Maou Gakuin no Futekigousha Volume 4 - Bab 35

Bab 35
Ujian Raja Roh


Sejak ujian Raja Roh dimulai, Ray masih belum bergerak sedikitpun.

Ada sekitar selusin pedang roh yang mencuat di sekelilingnya, tapi dia bahkan tidak mencoba untuk mencabutnya.

Dia tidak bisa bergerak.

Jarak antara Raja Roh dan Ray cukup jauh. Pedang yang Raja Roh letakkan di pinggangnya masih ada di sarungnya, dan dia bahkan tidak menunjukkan gerakan seperti dia sedang mempersiapkan sihir. Raja Roh hanya berdiri diam di sana dengan tanganya yang terkulai. Meski begitu, sama sekali tidak ada celah yang bisa dirasakan darinya.

Setelah bereinkarnasi, Ray sudah lebih mengembangkan keterampilan pedangnya sebagai ras iblis yang telah dia latih sebagai Pahlawan Kanon 2000 tahun yang lalu. Tidak hanya iblis di era ini, bahkan di antara iblis 2000 tahun yang lalu, tidak banyak orang yang bisa menandinginya yang sekarang.

Namun saat ini, Ray sudah terpojok bahkan saat dia masih belum menyentuh pedang. Tekanan yang sangat mengerikan terpancar dari seluruh tubuh Raja Roh.

Saat dia mencoba untuk meraih pedang, dia pasti sudah akan terkena serangan, itulah apa yang dirasakan oleh Ray. Keringat mengucur dari dahi Ray dan membasahi pipinya saat ketegangan yang mencekik menutupi ruangan itu.

Dia hanya bisa tersenyum masam.

“...Apa kau tidak menyerang? Sekarang aku tidak bersenjata, tahu?” ucap Ray seolah inggin menggoyahkannya.

Namun Raja Roh tidak berbicara dan perlahan mengulurkan tangannya ke gagang pedang. Saat dia mencabut pedang itu, bilahnya bersinar seperti permata. Itu adalah salah satu pedang roh yang disebutkan di buku hijau.

“Itu adalah Pedang Harta, Eiralow, kan? Itu adalah roh yang dapat menyegel apapun yang ditebasnya dengan ukiran pentagram ke dalam pertama.”

Tetap saja, tidak ada jawaban dari Roh yang hanya membalas dengan tatapan dingin dari balik topengnya.

“...Kalau begitu, maka aku yang akan menyerang lebih dulu.” ucap Ray setelah mengambil keputusan.

Saat berikutnya, tubuhnya menghilang dan hanya meninggalkan bayangan di tempatnya tadi berdiri. Ray bergerak di depan salah satu pedang roh yang tertancap di lantai, Pedang Tak Terpatahkan, Gieriya. Itu adalah roh yang lahir dari rumor dan legenda pedang yang tidak pernah patah, dan itu akan menjadi senjata yang sederhana namun kuat jika digunakan Ray.

Ray mengulurkan tangannya dan hendak meraih Gieriya, namun apa yang terjadi berikutnya membuat dia melebarkan matanya.  Dengan kecepatan lebih dari yang dia miliki, Raja Roh berlari dan berdiri di depang Pedang Tak Terpatahkan.

“Kuh............!”

Pedang Harta Eiralow diayunkan secara horizontal seperti kilatan cahaya. Ray melompat kebelakang meski tepi dari ujung pedang itu sempat mengiris kulitnya.

Menjaga jarak, Ray hendak memperkuat posturnya tapi, tepat pada saat itu dadanya terkoyak. Garis sihir yang berkilauan terbentuk di atas lukanya.

“Jika kau mau mengukir ukiran pentagram, maka kau harusnya tahu di mana harus memotongku selanjutnya kan, tapi apa kau yakin tidak berbuat apa-apa?”

Ray membentuk lingkaran sihir dengan kedua tangannya dan memanggil api suci.

Cypher (Api Suci).”

Api suci yang dilepaskan terbagi menjadi 16 bagian dan menyerang Raja Roh dari segala arah. Namun, saat tangan Raja Roh tampak kabur, garis sihir pentagram terbentuk di dasar 16 api itu, membuat semua api suci itu tersedot ke dalam pentagram dan disegel.

Dengan suara gedebuk, permata-permata merah terjatuh ke lantai.

“Kalau saja aku bisa menggunakan Ask (Area Suci).”

Ray kembali membentuk lingkaran sihir dengan kedua tangannya. Kali ini, dia menggunakan tangan kanannya untuk membentuk Cypher dan tangan kirinya untuk membentuk Viguol (Penghancur Ekstrim Area Suci).

“Bagaimana dengan yang ini?”

Saat Ray mendorong tangan kanannya, 32 Api Suci ditembakkan bersamaan dan menghujani Raja Roh.

“............” masih tetap diam, Raja Roh kembali mengayunkan pedangnya.

Dalam sekejap, ukiran pentagram yang tak terhitung jumlahnya dibentuk dan semua api Cypher menghilang. Yang tertinggal hanyalah 32 permata merah yang menyegel api itu.

Kemudian, dengan suara keras, lantai itu meledak. Tempat dimana raja roh berdiri runtuh, dan semua puing yang dihasilkan oleh runtuhnya lantai menyerang Raja Roh.

Viguol adalah sihir yang menghancurkan pijakan lawan, menghentikan pergerakannya, dan menyerang lawan dengan puing-puing serta tanah. Itu tidak akan menimbulkan banyak kerusakan, tapi setidaknya itu akan memberikan penggunanya sedikit waktu.

Ledakan dari Viguol mengirimkan Pedang Tak Terpatahkan ke sisi Ray

Dia mengulurkan tangan untuk meraihnya, tapi—

“Guaa...!!”

Darah segar tumpah dari tangan kananya, membuat Pedang Tak Terpatahkan hanya jatuh dan menancap ke tanah. Raja Roh menangani Viguol dan dengan cepat berdiri di depan Ray.

Bukan itu saja. Pada saat yang sama tangannya dipotong, dadanya robek secara diagonal dan kemudian dipotong.

Dengan itu sudah ada tiga serangan. Hanya dua serangan lagi sampai ukiran pentagram selesai dan akan membuat Ray tersegel dalam permata. Karena karateristik dari roh itu, dia tidak akan mati, tapi dia sama sekali tidak akan bisa bergerak.

Ray melompat mundur dan menjaga jarak mereka.

“Apa ini hanya kebetulan?” tanya Ray. “Aku memiliki tujuh muasal. Tidak peduli seberapa kuat pedang roh maupun sihir, semua muasalku tidak mungkin dihancurkan, Namun, melihat gerakanmu menggunakan Pedang Harta, itu terasa seperti kau memang sudah tahu segalanya tentang diriku sebelumnya.”

Sangat sulit untuk menghancurkan Ray yang memiliki tujuh muasal. Jika kau melawannya, jauh lebih cepat menghentikan gerakannya daripada mencoba menghancurkannya.

“...Apa sebelumnya kita pernah bertarung di suatu tempat?” tanya Ray, tapi Raja Roh masih tidak menjawab. “Aku merasa seperti kau telah mengetahui gerakanku sejak awal. Kupikir akan lebih baik untuk tidak bermain-main dengan dirimu.”

Dengan mengatakan itu, Ray mengangkat tangannya.

“Aku menyerah. Lebih baik menunggu Anos daripada harus menjalani ujian ini.”

Saat dia selesai berbicara, Raja Roh tiba-tiba muncul di depannya. Dia mengabaikan semua yang dikatan Ray, dan mengayunkan Erialow.

Rei, yang waspada, merunduk tepat waktu dan mengambil jarak yang jauh dari Raja Roh.

“Maaf tapi, Raja Roh sepertinya ingin melanjutkan ujian sedikit lebih lama.” kata Eniyunien,

“...Jika aku tidak diperbolehkan untuk menyerah, apa itu berarti kau tidak bermaksud membiarkanku pergi dengan selamat?” ucap Ray yang merasakan firasat buruk tentang ini.

Meski begitu, dia masih tetap memperhatikan setiap gerakan Raja Roh. Bagaimanapun juga, tidak ada kesempatan bahkan semenit pun, dan Raja Roh bukanlah lawan yang bisa dilawan dengan tangan kosong.

Raja Roh kemudian meneyerangnya bahkan tanpa memberinya waktu untuk memikirkan tindakan balasan. Ray mundur lebih jauh, mencoba untuk menjaga jarak.

Namun, seakan menghalangi jalannya, serangkaian petir menyambar-nyamabar di belakangnya, membentuk semacam sangkar dan menyegel pelarian Ray.

Dari sudut matanya, Ray melihat peri kecil yang memegang palu di tangannya. Itu adalah Gigadea, roh angin dan petir.

“Guu...!”

Wajah Ray berubah kesakitan saat dahan pohon yang tajam menusuk kakinya.

Sama seperti yang diucapkan Pohon Besar Eniyunien, semua roh berada di pihak Raja Roh. Cabang-cabang yang tak terhitung jumlahnya tumbuh dari lantai, menusuk tubuh Ray seolah menjahit tubuhnya di tempatnya.

“Gah...ha...”

Dengan dia yang memiliki tujuh muasal, Ray tidak akan bisa dibunuh. Tapi tujuan Raja Roh adalah menghentikan pergerakannya, dia berdiri di depan Ray dengan memegang Pedang Harta Erialow.

Pedang itu bersinar seperti kilatan cahaya saat ditebaskan.

“............”

Meski sesaat, tampilan Raja Roh dipenuhi dengan sedikit keterkejutan. Bagaimana juga, yang ditebas oleh Erialow hanyalah udara kosong, sosok Ray, yang seharusnya dijahit oleh cabang-cabang pohon, menghilang dari tempatnya.

Dan di sekitar tempat itu, ada kabut yang menyelimuti.

“Karena aku juga setengah roh. Tidak apa-apa jika aku membantunya, kan?” suara Misa bergema dari dalam kabut.

Itu adalah sihir Fusca (Kabut Hujan Roh). Kabut mulai berubah menjadi humanoid, dan Ray serta Misa muncul di tempat yang jauh dari Raja Roh.

Tidak ada tangapan dari Eniyunuen. Namun, karena mereka tidak dikembalikan ke permukaan, maka bantuan Misa tidak akan menjadi masalah.

Atau apakah para roh sejak awal tidak berniat membiarkan keduanya pergi?

“Ray-san, ini.”

Misa memberikan Ray Pedang Tak Terpatahkan.

“...Sepertinya kau sudah lebih mahir mengguakan sihir Fusca...”

Misa mengangguk. Sebelumnya, dia telah mengubah Ray menjadi kabut dan membiarkannya melarikan diri dengan Fusca. Sampai sebelumnya, Misa bisa menyembunyikan sekutunya di dalam kabut, tapi seharusnya hanya dialah satu-satunya yang bisa dia berubah menjadi kabut itu sendiri.

“Entah bagaimana, jika aku asyik dengan diriku sendiri, aku bisa melakukannya...”

Mungkin karena Ray dalam bahaya, atau mungkin karena dia datang ke Aharthern, kekuatan Misa sebagai roh sepertinya semakin kuat.

“Aku juga akan bertarung.”

Rei tersenyum menyegarkan pada kata-kata itu dan memegang tangannya.

“Saat ini, aku merasa seperti bisa melakukan apa saja denganmu di sisiku.”

“Ehh......?”

“Kau adalah pedangku. Selama kau melihatku, selama aku bertarung bersamamu, aku tidak akan pernah kalah.”  Dia tengah pertarungan, Ray bertanya pada Misa. “Apa kau mempercayaiku?”

Mengangguk, Misa menjawab, “Ya, aku mempercayaimu.”

Ray tersenyum dan segera mengalihkan pandangannya ke Raja Roh.

Sesaat kemudian, dia menendang lantai dan langsung mendekat Raja Roh. Dan seolah-olah menghalangi jalannya, dari dinding, lantai, dan langit-langit, cabang yang tak terhitung jumlahnya muncul dan menghubah ujungnya menjadi bilah tajam untuk menyerangnya.

“Hah...!!”

Mengayunkan pedangnya ke segala arah, Ray menebas semua cabang-cabang itu.

Seoalah penghalangan itu masih belum berakhir, roh angin dan petir, Gigadea menyambarkan petir  yang tak terhitung jumlahnya ke arahnya. Ray menyelinap melalui celah-celah kecil dan kemudian berhasil mendekati Raja Roh.

“...Hah...!!”

Pedang Harta Raja Roh menangkap serangan pedang yang diayunkan dari atas. Ketajaman dan ketangguhan dari Pedang Tak Terpatahkan lebih unggul, membuat bilah Pedang Harta sedikit terkelupas.

Pedang roh lain tertancap di posisi yang tepat di mana Ray berpijak. Dia menendang pedang itu ke udara dan meraihnya dengan tangan kirinya.

Mengikuti momentum tersebut, Ray menusukkan pedang itu ke arah topeng Raja Roh—

“...Ohhh...!!”

Krak, kraaaak

Terdengar suara retakan benda keras.

Ray mengungkapkan keterkejutannya.

Baik pedang roh di tangan kiri dan Pedang Tak Terpatahkan di tangan kanannya, keduanya dipotong oleh Pedang Harta Raja Roh.

Kecepatan serangannya melampaui Ray. Keterampilannya yang mematahkan pedang roh memang luar biasa, tapi itu jelas bukan keterampilan sembarangan untuk bisa mematahkan Pedang Tak Terpatahkan yang memiliki rumor dan legenda yang tidak bisa dipatahkan.

Dari bagian dalam topeng, tatapan penuh niat membunuh menembus Ray. Pedang Harta Eliarow diayunkan kepada Ray yang kehilangan pedangnya.

Saat itu,

“............!?” seolah merasa kesal, kekuatan sihir Raja Roh bocor dari topengnya.

Ray menangkap serangan Erialow dengan Pedang Tak Terpatahkan yang seharusnya sudah patah.

Tidak, cahaya putih suci yang berkumpul di pedang-lah yang membentuk bilah. Itu sangat mirip dengan Ask (Area Suci). Namun, cahaya yang itu jauh lebih kuat dari Ask.

“Guoooo....” dengan sekuat tenaganya, Ray membawa Raja Roh masuk ke dalam pertempuran sengit.

“Seperti dugaan, kau memang sudah mengenalku sejak dua ribu tahun yang lalu. Setelah menetapkan aturan untuk tidak menggunakan pedang suci dan pedang iblis selama ujian, setelah melihat pedang roh di tanganku patah, kau tampak terkejut seolah yakin kalau aku tidak lagi memiliki pedang untuk digunakan.”

Ray mendorong padang itu lebih jauh, membuat lebih banyak cahaya sihir menyembur keluar.

Kekuatannya meningkat.

“Karena kau sudah mengenalku sejak dua ribu tahun yang lalu, kupikir kau tidak dapat memprediksi sihir ini, Theo Ask (Area Cinta Suci), sihir yang dulu tidak dapat kukuasai.”

Cahaya menutupi seluruh tubuh Ray. Saat dia mengerahkan kekuatannya ke dalam pedang, Raja Roh mundur sedikit.

Theo Ask (Area Cinta Suci), adalah sihir yang digunakan pahlawan dengan menggabungkan cinta dua orang menjadi satu dan mengubahnya menjadi kekuatan sihir yang sangat besar. Sihir itu sudah diaktifkan saat dia berpegangan tangan dengan Misa.

Di era mitologi, Pahlawan Kanon tidak dapat menggunakan sihir ini, yang dimana itu hanya efektif ketika penggunanya bertarung dengan kekasihnya dan memiliki cinta sejati untuknya.

Itu bukan karena dia tidak bisa menguasai sihir itu. Hati Pahlawan saat itu selalu memikul perasaan setiap orang di pundaknya, membuatnya menjadi sadboy yang kesepian akan cinta romansa.

Tapi sekarang berbeda, dia sudah mulai mendaki jalan menjadi seorang fakboy.

“Kau memang lebih kuat dariku, tapi sayang sekali ya.”

Cinta Misa dan cinta Ray menjadi satu dan mendorongnya untuk terus melangkah maju.

Theo Ask memperkuat kemampuan fisik dan senjata dari manusia yang awalnya lemah. Namun kini yang menggunakannya adalah seorang iblis yang memang sudah tangguh.

Saat Ray melangkah masuk dan mendorong pedang cahaya yang muncul, ketajaman dan momentum mendorongnya, membuat pedang Harta Erialow retak.

“Karena sekarang sudah damai, kendati memperoleh pedang—” Saat cinta mereka semakin membara, cahaya suci membungkusnya seperti api yang berkobar-kobar. “—aku akhirnya memperoleh cinta.”

Ray mengambil langkah besar dan mengayunkan pedang cinta dengan sekuat tenaga.

Theo Trearos (Ledakan Pedang Cinta Suci)!!”

Cahaya seperti api yang menyelimuti Ray membengkak dalam sekejap mata dan dia menebas Raja Roh beserta Pedang Harta Erialow.

Seketika, jejak kilatan pedang itu meledak—



1 Comments

Previous Post Next Post