Seiken Gakuin no Maken Tsukai Volume 2 - Bab 7

Bab 7
Dua Ratu


“Mengaum dan menggelegar! Meriam Naga!”

Boooooooom!

Ledakan mengguncang udara saat tembakan Regina meledak pada sekat yang terbuat dari baja sihir kelas militer. Carbuncle membubung di udara dengan tergesa-gesa, dengan Leonis dan Regina mengikutinya. Secara alami, semua elevator tidak aktif, jadi untuk mencapai anjungan, mereka harus menggunakan tangga pusat atau tangga darurat.

Menghancurkan langit-langit dengan sihir akan jauh lebih cepat, pikir Leonis. Namun, taktik seperti itu akan membuat sang putri berisiko terjebak dalam baku tembak.

“Regina, jangan berlari terlalu jauh dariku...,” desak Leonis.

“Aku yang lebih tua di sini.” Regina berbalik untuk menghadapinya saat mereka berlari menaiki tangga. “Aku tidak bisa membiarkanmu memimpin.”

“Tidak, hanya saja aku, erm...aku bisa melihat...”

“...Haaaaah?!” Regina tersipu dan menekan roknya ke bawah.

Seragam Akademi Excalibur menekankan mobilitas, jadi roknya sangat pendek. Leonis mendapatkan sorotan sempurna dari celana dalam hitam Regina yang dewasa.

“K-kau ini mesum, kan, nak?!” Regina memarahinya dengan mata menyipit mencemooh.

“I-itu tidak bisa dihindari!” Leonis bersikeras dalam mengaku tidak bersalah.

“Aku akan melaporkan ini ke Lady Selia, harus ku—?”

“Kumohon jangan,” Leonis buru-buru memohon.

Pertukaran mereka terputus saat suara baru bergema dari atas.

“Siapa kalian?!” seseorang dengan suara nyaring memanggil mereka.

Dua orang beastmen muncul di pendaratan di depan.

“Regina!”

“Pedang Suci, Berubah—Senapan Naga!” Regina dengan cepat melepaskan rentetan tembakan.

“Penambah Akurasi, Ledakan Kutukan (Curse Blast)!” Leonis mencocokkan timing Regina dan menerapkan sihir augmentasi pada gadis itu.

Booooom!

Tembakan itu mengenai sasaran mereka, meledak dan membuat para beastmen terbang.

“W-whoaaaa?!” Regina terhuyung sedikit karena kekuatan serangannya sendiri.

Oh, sial, aku terlalu menyokongnya!

“I-itu luar biasa Regina!” kata Leonis yang dengan cepat berpura-pura tidak tahu.

“Itu bukanlah peluru yang bisa meledak. Itu jelas ledakan normal. Dan kurasa lintasan peluru-peluru itu juga sedikit berubah..., “ jawab Regina, jelas tidak yakin.

“I-Itu pasti hanya bayanganmu.”

Dari pendaratan, Leonis dan Regina terus menyusuri koridor dan dengan mudah mengalahkan setiap beastmen yang menghalangi jalan mereka. Berkali-kali, Regina melepaskan tembakan berapi-api dari Pedang Suci-nya.

“Di sana, itu anjungan kapal!”

Carbuncle menjadi transparan dan melewati pintu.

“Meriam Naga!” Regina meluncurkan ledakan kuat lainnya yang meledakkan pintu itu. “Putri Altiria!” dia menjerit saat dia masuk ke dalam ruangan. Namun, yang dilihatnya bukanlah pemandangan yang dia harapkan.

“...Apa... Apa yang terjadi di sini?” Regina bergumam syok.

Anjungan itu benar-benar kosong. Sistem kendali kapal beroperasi tanpa ada orang di dalam ruangan.

“Lihat!” Regina memberi isyarat kepada Leonis saat matanya melihat layar konsol. Ekspresinya menjadi kaku karena ketakutan dan putus asa.

“...Apa ini?” Ada blip* besar pada tampilan yang dianggap Leonis sebagai Hyperion. Tampaknya kapal itu berada di jalur menuju sekelompok banyak titik-titik yang lebih kecil. [Catatan Penerjemah: Blip = titik sinar pada radar.]

“Itu adalah terumbu Void.”

---

Sharnak dan bawahannya berkumpul di dek Hyperion. Petir menyambar-nyambar di atas langit saat badai berkecamuk. Beberapa beastmen membawa Putri Altiria ke ruang kargo pesawat tempur.

Masing-masing dari beastmen tolol yang menerima kekuatan Pedang Iblis sekarang adalah boneka Sharnak. Lebih tepatnya, mereka berada di bawah kendali Pedang Iblis yang digenggam di tangan wanita dark elf itu.

Di antara jari-jari Sharnak terdapat Zolgstar Mezekis, salah satu senjata pembunuh Penguasa Kegelapan yang secara kolektif dikenal sebagai Arc Seven.

Itu adalah jenis item yang berbeda dari yang diberikan Sharnak kepada para beastmen. Zolgstar Mezekis adalah Pedang Iblis sungguhan dan telah diberikan kepadanya oleh pendeta dewi. Sebagai senjata legendaris, itu dikatakan telah digunakan oleh seorang pahlawan seribu tahun yang lalu.

Ya, aku telah dipilih olehnya..., pikir Sharnak dengan percaya diri.

“...Kemana kau akan membawa kami?” Putri Altiria bertanya dengan suara lemah.

“Heh-heh, oh, ke suatu tempat yang indah,” jawab Sharnak dengan senyum sadis. “Kau harus merasa terhormat. Begitu aku membedah otakmu dan memilah kekuatan keluarga royalti, aku akan menjadikanmu mainan sadis sekte itu. Atau mungkin aku akan membiarkanmu menjadi tempat persemaian monster kekosongan. Ah-ha-ha-ha-ha-ha-ha!”

“...?!”

Membiarkan tawanya yang gila, Sharnak mengangkat Pedang Iblis tinggi-tinggi.

Di bawah sinar rembulan, Hyperion yang tak bertuan menerobos air dan bergerak semakin dekat menuju terumbu yang diselimuti kegelapan yang melampaui kegelapan malam itu sendiri.

“Sekarang, ayo kita bergegas,” Sharnak memerintahkan para beastmen di bawah komandonya. “Tentu saja dengan asumsi kau tidak ingin tertelan.”

---

Riselia dan Sakuya bergegas menyusuri koridor yang hanya diterangi oleh lampu darurat yang berkedip-kedip. Tidak ada tanda-tanda orang lain di koridor itu. Suara gema lambung Hyperion yang berderit diinterupsi oleh gemuruh petir yang sesekali terdengar.

Lantai di bawah kedua wanita muda itu bergetar dan berguncang. Sepertinya kapal itu mendekati kecepatan jelajah maksimumnya.

“Lihat ke sana. Sekatnya telah dihancurkan,” kata Riselia sambil menunjuk ke depan.

Ada lubang besar di tengah penghalang kelas militer yang besar. Puing-puing dan pecahan logam berserakan di lantai di sekitarnya.

Apa Leo yang melakukan ini...?

“Riselia...,” panggil Sakuya sambil berlari mengejar.

“Ada apa?” Riselia berhenti dan berbalik.

“Mereka datang.” Mempersempit matanya, Sakuya menoleh untuk menghadapi apa yang tampak seperti udara kosong. Meskipun jelas tidak ada lawan yang terlihat, dia menarik Raikirimaru.

“...Hah?” Riselia tidak menyadari kehadiran yang tidak biasa, tapi tampaknya pendekar pedang wanita yang lebih muda itu bisa melihat sesuatu. Ada gemuruh petir yang hebat dari luar Hyperion, lalu...

Krak, krak!

Suara pecahan kaca mulai terdengar, seolah-olah udara itu sendiri mulai memberi jalan.

“Void?!” Riselia mewujudkan Pedang Darah (Bloody Sword)-nya dan melingkarkan tangannya erat-erat di gagang pedang.

Krak, krak, krak!

Retakan yang tak terhitung jumlahnya merobek dirinya yang tiada menjadi ada, dan saat retakan itu melebar, makhluk berjubah uap abu-abu gelap mulai muncul.

“...Urrr... Rggggl...”

Tubuh yang kokoh dengan cakar dan sirip menarik tubuh abu-abu licin dari celah di ruang kosong. Apa yang seharusnya menjadi wajah Void tidak memiliki hidung atau mata, hanya robekan horizontal besar yang dilapisi dengan gigi.

“...Kelas duyung...”

Ini adalah jenis Void yang muncul di dasar laut. Monster itu sangat cerdas dan mampu bergerak cepat tidak hanya di bawah air, tapi juga di darat.

“Dia datang!” Sakuya berseru dan menendang lantai.

Mencabut pedangnya, Sakuya melepaskan tebasan horizontal dengan satu gerakan elegan. Void itu larut menjadi miasma dan menghilang bahkan sebelum bisa mengeluarkan teriakan akhir kematian. Lonjakan listrik mengalir di pedang Raikirimaru. Sayangnya, sudah ada robekan baru yang terbentuk di sekitar Riselia dan Sakuya.

“...?!”

Sekali lagi, katana yang dialiri listrik membuat kilatan dan membelah Void lain yang muncul dari celah yang mengambang. Sakuya kemudian menggunakan ayunan ke belakang untuk berpindah ke ayunan lain dan dari sana menjadi potongan horizontal yang naik ke atas. Dengan setiap ayunan pedangnya, gerakan Sakuya menjadi lebih gesit.

“Teknik Pedang Tertinggi, Bentuk Ketiga—Gelora Perang Sakura (Sakura War Flurry)!”

Pedang Sakuya meraung. Kemampuan Pedang Suci-nya—Raikirimaru, Bilah Petir—adalah akselerasi. Listrik yang dihasilkannya hanyalah produk sampingan. Kekuatan yang sebenarnya adalah senjata itu akan menyelimuti Sakuya dalam energi super elektromagnetik, memungkinkan dirinya untuk bergerak lebih cepat saat dia memotong musuh-musuhnya. Gadis itu sendiri tampak seperti bilah petir biru saat dia melesat menuju gerombolan Void.

“Hyaaaaaah!” Riselia mengeluarkan teriakan perang saat dia menyerbu Void juga dengan Pedang Darah di tangannya.

Kelas duyung muncul dari tembok dan segera dipotong menjadi dua. Riselia menusukkan ujung pedangnya ke celah khusus, membunuh Void lain yang baru saja mulai merangkak keluar.

Menggunakan kekuatan vampirnya yang superior, Riselia melompat ke udara dan langsung mendekati sekelompok Void baru saat dia membawa Pedang Suci untuk ditebaskan. Pelatihannya dengan skeleton terbukti membuahkan hasil; sekarang dia jelas jauh lebih terbiasa melawan musuh yang berkelompok. Saat dia menyerang, Riselia melepaskan simpanan besar mana yang mengalir melalui tubuhnya dan bertarung dengan cara yang benar-benar cocok sebagai Ratu Vampir.

Kenapa Void muncul di dalam kapal?! Menghilangkan miasma yang menutupi udara, Riselia mengintip ke luar jendela...

Sambaran petir menerangi permukaan air, menampakkan lapisan tebal uap abu-abu yang menggantung di atas laut.

“Apa ini terumbu Void?!” serunya dengan tidak percaya dengan apa yang dia lihat.

Terumbu Void adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sarang Void yang terbentuk di laut. Itu dikatakan sebagai tempat yang seperti neraka dimana tidak ada jalan keluar.

Apa yang para beastmen itu pikirkan...?!

Hyperion seharusnya memiliki radar yang mampu mendeteksi dan menghindari Void. Riselia hanya bisa menebak entah itu para pembajak salah merencanakan jalur atau mereka memang sengaja melakukannya.

Untungnya, untuk saat ini, hanya kelas Void yang lebih kecil yang tampak muncul. Namun, jika Hyperion dibawa lebih dekat ke dalam terumbu, risiko munculnya kelas yang lebih besar sangat tinggi.

“Kalau terus begini, kita akan—!”

Retakan lain masih terbentuk di udara, dari situ jenis Void baru muncul. Itu berbentuk humanoid tapi lebih besar dari Void kelas duyung. Tentakel seperti moluska yang menjijikkan tumbuh dari kepalanya, seolah-olah banyak makhluk laut telah membuat rumah di dalam tengkoraknya.

“Pemakan Otak!” seru Riselia.

Itu adalah tipe yang jauh lebih kuat jika dibandingkan dengan kelas duyung. Tidak hanya lebih cerdas, tapi Void itu juga mampu menggunakan kekuatan misterius. Dikatakan bahwa Pemakan Otak memiliki kemungkinan besar untuk menjadi Void Lord.

Akademi Excalibur mengklasifikasikan mereka pada tingkat bahaya peringkat-A, yang berarti Void itu dianggap terlalu berbahaya untuk ditantang oleh seorang Pengguna Pedang Suci. Riselia menelan ludah dengan gugup saat dia berdiri menghadap makhluk itu. Sakuya menebas Void lain dan melompat ke Riselia sehingga kedua wanita muda itu sekarang berdiri dengan punggung saling berhadapan.

“Riselia, kau harus pergi dulu. Serahkan yang disini padaku.”

“...Tidak. Aku akan tinggal dan bertarung bersamamu,” kata Riselia.

“Cari anak itu. Bukankah itu alasanmu melakukan ini?” Sakuya menegaskan dengan intensitas yang tidak menyisakan ruang untuk argumen.

“...!”

“Jangan khawatir. Aku hidup untuk memburu Void.”

Riselia merasakan getaran menjalar di punggungnya.

“Kumohon, Riselia...”

“...Baiklah.” Riselia mengangguk dan menerobos ke dalam kerumunan. Mendengarkan suara langkah temannya yang semakin pelan, Sakuya menyiapkan Raikirimaru. Void iblis laut muncul satu demi satu di sekitar Pemakan Otak, namun bahkan di tengah situasi yang menakutkan itu, Sakuya tetap tenang.

“Bagus. Aku tidak ingin kau melihat apa yang akan terjadi selanjutnya,” katanya dengan dingin.

Aliran hitam miasma naik dari tubuh kecil Sakuya, jenis uap yang sama dengan yang dikeluarkan oleh Void.

“Pedang Iblis, Yamichidori... Berikan mereka sensasi sunyinya kuburan.” Sakuya membawa ujung jarinya ke bibirnya dan memberikan senyuman yang mempesona.

---

“...Terumbu Void?” tanya Leonis pada Regina yang ekspresinya membeku karena ketakutan yang hebat.

Berbagai ikon bercahaya yang ada di layar tidak mengartikan apa-apa bagi Leonis. Namun dia yakin kalau Regina bisa membaca itu.

“Itu adalah kekuatan Void yang sangat padat yang mendiami wilayah laut. Tidak seperti sarang, terumbu terus bergerak, jadi sulit untuk melacak posisinya...” Regina berhenti membeku dan menyeka keringat dari keningnya. “Bahkan kapal seperti ini tidak akan bisa melarikan diri jika ditelan oleh terumbu Void.” Suara gadis berkuncir itu kental dengan keputusasaan.

“...Dan kapal ini langsung menuju ke sana?” tany Leonis bertanya.

Regina mengangguk dengan serius.

Hmm, aku tidak mengerti..., pikir Leonis. Orang-orang yang telah membajak Hyperion mungkin melakukannya untuk menggunakan para sandera di kapal sebagai pengaruh dalam negosiasi dengan Kekaisaran Terintegrasi. Jika itu benar-benar tujuan mereka, Leonis tidak bisa memahami apakah meninggalkan anjungan dan mengatur kapal untuk bunuh diri akan mencapai suatu tujuan apapun.

Tiba-tiba, suaru alarm yang melengking berbunyi dari suatu tempat di dekatnya. Regina tersentak terhadap suara yang mengejutkan itu dan berbalik untuk melihat ke arah suara.

“Knight Dragon (Ksatria Naga) lepas landas... disetujui...?” Regina perlahan membaca dengan lantang kata-kata yang ditampilkan di layar.

Knight Dragon adalah jenis pesawat tempur yang lebih besar yang ditempatkan di Hyperion.

“Mereka ingin melarikan diri dengan tuan putri,” kata Leonis, setelah menyatukan informasi dan menyimpulkan.

Namun, jika itu masalahnya, mereka akan meninggalkan banyak orang-orang mereka sendiri dan membiarkan mereka mati.

Apa ini yang menag menjadi rencana teroris, atau apakah ada semacam ketidaksepakatan yang telah mematahkan kelompok selama pembajakan? Yang jelas, mereka yang melarikan diri ke dalam pesawat jelas ingin membuat Hyperion yang tenggelam ke dalam karang tampak seperti kecelakaan. Dengan cara itu, kekaisaran akan percaya sang putri telah meninggal sementara, sebenarnya, dia diam-diam telah dibawa pergi.

Dan mereka tidak akan meninggalkan bukti bahwa siapapun yang merencanakan ini pernah ada.

Kekosongan Void akan menghabiskan semua bukti, dan Hyperion akan tenggelam ke kedalaman.

Tapi apakah itu benar-benar semuanya?

Leonis mendapat kesan ada beberapa kebencian yang tidak rasional dan tidak berdasar pada akar dari rencana ini. Segala sesuatu tentang itu terasa sangat di luar karakter kelompok anti-penegakan*. [Catatan Penerjemah: Mungkin maksudnya anti-imperalis?]

Sekarang bukan waktunya untuk memikirkan hal itu.

“Regina... Kau tidak bisa mengarahkan kapalnya, kan?”

“Tidak. Aku tidak mengambil kursus berlayar dalam kurikulumku...” Regina menggigit bibirnya, ekspresinya kental karena cemas.

Leonis bisa memanggil Kapten Kapal Hantu dari bayangannya, tapi dia tidak akan bisa mengambil alih kapal perang yang dibuat dengan teknologi sihir yang canggih. Mereka butuh solusi, dan itu harus cepat. Setiap detik yang dihabiskan untuk diam membuat mereka semakin dekat ke terumbu Void.

“...Tidak, kalau terus begini, kita semua akan—” Regina mengatupkan giginya dan membanting tangannya ke arah pengontrol.

Tapi kemudian...

“Apakah...ada seseorang...di sana...?”

“Hah?” Regina berpaling saat mendengar suara yang statis yang lemah.

Itu tidak datang dari mikrofon anjungan. Anehnya, itu berasal dari Roh Muasal yang duduk di kursi operator.

“...Carbuncle?”

“Apa...kau...bisa mendengarku...?”

Suaranya lemah, seolah itu bisa terputus kapan saja. Dengan begitu banyak Void di dekatnya, gangguannya sangat parah, membelokkan suara yang dipancarkan roh itu.

“Itu Putri Altiria...!” kata Regina dengan percaya diri.

Sementara dalam kebingungan, Regina bisa tahu suara itu setelah dia mendengarnya berkali-kali di arsip.

“Apa suara Yang Mulia mencapai kita dengan menggunakan roh sebagai perantara?” tanya Leonis.

Regina mengangguk dengan cepat.

“Y-ya, aku bisa mendengarmu... Aku bisa mendengarmu dengan jelas!” teriak Regina dengan susah payah.

“Dengarkan aku... Ada ruang kendali yang mengarahkan...kapal ini...di...lantai bawah.”

“Oke!”

“Itu adalah jantung Hyperion... Di situlah Elemental Buatan yang mengendalikan kapal ini dikelola... Bawa si kecil ini ke sana, kimohon... Hentikan...Hyperion...!”

“Aku tidak tahu apakah aku bisa... Aku bukan pengguna roh yang sangat kuat.”

“Kau seharusnya baik-baik saja... Carbuncle harusnya...bisa menangani semuanya.”

“Dimengerti!”

“...Kumo...hon... Master kode...adalah...”

Suara itu menghilang setelah memberikan kata sandi yang diperlukan untuk ruang kontrol.

“...” Regina menggigit bibirnya.

Sementara dia dan Leonis telah memastikan kelangsungan hidup Putri Altiria, para teroris yang menculikn sang putri akan melarikan diri. Jika Regina tidak mengejar mereka sekarang, dia berisiko kehilangan kesempatan terakhirnya untuk menyelamatkan adiknya. Keputusan itu tidak diragukan lagi merupakan keputusan yang menyiksa dan sulit.

“Ayo pergi ke ruang kontrol.” Regina akhirnya memaksakan kata-katanya saat dia mengepalkan tinjunya. Dia membalikkan punggungnya ke arah Leonis dan mengambil Carbuncle.

“Kita tidak bisa membiarkan kapal ini ditelan. Dia ingin semua orang yanga ada di Hyperion untuk keluar dengan selamat...,” lanjut Regina dengan bahunya yang gemetar.

Meski wajah gadis itu teralihkan, Leonis masih melihat air mata kecil menetes di pipi Regina. Dia melakukan yang terbaik untuk bertindak seolah dia tidak memperhatikan itu.

“Tidak, ayo kita berpisah. Aku akan pergi menyelamatkan tuan putri,” kata Leonis.

“...Hanya kau sendiri?” Regina berbalik untuk melihatnya. “Tidak, itu terlalu berbahaya. Mereka tidak akan bersikap mudah padamu hanya karena kau masih kecil.”

“Itu satu-satunya cara kita menyelamatkan tuan putri,” Leonis dengan tenang bersikeras.

“...Itu memang benar, tapi...” Regina membuat ekspresi ragu-ragu. Pertentangan pendapatnya tentang gagasan itu jelas, tapi tidak ada waktu untuk goyah. Jika teroris berhasil melarikan diri, semuanya akan sirna.

Kurasa aku tidak punya pilihan. Leonis memegang Tongkat Penyegel Dosa-nya dan mengarahkan ujungnya ke dinding yang menghalangi jalan ke luar kapal.

“Sebenarnya ada sesuatu yang kurahasiakan darimu Regina.”

“...Hah?”

“Sebenarnya...Aku adalah Penguasa Kegelapan.”

Ka-boooooooooom!

Menggunakan mantra tingkat tiga untuk meledakkan dinding, Leonis membuat jalan keluar darurat ke bagian luar kapal. Melalui badai, dia dan Regina bisa mengamati dek yang jauh tempat pesawat bersiap lepas landas.

Benar-benar terkejut, Regina berdiri membeku setelah menyaksikan sepotong kekuatan yang ingin didemonstrasikan Leonis.

“Yah, mungkin 'Penguasa Kegelapan' terdengar sedikit lucu, tapi...” Leonis mengangkat bahu saat dia mendekati dinding yang rusak. “Aku mungkin jauh lebih kuat dari yang kau kira.”

Regina menatap Leonis seolah baru melihatnya untuk yang pertama kali.

“Kau ini siapa nak...?”

“Jadi dengan mengatakan itu, serahkan penyelamatan Yang Mulia kepadaku.” Dengan anggukan, Leonis pergi ke tengah hujan di luar.

“Leo!” Regina memanggilnya.

Astaga, aku benar-benar telah menjadi lembut.

Menggunakan mantra kontrol gravitasi untuk memperlambat penurunannya menuju dek terdekat, Leonis tersenyum kecut. Jika Blackas mendengar ini, dia pasti akan terkejut tanpa kata-kata. Meskipun bermaksud merahasiakannya, Leonis telah menunjukkan sedikit kekuatannya kepada Regina. Namun, dia percaya itu baik-baik saja. Gadis itu bukanlah seseorang yang akan memberi tahu orang lain tentang masalah pribadi.

Selain itu, menculik tuan putri adalah pekerjaan Penguasa Kegelapan.

Melihat ke arah dek yang dia injak, Leonis mengucapkan mantra telepati.

“Selia.”

“...Ahhh! Leo?!” Suara panik Riselia terdengar di benak Leonis. “...Tunggu, hah? Kenapa aku bisa mendengarmu? Apa aku berhalusinasi?”

“Aku menggunakan aksesori kucing sebagai relay sihir untuk suaraku. Kau adalah pengikuy dari seorang penyihir, jadi kau harus terbiasa dengan hal-hal seperti ini.”

“B-baiklah. Aku akan mencoba untuk terbiasa,” kata Riselia, mencoba menerima apa yang sedang terjadi.

“Aku senang kau menyukai itu sampai mau menyimpannya tetap bersamamu.”

“Ya. Bagaimanapun juga kaulah yang memberikannya padaku,” jawab Riselia, suaranya terdengar malu-malu.

“...” Leonis tiba-tiba merasa sedikit canggung setelah mendengar jawaban itu, tapi dia berdehem dengan kering. “Sekarang kau ada dimana?”

“Aku lagi berkeliling kapal mencarimu.”

“Waktu yang tepat,” kata Leonis. “Regina menuju ruang kendali di bagian bawah kapal.”

“Apa Regina berniat melakukan sesuatu...?!”

“Iya. Dia pergi sendirian, jadi itu mungkin cukup berisiko. Pergi dan bantulah dia.”

“Ruang kendali di bagian bawah kapal. Oke,” jawab Riselia seketika.

Meskipun dia mungkin bahkan tidak tahu bahwa Regina berada di atas Hyperion, Riselia cukup bijaksana untuk tidak mengajukan pertanyaan dalam situasi yang begitu mengerikan. Leonis menambahkan beberapa poin pada evaluasinya terhadap pengikutnya.

Jika beruntung, dia akan dengan cepat tumbuh dewasa dan menjadi tangan kananku.

Pesawat tempur di dermaga menyala dengan lampu bewarna merah, menandakan mereka akan segera lepas landas.

“Jangan bilang orang-orang tolol seperti kalian berpikir bisa lolos dari Penguasa Kegelapan?”

Cahaya bersinar dari Tongkat Penyegel Dosa.

—Penguasa Kegelapan-mu memerintahkan. Bangkitlah, hai mayat-mayat yang telah membusuk, dan berikan teror kepada jantung-jantung yang hidup—

Tulang yang dia panggil dari bayangannya naik dan mulai berkumpul dan membentuk wujud monster besar.

---

“Aku akan membuka sekatnya. Semuanya, mundurlah,” Elfiné memerintahkan saat dia mengoperasikan modul di dinding koridor.

Elfiné, Fenris, dan siswa/i Akademi Excalibur lainnya sedang mengawal para tamu pesta ke hanggar tempat sekoci ditekkan. Fenris memerintah Serigala-serigala Es-nya maju dan mengendus teroris yang masih hidup sementara Elfiné bekerja untuk membuka sekat yang menghalangi jalan mereka.

Meretas sistem militer terbukti sulit, tapi untungnya, kendali itu menggunakan Elemental Buatan yang dikembangkan oleh Perusahaan Phillet. Sebagai putri dari perusahaan yang bersangkutan, Elfiné sangat mengenal sistem tersebut.

Kunci dibuka dengan bunyi gedebuk pelan, dan pintu besi yang berat itu perlahan mulai terbuka. Yang mengejutkan semua orang, tampaknya sudah ada kelompok di dalam hanggar sekoci.

“Void!”

“Grrraaaaaahhh...!”

Sekelompok Void kelas duyung terlihat di mana-mana. Beberapa warga sipil berteriak saat melihat perawakan mereka yang terdistorsi.

“Serigala Es (Frost Wolf)!” seru Fenris dan mengirimkan tujuh serigal es ke dalam kerumunan untuk menyerang Void. “Tempat ini tidak aman!” tambahnya.

“Ya...” Elfiné membuat wajah bermasalah.

Hyperion sudah memasuki terumbu. Jika mereka mengirim orang-orang keluar dengan sekoci, mereka akan berakhir sebagai santapan. Bahkan dengan serigala-serigala Fenris merobek-robek mereka, para Void muncul lebih cepat dari yang bisa mereka atasi. Itu adalah pemandangan yang membuat putus asa.

Elfiné berbalik menghadap anak-anak dari panti asuhan. Yang tertua dari mereka, Tessera, memeluk Millet dan Linze dengan erat dalam upaya untuk menenangkan mereka.

“Apa kalian baik-baik saja?” tanya Elfiné.

Bahkan saat dia menggigil ketakutan, Tessera mendongak dan mengangguk.

“Leo... Dia pasti akan menyelamatkan kami, jadi...!”

“Kita tidak bisa menahan mereka lebih lama lagi!” teriak Fenris.

Void-void kelas duyung membuka mulut mereka yang seperti robekan dan menyerbu ke arah orang-orang.

Whosh!

Terdengar suara seperti udara terpotong menjadi dua, dan saat itu juga, kepala Void melayang di udara.

Whosh, whosh, whosh!!

Bilah kegelapan menari-nari melewati hanggar dan memotong monster-monster satu demi satu. Dalam beberapa saat, gerombolan Void pun menjadi jauh lebih kecil.

“A-apa yang terjadi?!” Fenris melihat sekeliling hanggar, tapi tidak ada seorang pun yang terlihat.

Namun, meski hanya sesaat, Mata Penyihir Elfiné menemukan sumber keberuntungan mereka. Itu adalah seorang gadis berseragam pelayan, berdiri dalam kegelapan dengan churro yang sudah setengah dimakan di tangannya.

“Ini adalah penghargaan atas keyakinanmu pada tuanku, gadis kecil.”

---

“Kita harus cepat, jangan sampai para Void menelan kita juga.”

Sementara badai terus berkecamuk, baling-baling Ksatria Naga yang besar mulai berputar. Badan pesawat yang besarnya seperti wyvern hampir siap untuk lepas landas. Sharnak berdiri di dek dengan seringai puas dan bersiap untuk naik ke pesawat yang lebih kecil.

Namun...

“...Apa?” Dia mengerutkan alisnya.

Ksatria Naga sepertinya tidak bisa lepas landas. Baling-balingnya hanya berputar dengan cepat, tapi pesawat itu tetap diam di tempatnya, seolah-olah ada sesuatu yang menahannya dengan kekuatan yang sama dengan yang dikeluarkan pesawat itu. Bagian depan Ksatria Naga mulai tertekuk karena tekanan dan percikan api menyembur keluar.

“...Apa yang kau lakukan?!” Sharnak berteriak dengan marah.

Kilatan petir menyinari langit dan dark elf itu melihat sesuatu yang besar turun ke arahnya dari kegelapan.

Roooooooooooooooooooooooar!

Raungan itu bergema seolah-olah bergemuruh dari kedalaman bumi. Sharnak mengisi matanya dengan mana dan mengintip ke sekeliling tempat yang diliputi kegelapan malam.

Kilatan petir kembali menyinari.

“Apa?!”

Apa yang dilihat dark elf itu adalah naga. Binatang mistis yang menguasai segalanya di zaman kuno. Cakarnya yang menakutkan menahan bagian depan pesawat dan mencegah pesawat itu lepas landas.

Itu bukan sembarang naga, melainkan...

“Apa...ini...?!”

Itu adalah makhluk yang terbuat dari tulang yang tak terhitung jumlahnya. Miasma hitam kematian keluar dari perutnya seperti asap, dan rongga matanya dipenuhi dengan cahaya yang tidak menyenangkan.

“Apa menurutmu aku akan membiarkanmu melarikan diri begitu mudah, pencuri pengecut?” terdengar suara dari dalam kegelapan.

Meskipun suara itu tidak berasal dari naga, Sharnak merasa itu tidak kalah mengancam. Berdiri di atas kepala naga itu adalah seorang anak laki-laki yang memegang tongkat. Dia mengarahkan pandangannya ke dark elf itu, seolah-olah keberadaannya menguasai segalanya.

“Kau akan membayar mahal untuk dosa telah mengancam kerajaanku.”



2 Comments

Previous Post Next Post