The Undetecable Strongest Job: Rule Breaker Bab 235


Bab 235 - Kontak Dengan Dragon Bangsawan Abu-Abu


Segera setelah dia melepaskan [Flame Gospel], Hikaru dengan cepat menggunakan [Pembingung Kelompok] dan melarikan diri dari jangkauan mantra drakon itu. Dia mendecakkan lidahnya saat melihat gedung C yang dihancurkan.

"Aku bekerja keras untuk membersihkan tempat itu brengsek!"

Hikaru-lah yang membersihkan [pondok]—alias gedung pembelajaran C—yang digunakan Profesor Mille untuk dirinya sendiri. Melihat itu dihancukan dengan mudah membuatnya marah.

[Kau marah karena itu?! Tunggu, bagaimana kau bisa menghindari mantranya?!]

"Mantra linier mudah dihindari jika kau memperhatikan arah yang dihadapi lingkaran sihir yang dirapal."

[Apa?!]

"Diam sebentar. Kau lebih baik memperkirakan bahwa makhluk itu akan segera menemukanmu jika kau meninggalkan sisiku.”

 [O-Oke.]

Hikaru melingkarkan Drake di lehernya dan berlari. Dia membuka Souk Board-nya dan mengetuk tombol +, menampilkan Skill baru yang dia peroleh.

【Soul Blaze】 Meningkatkan efek Soul Board sebesar 10%.

【Unlock Plus】 Memberi kemampuan dasar ke poin yang digunakan untuk membuka stat.

【Divine Connect】 Pengguna akan tahu berapa banyak poin yang dibutuhkan untuk mendapatkan berkah.

【Access Plus】 Meningkatkan jangkauan darimana pengguna dapat mengakses Soul Board orang lain hingga lima puluh meter.

Sekarang adalah waktunya untuk mengalokasikan poin kepada mereka. Hikaru hanya memiliki empat poin pada [Pembingung Kelompok], tidak maksimal.

【Soul Board】 Hikaru
Usia: 16 Peringkat: 42
2

【Daya hidup】

【Kekuatan Sihir】

【Kekuatan Fisik】
.. 【Kekuatan】 1
.. 【Penguasaan Senjata】
.... 【Melempar】 10 (MAX)
...... 【Tembakan Surgawi】 0

【Ketangkasan】
.. 【Ledakan Kekuatan】 5
.. 【Sembunyi】
.... 【Pembingung Kehidupan】 4
.... 【Pembingung Mana】 4
.... 【Pembingung Persepsi】 5 (MAX)
...... 【Pembunuhan】 3 (MAX)
...... 【Snipe】 3 (MAX)
...... 【Pembingung Kelompok】 4

【Intuisi】
.. 【Naluri】 1
.. 【Deteksi】
.... 【Deteksi Kehidupan】 1
.... 【Deteksi Mana】 3
.... 【Perluasan Deteksi】 3 (MAX)

Dengan hanya dua poin yang tersedia, dia tidak akan dapat menempatkan satu poin pada [Pembingung Kelompok] karena itu membutuhkan penempatan poin pada masing-masing Skill dasar, [Pembingung Mana dan Kehidupan]. Dia kurang satu poin.

Tentu saja, ada kemungkinan bahwa empat poin pada [Pembingung Kelompok] akan cukup untuk bersembunyi dari drakon itu, tapi Hikaru ingin bermain aman. Dia tidak punya pilihan lain.

(Aku tidak pernah menghadapi siapa pun yang membuat [Naluri]-ku tidak berguna di hadapannya!)

Satu poinnya pada [Naluri] biasanya memberitahunya bahwa dia bisa bersembunyi dari musuhnya, atau setidaknya dia tahu kalau dia tidak bisa melakukan itu. Tapi melawan Drakon Bangsawan Abu-abu, intuisi seperti itu tidak tersedia. Itu bukan seolah-olah makhluk itu menolak [Naluri]-nya, tapi lebih seperti Skill itu memang sama sekali tidak bekerja pada target.

[Naluri] Hikaru mengabaikan drakon itu, seolah makhluk itu adalah keberadaan yang tak hidup.

(Aku harus sangat berhati-hati.)

Hikaru memilih untuk meningkatkan [Soul Blaze]-nya. Musuhnya kali ini tidak akan menunjukkan belas kasihan terhadap manusia. Saat makhluk itu menemukan Hikaru dan Drake, dia mungkin akan melancarkan serangan. Makhluk itu bahkan tidak peduli terhadap Drake.

Hikaru bisa saja meninggalkan Drake dan memaksimalkan skill [Pembingungnya]-nya untuk menyembunyikan dirinya sendiri, tapi itu bukanlah pilihan yang ingin dia ambil. Bukannya dia tidak ingin menyerahkan Drake, atau bahwa drakon itu sudah menjadi keluarga baginya. Dia hanya tidak menyukai gagasan dipermainkan di tangan sosok yang mempermainkannya.

([Soul Blaze], aktifkan.)

Tubuh Hikaru terasa sangat ringan.

([Kekuatan] 1.1 dan [Ledakan Kekuatan] 5.5...)

Peningkatan sepuluh persen bukanlah hal yang patut diremehkan. Bahkan dengan hanya satu poin pada [Kekuatan], Hikaru bisa membawa tiga Kelinci Tanduk Merah—panjangnya masing-masing sekitar 60 cm—seorang diri. Sekarang [Pembingung Kelompok]-nya memiliki 4,4 poin. Benar saja, Drakon Bangsawan Abu-abu kehilangan pandangan terhadap mereka.

(Kau telah mencoba membunuhku. Kuharap kau juga siap untuk mati.)

Sama seperti bagaimana drakon itu tidak menunjukkan belas kasihan, Hikaru tidak berencana untuk menunjukkan belas kasihan pada musuhnya juga, entah mereka itu drakon atau naga.

Di belakang Drakon Bangsawan Abu-abu, Hikaru meraih pedang sihir di pinggangnya—wakizashi—yang terselubung di sarung hitam legam yang terbuat dari kayu pohon suci.

Membuang semua keraguan, Hikaru berlari menuju drakon itu, kakinya menjerit karena kekuatan yang dia berikan pada keduanya. Makhluk itu tidak memperhatikannya—persyaratan untuk skill [Pembunuhan]-nya berlaku. Dia menarik wakizashi-nya dan mengayunkan itu ke bawah.

---

Drakon Bangsawan Abu-abu memiliki kendali penuh atas mana suci, kekuatan yang memungkinkannya untuk terbang dan mengeluarkan sihir, terlepas dari apakah para Roh ada atau tidak ada. Melampaui makhluk hidup lainnya, ia menjalankan misi hidupnya untuk melenyapkan segala sesuatu yang jahat. Itulah yang diyakini oleh Drakon Bangsawan Abu-abu.

Dia tidak bisa langsung memahami kegelisahan mendadak yang dirasakan di salah satu bagian tubuhnya. Sedikit waktu diperlukan bagi makhluk itu untuk mengingat bahwa itu adalah perasaan dari "rasa sakit" dan bahwa dia sedang "terluka". Terlepas dari pertarungannya melawan makhluk besar seperti naga jahat, dia tidak pernah mengalami cedera dalam semua pertarungan lainnya—entah apakah itu semua bahkan bisa disebut pertarungan yang sebenarnya, masihlah diragukan; semua itu lebih seperti menginjak-nginjak secara sepihak.

Ada banyak perbedaan kekuatan antara drakon, manusia, atau monster. Tapi sesuatu yang tidak bisa dijelaskan sedang terjadi sekarang. Darah merah tua mengalir keluar dari tubuh drakon itu. Dia bisa merasakan sensasi kesemutan pada awalnya, kemudian menjadi panas seperti terbakar—sakit.

Drakon Bangsawan Abu-abu meraung dan terbang. Sudah lama sejak dia tidak merasakan perasaan sakit. Lukanya dalam. Dia mencoba terbang lurus ke atas, tapi segera berbelok ke kanan. Dia benar-benar kesal. Kesentakkannya yang sebelumnya hanya memperkuat penghinaan yang dirasakannya.

《————Beraninya kau. Kau tidak akan pergi dari sini hidup-hidup.————》

Darah mengucur deras, tapi suhu di bawah titik beku membekukan darah, menempel pada sisiknya.

Kemarahan yang luar biasa membuatnya kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Lingkaran sihir raksasa yang melingkupi seluruh akademi muncul di udara.

Tapi mantranya tidak diaktifkan. Sinar hitam legam yang ditembakkan dari atap salah satu bangunan mengenai Drakon Bangsawan Abu-abu langsung di wajahnya. Sebagian besar wajahnya, termasuk mata kiri, dicabik-cabik dan lenyap. Makhluk besar itu kehilangan keseimbangan dan jatuh, menimpa salah satu gedung akademi.

---

"Fiuh. Sepertinya [Snipe] berhasil. "

Hikaru berdiri di atap gedung admin, dengan pistol di tangannya. Dia menggunakan peluru terakhir yang dia dapat dari Kota Bawah Tanah Dewa Kuno, yang mengandung sihir jahat.

Peluru lain yang dimiliki Hikaru semuanya berisi mantra Lavia, yang dimana itu tidak cocok untuk tembakan jarak jauh. Hikaru berpikir peluru terakhir yang berelemen "jahat" mungkin berhasil, dan dia benar. Itu jelas efektif melawan Drakon Bangsawan Abu-abu, menghancurkan wajahnya dengan mudah. Entah apakah itu titik lemahnya atau bukan, dia tidak tahu.

(Dengan efek [Soul Blaze], aku mendapatkan 11 poin pada [Melempar]. Mengenai targetku dari jarak jauh hanya dengan senjata itu mudah.)

[A-Apa kau membunuhnya? Apa Drakon Bangsawan Abu-abu sudah mati?]

"Jika dia masih hidup setelah itu, kita tidak punya pilihan selain melarikan diri. Makhluk itu tidak hanya ingin aku mati, tapi dia juga mencoba membunuhmu. Sial, dia sama sekali tidak peduli jika serangannya menghancurkan seluruh akademi.”

[Tidak, tidak, tidak... Manusia yang membunuh drakon itu tidak pernah terdengar! Dan mantra barusan itu terasa tidak menyenangkan!]

"Apa dia temanmu atau semacam itu?"

[Tidak, bukan seperti itu... Tunggu, lupakan itu!]

Hikaru turun dari atap. Naik jauh lebih mudah karena dia bisa melompat dengan [Ledakan Kekuatan]-nya, tapi turun cukup menyusahkan. Dia harus hati-hati memilih jalannya. Sayangnya, tidak ada yang namanya [Resistensi Jatuh] di Soul Board.

Dia berjalan ke tempat di mana drakon itu jatuh. Awan debu memenuhi udara.

"Ini terlihat mengerikan... Tunggu, apa?"

Hikaru tidak bisa mempercayai matanya. Drakon Bangasawan Abu-abu tidak terlihat di mana pun. Dia pikir makhluk itu terkubur di bawah puing-puing, tapi dia tidak dapat menemukannya. Dengan tubuhnya yang besar, dia harusnya mencuat keluar dari bangunan. Tapi hanya sisik yang menempel di dinding serta darah di salju yang tersisa. Tubuhnya telah hilang.

[Dia mungkin dipanggil kembali ke rumah.]

"Dipanggil?"

[Kupikir entah siapa pun itu yang dari rumah segera menyadari bahwa Drakon Bangsawan Abu-abu telah mati. Kami tidak bisa meninggalkan mayat drakon begitu saja karena makhluk jahat mungkin akan menggunakannya.]

"Untuk saai ini kesampingkan alasannya. Memangnya drakon bisa dipanggil?”

[Ya, tapi hanya untuk kembali ke rumah. Rumah kami tidak dapat ditemukan di dunia ini. Itu terletak di suatu tempat... hmm, bagaimana aku harus mengatakannya... itu di dalam dimensi yang berbeda, mungkin? Itulah yang dikatakan para tetua.]

Semua yang didapat Hikaru dari itu adalah Drake yang tidak bisa menjelaskan sesuatu.

"Hei, apa itu?!"

"Apa disini serangan itu terjadi?!"

Hikaru merasakan banyak orang datang ke pintu masuk akademi. Dia bisa merasakan mana Lavia di antara mereka juga. Mereka pasti penjaga yang Lavia panggil.

(Sekarang bagaimana aku menjelaskan kekacauan ini? Apakah mereka akan mempercayaiku jika aku memberi tahu mereka tentang drakon?)

"Sungguh merepotkan."

Hikaru memutuskan dia tidak akan menjelaskan apa yang terjadi. Sebagai gantinya, dia mengenakan tudungnya dan mengeluarkan topeng perak dari sakunya.

(Aku hanya akan membuat kalau Silver Face-lah yang bertanggung jawab untuk semua ini.)



Post a Comment

Previous Post Next Post