Tantei wa Mou, Shindeiru Volume 2 - Bab 3 Bagian 7

Bab 3 Bagian 7
Titik balik dari segalanya


“Mana mungkin aku bisa menyadari semua hal.”

Berjalan di sampingku, Siesta menampilkan ekspresi pahit yang jarang-jarang dia tampilkan.

Setelah kejadian itu, aku pergi berbelanja di supermarket bersama Siesta yang kakinya sudah sembuh.

“Rasanya sudah lama sekali sejak aku melihat wajahmu yang seperti itu.”

Detektif hebat yang terlihat layaknya manusia super yang sempurna mungkin secara tak tertduga memiliki banyak kelemahan.

“......Diam.”

Sungguh jarang melihatnya selesu ini. Tapi yah, kayaknya sesekali melakukan pembalikan peran bukan merupakan hal yang buruk?

“Apa kau sebegitu bahagia menerima hadiah dari gadis yang lebih muda darimu?”

Siesta menatap ke arah penutup mata yang kukenakan di mata kiriku. Dan tepat saat aku hendak menyangkalnya,

“...Tidak, maaf, aku tidak bermaksud seperti itu.”

Siesta secara naluriah membungkukkan punggungnya, dan suaranya mengandung kesan yang kurang percaya diri.

“Aku hanya merasa malu karena benar-benar tidak menyadari kalau matamu sedang terluka.”

“Begitukah?”

Untuk sejenak, aku memikirkan tentang apa yang harus kukatakan.

“Yah, lagipula, kau adalah manusia biasa.”

Dan aku mengatakan itu sebagai hal yang merupakan fakta.

“Kau itu normal. Dirimu adalah manusia yang dapat dipengaruhi oleh emosi-emosi kecil. Itu adalah hal yang patut disyukuri.”

“...Begitu ya.”

Siesta menampilkan senyum tipis, dan mengangguk dua-tiga kali.

Setekah itu, kami terus berjalan sedikit lebih lama, dan kemudian Siesta berhenti secara tiba-tiba. Dia melihat iklan livehouse yang mengarah ke bawah tanah—namanya tidak disebutkan, tapi tampaknya ada tamu dari Jepang.

“Siesta?”

“......Tidak apa-apa.”

Siesta menggelengkan kepalanya, dan kemudian kembali berjalan.

“Masih belum.”

“......?”

Aku bermaksud menanyakan arti dari kata-katanya itu, dan kemudian,

Ponsel yang kusimpan di sakuku bergetar. Aku meraihnya, dan melihat bahwa itu adalah panggilan internasional. Sambil bertanya-tanya siapa pemanggilnya, aku mengangkat panggilan itu, dan mendengar suara yang tidak asing.

“Yo bocah brengsek. Sepertinya kau masih bisa selamat dan bertahan hidup.“

Itu adalah nada suara yang seperti om-om berusia paruh baya. Sebenarnya dia adalah gadis yang cukup cantik, tapi mungkin inilah alasan mengapa para pria jutsru menjauh darinya. Dan yah, jika aku mengatakan sesuatu seperti itu, aku pasti akan dimutilasi.

“Fuubi-san, kau harusnya mengucapkan kalimat itu saat kita bertemu tempo hari.”

Dan sejak awal, alasan aku dan Siesta menjadi terluka parah adalah karena kau menyerahkan kasus Jack the Ripper kepada kami. Tapi, saat kau menyelinap masuk ke rumah kami. kau sama sekali tidak menyebutkan kalimat seperti itu. Kalau dipikir-pikir lagi, itu sangatlah tidak masuk akal, dan aku berniat komplain lagi—

“Hah? Memangnya kapan kita bertemu?”

Suara yang kudengar dari panggilan itu bukanlah suara yang kesannya menggodaku, tapi suara yang sangat skeptis.

“Lah, kau ini bicara apa sih? Bukannya dua minggu yang lalu kau sendiri yang menemui kami dan menyebutkan sesuatu tentang Mata Safir?”

“? Satu-satunya saat aku menemui kalian adalah ketika kita membahas kasus Jack the Ripper. Jangan bilang kau salah mengira orang lain sebagai diriku?”

Saat itu, aku merasakan seluruh tubuhku merinding.

“Kudengar kau mengalami situasi yang sangat buruk, makanya aku meneleponmu sekarang.”

Dia sedang bercanda, kan? Oi, terus, siapa yang datang itu? Orang itu benar-benar mirip dengan Fuubi-san..., tidak, jika aku memikirkannya lagi, ada yang aneh. Saat dia muncul, dia sedang memegang Zippo yang harusnya sudah dia berikan kepadaku.

“Halo, halo? Kimizuka? Oi.”

Suara yang terdengar dari ponsel secara perlahan memudar dariku.

Perasaan burukku menjadi suatu rasa yakin, dan itu menyebar ke seluruh tubuhku.

“Asisten.”

Mungkin Siesta mengerti mengenai apa yang terjadi dari panggilan itu, dan dia mengangguk dengan ekspresi muram.

Fuubi-san yang kami temui saat pertemuan kedua kami di London adalah orang yang palsu.

Jika demikian, satu-satunya orang yang mampu dengan leluasa mengubah penampilannnya—tidak lain dan tidak bukan adalah Cerberus.



10 Comments

Previous Post Next Post