The Undetecable Strongest Job: Rule Breaker Bab 245


Bab 245 - Suara dari Benua yang Hancur


"Dari apa yang kuketahui, Dew Roke telah jatuh ke tangan orang-orang dari Dunia Baru." ucap Kaglai.

"Apa terjadi pertempuran?"

"Aku tidak tahu detailnya. Tapi Vireocean meminta bantuan dari setiap negara. Mereka merasakan ancaman besar dari orang-orang ini."

"Jadi begitu."

Hikaru memahami situasinya. Perairan di sebelah timur Dew Roke dipenuhi dengan monster laut besar, dan armada laut berhasil melewati mereka. Orang-orang ini jelas memiliki kekuatan yang hebat untuk bisa melakukan itu. Mungkin juga mereka menggunakan semacam metode untuk menghindari monster. Yang jelas, mereka mungkin memiliki teknologi yang tidak diketahui.

Orang-orang ini bertahan selama lima ratus tahun di lingkungan yang dipenuhi monster yang jauh lebih ganas daripada yang ada di benua ini.

"Jadi ada pertemuan tanggap krisis setelah ini."

"Iya. Kami masih belum tahu apa yang diinginkan orang-orang dari Grand Dream ini. Ngomong-ngomong, itulah apa yang mereka sebut akan benua itu."

"Apakah itu begitu penting hingga kau yang harus pergi sendiri?"

Itu mengganggu Hikaru. Invasi asing akan menjadi ancaman bagi pihak terkait. Karena Vireocean jelas berbatasan dengan laut di timur, dan begitu pula Quinbland, mereka melihat adanya risiko invasi. Namun tidak demikian halnya dengan Ponsonia dan Forestia. (Apakah penguasa negara-negara itu harus pergi juga?) Pikir Hikaru.

Kaglai tersenyum. "Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah bahwa Vireocean, sebuah negara yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan bangga karena menjadi yang nomor satu di seluruh benua dalam hal lautan, mengirimkan pesan yang begitu rendah hati."

"Mereka sangat putus asa, ya?"

"Begitulah. Pada awalnya aku tidak bisa mempercayai mataku. Aku ingin menegaskannya kembali, jadi mereka mengirim pesan lagi untuk memastikan itu. [Tolong, kami mohon untuk datang ke sini. Ini adalah masalah paling penting yang menyangkut seluruh benua.] Mereka sampai bertindak memohon bantuan. Bagaimana mungkin kami tidak menjawab panggilan mereka? Dan juga, Quinbland berhubungan baik dengan Vireocean, dan Man Gnome terlibat dalam masalah ini lima ratus tahun yang lalu."

Kesungguhan Vireocean mendorong kaisar untuk bertindak.

"Ratu Kudyastoria dan Ratu Marquedo juga akan datang. Yang terakhir akan melewati kekaisaran kami."

"Oh..."

(Bahkan Marquedo akan pergi, ya?) Pikir Hikaru.

"Ngomong-ngomong, mari mundurkan sedikit ceritanya. Mengapa aku?"

"Apakah tidak jelas? Dengan kepergian Unken, kau adalah satu-satunya orang yang kupikir sama terampilnya dengan dirinya. Tidak, kau bahkan lebih baik darinya."

"Kupikir ada Man Gnome yang kompeten di kampung halamanmu."

"Aku sudah meminta bantuan mereka."

"Terus, apa yang akan terjadi?"

"Ini hanya firasatku, tapi aku merasakan pertempuran akan terjadi."

([Naluri.]) Hikaru memeriksa Soul Board Kaglai.

【Soul Board】 Kaglai G. Quinbland
Umur: 73 Peringkat: 38
4

【Daya Hidup】
.. 【Pemulihan Alami】 1
.. 【Stamina】 3
.. 【Persepsi】
.... 【Penciuman】 2

【Kekuatan Sihir】
.. 【Mana】 4
.. 【Afinitas Roh】
.... 【Angin】 2

【Kekuatan Fisik】
.. 【Kekuatan】 3
.. 【Penguasaan Senjata】
.... 【Pedang】 3

【Kelincahan】
.. 【Ledakan Kekuatan】 1

【Ketangkasan】
.. 【Ketakangkasan】 3
.. 【Penguasaan Alat】
.... 【Instrumen Musik】 2

【Tekad】
.. 【Kekuatan Mental】 8
.. 【Karisma】 5
.... 【Sifat Heroik】 1
.. 【Banding】 2

【Intuisi】
.. 【Naluri】 2
.... 【Wawasan】
...... 【Musik】 2
........ 【Bakat Alami】 1
.. 【Memori】 1

Seperti Hikaru, dia memiliki dua poin pada [Naluri]. Kaisar dapat merasakan sesuatu bahkan dengan informasi yang terbatas. Jadi ada kemungkinan besar akan terjadi pertempuran.

"Kau mau aku melakukan apa?" tanya Hikaru.

"Aku ingin kau mendapatkan informasi." Kaglai segera menjawab. "Orang-orang dari Grand Dream ini tidak tahu apa-apa tentang kita, dan kita tidak tahu apa-apa tentang mereka. Kumpulkan informasi sebanyak yang bisa kau lakukan."

"Dan itu seharusnya akan bagus untuk kekaisaran?"

Kaglai tersenyum."Tentu saja. Tapi ada lebih banyak lagi: Siapa sih yang tidak ingin tahu bagaimana orang-orang ini, yang tidak pernah kita hubungi selama lima ratus tahun, berpikir atau bagaimana mereka hidup? Aku ingin tahu itu. Aku ingin tahu lebih cepat dari orang lain. Kita mungkin akan menemukan sesuatu yang bisa kita gunakan dalam negosiasi kita, dan mungkin kita bahkan bisa menyelesaikan semuanya dengan damai. Di atas segalanya, rasa ingin tahuku akan terpuaskan. Menyelinap ke wilayah yang tidak diketahui adalah prestasi yang hanya kau yang dapat melakukannya. Apa aku benar?"

Hikaru memikirkannya sejenak. Lavia dan Paula berada di Pond menunggu kepulangannya. Tapi jika dia pergi ke Vireocean, dia harus pergi dengan Kaglai yang sudah menunda kepergiannya hingga menit terakhir. Jika dia tidak pergi bersamanya, dia mungkin akan melewatkan kontak pertama dengan orang-orang dari Grand Dream.

Dia bisa menggunakan Jalur Drakon, tapi Drake masih harus tidur. Keberangkatan direncanakan pada siang hari besok. Jika dia pergi ke Guild Petualang di pagi hari, dia bisa mengirim pesan dengan cepat. Dia jugaa telah menginstruksikan Lavia untuk mengunjungi guild setiap hari kalau-kalau dia mengirim pesan.

"Oke, aku akan pergi denganmu. Tapi tidak ada yang boleh tahu tentangku. Siapkan saja satu kereta lagi yang bisa kugunakan sebagai kamuflase. Jangan khawatir tentang makanan dan akomodasi lainnya. Aku akan menangani itu sendiri."

"Apa koin baik-baik saja untuk menjadi bayaranmu?"

"Tidak, itu hanya akan menghalangi. Selain itu, sekarang aku tidak membutuhkan uang. Biar kupikirkan... aku akan mengambil satu buku langka dari perpustakaan istana."

"Kau benar-benar pria dengan sedikit keinginan. Apa kau ingin mengunjungi kampung halamanku? Bahkan di sana juga ada buku langka."

"Aku akan melewatakan itu... Itu mungkin hanya akan menimbulkan masalah." Itu terasa seperti yakuza mengincar dia.

"Begitu ya. Baiklah kalau begitu. Jadi kita punya kesepakatan, kan?"

Kaglai mengulurkan tangan kanannya, berharap bisa berjabat tangan. Kemudian angin bertiup dan mengibar-ngibarkan tirai, yang dimana itu membuat mata kaisar terfokus ke arah tirai itu. Butuh sedikit waktu sebelum dia menyadari bahwa Silver Face telah menghilang.

---

"Selamat pagi, Paula."

"Selamat pagi. Ngomong-ngomong, Drake baru saja membuka matanya."

Gadis-gadis itu tinggal di sebuah kamar di Grand Hotel Pond. Drake sedang tidur di dalam keranjang dan ditutupi selimut. Sekilas, dia tampak seperti anak anjing berbulu putih yang meringkuk di tempat tidurnya.

"Perutnya menjadi jauh lebih kecil."

"Ya."

Awalnya, perut Drake terlalu membuncit setelah menelan batu naga. Sebenarnya mungkin untuk melihat di mana tepatnya batu itu. Tapi sekarang, sulit untuk mengatakannya hanya dengan melihat sekilas. Tubuh mungilnya sedang mencerna batu. Sepertinya dia benar-benar tidur—dia bernapas dengan normal dan tubuhnya hangat.

"Maaf, Paula, tapi apa kau bisa menjaga Drake hari ini juga?"

"Tentu saja. Apa kau akan pergi ke Guild Petualang? Kalau begitu berhati-hatilah."

Lavia pergi ke guild sendirian untuk memeriksa apakah Hikaru mengirim pesan. Seperti biasa, tidak banyak petualang di sekitar. Aurora yang berdiri diam di belakang meja konter memiliki tampilan suram diwajahnya. Aura suramnya menyia-nyiakan kecantikannya.

"Aku punya pesan untukmu, Lavia."

"Benarkah?!"

(Apa itu dari Hikaru?) Lavia bertanya-tanya.

"Guild telah selesai menilai material yang kalian bawa tempo hari."

"Oh... maksudmu itu."

Hikaru disuruh oleh Jill untuk menunggu penghitungan sampai mereka bisa menemukan tempat untuk menjual material.

"Jumlah totalnya adalah 687.200 gilan."

Mata Lavia membelalak. Itu uang yang lumayan banyak. Tetap saja, itu tidak seberapa dibandingkan dengan apa yang ada di akun Hikaru saat ini—sekitar 90 juta gilan.

Aurora menjelaskan bagaimana material-material itu terjual sampai di jumlah tersebut. Dia juga memasukkan materi dalam penjelasannya, yang dimana itu memakan waktu, tapi Lavia tidak punya rencana hari ini, jadi seharusnya itu tidak menjadi masalah. Dia akhirnya mendengarkan dengan tenang ketika dia menemukan bahwa suara resepsionis itu menyenangkan untuk didengar di telinga.

"Itu semua yang bisa kusampaikan. Terima kasih telah mendengarkan." Aurora membungkuk, begitu pula Lavia.

"Terima kasih kembali. Kalau begitu aku permisi— "

"Oh, satu hal lagi."

"Apa itu?"

"Kami menerima pesan dari Hikaru pagi ini."

"Apa?!"

(Kau seharusnya memberitahuku itu dulu!)



Post a Comment

Previous Post Next Post