

“Tessera, apa kau bisa datang ke sini?”

“Y-ya!”

Gadis itu membungkuk ke arah Leonis dan lari.

“...Tessera, ya? Senang rasanya melihat anak yang sopan,” gumam Leonis sambil menyisir rambutnya dengan jari-jarinya.

Bagian depan panti asuhan adalah restoran umum. Sekeranjang penuh roti tergeletak di atas meja bersama sup, salad, dan ikan goreng. Tempat itu tidak terlalu luas, tapi suasananya menyenangkan.

“Aku terkadang bekerja di sini,” kata Riselia sambil melepaskan celemek yang ia kenakan.

Melihatnya yang mengenakan celemek sangat kontras dengan persepsi Leonis tentang aura bangsawannya.

“Pada hari-hari ketika restoran tutup, semua orang berkumpul di sini untuk makan.” Melirik ke luar, Leonis menyadari tanda BUKA telah diturunkan.

...Begitu ya.

Tampaknya dia terbiasa menangani anak-anak, mengingat bagaimana dia merawat Leonis sementara dia mengira Leonis sama seperti mereka. Itu mungkin karena dia terbiasa bergabung di panti asuhan.

“Kau selalu banyak membantu, Riselia,” kata Phrenia seraya menundukkan kepalanya dan mengucapkan terima kasih.

“Oh, tidak apa-apa—lagipula kau memberiku gaji...”

Anak-anak sudah duduk di depan meja dan mengunyah roti. Leonis sama laparnya seperti mereka, tapi mengulurkan tangan dengan tenang, menunjukkan martabatnya sebagai Raja Undead.

“Bagaimana, apa kau menyukai sup lobaknya?”

“...Ini enak.” Leonis memberikan pendapat jujurnya.

Kuah sayur buatannya terasa sedikit asin, dan rasanya sederhana namun gurih.

“Syukurlah, Regina telah mengajariku cara membuatnya,” kata Riselia sambil mengacungkan jempol.

“Um... rotinya juga enak loh.” Tessera menawarinya sepotong roti.

“Oh terima kasih.”

“S-sama-sama...” Pipinya tersipu saat Leonis menerima roti itu.

“Semua anak ini diselamatkan dan dibawa dari luar kota oleh Pengguna Pedang Suci,” jelas Phrenia.

“Itu benar. Mereka semua tiba di sini dari berbagai negara dan tempat, mencari perlindungan.”

“Selia, apa kita bisa bermain nanti?”

“Tentu. Kalian mau main apa?”

Anak-anak memeluk Riselia dengan penuh kasih sayang. Dia sendiri pun menjawab dengan senyuman.

...Begitu ya. Ini adalah tempat yang ingin dia lindungi, pikir Leonis saat dia memperhatikannya.

Tanah airnya dihancurkan oleh Void, jadi dia sepertinya sangat ingin melindungi anak-anak yang mengalami nasib yang sama.

...Jujur saja, aku sedikit iri padanya, pikir Raja Undead. Kerajaan yang kujanjikan akan kulindungi sudah lama hilang...

Dia teringat kembali pada pemandangan Necrozoa yang telah lama hancur dan penuh nostalgia. Tapi...

“Ayolah, tunjukkan Pedang Suci-mu!”

Seorang anak laki-laki berumur lima tahun yang gemuk menarik-narik lengan baju Leonis.

Anak itu pasti sangat berani untuk menyapa Raja Undead.

“Phoca, Pengguna Pedang Suci tidak boleh dipermainkan.”

“Aww!” anak itu merengek mendengar omelan Phrenia.

“Tidak, tidak apa-apa. Aku akan menunjukkannya,” Leonis menawarkan dengan murah hati.

Menunjukkan kepada mereka sedikit sesuatu untuk mengalihkan perhatian mereka tidak akan terlalu buruk. Membuat anak-anak senang juga pasti akan menyenangkan Riselia.

“Apa yang akan kau lakukan, Leo?”

“... Hmm. Mungkin sirkus skeleton artistik akan bagus di sini.”

“Skeleton?”

“Apa itu?”

Pertanyaan-pertanyaan aneh dari anak-anak datang dengan cepat.

“M-mungkin sebaiknya tidak, Leo. Kau mungkin malah jadi menakuti mereka.” Riselia mencoba untuk menghentikannya.

“...Apa menurutmu begitu?”

“Iya. Maksudku, skeleton itu sedikit menakutkan...”

...Hmm. Jadi skeleton itu menakutkan.

Leonis sebenarnya menganggap skeleton itu cukup lucu.

“Baiklah. Kalau begitu bagaimana dengan kembang api kecil seukuran meja...”

Tapi saat Leonis hendak merapalkan mantra api...

“......... ?!”

Brrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr!

Getaran mengguncang bumi, menyebabkan peralatan makan jatuh ke tana lantai dengan suara keras.

“...Apa ini gempa bumi?”

“Tidak, itu seharusnya tidak mungkin, Assault Garden dikokohkan di dasar laut oleh jangkar,” jawab Riselia.

Bahu Leonis menegang.

Dan saat berikutnya... sirene kota berbunyi.



Post a Comment

Previous Post Next Post