The Undetecable Strongest Job: Rule Breaker Bab 246


Bab 246 - Jalan Sempit Menuju Virocean


Seperti yang dijanjikan, Kaglai menyiapkan kereta untuk Hikaru dan dia menghabiskan harinya di situ. Sebanyak dua puluh kereta dan 500 ksatria sedang menuju ke Vireocean. Itu cukup spektakuler.

Awalnya, Hikaru memeriksa Soul Board para ksatria, tapi tidak ada yang benar-benar menonjol, jadi dia berhenti memeriksanya. Ada yang memiliki empat poin pada [Pedang], sementara sebagian besar memiliki tiga poin. Beberapa bahkan hanya memiliki dua poin.

(Ksatria Ponsonia sedikit lebih kuat), pikir Hikaru. (Forestia sekitar dua tingkat lebih lemah secara keseluruhan.)

Kereta yang sangat elegan disiapkan untuk kaisar. Namun [Deteksi Mana] Hikaru merasakan bahwa bukanlah Kaglai yang mengendarainya, tapi tiruannya. Kaglai yang asli ada di kereta di belakang keretanya Hikaru.

Hikaru tidak bisa menahan tawa tegang. Seolah-olah kaisar mengatakan kepadanya "Kau akan melindungiku jika terjadi sesuatu, kan?". Dia sepertinya memiliki harapan yang tinggi pada kemampuan Hikaru.

Keberadaan Hikaru sendiri dirahasiakan, tapi perlakuan khusus semacam ini menarik perhatian. Apalagi, dia tinggal di dalam sepanjang hari dan menghilang pada malam hari. Yang dia lakukan hanyalah makan malam diam-diam di kota dan membeli makanan yang bisa disimpan dalam waktu lama.

Para ksatria juga mengunjungi bar di kota. Hikaru yang tanpa mengenakan topeng mengikuti mereka dan duduk di meja di samping mereka, mendengarkan percakapan mereka dengan seksama.

"Aku tahu siapa yang naik kereta hantu itu." kata seseorang.

(Dari semua hal untuk menyebutnya, mereka menyebutnya "hantu", ya?) Dia tidak bisa menyalahkan mereka. Dia memang berusaha menyembunyikan dirinya sepanjang waktu.

Para ksatria berkumpul dan berbicara dengan bisikan pelan, tidak pernah melepaskan gelas bir mereka.

"Benarkah? Siapa itu?"

"Jangan beri tahu orang lain tentang ini, oke? Rupanya, itu adalah putri dari kerabat jauh Yang Mulia. Dia akan menikah dengan seseorang di Vireocean."

"Apa? Itu jelas membutuhkan perayaan. Tapi kenapa dia disembunyikan?"

"Yah... itu penampilannya."

"Tidak banyak yang bisa dilihat, ya?"

"Kau bersikap tidak sopan."

"Siapa yang peduli akan itu pada saat ini? Kita menjaga kerata yang tidak kita ketahui."

"Memperkuat aliansi kita, ya? Tapi mengapa menghadirkan wanita seperti itu?"

"Yang Mulia tidak punya anak. Jadi mungkin tidak ada kandidat lain."

"Memperkuat aliansi kita seharusnya menjadi hal yang menggembirakan, tapi penampilannya meminta hal-hal dilakukan dengan tenang. Itu saja?"

"Jadi itu alasan dilakukannya perjalanan mendadak ke Vireocean. Untuk menunjukkan bahwa Yang Mulia menyerahkan seseorang yang penting, bukan orang yang tampak biasa."

"Ya, itu masuk akal."

"Ya kan? Aku mendengar Menteri Luar Negeri membicarakan hal itu dengan pelayan pribadinya. Dia bilang tidak ada penjelasan lain."

"Tunggu, itu malah terdengar kalau bahkan Menteri Luar Negeri tidak tahu yang sebenarnya."

"Itu aneh kalau begitu. Menteri Luar Negeri dan Perdana Menteri tampak seperti mereka tahu."

"Yah, mereka berdua tetap tinggal di ibukota."

Hikaru bahkan tidak tahu kalau dia menjadi kerabat jauh Kaglai. Tampaknya informasi apa pun yang berkaitan dengannya dirahasiakan, mungkin untuk menunjukkan bahwa dia sangat menghargai Hikaru.

(Yah, yah. Bukankah kami pandai membuat pengaturan?)

Sebagian dari dirinya hanya mengantar kaisar karena rasanya dia tidak punya banyak pilihan. Namun, dia juga ingin mengunjungi Vireocean setidaknya sekali. Selain itu, ini adalah pertama kalinya dia mendengar tentang Benua Hancur. Dia tidak ingin mentah-mentah menolak Kaglai karena dia pikir dia bisa membangun hubungan yang baik dengan pria itu.

Tidak ada yang aneh terjadi dalam perjalanan mereka sampai mereka mendekati perbatasan antara Vireocean dan Quinbland. Maju melalui jalan sempit di pegunungan memerluka kereta untuk membentuk barisan panjang dengan pengawal diposisikan di depan dan belakang. Tebing tinggi menjulang di kedua sisi jalan.

Saat itu sore hari. Hikaru sedang berbaring seraya mengunyah daging kering sambil membaca buku yang dia beli dari kota tempat mereka singgah. Itu adalah kumpulan cerita rakyat Vireocean. Harganya lumayan banyak karena dia benar-benar membelinya, tapi dia baru bisa menjual itu setelah Lavia selesai membacanya.

"Kita diserang!"

Suara metalik bernada tinggi terdengar. (Serangan musuh?) Hikaru segera bediri, dia pun merasakan tanah bergetar dan diikuti dengan teriakan.

(Monster.)

Tidak ada bandit yang akan berpikir untuk menyerang konvoi yang dijaga ketat seperti itu. Hikaru kelaur dari kereta dan memanjatya. Dia melihat awan debu membubung di depan tempat konvoi berhenti.

"Sialan, ini sulit!" Seorang kesatria yang memegang tombak pendek berteriak dengan ujung tombaknya patah.

Mereka melawan Naga Batu sebesar semi-truk. Secara keseluruhan, monster itu tampak seperti kura-kura, tapi bukannya cangkang, ia membawa batu di punggungnya. Makhluk itu memiliki dua kepala dan delapan kaki.

Mulut Naga Batu bergetar saat melepaskan getaran. Asap mengepul. Di bawah kelopak mata naga yang tebal dan sedikit terbuka ada mata emas. Para ksatria berusaha untuk menghujani rentetan serangan di wajahnya, tapi dengan cepat monster itu menarik kepalanya ke dalam cangkangnya. Mata tombak dengan cepat patah saat mereka menusukkan senjata ke batu itu.

"Kelilingi monster itu! Dia tidak bisa bergerak dengan kepalanya yang berada di dalam—"

Saat seorang komandan memberikan perintah, Naga Batu menyerang kesatria terdekat.

"Apa?!"

Kedua kepalanya masih berada di dalam cangkang. Ksatria itu dengan cepat mencoba mundur, tapi makhluk itu menabrak kudanya dan membuat kuda itu terbang. Cangkang keras menghantam kaki kesatria dan membuat dagingnya tercabik-cabik.

"Pemanah! Bidik matanya!"

"Serang kakinya untuk menghentikan pergerakannya!"

"Makhluk ini cepat! Jangan tetap diam di satu tempat!"

Gerakan para ksatria itu terorganisir, tapi mereka tampaknya tidak bisa memberikan kerusakan pada Naga Batu. Mereka berhasil menghindari beberapa serangan monster itu. Meski begitu, monster itu sesekali menyerang dan perlahan mengurangi jumlah ksatria.

"Aku mendengar rumor tentang naga di sini, tapi aku tidak menyangka akan ada yang benar-benar muncul."

"Apa yang harus kita lakukan?! Yang Mulia ada di belakang!"

"Saat ini kita tidak punya pilihan selain mundur—"

Saat komandan memutuskan untuk mundur, siluet muncul di hadapan monster itu. Naga Batu mengubur wajahnya di dalam cangkangnya dan menggunakan cangkangnya yang keras untuk memblokir panah. Tapi mosnter itu harus menggunakan matanya untuk mengukur situasinya. Dan saat monster itu mengintip sebentar, seseorang berbaju hitam muncul entah dari mana, mengenakan topeng perak, dan menusuk mata emas naga itu. Bilahnya masuk sangat dalam tanpa menerima banyak perlawanan.

"Apa...?! "

Rasa dingin merambat di punggung para ksatria saat mereka melihat pedang itu.

"Jadi kepala lainnya adalah boneka."

Dalam sekejap, tubuh besar Naga Batu itu roboh ke tanah. Angin menyebabkan awan debu naik, menghalangi sosok berpakaian hitam dari pandangan.

"Ugh... Kemana dia pergi?!" kata Seorang pria sambil terbatuk-batuk karena debu.

Sosok hitam itu sudah menghilang.

---

Sementara Naga Batu memiliki dua kepala, hanya satu yang benar-benar memberi perintah pada seluruh tubuhnya. Hikaru mengetahui itu dengan [Pendektes Kehidupan]-nya. Kepala adalah titik lemah yang serius dari makhluk yang memiliki cangkang pelindung. Mungkin makhluk itu berevolusi untuk menumbuhkan kepala lain sebagai pelindung, atau mungkin itu cadangan ketika yang lain berhenti berfungsi. Hikaru tidak tahu. Tapi bagaimanapun juga, dia menyimpulkan bahwa naga itu akan mati jika dia menghancurkan kepala lainnya, dan dia benar.

Hikaru ingin menaikkan soul rank-nya dan naga itu adalah target yang sempurna. Faktanya, peringkatnya naik satu. Menggunakan awan debu sebagai penutup, Hikaru menggunakan [Sembunyi]-nya dan kembali ke keretanya.

Kemudian bayangan muncul dari atas. Hikaru mendongak, tapi tidak melihat apa-apa.

Naga memang terkadang terlihat di pegunungan ini, tapi Hikaru berpikir waktu serangannya terlalu sempurna. Rute yang mereka pilih seharusnya aman bagi kaisar. Bahkan jika ada kemungkinan naga muncul, siapapun yang merencanakan untuk melewati rute ini percaya kemungkinan itu hampir nol. Namun mengesampingkan keanehan, seekor naga memang muncul.

(Apa ini hanya kebetulan?) Hikaru kembali ke kereta, tenggelam dalam pikirannya.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Hikaru.

"Oh, kau sudah kembali. Kau hebat. Terima kasih."

Kaglai berada di kereta Hikaru dengan pria asing di sisinya.

"Aku datang ke sini karena kupikir kau akan bosan. Apa kau mau?" tanya Kaisar sambil mengangkat botol dan gelas yang indah.

"Aku tidak minum alkohol."

"Begitukah? Kalau begitu kami akan minum sendiri."

"Yang Mulia, jika kau ingin minum, kau dapat melakukannya sendiri."

"Kau terlalu ketat seperti biasanya."

Hikaru menatap pria itu. Dia tampak berusia empat puluhan atau lima puluhan—jika dia manusia. Dia memasang ekspresi yang tangguh, dan perawakannya menunjukkan bahwa dia bukan seorang militer.

"Aku melayani sebagai Perdana Menteri kekaisaran."

(Pria dengan posisi tertinggi di pemerintahan internal. Kupikir dia tetap tinggal.)

"Kita akan berakhir menciptakan celah tanpaku di sekitar." kata Perdana Menteri, seolah-olah membaca pikiran Hikaru. "Ini tidak akan lama, tapi aku berpura-pura tinggal di ibukota dan mengikuti dengan tenang. Senang berkenalan denganmu, Tuan Silver Face."

"Senang bekenalan denganmu juga."

"Terima kasih telah mengatasi Naga Batu itu. Saat aku mendengar seekor naga muncul, darahku jadi membeku sesaat."

"Jadi kau sudah tahu."

"Ya... Ksatria kami masih membutuhkan lebih banyak pelatihan."

"Itu bukan salah mereka. Musuh terlalu berat untuk mereka tangani."

"Itu membuatku merasa nyaman. Kami akan membayarmu untuk pembunuhan itu juga."

Pria itu tidak banyak mengorek dan hanya menyebutkan informasi yang diperlukan. Dia tidak mempercayai Hikaru, tapi dia juga tidak menganggapnya sebagai musuh. (Tipe orang seperti ini tidak terlalu buruk), pikir Hikaru.

"Duduklah, Silver Face. Perjalanan kita masih panjang" kata Kaglai dengan riang.



1 Comments

Previous Post Next Post