
Prolog
“Tapi..., apa ini dapat memberikan akhir yang bahagia untuk Siesta?”
Mendengar kata-kataku, kelopak mata《Siesta》 sontak melebar.
Apa kau tahu?
Aku, Natsunagi, Saikawa dan Charl..., kami telah terbebas dari kutukan masa lalu kami.
Lantas, bagaimana dengan Siesta?
Apa dirinya benar-benar bisa memiliki suatu akhir yang bahagia?
“Kau salah…, Kimihiko.”
《Siesta》 mulai berdiri, melihat itu, segera Natsunagi langsung menopang bahunya.
“Master Siesta telah puas dengan hasil ini. Dirinya memiliki kalian berempat sebagai warisannya, dan masalah pribadi kalian masing-masing telah terpecahkan. Pekerjaannya sudah selesai—”
“Tidak!”
Menggelengkan kepalaku, aku menyela apa yang 《Siesta》 ingin katakan.
“Dia menangis.”
Aku teringat kembali akan kasus yang terjadi setahun lalu, saat dimana kami bertarung melawan Hel di pulau yang menjadi markas 《SPES》.
Kala itu, untuk bisa menyegel musuh, Siesta memutuskan untuk mengorbankan dirinya, yang membuat kami jadi berpisah. Saat itu, karena 《serbuk sari》 yang dilepaskan oleh 《senjata biologis》, aku jadi kehilangan kesadaranku dan tidak dapat melihat ekspresi yang terakhir kali dia tunjukkan.
Tapi, aku telah mengingatnya. Akhirnya..., saat ini, aku telah mengingatnya.
Siesta…, dia menangis.
Dia mengenang rasa dari pai apel yang dirinya makan bersamaku.
Dia mengenang momen ketika kami tinggal bersama di apartemen yang sewanya murah.
Dia mengenang momen ketika dirinya mengenakan gaun pengantin dan mengambil foto.
Dia tidak ingin berpamitan padaku, di saat kami bisa bersama di hari esok, seminggu kemudian, sebulan kemudian, selamanya.
Lalu, dia mengenang akan tiga tahun keseruan yang telah kami jalani bersama-sama—
“Siesta menangis, dia mengatakan kalau dirinya 'tidak ingin mati'.”
Ya, itu benar. Inilah apa yang mesti dipikirkan.
“Hei, 《Siesta》. Kau menculik kami dan memperlihatkan kami video tentang apa yang terjadi setahun yang lalu...., dan kau bahkan memperlihatkan adegan dimana Siesta menangis ketika aku pingsan karena menghirup 《serbuk sari》. Apa itu adalah keputusanmu sendiri?”
Itu karena, Siesta…, dia adalah detektif keras kepala yang tidak akan mau memperlihatkan senyuman tulusnya pada kami, dia juga tidak akan pernah mau memperlihatkan wajahnya yang menangis pada kami. Pelayan ini telah mengkhianati Masternya dengan menayangkan video itu pada kami.
Lantas, apa yang dia tuju dengan melakukan itu—dan, kebenaran tentang itu hanyalah satu.
“Inikan jawab sesungguhnya dari kesalahan yang kau ingin kami temukan?”
Terhadap kata-kataku, kelopak mata Natsunagi melebar.
Tugas pertama yang 《Siesta》 berikan padaku dan Natsunagi adalah untuk menemukan suatu kesalahan tertentu yang diduga telah dilakukan oleh Siesta satu tahun yang lalu. Awalnya, aku dan Natsunagi menemukan bahwa kesalahan itu merujuk pada Hel.
Tapi, kesalahannya tidak hanya satu.
Terdapat kesalahan lain yang Siesta sendiri tidak menyadarinya.
Itulah sebabnya, saat itu, 《Siesta》 memintaku..., tidak, Natsunagi yang merupakan detektif hebat untuk mengoreksi kesalahan Siesta. Dia menginginkan detektif yang baru.
Dan sebenarnya, Natsunagi telah menemukan jawabannya.
Saat pertarungan melawan Fuubi barusan, Natsunagi meneriakkan—bahwa Siesta seharusnya tidak mati. Di akhir, dia menyerukan bahwa masa depan yang benar adalah masa depan dimana orang yang dicintai saling menemani dan tersenyum.
Dan dengan demikian—itu merupakan kesalahan untuk berpikir bahwa akhir dari kisah ini adalah; bahwa Siesta harus menangis.
“Kimihiko…, apa yang akan kau lakukan?”
Didukung secara fisik oleh Natsunagi, 《Siesta》menanyakan itu dengan ekspresi yang tercengang.
Aku kemudian mencengkeram kedua bahunya, dan berteriak pada dirinya yang saat ini yang berada di suatu tempat.
“—Kau dengar aku?
—Aku tidak akan menyerah pada dirimu!
—Mungkin kau memang puas dengan hasil ini, tapi aku tidak akan pernah membiarkannya seperti ini!
—Di luar sana pun mungkin saja tidak ada yang bisa sepaham denganku!
—Entah itu Natsunagi!
—Atau Saikawa!
—Ataupun Charlotte!
—Dan menurut bagaimana cara dunia berjalan, ini mungkin benar-benar tidak masuk akal!
—Tapi, aku pasti akan melakukannya!
—Suatu hari, aku akan menghidupkanmu kembali!
—Aku berjanji, pasti!”
Dan saat itu, Saikawa dan Charl meraih lenganku.
“Kau orang yang tolol, Kimizuka-san.”
“Kau benar-benar tolol, Kimizuka.”
Mereka menangis, air mata bercucuran di pipi mereka ketika mereka mendukungku.
Kemudian, aku mengangkat pandanganku dan melihat Natsunagi memberikan senyuman yang berkaca-kaca ke arahku.
“Kau ini tolol, Kimizuka.” Katanya, saat tangannya gemetaran ketika dia menyentuh dada kirinya.
Apa perkataanku meraihnya?
Aku tidak tahu…, apakah perkataanku bisa sampai ke orang yang harusnya ada di sini atau tidak.
“Syukurlah.”
Aku mendesah pelan, dan 《Siesta》, yang terlihat seolah-olah dirinya sedang berurusan dengan anak-anak nakal, menunjukkan senyum.
“—Sungguh, kalian semua itu tolol.”
Katanya, menggantikan posisi Siesta.
Dari matanya, dia meneteskan air mata, dimana itu membuat orang-orang bertanya-tanya apakah dia ini benar-benar robot atau makhluk hidup.
“…Matahari sudah terbit.” Katanya dengan lembut, saat dia menoleh ke samping.
Perlahan, jalan menuju laut mulai diliputi oleh sinar matahari. Langit biru bercampur dengan warna jingga, mercusuar putih menghadap ke langit yang menyingsing, dan matahari menunjukkan wajahnya di cakrawala yang jauh.
“Ya, di sinilah semuanya akan dimulai.”
Di sinilah, kami akan memulai pemberontakan melawan dunia.
Apa sang detektif sudah mati?
—Tidak.
Panjang, amat panjang..., seperti itulah kisah mempesona untuk merebut kembali detektif itu.