Maou Gakuin no Futekigousha Volume 4 - Bab 71

Bab 71
Keaslian Raja Iblis


“Kau sungguh tolol, Pahlawan Kanon.”

Meskipun tubuhnya perlahan memudar, Avos Dilhevia masih tetap tersenyum anggun.

“Apakah mungkin bagimu untuk menusukkan pedang suci itu ke dadaku? Apakah mungkin bagimu untuk hanya berdiri diam ketika melihatku menghilang?”

Dengan peralahan, Avos Dilhevia mengarahkan ujung jarinya yang ramping ke arah Misa.

“Sekalipun Pedang Dewa Roh memotong takdir dan membagiku menjadi roh dan dia menjadi iblis, itu tidak seperti muasalnya meningkat. Seperti yang barusan kau bilang. jika satu muasal dibagi menjadi dua, muasal itu tidak akan bisa bertahan. Dan hal itu juga berlaku sama untuk Misa.”

Sama halnya dengan Sasha dan Misha, setelah kehilngan setengah dari tubuh mereka, mereka ditakdirkan untuk menghilang.

“Kanon, pahlawan menyedihkan yang terus mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan dunia. Apakah sekarang kau akan mengorbankan bahkan seorang yang kau cintai demi dunia?”

Ray tidak menanggapi perkataannya, tapi hanya balas menatap Avos Dilhevia.

“Kembalilah, Misa! Kau sendiri juga tahu, kan? Aku adalah dirimu, dan dirimu adalah aku. Jika tidak, kau akan hancur bersamaku.”

Misa mengalihkan pandangan yang kuat ke arah Raja Iblis Palsu dan berkata dengan jelas.

“Terus kenapa?”

Ekspresi Avos Dilhevia menjadi masam, seolah jawaban Misa tidak seperti yang dia inginkan.

Misa pun melanjutkan.

“Kau sendiri juga tahu, kan? Aku telah menjalani hidupku sampai hari ini dengan memimpikan hari dimana iblis berdarah campuran dan keluarga kerajaan dapat bergandengan tangan dengan baik, memimpikan hari di mana ras iblis dapat bersatu dengan baik. Untuk itu, aku tidak akan pernah memaafkanmu.”

Misa mengecam keras Avos Dilhevia.

“Itu hanyalah mimpi kehidupan sementara. Kau dilahirkan ke dunia ini sebagai roh untuk hidup sesuai dengan rumor dan legenda Raja Iblis Tirani. Dibandingkan dengan pikiran yang ditanamkan selama dua ribu tahun tahun, keyakinanmu itu hanya berusia lima belas tahun. Itu terlalu rapuh.”

“Hidup ini tidak sementara, dan mimpi itu tidaklah rapuh.” dengan keyakinan yang kuat, Misa menjawab. “Aku memiliki teman-teman dari faksi penyatuan yang mengikrarkan cita-cita mereka bersamaku. Dan juga, aku memiliki Raja Iblis sejati yang tidak akan pernah menyerah pada ketidak masuk akalan. Dan aku yakin—”

Mengalihkan pandangannya sedikit, Misa menatap punggung Shin yang bertarung di kejauhan.

“Bahwa akan tiba hari dimana Ayahku akan datang untuk menemuiku.” kemudian dia melanjutkan. “Selain itu, aku memiliki seseorang yang kucintai.”

“Pikirkan baik-baik tolol. Akankah orang yang kau cintai benar-benar ingin menghancurkanmu? Apakah dia akan membuat pilihan sekecil apa pun yang bisa membuatmu hancur?” Avos Dilhevia bertanya, berusaha membuat Misa kesal. “Tentu saja tidak, jika dia memang mencintaimu, dia tidak akan bisa. Kanon tetaplah menjadi pahlawan seperti dua ribu tahun yang lalu dan hanya mencoba menyelamatkan dunia. Sama seperti dia yang tidak mencintaiku, dia juga tidak akan pernah mencintaimu.”

Namun, Misa sama sekali tidak terprovokasi dan membalasnya.

“Apa yang kau katakan itu adalah cinta yang kecil, kan?”

Avos Dilhevia memelototi Misa, seolah mengungkapkan kekesalannya.

“Aku tidak pernah berpikir bahwa jika hidupku diselamatkan, maka itu lebih baik. Bagiku, apa yang menjadi suatu kehidupan adalah tetap menjadi diriku sendiri.”

Berpegangan erat pada Ray, Misa berbicara kepada setengah dari dirinya.

“Itulah mengapa Ray-san menyelamatkanku. Dia tidak tahan melihatku menganiaya semua keturunan campuran, bahkan untuk semenit pun. Dia yang lebih dari siapa pun tidak ingin menyakiti orang lain, menyakitiku demi diriku sendiri.”

Misa berteriak, seolah menolaknya.

“Jika kau bahkan tidak bisa memahami perasaan sesederhana itu dari Ray-san, kau sama sekali bukanlah diriku!”

Ray dan Misa menendang tanah pada saat bersamaan, seolah-olah mereka saling terhubung satu sama lain.

Avos Dilhevia mengangkat tangannya ke dean dan mengarahkan Jio Graze (Meriam Pemusnah Api Neraka) ke arah Ray. Namun, saat berikutnya, matanya membelalak.

Seolah menjadi perisai untuk Ray, Misa berdiri didepannya. Kekutan sihir yang dimiliki Misa kecil, jika Avos melepaskan mantra yang cukup untuk memberikan kerusakan pada Ray, maka Misa pasti akan mati.

Dan jika Misa hancur, dia sendiri juga akan ikut hancur.

Tidak melewatkan keragauan sesaat dari Avos Dilhevia, Ray segera mendekati Raja Iblis Palsu.

Darah menetes di pedang.

Evansmana telah ditusukkan kepada Avos Dilhevia.

“...Agh...”

Suara tipis keluar dari mulutnya, bersamaan dengan muntahan darah merah.

Tubuh Raja Iblis Palsu diselimuti oleh cahaya yang dipancarkan Pedang Dewa Roh. Dan kemudian—dia benar-benar menghilang.

“Ray-san...!?” teriak Misa memanggil namanya.

Matahari hitam legam mendekati tepat di belakang Ray.

“...Fuuh...!”

Pada saat yang sama ketika dia memotong Jio Graze dengan Pedang Dewa Roh, dia mengalihkan pandangannya ke kejauhan.

“Apa menurutmu aku akan hancur hanya karena muasalku kau hancurkan?”

Di sana ada Avos Dilhevia.

Karena rumor dan legendanya pernah dikalahkan oleh Pedang Dewa Roh, maka dia pasti bisa hidup kembali dengan menggunakan Agronemut (Regenerasi Muasal).

“Kupikir juga begitu. Itu sebabnya aku memotong muasalmu menjadi dua.”

“Oh? Jika demikian, itu disayangkan.” serunya sambil tersenyum.

Pada saat itu, jumlah huruf sihir yang melayang di dinding di sekitar meningkat sekaligus.

“Akhirnya kudapatkan.”

Partikel cahaya hitam muncul dan memenuhi ruangan.

“Datanglah, Venuzdonor.”

Menanggapi panggilannya, partikel cahaya hitam yang tak terhitung jumlahnya memenuhi ruangan, semua itu terkonsentrasi di kakinya.

Yang muncul dari situ adalah bayangan gelap berbentuk pedang. Itu tidak memproyeksikannya wujudnya, yang terlihat hanyalah bayangannya.

Pedang bayangan perlahan muncul di tangan Avos Dilhevia.

Dia pun segera meraih gagang dari pedang itu.

Segera, seolah-olah bayangan itu pecah, pedang panjang berwarna gelap muncul di tangan Raja Iblis Palsu.

“Semua alasan yang ada didepanku akan hancur. Apa menurutmu hanya karena muasalku hanya tersisa setengah, tubuh ini akan hancur?”

“Yah, entahlah? Paling tidak, selama kau memegang Pedang Penghancur Alasan, itu hanyalah kehidupan sementara.”

Memegang Pedang Dewa Roh, Rei menghubungkan tangannya dengan tangan Misa.

Cahaya cinta memenuhi seluruh tubuh mereka.

Itu adalah Theo Ask (Area Cinta Suci).

Cinta disublimasikan hingga tingkat ekstrim, dan cahaya meningkatkan kemampuan Ray hingga batasnya.

“Semua yang akan kau lakukan sia-sia.”

Perlahan, Avos Dilhevia mengambil satu langkah.

Satu langkah, dua langkah—

Dan pada langkah ketiga, dia melompat ke depan dengan kekautan besar, dan sosok Ray menghilang dari pandangan Raja Iblis Palsu.

Saat berikutnya, Ray sudah berada di belakang Avos Dilhevia dan menusukkan Evansmana ke arah jantungnya tanpa halangan.

“Pedang Dewa Roh, Rahasia Pertama—”

Kilatan pedang putih bersih menebas Avos Dilhevia.

“—Bilah Pemotong Surga!!”

Avos Dilhevia berbalik dan mengayunkan Pedang Penghancur Alasan Venuzdonor. Seolah membalikkan sebab-akibat, bilah pedang itu menebas Bilah Pemotong Surga.

Di saat yang sama, dada Ray terkoyak dan darah mengalir kelaur dari sana. Dia tersungkur dan berhasil bertahan dengan menggunakan Pedang Dewa Roh sebagai penopang.

“Pikirmu kau yang lebih cepat hanya karena kau memotongku lebih dulu?”

Melihat ke bawah pada Ray dari jarak dekat, Avos Dilhevia tersenyum kasar. Dia tidak berhenti di situ, dan langsung mengarah ke Misa.

“Berdiri dan lihatlah saja dari situ. Kali ini kekasihmu yang tercinta akan menghilang.”

Avos Dilhevia berjalan dengan perlahan ke arah Misa.

Misa mundur selangkah dan menguatkan dirinya. Raut wajahnya dipenuhui dengan tekad akan kematian.

“Selamat tinggal, diriku yang sementara.”

Lingkaran sihir dibentuk di tangannya, dan matahari hitam legam muncul dari situ. Saat dia mendorongnya dengan Pedang Penghancur Alasan, Jio Graze ditembakkan dengan momentum yang tak terhentikan.

Suara yang menakutkan bergema, dan api hitam menyala-nyala.

Jika terkena dengan telak, daya tembak yang dimilikinya akan cukup untuk tidak meninggalkan tulang sekalipun. Dan dalam sekejap, Misa akan menjadi abu dan muasalnya akan terserap—Yah, itu pun jika terkena dengan telak.

“Fumu, apa akhirnya kau menjadi serius, Avos Dilhevia?”

Api hitam itu meledak.

Pandangan Avos Dilhevia menangkapku yang berdiri di depan Misa.

“Tapi kau agak terlambat, yang di sana sudah di selesaikan.”

Terhadap perkataanku, Raja Iblis Palsu sedikit mengalihkan pandangannya.

Dengan Pedang Harta Eriallow, terdapat permata dengan Nousgalia yang tersegel di dalamnya di lantai.

“Fufufu, Ahaha, AHAHAHA. Selesai? Terlambat? Apa yang kau pikirkan? Apa menurutmu segala sesuatunya sudah berakhir hanya karena Bapa Surgawi di segel?”

Dia mengarahkan Venuzdonor ke arahku dan berkata.

“Sayangnya, di sini aku adalah Raja Iblis*. Tidakkah menurutmu ini terlalu cepat untuk menyatakan skakmat, Anos Voldigoad?” [Catatan Penerjemah: Raja Iblis yang dimaksudkan di sini adalah King dalam permainan catur.]

“Sudah kubilang sebelumnya, aku tidak tahu aturan dari catur.”

“Oh, begitukah?”

Perlahan, Avos Dilhevia berjalan ke arahku.

“Semua alasan akan dihancurkan, itulah Pedang Penghancur Alasan Venuzdonor. Pedang terhebat dan terkuat yang menjadikanmu Raja Iblis Tirani sekarang ada di tanganku.”

[Catatan Penerjemah: Sebenarnya nama Venuzdonor itu Pedang Penghancur Alasan (Prinsip/Ketetapan/Pendirian/Tatatan), namun selama ini gua menyingkatnya dengan Pedang Penghancur Venuzdonor.

Alasannya adsalah ebagai penanda bahwa ini adalah terjehaman gua (kalau-kalau ada yang maling), dan alasan kedua gua gak mau repot nulis panjang ‘Pedang Penghancur Alasan Venuzdonor’ kek begini. Jadi setelah Volume 4 ini selesai, gua bakal edit ulang.]

Dengan senyum kejam, dia berkata.

“Sejak awal aku sudah mengatakannya padamu; bahwa semua yang kau miliki telah dirampok darimu. Namamu, bawahanmu, kastilmu, dan bahkan sekarang simbol kekuatanmu telah dirampok darimu.”

Dia berhenti, dan memegang Pedang Penghancur Alasan ke arah bawah.

“Apa menurutmu hanya Anos Voldigoad semata bisa bisa mengalahkanku sang Raja Iblis Tirani?”

“Kau cukup percaya diri hanya karena memegang tongkat di tanganmu, Avos Dilhevia.”

Avos Dilhevia menanggapiku dengan senyum murah hati.

“Oh? Kau sendiri, jika kau memang memiliki kepercayaan diri, tunjukanlah itu dengan kekuatan, bukan dengan bacotan.”

Mata iblis itu menatapku dengan tajam.

“Aku akan menyelesaikannya dalam sekejap.”

Perlahan melangkah maju, aku berkata denga santai.

“Cobalah jika bisa.”

Kami saling bertukar pandangan dengan menggunakan Mata Iblis Penghancur.

Itu seperti terdapat percikan api yang melintas di garis pandang kami.

Kekuatan sihir telah meningkat hingga batasnya, kemudian meletus dan mengguncang Delzogade.

Hanya dengan saling memelototi, pilar di ruang tahta meledak dan langit-langit runtuh.

Lubang terbentuk di dinding, dan sebagian langit-langit yang runtuh terjatuh di antara kami.

Garis pandangku terhalang.

Pada saat itu, Raja Iblis dan Raja Iblis Palsu mengambil langkah pada saat yang bersamaan.

Jio Graze yang dilepaskannya diserang dengan Jio Graze yang juga kulepaskan.

Bersama dengan puing-puing besar di langit-langit, dua matahari hitam legam itu saling mengimbangi, dan Girasd (Kaisar Petir Hitam) yang kemudian dilepaskan dihalangi oleh Beno Yeven (Tembok Empat Dunia).

Avos Dilhevia melawan petir hitam yang terpantul dan menuju dirinya sendiri dengan Mata Iblis Penghancur, dan masih terus bergerak maju.

Lingkaran sihir melayang di sekitarku, dan Zora e Dipto (Rantai Api  Neraka dan Lingkaran Sihir) yang muncul mencoba mengikat tubuhku, tapi aku meraihnya dengan I Guneas (Segalanya) dan menghancurkannya.

Saat kami terus berjalan, kini kami terpaut dalam jarak yang dekat.

Mewarnai tangan satu sama lain dengan warna hitam legam, kami mendorong tangan Bebuzud (Pembunuh Muasal).

Ketika aku meraih jari Avos Dilhevia, Pedang Penghancur Alasan Venuzdonor diayunkan.

Aku mengarahkan mata iblis ke pedang itu dan meraih bilahnya saat diayunkan.

Avos Dilhevia tertawa seolah dia yakin akan kemenangannya.

“Apa menurutmu kau bisa mencegahnya dengan menggunakan Mata Iblis Penghancur?”

Kekuatan sihir terkonsentrasi pada pedang, dan bilahnya menghancurkan semua alasan.

Baik Mata Iblis Penghancur maupun Beno Yeven tidak lebih dari pertahanan yang setipis kertas di hadapan Venuzdonor. Semua yang ada dihadapan pedang itu hanyalah kehancuran. Itulah satu-satunya ketetapan mutlak yang terukir di pedang iblis dan sihir itu.

“...Guaaaghhh...”

Erangan terlontar kelaur.

Tangan hitam legam ini, ujung jari Bebuzud, telah menembus muasal Avos Dilhevia.

“...Bagaimana—...“ Merasa kesatikan, dia berseru. “...Bagaimana bisa...?”

Meskipun terbatuk darah, dia tidak bisa untuk tidak bertanya-tanya.

“Aku sudah yakin bahwa tangan ini... telah memegang kendali Venuzdonor—”

“Apa menurutmu hanya karena kau mengambil kendali Pedang Penghancur Alasan, kau akan menjadi tandinganku?”

Dengan mata berwana ungu pucatnya itu, Avos Dilhevia menatap mata iblisku.

Jauh dan dalam, ke dasar jurang—

“...Kenapa... aku tidak bisa melihat... dasar jurangmu... Padahal aku adalah Raja Iblis Tirani...”

“Itulah jawabannya. Karena pada akhirnya, kau hanyalah rumor dan legenda.”

Dengan tangan kehancuran yang diwarnai hitam, aku menghancurkan muasalnya.

Kekuatan Avos Dilhevia pun menghilang.

“Kau adalah orang yang palsu, Avos Dilhevia.”



Post a Comment

Previous Post Next Post