Tantei wa Mou, Shindeiru Volume 1 - Bab 2 Bagian 8

Bab 2 Bagian 8
Begitulah yang super idol katakan


Jadi, untuk segala sesuatu yang terjadi.

Dari bagian mana aku harus memulainya? Bagaimana aku harus memulainya?

Dari sudut pandang siapa aku harus mendeskripsikan hal-hal agar dapat tersampaikan dengan baik?

Sayangnya, profesiku adalah pelajar, atau mungkin begitulah...dan tentunya, aku bukanlah seorang novelis. Aku mungkin bisa meringkas cerita untuk orang lain, tapi jika sebagai narator cerita, jelas aku akan gagal.

Kebohongan, rahasia, hal-hal yang tersembunyi... terlalu banyak informasi sehingga semuanya kacau balau. Pasti akan ada bagian yang saling bertentangan ketika semua perkembangan ini harus diringkas.

“Tidak, ini semua adalah salahku.”

Konser langsung berakhir, dan setelah itu,

Aku dan Natsunagi dipanggil oleh Saikawa ke ruangannya.

Dia, duduk di hadapan kami dengan sikap lugas, memiliki momen refleksi diri saat dia menundukkan kepalanya.

“Aku menyembunyikan informasi yang seharusnya kuberitahukan pada kalian sejak awal, membuat keputusanku sendiri, dan alhasil, terciptalah situasi ini. Aku telah membuat kalian mendapati banyak masalah.”

Maafkan aku. tambah Saikawa sambil membungkuk dalam-dalam.

“...Erm, aku masih belum benar-benar tahu apa yang sebenarnya terjadi... bisakah kau menjelaskannya?”

Natsunagi mengangkat tangannya dengan ragu, malu karena tidak memahami kebenaran dari masalah ini meskipun dia seorang detektif.

Meski begitu, pada dasarnya aku juga sama.

Kebenaran dari masalah ini... yang sampai saat ini keketahui tentang situasi ini hanyalah tebakanku. Aku sendiri sedang menunggu pihak yang terlibat untuk menjelaskannya.

“...Kurasa begitu. Aku punya tanggung jawab untuk menjelaskan semuanya. Cerita ini mungkin akan panjang, tapi tolong dengarkan.”

Sekali lagi, Saikawa melepas penutup mata kirinya.

Itu adalah mata biru yang tampak menggambarkan segala sesuatu di dunia ini—sangat indah layaknya safir.
.
.
.
“Nah, dari mana aku harus memulai?”

“Tidak, kurasa aku harus menjelaskannya dari awal.”

“Nah, pertama-tama adalah mata kiriku ini... mungkin inilah yang menjadi alasan untuk semua masalah ini.”

“Mata palsu biruku ini adalah hadiah ulang tahunku yang kedelapan dari orang tuaku.”

“Kurasa, detektif-san... asisten-san, kalian pasti sudah menyadarinya.”

“Ya, ini adalah mata palsu, bukan mata aneh yang memiliki warna yang berbeda.”

“Aku terlahir dengan mata kiriku tidak dapat melihat, dan memiliki kompleksitas sejak aku masih kecil, jadinya dulu aku adalah anak yang pemalu.”

“Orang tuaku mengkhawatirkanku, dan ingin supaya aku menjadi lebih percaya diri. Itu sebabnya, mereka memberikanku mata palsu safir yang terlihat seperti warna laut dalam ini.”

“Saat itu, aku terpesona oleh penampilannya yang indah—tapi itu tidak sampai pada titik di mana aku akan menunjukkannya kepada orang lain secara terbuka—meski begitu, aku merasa percaya diri selama aku memiliki mata ini.”

“Saat itulah aku memulai karirku sebagai idol.”

“Papa dan mama senang aku terhibur, dan aku sendiri juga senang, jadi kuputuskan untuk berlatih lebih keras.”

“Ahh, jadi begini rasanya hidup... mungkin bagi kalian itu terasa berlebihan, tapi itulah yang benar-benar kurasakan saat itu.”

“Maaf, mungkin aku sudah sedikit keluar dari topik.”

“Yang jelas, aku berhasil menjadi idol, dan memiliki kehidupan yang baik tanpa masalah. Namun, itu tidak berlangsung lama.”

“Tiga tahun yang lalu, ketika aku berusia sebelas tahun, orang tuaku meninggal karena kecelakaan.”

“Apa yang mereka tinggalkan adalah mansion itu, suatu warisan besar yang tidak ada yang tahu bagaimana harus menggunakannya, dan juga... mata kiri ini.”

“Itulah mengapa mata biru ini adalah hal yang paling berharga bagiku, yang ingin terus kusimpan di dalam hatiku.”

“Karena itu juga, aku biasanya memakai penutup mata... tapi kemudian, aku menjadi ingin menunjukkan mata kiri ini di atas panggung, meskipun itu hanya sesaat.”

“Jika aku melakukannya, jika orang tuaku ingin melihat live konserku dari surga, mungkin mereka tidak akan memperhatikan kehadiranku.”

“Mata biru yang seperti permata ini adalah satu-satunya ikatan yang mengikatku dengan papa dan mama, dan itu bukanlah sesuatu yang bisa diperlihatkan kepada orang lain begitu saja.”

“Itulah alasan mengapa aku tidak memberi tahu kalian tentang mata palsuku ini.”

“Tapi, aku tidak menyangka bahwa yang diinginkan pelaku adalah [safir ajaib] ini.”

“Keluarga Saikawa kebetulan memiliki safir senilai tiga miliar yen di ruang harta, jadi kupikir itulah yang diincar.”

“Mungkin aku tidak akan merepotkan kalian sebanyak ini jika aku memberitahukan segalanya sejak awal... Aku benar-benar minta maaf.”

“Dan juga, terima kasih banyak.”

“Aku benar-benar terkejut saat kalian berdua datang, padahal aku telah meminta kalian untuk berjaga di rumah... kalian sungguh mengesankan.”

“Kalian menemukan rahasiaku, menyadari tujuan sebenarnya dari sang pelaku, dan bertindak dengan cepat.”

“Dan kalian bahkan menyamarkan ini sebagai bagian dari aksi panggung sehingga penonton tidak merasa khawatir.”

“Aku bersyukur telah meminta pertolongan dari kalian berdua.”

“Sungguh, sungguh──”

──Terima kasih banyak.
.
.
.
Setetlah dia mengatakan itu, Saikawa menundukkan kepalanya pada kami.

Ya... seperti yang Saikawa bilang, safir senilai tiga miliar yen yang disebutkan dalam pemberitahuan itu tidak mengacu pada harta keluarga yang ada di kediaman Saikawa, tapi mata palsu biru yang dimiliki Saikawa.

Sang pelaku mencoba memanfaatkan kesempatan untuk menembak dari jauh saat Saikawa menunjukkan cahaya biru ini di atas panggung.

Melihat hasilnya, tidak ada satupun korban dan safir tersebut tidak dicuri. Insiden ini... ceritanya berakhir seperti itu, dengan akhir yang membahagiakan.

“Tidak apa-apa kok... kau bisa mengangkat wajahmu sekarang, oke?”

Terhadap kata-kata Natsunagi, Saikawa perlahan mendongak.

Wajahnya dipenuhi dengan ekspresi rasa terima kasih dan permintaan maaf... dan juga ekspresi lega, seperti beban yang sangat besar telah terangkat dari hatinya.

Kami berbaikan, ngborol-ngobrol sedikit, menerima bayaran kami—Natsunagi kemudian akan membeli pakaian renang baru, dan sesuai janji, kami akan pergi ke pantai bersama-sama—ahh, insiden ini akan berakhir tanpa hambatan.

Memang ada bebarapa masalah, perkembangan yang tak terduga, dan aku juga sedikit lelah, tapi itu tidak terlalu merepotkan. Lagian, tiga tahun yang kuhabiskan bersama Siesta selalu memiliki risiko dan kekerasan setiap harinya.

Sekarang, ayo kembali ke kehidupan sehari-hari yang biasanya.

Aku kemudian akan berdiskusi dengan Natsunagi tentang pantai mana yang akan kami tuju. Mungkin kami akan mendiskusikannya di kefe yang biasa.

—Hanya seperti itu.

Aku mungkin bisa meninggalkan tempat ini begitu saja jika aku memang berniat melakukan sesuatu.

Jika itu adalah diriku seminggu yang lalu, sebelum aku bertemu dengan Natsunagi, atau sebelum aku bertemu dengan jantung itu, aku akan berpura-pura tolol dan meninggalkan ruangan ini.

Karena dengan itu, akan jauh lebih mudah, dan aku bisa kembali ke kehidupan sehari-hariku yang damai seperti biasanya.

Tapi bisa dibilang ini disayangkan bahwa aku tidak berniat membiarkan segala sesuatunya berlalu begitu saja.

Memang benar Saikawa telah memberitahukan rahasia yang dia sembunyikan pada kami.

Namun, kebohongannya itu masih belum dia ungkapkan.

“Hei, Saikawa.”

Menanggapi pangglianku, dia menoleh ke arahku.

“Iya?”

Dia memberikanku senyuman polos, sambil memiringkan kepalanya.

Dia adalah seorang idol—tidak perlu waktu lama baginya untuk beralih ke ekspresi yang dia inginkan.

Entah dia mau tersenyum atau menangis, itu adalah hal yang mudah dia ekspresikan.

 

“Bagaimana dengan hukuman karena mencoba membunuhku dan Natsunagi?”

 

Saat itu, wajah idol Yui Saikawa kehilangan semua ekspresinya.



Post a Comment

Previous Post Next Post