The Undetecable Strongest Job: Rule Breaker Bab 238


Bab 238 - Sehari Sebelum Upacara


Masih ada salju di bulan April, tapi langit cerah dan salju akan mencair di bulan berikutnya. Bunga kuning—mirip dengan mawar ungu di Jepang—bermekaran di sana-sini, tumbuh di antara salju, menghiasi pemadangan di pinggiran Forestzard.

"Sudah lama sejak kita datang ke sini."

"Tidak ada jejak salju di kota."

"Mungkin orang-orang menyekop semua salju itu."

Dengan bantuan koneksi, Hikaru mendapatkan kamar untuk empat orang di lantai lima sebuah hotel kelas atas. Semua tempat sudah penuh dipesan. Dia tidak akan bisa mendapatkan kamar tanpa bantuan.

Setelah melakukan check-in, Hikaru duduk untuk beristirahat, sementara Lavia duduk di seberangnya. Paula berkata dia akan membuat teh setelah menyimpan barang bawaannya. Drake bersamanya.

"Besok adalah harinya."

Banyak kereta kuda bolak-balik menyusuri jalan-jalan di bawah, kebanyakan membawa pasangan yang bahagia. Beberapa dari mereka agak tergesa-gesa, sudah memamerkan pakaian pernikahan mereka sambil naik kereta tanpa atap. Orang-orang di jalanan bersorak-sorai saat mereka melambaikan tangan.

Hari yang ditunggu-tungu semua orang—hari pernikahan massal—adalah besok. Seribu dua ratus pasangan akan dinikahkan di katedral ibukota. League adalah orang yang mengatur upacara itu. Dengan dia di kemudi, seharusnya tidak ada masalah, setidaknya tidak segera. Kebetulan, League juglah yang mengamankan kamar hotel untuk mereka.

"Apa kau akan bertemu dengan League?" Lavia bertanya.

"Aku tidak berpikir kami bisa bertemu satu sama lain untuk sementara waktu. Kami mungkin akan bertemu lagi setelah sekolah dilanjutkan. Tapi…"

"Apa?"

Hikaru sedang memikirkan apakah dia perlu menghadiri akademi lagi tahun ini. Dia sudah belajar banyak dari Profesor Mille. Kecuali ada seseorang yang lebih baik dalam Pedang Pendek daripada Mille, dia tidak punya alasan untuk tinggal di akademi lebih lama lagi.

"Berapa banyak buku di perpustakaan yang telah kau baca?" Dia bertanya pada Lavia.

"Aku telah membaca sebagian besar yang terkenal. Kurasa satu-satunya hal yang belum kusentuh adalah tesis, studi penelitian, dan katalog."

Perpustakaan di akademi sebagian besar digunakan sebagai pusat referensi. Sebagian besar materi bukanlah jenis yang akan dibaca Lavia.

"Begitu ya... kalau begitu kurasa kita bisa meninggalkan Forestia."

"Aku akan pergi ke mana pun kau ingin pergi. Tapi bagaimana dengan aliansi siswa?"

"Bagaimanapaun itu masalah negeri ini. Aku tidak bisa terlibat dengan itu selamanya. Adapun penelitian Profesor Katy... Aku tidak berpikir dia akan pernah berhenti meminta bantuan."

Dengan bantuan Drake, Katy dengan antusias membuat kemajuan dalam penelitiannya tentang mana suci selama musim dingin. Meskipun Katy tidak pernah memperlakukan si drakon dengan kasar, Drake sering mengeluh tentang cara katy menggunakan tangannya yang buruk atau matanya yang menakutkan. Akibatnya, Drake tidak mau mendekati Hikaru belakangan ini.

Setelah membunuh Drakon Bangsawan Abu-abu, Hikaru memasukkan Drake ke dalam Kotak Naga Dimensi, yand dimana benda itu terbuat dari perut naga—spesies yang dibenci oleh spesies-nya Drake. Drakon itu terjebak di dalam kota itu untuk beberapa saat dan setelah dia keluar, dia marah pada Hikaru selama beberapa hari.

"Hikaru-sama, Lavia-chan, teh-nya sudah siap."

"Terima kasih."

"Terima kasih, Paula. Duduklah." kata Lavia kml. "Kita sedang membicarakan rencana masa depan kita."

"Oke!"

Paula duduk di kursi kosong. Bukannya Hikaru dan Paula semakin dekat setelah kejadian malam itu. Seperti biasa, dia tinggal di sisi Hikaru dan Lavia, memasak dan berbelanja bersama mereka. Tapi dia telah pindah ke apartemen, dan dia sekarang lebih jujur ​​saat berbicara dengan Hikaru.

(Apa ini yang terbaik?) Hikaru bertanya-tanya. (Kuharap begitu. Aku tidak mengerti bagaimana cara wanita berpikir.)

---

Malam itu, Hikaru pulang bersama Lavia dan menceritakan semua yang terjadi, bahkan tentang ciuman kejutan itu juga.

"Jadi dia akhirnya berhasil!"

Lavia tak diduga merasa senang.

"Apa kau bersemangat ketika beberapa wanita lain mencuriku darimu?"

"A-Apa yang kau katakan?! Bukan itu… Aku menyukai Paula. Dia adalah teman pertamaku. Aku hanya berpikir dia pada akhirnya akan hancur jika semuanya tetap seperti apa adanya."

Jelas sekali bahwa Paula menyukai Hikaru dalam arti yang romantis—dia bahkan mungkin memendam perasaan yang lebih dalam dari itu. Tapi perasaannya tidak akan pernah bisa dijawab selama Lavia ada. Namun, janjinya pada Hikaru mencegahnya untuk pergi.

Lavia dan Paula banyak berbicara saat Hikaru tidak ada. Hikaru adalah segalanya bagi Lavia dan dia menceritakan kisah hidupnya kepada Paula. Paula sendiri memberi tahu Lavia tentang kehidupannya di desa Cotton Elka.

Lavia tidak ingin temannya lelah memikirkan prua yang disukainya.

"Tapi... aku mencintaimu." Kata Hikaru.

"Terima kasih. Aku senang mendengarnya. Lalu, bagaiaman dengan Paula?"

"Paula... dia penting bagiku. Begitu penting sehingga aku tidak ingin orang lain memilikinya."

"Itu bukan cinta?"

"Ini sedikit berbeda. Ini seperti… Uhm… Yah, kau mungkin membenciku kalau aku mengatakannnya."

"Aku tidak akan pernah membencimu. Jujur saja denganku."

"Um, ya. Coba lihat... Ini lebih seperti aku ingin memonopolinya. Aku akan sangat marah jika gadis yang menyukaiku diambil oleh orang lain, meski aku tidak akan pernah menjawab perasaannya. Aku tahu aku hanya menjadi egois."

Hikaru muak dengan dirinya sendiri, muak dengan betapa egoisnya dia.

"Tidak, kau tidak egois, dan aku yakin Paula akan senang mendengarnya. Aku tidak memintamu untuk melakukan apa pun. Karena kita tidak pernah tinggal di satu tempat, kupikir akan lebih baik jika kita membawa Paula bersama kita. Jika semuanya tetap seperti itu, dia akan hancur berantakan."

(Wow), pikir Hikaru. Lavia lebih fokus pada masa depan ketimbang dirinya dan dia sangat memahami situasi mereka. Dia bahkan mencoba mencari solusi. Sulit dipercaya dia yang termuda dari ketiganya.

"Aku juga agak egois. Aku senang mengetahui dia menciummu, tapi aku juga merasa sedikit cemburu." Kata Lavia sambil memaksakan senyum.

---

"Hikaru-sama? Ada apa?"

[Pikirannya jelas ada di tempat lain.]

"Tidak, bukan begitu. Botol buah-buahan kering yang baru saja kita beli ada di sana. Kau bisa memakannya."

[Sungguh?! Terkadang kau memang bisa mengatakan hal-hal yang baik!]

Drake melompat dari leher Paula dan bergegas ke kamar sebelah.

"Baiklah. Dengan begini gangguan sudah pergi."

"Kau memperlakukan Drake dengan kasar akhir-akhir ini."

"Kau sekarang terlihat seperti penjahat yang kejam, Hikaru-sama."

(Astaga, kasarnya. Aku hanya tidak merasa perlu untuk ramah di sekitarnya lagi. Maksudku, Drake-lah yang sejak awal cukup blak-blakan), pikir Hikaru sambil mengeluarkan tas yang terbuat dari kain halus. Di dalamnya ada gelang kecil dengan lebar sekitar 2 cm. Kata-kata [Bintang Bulan Baru] terukir di dalamnya, itu adaah nama party mereka.

"Ah…"

Paula terkejut. Dia tahu di mana itu dibeli, di toko perhiasan di Scholarzard. Di sana dia melihat Hikaru dan Lavia sedang melihat-lihat gelang. Tapi Hikaru mengeluarkan tiga dari gelang-gelang itu dari tas.

"Ulang tahun kita berjarak satu bulan. Kupikir itu akan sempurna sebagai hadiah ulang tahun."

"A-Apa ini untukku?" tanya Paula.

"Ya. Untuk ketiga anggota party kita."

Air mata menggenang di matanya saat Paula menerima gelang itu. Dia pikir mereka hanya akan membeli dua dan memakai itu sebagai pasangan. Tapi dia salah.

"Terima kasih! Terima kasih banyak!" Kata Paula, menahan air matanya tumpah.

Melihat itu, Hikaru tersenyum masam. "Pakailah. Jika tidak cocok, kita harus melakukan beberapa penyesuaian."

"Aku akan menyesuaikan ukuran lenganku untuk itu!"

"Kau tahu itu tidak mungkin ‘kan…"

Untungnya, semuanya cocok. Hikaru merasa agak malu. Lavia sangat gembira, sementara Paula menatap gelang itu, dan menyeka air mata dengan sapu tangan.

"Baiklah. Mari kita lihat keadaan kota."

"Ya, ayo pergi."

"Baik!"

[T-Tunggu aku!] Drake bergegas keluar dari kamar sebelah.

"Ups. Aku lupa tentangmu."

[Bukankah itu mengerikan?]

"Aku hanya bercanda. Ayo pergi."

Dengan begitu, tiga orang dan satu makhluk kecil menuju ke jalan-jalan ibu kota yang meriah.



1 Comments

Previous Post Next Post