Tantei wa Mou, Shindeiru Volume 2 - Bab 3 Bagian 14

Bab 3 Bagian 14
Dan sekali lagi, kami memulai perjalan kami


Hel, atau identitas asli dari 《Jack the Devil》, Alicia. Aku sudah tahu bahwa ini adalah kenyataan, tapi sampai akhir pun—meskipun hanya 1%, aku bertindak sambil terus mempercayai dirinya. Aku tidak tahu, apakah aku yang seperti itu dikarenakan kemampuannya untuk mengontrol orang lain, atau karena aku hanya sekedar ingin percaya pada Alicia.

Namun, ada satu hal yang pasti. Alicia jelas merupakan musuh kami.

“......Tapi, Siesta.”

Meski begitu, aku tetap mencoba menyangkal fakta yang tak dapat disangkal ini.

“Jika Hel dan Alicia adalah orang yang sama, terus bagaimana dengan Fuubi-san yang palsu itu? Bukankah kita berasumsi kalau dia adalah Hel?”

Ya, ketika Fuubi-san yang palsu datang mengunjungi kami, saat itu Alicia juga ada di sana. Jika penyamaran itu dilakukan oleh Hel, ini artinya Alicia tidak ada hubungannya...

“Tidak, Alicia adalah Hel yang bertransformasi menggunakan kemampuannya Cerberus. Si palsu itu pasti merupakan musuh yang lain lagi.”

“......T-tapi jika demikian, itu artinya tidak hanya ada satu musuh yang bisa melakukan transformasi?”

“Ya, akan lebih tepat jika kita berasumsi seperti itu. Orang itu mungkin lawan yang jauh lebih merepotkan—dan mungkin saja, orang itu adalah bos dari mereka semua.”

......! T-Tidak mungkin. Di《SPES》, ada musuh yang lebih mengungguli Hel—

“Tapi saat ini, apa yang lebih penting adalah Hel. Kita perlu mencarinya...”

“Dia Alicia, oke!?”

Saat Siesta hendak berbalik, aku meraih tangannya.

“Bukan Hel, dia adalah Alicia. Dia, dia...”

Aku tahu. Aku sudah mengetahuinya. Otakku benar-benar sudah tahu demikian.

Namun, hatiku masih belum bisa menerimanya. Hatiku tidak bisa menerima kebenaran.

“Hel yang sebelumnya kita lawan memiliki luka di jantungnya. Setelah itu, dia menjadi 《Jack the Devil》, seseorang yang memburu jantung manusia. Pada saat yang sama, kita memiliki seorang gadis yang asalnya tidak jelas muncul di hadapan kita.”

Hei, asisten, kata Siesta, saat dia berbalik ke arahku.

“Apa kau berpikir bahwa itu semua hanya sekedar kebetulan?”

Aku melepaskan tangan Siesta.

“...Apa kau telah mengetahuinya sejak awal?”

“Tidak. Jika aku mengetahuinya, maka tidak akan ada banyak korban yang berjatuhan... Aku curiga, tapi pada saat yang sama, aku juga tidak bisa mencurigainya.”

Apa itu karena kemampuan yang dimilikinya? Siesta tidak pernah mengubah tindakannya berdasarkan emosi. Namun, saat dia melihat matanya Hel..., matanya Alicia, dan ketika Alicia mengucapkan kata-kata itu, tidak ada alasan bagi kami untuk bisa meragukannya.

Pengendalian pikiran—sejak awal, baik aku dan Siesta telah menari di telapak tangan Alicia.

“Itu aneh.”

Di gereja yang sunyi itu, suaraku yang bergetar bergema.

“Jika memang demikian, apa-apaan dengan semua itu? Apa senyum, tangisan, kebaikan, semua yang Alica tunjukkan hanyalah kesalahpahaman kita?”

Bagaimana dengan tangisan Alicia?

Saat dia menyelamatkan Ibu dari korban kelima dengan kata-katanya—apa itu hanyalah sandiwara?

“Tidak, kupikir itu sungguhan.”

Kalau begitu, maka masih ada celah untuk menyelamatkannya.

“Wanita itu benar-benar merasa terselamatkan oleh kata-kata Alicia. Bukankah saat itu dia mengatakan bahwa dia merasa seperti dia ditegur oleh putrinya sendiri?”

Ya, dia mengatakan itu dengan berlinangan air mata. Dia memeluk Alicia, ya—

“......!”

Saat itu, aku merasakan sekujur tubuhku merinding, dan aku tidak bisa menghentikan eranganku.

“Pada saat itu, Alicia...”

Saat itu, Alicia memiliki jantung dari putri Ibu itu di dada kirinya.

Ibu itu memeluk pembunuh putrinya sendiri, layaknya dia memeluk putrinya sendiri.

Aku sungugh..., tidak bisa menerima itu.

Aku harus cepat, cepat, mencari Alicia—dan menghentikannya.

 

“Maafkan aku. Sebagai detektif hebat, aku telah gagal.”

 

Namun, tidak perlu bagiku untuk mencarinya..., karena..., Alicia sendiri lah yang muncul di hadapan kami. Dia berdiri di pintu masuk gereja, menunjukkan senyum tragis.

...Tapi, aku sudah tahu kalau dia akan datang ke sini.

Dalam pertarungan sebelumnya, Hel kehilangan jantungnya, dan dia sedang mencari jantung yang baru. Dia telah menggunakan lima jantung, dan baru-baru ini gagal mendapatkan jantung yang keenam. Dia harus bergegas dan mendapatkan jantung segar yang baru—dan karena dia tahu bahwa meskipun saat ini sudah tengah malam, di sini pasti akan ada orang, itulah sebabnya, dia datang ke sini. Dia mengincar jantung anak yatim piatu lain yang harusnya menjadi temannya.

“Alicia ......”

Aku sama sekali tidak bisa bergerak, sementara dia dengan perlahan mendekatiku.

Tapi, aku tidak bisa merasakan adanya permusuhan darinya. Alicia kemudian berdiri di depanku dan Siesta.

“Kupikir ada orang lain di dalam diriku.”

Mengatakan itu, Alicia meletakkan tangannya di dada kirinya.

“Dan kemudian, aku merasa bahwa aku harus menjadi orang yang ‘di dalam diriku’ itu—karenanya, aku tidak memiliki ingatan apa pun, dan aku tidak tahu siapa sebenarnya diriku. Selalu..., aku selalu terkunci dalam kegelapan.”

Gangguan Identitas Disosiatif—atau lebih dikenal sebagai ‘kepribadian ganda’.

Itu adalah semacam metode pertahanan diri di saat seseorang habis menderita rasa sakit dan frustrasi yang tak tertahankan, supaya dapat memisahkan ingatan dan perasaan hingga menciptakan kepribadian lain untuk meringankan beban tubuh dan pikiran.

Contohnya, seorang anak yang sejak kecil mendapati perlakuan buruk akan mengalami trauma psikologis, dan kemudian dia akan menciptakan kepribadian lain untuk meringankan rasa sakit di hatinya. Di dunia ini, ada cukup banyak laporan seperti itu.

Dan saat ini—Hel yang merupakan kepribadian utama sedang terluka parah dalam pertarungan sebelumnya, yang membuat kesadarannya menjadi lemah. Itu sebabnya, aku menduga bahwa kepribadian Alicia lah yang muncul ke permukaan. Itu juga yang menjadi sebab Alicia tidak tahu siapa dirinya, dan hampir tidak memiliki ingatan tentang masa lalunya.

“Itulah mengapa, aku selalu bilang bahwa aku ini benar-benar berusia tujuh belas tahun.”

Dan kemudian, Alicia tampaknya dengan sengaja menampilkan ekspresi bercanda.

“...Ya. Maaf karena tidak ada yang mempercayaimu.”

Ini seperti penampilan Alicia saat ini merupakan gambaran palsu yang diciptakan oleh kemampuan transformasi Cerberus yang diwarisi oleh Hel. Alicia seharusnya adalah seorang yang berusia tujuh belas tahun, gadis bermata merah yang mengenakan seragam militer itu.

“Sebenarnya, aku sudah menyadarinya.”

Alicia menenangkan suaranya.

“Namun, aku berpura-pura tidak menyadarinya.”

“...Menyadari apa?”

“Menyadari bahwa diriku yang lain lah yang telah menyebabkan semua kasus ini tanpa sepengatuahnku.”

Dan kemudian, Alicia menyentakkan dadanya, mengepalkan tinjunya.

“Tapi, mengapa? Saat aku melakukan penyeldikan denganmu, Kimizuka, aku mulai berpikir bahwa pelakunya adalah orang lain. Itu sebabnya, mau tak mau aku berharap bahwa orang lain lah yang melakukannya.”

Sebelumnya, apa yang Alicia katakan saat dia berada di ranjang di rumah sakit...

Sepanjang waktu, dia terjebak dalam kegelapan, dan suatu hari, cahaya akhirnya menghampirinya. Dia menemukan ego baru di hadapannya, sebuah misi baru..., dan dia mengatakan bahwa dia ingin meraih segalanya. Alicia berjuang keras untuk mencoba lari dari tangan-tangan yang tak terhitung jumlahnya yang menjangkaunya dari kedalaman neraka. Jika demikian—

“Alicia, itu bukanlah kesalahnmu.”

Aku memegang bahu Alicia.

“Matamu itu mungkin berlumuran dengan darah orang lain, namun, mata itu tidak ada hubungannya denganmu!”

Bukankah memang demikian?

Alicia tidak melakukan sesuatu yang buruk.

Dia hanya sedikit keras kepala, tidak penurut, dan membuatku mengalami banyak masalah saat kami bekerja bersama-sama,... Tapi, Alicia adalah orang yang baik. Dia bisa merasa bahagia, dan juga marah serta menangis dengan orang lain.

Itu bukan hanya sekedar ilusi. Bukan berarti aku jadi menyimpang. Ini adalah pikiran yang benar-benar kumiliki setelah aku menghabiskan beberapa minggu terakhir ini bersamanya. Bagaimana mungkin pemikiran seperti itu bisa dihancurkan oleh bencana itu? Itu bukanlah kesalahan Alicia. Alicia tidak..., tidak...,

“Maafkan aku, Kimizuka. Kurasa aku ini memang gadis yang nakal.”

Alicia menangis.

Matanya yang besar terus meneteskan air mata, dan dia menggigit bibirnya sendiri.

“Tidak perlu bagimu untuk melakukan terlalu banyak hal hanya untuk mencari sosok iblis.”

Dan kemudian, air mata itu menetes di cincin di tangan kirinya.

 

“Lagipula, sejak awal iblis itu sudah ada di dalam diriku.”

 

Saat itu, cincin Alicia mengeluarkan bunyi yang keras.
 
Batu permata biru itu kemudian hancur, begitu pula dengan alat pelacak yang kupasang di dalamnya.

“Asisten!”

Siesta segera mendorongku ke samping. Karena dampak yang ditimbulkan, aku terjatuh ke lantai, lalu buru-buru melihat ke atas..., di sana, aku melihat Siesta menggunakan kedua tangannya untuk menghalangi lengan kiri Alicia yang mengayunkan pisau ke bawah.

Pisau yang dia pegang itu adalah pisau buah yang kugunakan untuk mengupas apel di rumah sakit tadi.

“Alicia ......”

Matanya tidak memiliki warna—dia dalam kondisi dirasuki. Saat ini, kesadaran Alicia tidak ada lagi muncul. Jadi begini ya caranya menyerang lima korban itu..., tapi yang jelas, dia bukanlah tandingannya Siesta; yang bukan orang biasa.

“Maafkan aku.”

Siesta meminta maaf dengan lembut, lalu membuat Alicia pingsan sebelum dia mengekangnya, Dia kemudian mengarahkan senapannya ke kepala Alicia.

“Hentikan, Siesta!”

Tanpa kusdari, aku sudah mendorongnya ke samping.

“......! Kau ini tolol apa?! Jika kita tidak mengakhiri semua kasus ini di sini...!”

“Jangan lakukan itu! Jika kita menyelesaikan kasus ini seperti ini, Alicia..., Alicia...!”

“Apa kau tidak tahu bagaimana emosi yang seperti itu akan mempengaruhi keputusan yang sangat penting!?”

“Apa kau tidak tahu bahwa baru-baru ini dia hanyalah manusia biasa!?”

Aku dan Siesta menodongkan senjata kami ke dahi satu sama lain.

Baik untuk aku dan Siesta, itu merupakan kalimat mutlak yang tidak akan kami hindari.

 

“Ya ampun, apa kalian sedang melakukan pertengkaran antar teman?”

 

Saat itu, aku mendengar suara seperti itu dari seseorang. Aku melihat ke sekeliling, namun aku tidak dapat menemukan sumber dari suara itu..., beberapa minggu yang lalu, aku memiliki pengalaman yang sama seperti ini.

“Kalau begitu, aku akan mengambil dia.”

Pada saat itu, Alicia yang pingsan tiba-tiba menghilang dari pandanganku.

“......Chameleon!”

Aku menatap ke ruang kosong. Aku tidak benar-benar bisa melihat dia ada di mana, namun aku bisa tahu kalau dia ada di sana.

“Yah, kau benar-benar sulit ditemukan. Kau melarikan diri dariku saat aku tidak menyadarinya, mengubah penampilanmu, dan bahkan sampai menghapus ingatanmu sendiri.”

...Jadi begitu ya? Setelah pertempuran itu, Hel menggunakan kemampuan Cerberus untuk merubah penampilannya dan menyembunyikan identitasnya dari kami, akan tetapi, tubuh dan pikirannya sangat terpengaruh, yang membuatnya secara tidak sengaja bertukar dengan kepribadian Alicia, dan berkeliaran di jalanan London—saat itulah, aku menemukan Alicia sedang tidur di dalam kotak karton.

“Tampaknya dia perlu di rawat. Aku akan membawanya kembali ke rumah kami.”

“......! Kau mau kemana!?”

“Yah, tujuh ratus mil laut dari sini, di laut ke arah Barat Laut. Di sana, terdapat pulau yang kami tempati sebagai markas kami. Aku yakin, ini adalah waktu yang tepat, bukan? Jika kalian juga sudah siap, bagaimana kalau kalian mengunjungi kami?”

Dengan begitu, Chameleon menyatakan perang padaku dan Siesta sambil terus bersikap ramah sepanjang waktu.

“Kalau begitu, aku akan menunggu kedatangan kalian.”

Dan pada akhirnya, dia benar-benar menghilang.

Satu-satunya yang tertinggal di tempat itu adalah aku dan Siesta.

Ada keheningan yang berat, suatu keheningan yang kosong.

Aku kehilangan rekanku, suatu hubungan yang kubangun dalam beberaha hari ini—Saat ini, aku tidak memiliki muka untuk bisa menatap Siesta.

Dan kemudian, beberapa menit kemudian, atau lebih tepatnya, puluhan menit kemudian.

“......!”

Aku merasakan rasa sakit yang tajam di punggungku.

“...Kupikir kau menembakku tadi.”

Aku berbalik ke belakang, dan melihat Siesta yang sedang duduk menampar punggungku dengan keras.

“Kau ini tolol apa?”

Ya, tidak masalah. Omeli aku sesukamu, tapi—

“Aku tidak akan meminta maaf.”

Aku memalingkan pandangku dari Siesta, dan mengatakan itu dengan punggung yang menghadap ke arahnya.

“Tidak apa. Kau tidak perlu minta maaf.”

Namun, secara tak terduga, Siesta bersandar di punggungku, dan duduk dalam posisi itu.

“Kau hanya ingin melakukan hal yang benar, dan aku juga hanya ingin melakukan hal yang benar. Kau tidak perlu minta maaf, dan aku juga tidak perlu mita maaf. Tidak apa-apa.”

Bagaimanapun juga, seperti inilah diri kita, katanya, di belakangku.

“......Jadi, apa yang akan kita lakukan selanjutnya?”

Kami telah kehilangan segalanya, jadi untuk selanjutnya, apa yang mesti kami lakukan?

Setelah aku melontarkan rengekan tak berguna ini, Siesta—

“Pertama-tama, ayo kita pergi ke supermarket bersama-sama.”

—Dia mengatakan itu dengan tenang. Nadanya santai dan seperti biasanya.

“Setelah itu, kita akan membeli apel yang terbesar, termerah, dan terbulat. Terus kita berdua akan menggunakan apel itu untuk membuat pai apel, memakannya sambil menyesap teh yang terbaik. Setelah itu, jika kau bilang bahwa dirimu ingin melakukan itu, kita berdua akan pergi mandi bersama..., tidak, tentunya kita mandi sambil mengenakan handuk mandi kita loh ya? Mungkin setelah itu, di malam harinya kita bisa memesan pizza, menuangkan minuman untuk bersulang, menonton film sewaan semalaman, tidur begitu saja dan mengalami kesulitan untuk bangun. Terus, kita akan terlibat dalam beberapa argumen kecil, menjalani kehidupan sehari-hari kita, dan kemudian—“

Di punggungku, aku merasakan kehangatan yang kurasakan menghilang, dan berbalik untuk melihat ke belakang.

Tepat di sana, ada rekanku yang sedang berdiri sambil mengulurkan tangannya ke arahku yang masih duduk.

 

“Kita akan melakukan perjalanan untuk menyelamatkan rekan kita.”

 

Tanpa ragu-ragu, aku meraih tangan itu.

Supaya sekali lagi, kami bertiga dapat berjalan berasma-sama.



Sebelumnya || Daftar Bab || Selanjutnya

10 Comments

  1. "Setelah itu, kita akan membeli apel yang terbesar, termerah, dan terbulat. Terus kita berdua akan menggunakan apel itu untuk membuat pai apel, memakannya sambil menyesap teh yang terbaik. Setelah itu, jika kau bilang bahwa dirimu ingin melakukan itu, kita berdua akan pergi mandi bersama..., tidak, tentunya kita mandi sambil mengenakan handuk mandi kita loh ya? Mungkin setelah itu, di malam harinya kita bisa memesan pizza, menuangkan minuman untuk bersulang, menonton film sewaan semalaman, tidur begitu saja dan mengalami kesulitan untuk bangun. Terus, kita akan terlibat dalam beberapa argumen kecil, menjalani kehidupan sehari-hari kita, dan kemudian—"

    Damn, emosi ku gk ketahan

    ReplyDelete
  2. Sial melihat ilustrasinya aku langsung terhura

    ReplyDelete
  3. sial, aku meneteskanair mata_-

    ReplyDelete
  4. Bini aing tu, masalah gede dilawan kepala dingin :3 , Ingin ku mencicip Pai Apel :))

    ReplyDelete
  5. 😢😢😢😢😢😢😢😭😭😭😭

    ReplyDelete
  6. Dan setelah itu....


    Ahh sudahlah....

    ReplyDelete
    Replies
    1. melihat ilustrasinya aku merasa sedikit sedih

      Delete
Previous Post Next Post