[LN] Because I Like You Volume 1 - Bab 4 Bagian 3

Bab 4 Bagian 3
Berapa lama lagi sampai terpikat?


Hari-hariku yang damai dan sejahtera tiba-tiba dihancurkan oleh badai.

“Hei, Yoshi, apa benar kalau Kaede-chan menyatakan cinta padamu?”

Segera setelah tiba waktunya istirahat makan siang, seorang siswi datang ke kelas kami. Siswi itu dengan cepat menghampiri mejaku. dan kemudian dia melemparkan bom yang ia bawa di kedua tangannya.

“...Siapa yang memberitahumu tentang itu, Otsuki-san?”

“Tentu saja Kaede-chan sendiri yang memberitahuku. Sepulang sekolah di hari Jumat lalu, dia bilang padaku, ‘Aku akan menyatakan perasaanku pada Yoshizumi-kun,’ tapi aku belum diberitahu hasilnya seperti apa. Tadi aku sempat bertanya padanya, tapi dia hanya senyum-senyum sendiri dan tidak mengatakan apa-apa. Itu sebabnya aku berpikir untuk menanyakannya secara langsung padamu!”

Siswi yang tertawa, ‘Nyahaha,’ dan merupakan perwujudan manusia yang energik ini adalah teman sekelasnya Hitotsuba-san, Otsuki Akiho.

Dia adalah loli legal yang memiliki potongan rambut bob dan bertubuh mungil, namun dia memilki sesuatu yang sangat luar biasa. Dua buah yang dia miliki itu jauh lebih besar daripada milik Hitotsuba-san ataupun Niakido, singkatnya, dia adalah senjata mematikan yang berjalan.

Tidak, perihal itu tidaklah penting untuk saat ini. Apa itu sudah menjadi rahasia umum kalau Hitotsuba-san menyatakan perasaannya kepadaku? Saat orang-orang di kelas medengar kata-kata Otsuki-san, anak laki-laki sontak mengirim niat membunuh yang  kuat yang harusnya tidak mereka berikan pada teman sekelas mereka sendiri, sedangkan anak perempuan tampak sangat penasaran. Ngomong-ngomong, aku merasakan tatapan yang sangat dingin datang dari teman yang duduk di sebelahku.

“Akiho, kupikir kau mesti memikirkan waktu dan tempat untuk menanyakan pertanyaan yang krusial seperti itu? Coba lihat, wajahnya Yuya langsung menjadi sangat pucat.”

“Ehh..., bukankah itu tidak masalah, lagian kan tidak ada bedanya! Tidakkah kau juga ingin tahu tentang itu, Shin-kun?”

“Tentu saja aku ingin tahu, tapi... Oh, aku mengerti sekarang, jadi ini alasan kenapa tadi pagi kau menanyakan pertanyaan seperti itu, Yuya?”  

“Eh!? Apa yang kau maksud, Shin-kun!? Apa yang Yoshi tanyakan padamu? Kasih tahu aku dong!”

Otsuki-san meraih bahu Shinji dan mengguncang-guncangnya. Aku ingin tahu darimana dia bisa memiliki kekuatan seperti itu, tapi yang lebih penting lagi, kalau kalian mau bermesraan, lakukanlah itu di atap! 

Ngomong-ngomong, orang yang membuat Shinji jatuh cinta pada pandangan pertama begitu dia masuk sekolah adalah Otsuki Akiho ini, dan sepertinya Otsuki-san juga jatuh cinta pada pandangan pertama pada Shinji.

“Apa kau tidak tahu kalau dirimu yang datang ke sini hanya menjatuhkan bom saja? Kalau niatmu datang ke sini adalah untuk bermesraan, maka jangan bawa bom sedari awal.”

“Aaaa, aku tidak mendengar apa-apa! Aku tidak mau diberitahu sesuatu seperti itu oleh penyebab dari wajah Kaede-chan yang menjadi sangat bahagia dari yang pernah aku lihat!”

“Aku jadi penasaran, wajah seperti apa yang ditampilkan oleh Hitotsuba-san. Hei Akihio, apa kau ada memfotonya?”

“Fufufu, aku sudah menduga kalau aku akan ditanyai seperti itu, jadi aku sudah memfotonya dengan sempurna! Apa kau juga mau melihatnya, Yoshi?”

Sial. Meskipun aku kesal, tapi aku benar-benar penasaran untuk melihat wajah seperti apa yang Hitotsuba-san tampilkan ketika Otsuki-san mengatakan kalau itu adalah wajah yang paling bahagia yang pernah dia lihat! Tapi aku merasa seperti aku akan kalah jika aku dengan jujur memintanya untuk memerlihatkannya padaku. Selain itu, aku merasakan tatapan mencela dari orang yang duduk di sebelahku.

“...Ada apa, Nikaido?”

“...Hei Yoshizumi. Tentang yang Otsuki-san tanyakan padamu..., apa itu benar kalau Hitotsuba-san menyatakan cinta padamu?”

Aku sudah mengenal Nikaido selama hampir satu tahun, tapi ini adalah yang pertama kali aku mendengar suaranya sedingin salju. Jawaban untuk pertanyaannya itu adalah ‘Ya’, tapi kalau aku mengakuinya dengan jujur malah hanya akan menambahkan minyak  ke dalam api. Saat aku bertanya-tanya tentang apa yang harus kukatakan, setengah dari kekasih tolol yang tidak bisa membaca suasana kembali datang mengganguku.

“Hei, apa kau tidak mau melihatnya, Yoshi?  Ini adalah foto wajah genitnya Kaede-chan loh? Apa kau yakin tidak mau melihatnya? Oh, ataukah..., karena kedepannya kau akan bisa melihat itu sebagai pacarnya, jadi kau tidak mempedulikan foto ini?”

Bukan minyak lagi, tapi Otsuki-san justru melemparkan bubuk mesiu! Oi, Shinji! Ada apa sih dengan pacarmu ini!? Apa dia ini tidak bisa sedikit membaca suasana? Aku bisa mati tahu gara-gara ditembak oleh tatapannya Nikaido! Cuman masalahnya, aku ingin melihat wajah genitnya Hitotsuba-san!

“Issh…, kalau  kau memang mau melihatnya, kau harusnya memberitahuku lebih awal. Aku ini siap memberikan segalanya untukmu tahu, Yuya-kun! Bahkan kalau kau mau, malam ini kau bisa menikmati tubuhku loh? Dengan begitu, kau akan bisa melihat wajah genitku!?”

“Hitotsuba-san! Itu bukanlah apa yang harus kau katakan di sekolah! Dan juga, aku tidak mau menikmati tubuhmu! Atau lebih tepatnya, apa sih yang kau bicarakan di siang bolong begini...”

Tiba-tiba aku mendengar ada suara dari belakangku, yang membuatku secara refleks menjawabnya. Tapi, di pertengahan aku menyadari kalau suara itu adalah suara iblis yang selama dua hari terakhir ini aku dengar, dan ketika aku berbalik dengan takut-takut, aku melihat di sana ada Hitotsuba-san.

“Aku datang ke sini karena aku kesepian tidak bisa melihat pacarku sampai siang hari. Apa itu tidak boleh?”

“Oke, tenang dulu. Aku belum menjawab perasaanmu, jadi aku bukan pacarmu! Dan juga, aku tidak mau menikmati tubuhmu. Aku ini lebih suka wanita yang malu-mlau. Jadi kalau kau menggodaku secara terbuka, maka lebih baik kau mundur saja. Datanglah untuk mencoba kembali kalau kau sudah mengerti itu.”

“...Baklah. Kalau kau sampai mengatakan itu, maka persiapkanlah dirimu di malam ini!? Tapi, yang lebih penting untuk sekarang, mengapa kita tidak makan siang dulu?”

Mengatakan itu, Hitotsuba-san menunjukkan tas berwarna merah muda yang dia pegang. Di dalamnya ada kotak bekal makan siang yang tadi pagi kusiapkan. Ngomong-ngomong, tas yang kumiliki couple’an dengannya dan berwarna biru langit.

Kami membeli ini karena Hitotsuba-san bersikeras untuk meng-couple-kannya ketika kami berbelanja tempo hari, jadi aku tidak punya pilihan lain. Ngomong-nomong, ini tidak seperti aku merasa senang karena kami couple’an, oke!

“Dia benar, Yuya. Kalau ribut mulu, waktu istirahat makan siang akan berakhir. Selain itu, ada banyak hal yang mau kutanyakan padamu.”
 
“Fufufu, aku akan bertanya banyak hal padamu, jadi persiapkanlah dirimu, Yoshi! Hari ini aku membalas dendam padamu karena selalu memanggilku kekasih tolol.”

Sambil bergandengan tangan dengan Shinji, Otsuki-san mulai berjalan sambil tertawa layaknya penjahat. Mereka mungkin mau pergi ke kantin. Di sisi lain, dengan langkah kaki yang ringan, Hitotsuba-san mengikuti di belakang mereka. Namun, sebelum dia meninggalkan kelas, dia berbalik ke arahku...

“Loh, kau ngapain diam aja, Yuya-kun? Ayo cepat! Jangan sampai aku mengatakan ‘Tidak ada kursi untukmu di sini!’, oke!? Kalau itu sampai terjadi, maka satu-satunya tempat dudukmu adalah pangkuanku loh?”

Itu jutru merupakan hadiah untukku, tapi itu juga berarti kalau itu akan menjadi eksekusi publik. Aku benar-benar harus menghindari situasi itu, jadi aku buru-buru mengeluarkan tas berisi kotak bekal makan siangku dan berdiri.

“...Hei, Yoshizumi, aku punya satu pertanyaan untukmu.”

Saat aku mencoba untuk mengikuti mereka, orang yang sedari tadi hanya diam tiba-tiba memanggilku dengan suara yang bernada dibawah titik beku. Aku sontak mundur selangkah tanpa berpikri dua kali.

“...Ada apa, Nikaido?”

“Tas biru yang kau punya dan tas merah muda milik Hitotsuba-san itu couple’an, kan?”

Mungkinkah Nikaido adalah seorang detektif hebat? Tidak, ini bukan waktunya untuk membuat lelucon seperti itu. Tidak heran kalau seseorang dengan intuisi yang baik akan menyadari perihal ini, bagaiamapun juga, tadi Hitotsuba-san memamerkan tasnya untuk dilihat semua orang.

“Apa bisa kuanggap kalau diammu itu sebagai ‘iya’?”

Mendapatkan jawaban melalui sikapku, Nikaido kemudian berdiri dengan tas minimarket di tangannya yang berisi roti yang dia beli sebelum pergi ke sekolah. Hei, kau mau pergi ke mana?

“Oh, aku berpikir untuk ikut bergabung kalian. Tidak mungkin kau tidak akan membolehkanku ikut bergabung, kan?”

“...Eh, yah. Tentu saja kau boleh ikut gabung.”

Aku menjawabnya dengan keringat dingin di punggungku, dan Nikaido tersenyum kecil kemudian mengatakan, “Terima kasih”. Bagaimanapun juga, tidak ada bedanya apakah kami makan dengan empat ataupun lima orang. Aku berpikir semuanya telah baik-baik saja untuk saat ini, tapi sayangnya, dunia ini tidak berjalan dengan begitu mulus.

Di ujung garis pandangku, aku melihat wajah Hitotsuba-san mengintip dari pintu, dengan pipinya yang mengembung seperti ikan buntal.

“Issh..., dasar Yuya-kun tukang selingkuh.”

Suaranya kecil, tapi aku bisa dengan jelas mendengar suaranya.

Sungguh, ini benar-benar hari yang buruk!

Sejak awal, semua ini terjadi gara-gara Otsuki-san terlalu banyak bicara!

---

Di SMA Meiwadai, kantin secara mode disebut sebagai kafetaria, tapi bukan berarti kantin ini berbeda dari kantin-kantin biasanya.

Menu yang ditawarkan di sini berubah-ubah setiap harinya, dan meskipun ada beberapa jenis, menu-menu di sini terkenal murah dan enak. Dan jika kau beruntung, mereka bahkan akan memberimu bonus dengan memberikan porsi besar. Roti buatan tangan di sini juga populer, dan setiap hari selalu ada pertempuran untuk bisa membeli itu.

Sebenarnya mencari tempat duduk di sini itu sangat sulit, tapi berkat Otsuki-san, secara ajaib kami berhasil mengamankan tempat duduk untuk lima orang. Dia bilang metode yang dia gunakan untuk melakukan ini adalah rahasia.

Ngomong-ngomong, urutan tempat duduknya adalah Hitotsuba-san, aku, dan Nikaido, sedangkan Shinji dan Otsuki-san duduk berhadapan dengan kami.

“Wow..., hamburger itu kelihatan enak! Apa kau yang membuatnya Kaede-chan? Itu sudah seperti hamburger yang dijual di toko!”

“Terima kasih, Akiho-chan. Apa kau mau mencicipinya?”

“Boleh nih? Oke, kalau gitu aku tidak akan segan... Wow, ini enak sekali!”

Layaknya maskot, Otsuki-san yang makan hamburger buatan Hitotsuba-san tampak sangat lucu.

“...Hei, Yoshizumi. Aku juga ingin mencicipi hamburger, boleh minta punyamu?”

Entah apa yang dia pikirkan, tapi tiba-tiba saja Nikaido mengatakan itu kepadaku. Kata-katanya itu sontak mengencangkan suasana yang tenang. Namun demikian, Nikaido tidak peduli dengan itu dan terus berbicara.

“Lagian hamburgernya ada banyak ‘kan, tidak apa-apa lah kalau aku minta satu gigitan? Gini-gini aku juga menyukai hamburger, tau!”

Bahkan lebih daripada yang sebelum-sebelumnya, aku tidak bisa membaca apa yang Nikaido pikirkan. Lebih penting lagi, bukanya ini memiliki arti yang berbeda antara Hitotsuba-san memberikan hamburgernya pada Otsuki-san dengan aku yang memberikan hamburgerku pada Nikaido?”

“Hm, apa ada sesuatu yang kau khawatirkan? Oh, ini tidak seperti aku ingin kau menyuapiku, oke? Asalkan kau meminjamkan sumpitmu, aku akan memotongnya sebanyak yang aku mau, jadi kau tidak perlu khawatir. Nah, sini, berikan aku sumpitmu!”

Owalah, begitu toh. Cuman yah, aku tidak sebodoh itu untuk merasa lega bahwa aku tidak harus menyuapinya, yang mana itu merupakan hal yang membahagiakan sekaligus memalukan. Namun dalam hal ini, meminjamkan sumpitku ke Nikaido dan membiarkannya menggunakannya apa ada adanya berarti memberikan ciuman tidak langsung. Tidak, aku bukanlah bocil yang baru mengalami pubertas, aku bukanlah pria yang akan jadi kewalahan hanya karena sesuatu seperti itu! Tapi yah, lebih daripadaku, di sini ada satu orang yang menjadi kewalahan.

“N-Nikaido-san! Ini adalah hamburger yang sama dengna milik Yuya-kun, jadi kau bisa makan yang ini saja! Tolong jangan ambil porsinya Yuya-kun yang lagi lapar!”

Dengan cepat, Hitotsuba-san memotong hamburgernya menjadi seukuran gigitan dan memberikannya kepada Niikaido. Tentu saja, Nikaido terkejut dengan hal ini, tapi karena apa yang dia mau disini telah diberikan, jadi dia menerima dan memakannya dengan tenang.

“Wow..., ini enak sekali!”

“Ya kan, Ai-chan! Hamburger ini rasanya enak sekali!”

Otsuki-san memegang tangan Nikaido dan menjabatnya. Oh, jadi dia memanggilnya sebagai ‘Ai-chan’, ya. Dia ini memang benar-benar pandai dalam menutup jarak dengan orang lain.

Namun, pihak lain yang ada di sini sangat terkejut dengan kejadian saat ini. Bahkan aku pun juga demikian. Bagaimanapun juga, jarang-jarang untuk melihat Nikaido sampai seterkejut itu, sampai-sampai membuatku tidak bisa menahan tawa dan mulai tertawa.

“...Apa yang kau tertawakan, Yoshizumi?”

Bisakah kau berhenti untuk menjadi begitu pemarah hanya karena hal itu?  Aku ini bukan tipe orang yang suka kalau dimarahi oleh seorang gadis, tau!

“...Tampaknya kalian berdua sangat dekat,Yuya-kun, Nikaido-san. Hubungan seperti apa yang kalian miliki?”

Sambil menggembungkan pipinya, Hitotsuba-san menanyakan itu.

“Kami cuman teman sekelas yang duduk bersebalahan. Tidak lebih dan tidak kurang dari itu. Benar kan, Yoshizumi?”

Tidak ada kebohongan dalam apa yang Nikaido katakan. Itu bukanlah kebohongan, tapi mengapa aku merasakan tusukan yang tajam dari setiap kata-katanya? Bahkan aku bisa merasakan kalau tatapanya Hitotsuba-san menjadi semakin tajam,  apa-apan sih dengan situasi ini?

“Y-Yah, begitulah, Kau bisa yakin kok, Hitotsuba-san, aku dan Nikaido cuman teman sekelas.”

“Nah, lebih penting daripada itu. Aku ingin tahu perihal bekal makan siang ini. Kalian berdua memiliki kotak bekal yang couple’an dan bahkan isi bekalnya sama. Apa artinya ini?”

Tanpa basa-basi, Nikaido langsung berbicara pada intinya. Shinji dan Otsuki-san hanya menonton ini dengan napas yang tertahan. Saat aku bingung harus menjawabnya seperti apa, Hitotsuba-san menjawab pertanyaan itu tanpa ragu-ragu.

“Sekalipun kau menanyakan apa artinya itu... Bekal ini adalah bekal cinta suami buatan Yuya-kun. Memangnya ada apa dengan itu?”

Ekspresi wajah Hitotsuba-san tampak penuh dengan kemenangan saat dia mengatakan itu. Tidak, tunggu dulu, mengapa kau memiliki sikap yang provokatif seperti itu? Ini tidak seperti dirimu saja loh, Hitotsuba-san! Ini gawat, pelipisnya Nikaido berkedut, ini adalah tanda-tanda kalau dia akan marah.

“Bentar, tenanglah dulu, Nikaido! Sekalipun dia bilang ini adalah bekal cinta cuami, ini hanyalah sisa makanan dari tadi malam. Jadi ini bukanlah—”

“Di tempat pertama, yang membuat hamburger ini adalah Hitotsuba-san, kan? Terus yang mengemas itu tadi pagi adalah Yoshizumi. Aku sangat ingin tahu, apa artinya ini?”

Sial, aku justru meledakkan diriku sendiri. Bukannya apa yang baru saja kukatakan sudah seperti memberikan jawabannya? Faktanya, tau-tau saja, Nikaido telah merubah job-nya dari yang sebelumnya detektif heat menjadi interogator. Ini buruk!

“Bukankah itu sudah jelas, itu karena aku dan Yuya-kun tinggal bersama. Benar kan, Yuya-kun?”

Wow, Shinji dan Otsuki-san memiliki reaksi Amerika, sedangkan Nikaido, matanya membelalak. Ngomong-ngomong, sekarang aku memegangi kepalaku sendiri dengan sekuat tenaga.

“Yoshizumi..., kau bisa menjelaskan maksud dari semua ini, kan?”

Saat dia mengatakan itu, mulutnya tersenyum, tapi matanya tidak. Aku benar-benar tidak bisa bertahan dari tekanan Nikaido yang memiliki ilusi iblis di belakangnya.

Ini adalah saat ketika momen istirahat makan siang yang menyenangkan berubah menjadi badai besar.

---

“Lari, lari! Terus lari sampai kau jatuh!”

“Kau bisa mengejar bola itu, kan!? Kenapa kau menyerah, Yoshizumi!”

“Higure juga, anak riaju memang lebih baik meledak aja bangsat!”

Setelah sekolah usai. Entah kenapa, sesi latihan klub sepak bola hari ini terasa lebih antsusias. Hari ini kami berlatih tanding antara tim merah melawan tim putih yang jarang dilakukan—ngomong-ngomong aku ada di tim merah—tapi mau itu rekan setim atau musuh, perlakuan terhadapku sangat buruk. Woi, siapa yang mengucapkan kalimat terakhir itu? Setidaknya dendam pribadi itu harus disembunyikan!

“Huh...hah...sialan. Menurutku senior-seniorku terlalu antusias.”

Sambil menyentuh tiang gawang, aku mengatur pernapasanku yang kacau. Apa-apaan dengan operan barusan itu, aku mengerti kalau kita harus melakukan serangan balik, tapi kenapa umpannya harus dari posisi DF. Bolanya terlalu cepat dan akurasinya terlalu rendah, kualitasnya berkurang signifikan. Tidak mungkin kan aku bisa mengejarnya, gara-gara itu, aku jadi membuang-buang tenaga.

“Yah, penyebab untuk ini pasti... kenapa kau malah melihatku, Hitotsuba-san?”

 

Ya, Sumber dari semangat membara para senior disebabkan oleh orang yang sedang melihat keluar jendela ke arah lapangan sambil tersenyum, Hitotsuba-san. Aah, mata kami bertemu. Woi, jangan melambaikan tanganmu padaku. Aku sih sedikit senang, tapi mata para senior yang melihat itu benar-benar menakutkan.

“Semangat, Yuya-kun!”

Hei, apa kau bisa berhenti menyemangatiku!? Jika aku disemangati secara pribadi, kau malah menuangkan minyak pada semangat membara para senpai yang tidak disemangati secara pribadi. Itu akan membuatku diperlakukan dengan semakin keras.

“Sepertinya sulit ya untuk dicintai oleh gadis paling imut di Jepang, Yuya.”

“Bacot lu njing. Lagian, sudah kubilang kalau kami belum berpacaran.”

“Padahal kalian sudah tinggal satu atap, tapi kalian masih belum berpacaran..., kau ini cukup keras kepala dengan cara yang aneh ya, Yuya. Padahal kau bisa jujur dan langsung ke intinya saja."

Setelah ledakan bom dari Hitotsuba-san, aku jadi tidak punya pilihan selain memberitahukan apa yang telah terjadi. Tapi,  apa yang aku beritahukan adalah cerita yang dibuat-buat kalau-kalau ada terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Orang yang membuat cerita itu adalah Sakurako-san, dan isinya adalah demikian:

 

Orang tuaku membuat banyak hutang tanpa sepengetahuanku, dan ketika aku pulang ke rumah, rumah sudah kosong.

Di saat aku berada dalam keadaan linglung, orang-orang menakutkan dari tempat peminjaman uang (Taka-san dan bawahannya) datang untuk menagih hutang. Di saat aku berpikir aku berada dalam situasi yang buruk, Sakurako-san, seorang pengacara yang merupakan teman lama ayahku dan ibunya Hitotsuba-san, datang dan menolongku.

Namun, untuk melunasi hutang-hutang itu, aku harus menyerahkan rumahku. Orang tuaku pergi, aku kehilangan tempat tinggal, yang membuatku menjadi bingung mengenai apa yang mesti kulakukan. Tapi di saat itu, Sakurako-san mengatakan. “Kau bisa tinggal di rumah kami sampai orang tuamu kembali. Lagipula, ayahmu sendiri juga memintaku untuk melakukan itu dengan air mata berlinang.”

 

Ngomong-ngomong, kesan Hitotsuba-san ketika mendengar cerita yang dibuat itu adalah...,

“Padahal aku yang meminta untuk menolong Yuya-kun, tapi bukankah itu adalah cerita yang akan memberikan pujian untuk Ibu? Ini tidak benar! Aku menuntut penulisan cerita ulang!”

Tentu saja pendapatnya itu ditolak. Kalau aku mengikutinya sarannya Hitotsuba-san, banyak hal yang bisa dilebih-lebihkan.

Sakurako-san mengatakan bahwa jika kau berbohong, maka kau tidak boleh melukis semuanya dengan kebohongan, melainkan menambahkan sedikit kebenaran agar orang lebih mudah mempercayaimu. Jadinya yah, Hitotsuba-san lah satu-satunya yang merasa tidak puas dengan cerita buatan itu.

Ngomong-ngomong, reaksi Nikaido saat mendengar itu...,

“...Jadi intinya, kalian berdua tinggal bersama tapi tidak berpacaran?”

Dia menanyakan itu, jadi aku menjawabnya benar seperti yang dia katakan. Setelah itu, Nikaido terus tutup mulut dan diam sepanjang pelajaran di siang hari, dan akan menjawab dengan kosong ketika aku mencoba berbiacara dengannya.

“Lebih penting lagi, Shinji, kenapa kau malah ada di sini, bagaimana dengan pertahanan?”

“Tidak apa-apa. Para senior sangat antusias untuk menunjukkan hasil yang baik pada Hitotsuba-san, jadi mereka akan bisa bisa bertahan meski tanpa aku atau dirimu.”

“Itu akan sama saja untuk tim putih yang menyerang. Astaga, jika saja mereka termotivasi seperti ini, kita bisa memenangkan turnamen kota, kan?”

Tim sepak bola kami tidak terlalu termotivasi saat ini. Tapi itu bukan karena keterampilan tiap-tiap individunya rendah, jadi jika kami memiliki pengumpan luar biasa seperti Shinji, bahkan aku, seorang striker biasa, bisa mencetak gol. Setelah itu, jika pertahanannya matang, kami akan memiliki peluang untuk menang.

“Jika kau berpacaran dengan Hitotsuba-san dan memintanya untuk menjadi manajer klub sepak bola, mungkin kita bisa memenangkan kejuaran nasional?”

“Hahaha. Kau bercanda, kan. Kalau Hitotsuba-san menjadi manajer, aku tidak akan bisa lega. Dari pada itu, ayo kita akhiri permbicaraan tidak berguna ini di sini dan mencetak beberapa gol.”

Meskipun saat itu musim dingin, aku mengarahkan tinjuku ke arah temanku sambil berkeringat dan menyikat poniku yang basah karena aku berlarian. Shinji meniup peluit dan kemudian mengepalkan tinjunya.

“Kau benar, ayo tunjukkan pada Hitotsuba-san bagian keren dari dirimu. Serahkan padaku untuk membuatmu terlihat keren, striker.”

“Haa. Aku tidak berusaha tampil keren untuk Hitotsuba-san yang telah mendukungku dengan keras sejak beberapa waktu lalu! Aku hanya ingin memenangkan pertandingan antara tim merah dan tim putih!”

“Ya, ya. Kau yang tsundere itu juga imut kok, Yuya.”

Shinji mulai berlari sambil tertawa. Hei, apa maksudnya itu! Tidak mungkin aku seorang tsundere!

“Yuya-kun!! Semangat!”

Jangan bersorak dari jendela. Dan kenapa kau menyorakiku hari ini? Sampai sekarang kan, kau hanya menonton dengan diam-diam agar tidak diperhatikan. Tapi yah...,

“... Aku tidak merasa buruk untuk disemangati.”

Dikatakan bahwa disoraki terkadang dapat membuat seseorang mengerahkan lebih banyak kekuatan daripada yang bisa dilakukan. Kalau begitu, hari ini aku akan melakukan semua yang kubisa sambil mendengarkan suara Hitotsuba-san!

Setelah itu, aku mencetak gol setelah menerima umpan indah dari Shinji, dan tim merah akhirnya memenangkan pertandingan dengan skor 3-0. Akulah yang mencetak semua gol dan mendapatkan hattrick, tapi para senior tidak memujiku, melainkan menatapku dengan cemburu. Sinting memang kok mereka ini.

“Kyaaaaaaa, kau keren sekali, Yuya-kun!!!”

Begitu ya. Mungkin itu karena Hitotsuba-san jadi semakin bersemangat. Dari pada itu Hitotsuba-san, bukankah karaktermu jadi runtuh? Mengapa semangatmu terlalu tinggi? Bukankah kau harusnya menontonku latihan dengan tenang?

“Kau sangat dicintai ya, Yuya.”

“Diamlah, Shin-kun.”

Kali ini, senyuman di wajah Shinji, yang merupakan seorang dari kekasih yang dijuluki kekasih tolol, membuatku kesal.



Sebelumnya || Daftar Bab || Selanjutnya

12 Comments

  1. Beda jauh anying wn nya mah gak kek gini, semangat min update nya

    ReplyDelete
  2. Bagus juga LN nya GK nyesel sih nungguin nya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya bro,walaupun disini udh tau bakalan ada perbedaan yg cukup besar dari WN nya tapi ngga kalah bagus si

      Delete
  3. Mantap min,konfliknya ini udh kerasa dari awal kan kalo yg di WN si nikaido telat debut

    ReplyDelete
  4. AGAK SEDIH SIH YUYA BAKAL DI NTR AMA SEMPAI NYA MANA CEWENYA DI EW3 LAG I༎ຶ‿༎ຶ

    ReplyDelete
  5. Pingin kasian sama Yuya tp gak jadi karna iri kampret, gw juga pingin kayak gitu cukšŸ¤§

    ReplyDelete
Previous Post Next Post