Gonin Hitoyaku demo Kimi ga Suki Volume 1 - Bab 8

Bab 8
Festival Budaya


Sudut Pandang Makihara Taiga

 

Hari dimulainya Festival Budaya.

Di pintu masuk Akademi Sinar Harapan, ada gerbang masuk yang dibuat oleh Fuuko-san dan siswa-siswi lainnya. Gerbang itu adalah suatu mahakarya dengan tinggi sekitar 4 meter dan didekorasi dengan menggunakan bunga-bunga indah yang terbuat dari kertas.
 
Ada banyak sekali pengunjung dari luar yang datang melewati gerbang itu. Banyaknya pengunjung yang datang ini pasti berkat dari promosi Hikari-san di medsos dan browsur-browsur yang Ai-san minta untuk dipajang di toko-toko.

Apa yang paling dinantikan dari festival ini adalah pentas drama yang dibintangi oleh Maihime-san, seorang yang terkenal sebagai [aktris muda jenius.]

——Dengan adanya keterlibatan [Konoe R Chika] dalam berbagai bidang, festival budaya ini jadi memungkinkan untuk diselenggarakan. Karismanya pasti akan semakin meningkat.

Di tengah-tengah keramaian festival budaya sekolah ini, aku, bersama Hikari-san, sedang melihat-lihat sekeliling sekolah. Dan karena saat ini kami sedang berpegangan tangan, perasaan iri dan kecemburuan yang di arahkan kepadaku dari orang-orang di sekitar sangat luar biasa.

“Sial, jadi Ketua sudah punya pacar, ya...”

“Tapi..., mereka adalah wanita yang cantik dan juga pria yang cantik, jadi kupikir mereka cocok.”

[Catatan Penerjemah: Kok cantik min? Ya dari raw-nya emang gitu.]

Mungkin karena beberapa orang ingin menjaga penampilan luarnya tampak baik, kritik pedas terhadapku menjadi berkurang.

Sebaliknya, pujian diberikan padaku, dan sampai ada siswa yang menyebutku sebagai [Pahlawan yang awalnya jatuh ke dalam tempat penampungan kotoran dan memiliki nilai terendah, tapi merangkak dari sana dan berhasil membuat Ketua takluk.]

Sambil meminta berjabat tangan denganku, siswa itu mengatakan...

“Karena kau tidak pernah menyerah, impianmu menjadi kenyataan, ya.”

Sekalipun aku menerima pujian seperti itu, aku tidak terlarut dalam perasaan senang.

Tidak, masih belum.

Impianku adalah membentuk harem dari kelima Konoe-san bersaudari. Aku tidak boleh berleha-leha sampai aku mewujudkan impianku itu.

Di sisi lain, Hikari-san membeli topeng Tengu dari kios klub seeni, dan makan cumi bakar serta permen apel.

[Catatan Penerjemah: Topeng tengu adalah topeng dengan wajah merah dan memiliki ekspresi seram. Hidung yang ada di topeng tengu panjang mirip paruh burung. Walaupun seram, tapi rupanya Tengu memiliki manfaat yang baik bagi manusia].

Nah. karena sebelumnya aku pernah di traktir oleh Hikari-san, jadi hari ini aku yang akan mentraktirnya. Aku yang sanggup membelikannya apa yang dia mau ini karena tempo hari aku menghasilkan banyak cuan melalui Super Chat dengan melakukan cross-dressing. Di saat itu juga lah, aku mempelajari dan jadi tahu bahwa pria jomblo berusia tiga puluhan dan empat puluhan itu punya banyak uang.

[Catatan Penerjemah: Super Chat apa sih min? Simpelnya gini, lu pernah liat orang live streaming, kan? Nah, Super Chat itu fitur yang akan digunakan ketika ada orang yang nyawer ke streamer, dan apa yang penyawer itu tulis atau pesankan saat dia nyawer akan di pin oleh streamer.]

“Hei teman-teman, yuk kumpul ke sini☆ Aku mau ambil foto!”

Hikari-san berfoto selfie dengan siswa-siswi dan para penggemarnya dari luar sekolah.

Dia kelihatan sangat bersenang-senang, membuatku yang melihatnya seperti itu menjadi merasa senang juga.

Tiba-tiba, mata Hikari-san tampak berbinar saat dia berseru “Aah”. Rupanya, apa yang berada di ujung penghilatannya itu adalah suatu ruangan berlabel [Klub Ramalan].

“Tiger-kun, yuk kita pergi meramal. Kudengar-dengar ramalan dari klub ini akurat loh.” ucap Hikari-san saat dia memegang tanganku.

“Apa yang mau kau ramal?”

“Tentu saja meramal kecocokan kita.”

Aku senang sekali saat diberitahukan kata-kata yang seolah-olah wajar seperti itu dari orang yang kusukai.

Kami pun memasuki ruangan Klub Ramalan.

Suasana di dalam ruangan itu gelap. Jendela ditutupi dengan tirai penyerap cahaya, dan ruangan ini hanya diterangi oleh cahaya-cahaya lilin.

Di dalam ruangan itu, ada peramal yang lagi duduk dengan penampilan khas dari seorang peramal, yaitu jubah hitam dan topi segitiga.

“Selemat datang. Oh, kalian orang-orang dari Noblesse, ya.”

“Halo, kami ke sini mau meramal kecocokan cinta kami. Jadi, apa syarat agar kau bisa meramalnya?”

“Beritahukan saja tanggal lahir kalian berdua.”

Mendengar itu, Hikari-san menjadi kaku.

Jika ramalan ini didasarkan dengan menggunakan tanggal lahir, maka itu sama artinya ramalan ini akan meramal kecocokkanku dengan kelima Konoe-san bersaudari. Nah, karena aku berencana untuk membentuk harem, jadi aku ingin tahu.

“Apa tidak bisa ramalannya dilakukan dengan cara lain?” tanya Hikari-san sambil menggeliat.

“Meramal dengan fisiognomi juga bisa.”

Saat itu, aku merasa seolah-olah mendengar suara hati Hikari-san yang mengatakan, [Fisiognomi? Wajahku sama seperti wajah saudari-saudariku, jadi itu tidak ada gunanya!].

[Catatan Penerjemah: Fisiognomi adalah ilmu firasat wajah atau ilmu membaca karakter seseorang melalui wajah.]

“Nama lengkap—aku bisa meramalnya dengan menggunakan nama lengkap.”

“Sip lah♪ Kalau gitu, tolong ya. Makihara Taiga dan Konoe... K-Konoe....”

Hikari-san kehilangan kata-kata. Yah, wajar saja, bagaimanapun juga dia tidak bisa mengatakan [L Hikari] di sini.

“[Konoe R Chika], kan?  Kalau gitu, aku akan mulai meramal.” kata si peramal.

Setelah menuliskan nama kami di selembar kertas dan memeriksa jumlah goresan dll...,  

“Ini——”

“Bagaimana?” tanya Hikari-san sambil mencondongkan tubuhnya ke depan.

“Ini luar biasa! Nama Makihara Taiga dan Konoe R Chika memiliki kecocokan yang tinggi!”

Di dalam benakku, aku melakukan pose mengangkat tinju.

“Selamat ya, Konoe-san.” kata si peramal sambil tersenyum.

“Tsk.”

“Eh, kenapa kau kelihatan gusar!?”

Terkejut, peramal itu menatapku dengan curiga, dan kemudian...

“Kalau kecocokkan kalian bagus, tapi kau merasa gusar...... Mungkinkah pria ini memaksamu berpacaran dengannya karena dia memegang kelemahanmu?”

Woi, jaga-jaga tuh mulut.

Tidak, yah, memang sih, dia punya kelemahan.

Di sisi lain, Hikari-san masih tampak tidak senang.

Dia menggerutu, dan kemudian mengetikkan [Konoe L Hikari] di ponselnya dan menunjukkannya kepada si peramal.

“Tolong ramal juga kecocokkan nama ini dengan nama Makihara Taiga.”

“[Konoe L Hikari]? Siapa dia?”

“Erm...” Hikari-san berpikir sejenak, dan kemudian, “Nama putri kami di masa depan...?”

“Eh, kau sampai berpikir sejauh itu terhadap hubunganmu dengan Makihara-kun?”

Peramal itu terkejut, tapi kemudian dia meramal kecocokkan antara namaku dengan nama [Konoe L Hikari.]

Hasilnya......

“Kecocokkanya sangat baik.”

“Yay♪ Aku senang sekali!” seru Hikari-san, dan kemudian dia memelukku.

Melihat adegan seperti itu dihadapannya, peramal itu hanya bisa terperangah. Aku yakin, saat ini kami pasti terlihat seperti kekasih tolol yang sangat gembira tentang putri masa depan kami.

 

Setalah itu, Hikari-san berada dalam suasana baik ketika kami meninggalkan ruangan Klub Ramalan. Dia terus berjalan dengan santai sambil bersenandung riang, tapi kemudian...

“!”

Tiba-tiba saja, dia bereaksi terhadap sesuatu dan berhenti berjalan.

Setelah sekitar 10 detik..., dia lanjut berjalan lagi dengan langkah yang cepat. Di sisi lain, aku mengikutinya dengan tergesa-gesa.

Akhirnya, kami sampai di depan kantor ketua Noblesse.

Di sana, ada seorang siswi yang tampak pendiam sedang menundukkan kepalanya karena berada dalam masalah.

Saat dia meliaht kami, dia langsung tersenyum lega, dan kemudian...

“Halo anggota Noblesse! Aku Saionji dari Klub Astronomi.”

“Apa kau lagi ada masalah? Kalau iya, aku, ketua Noblesse, akan membantumu♪”

“Aaah, kau sangat baik Ketua...”

Dengan sopan, anggota Klub Astronomi itu menyerahkan buklet. Di sampulnya, ada tertulis [Rasi bintang yang terlihat dari Akademi Sinar Harapan.]

“Sebenarnya, kami mencetak terlalu banyak buklet. Awalnya, kami berniat untuk mencetak 20 eksemplar, tapi malah jadi 100 eksemplar... Kami sudah menjualnya di ruang klub, tapi masih ada banyak yang belum terjual. Bisakah kalian membantu kami menemukan cara untuk menjualnya?”

Tentunya, itu adalah pekerjaan yang mewajibkan keterlibatan Noblesse. Kami harus menyelesaikan masalah tentang ini dengan baik.

Setelah mendengar apa yang siswi itu katakan, Hikari-san mengatupkan kedua tangannya dan menyerukan ide untuk menjual buklet-buklet itu.

“Bagaimana kalau begini? Dengan membeli lima buklet ini, si pembeli akan bisa berjabat tangan denganku?”

“Bukannya itu justru akan menjadi bisnis hak jabat tangan?”

Ya, buklet-buklet itu pastinya akan terjual habis, cuman masalahnya besar kemungkinkan kalau buklet yang dibeli justru akan dibuang. Karena mereka sudah terlanjur mencetaknya, tentu saja mereka ingin agar pembeli membaca buklet itu dengan benar.

Aku pun memutuskan untuk menyerukan ideku.

“Bagaimana kalau meningkatkan jumlah lantai penjualan?”

“Memangnya mau dijual di mana, Tiger-kun?”

“Di kios makanan atau kios-kios lain yang didirkan oleh klub yang pernah dibantu oleh Noblesse. Yah, anggap saja meminta balas budi.”

Klub tempat Misaki Horai bergabung, seorang yang pernah berkonsultasi tentang masalah romansa kepada Noblesse. Klub Basket yang pernah meminta bantuan untuk disemangati. Klub Teater tempat Maihime-san bergabung... Kami meminta mereka semua untuk membantu menjual beberapa buklet di kios mereka.

Tentu saja, mereka semua bersedia untuk membantu,

Dengan begini, beberapa buklet akan bisa terjual. Di samping itu...

“Aku juga akan berkeliling dan mempromosikan beberapa buklet.”

“Kau juga akan melakukan itu!? Terima kasih banyak ya.” kata Saionji-san sambil membungkuk kepadaku.

Klub Astronomi berhasil menjual buklet. Dengan hasil seperti itu, aku akan bisa meningktkan kesan yang dimiliki kelima Konoe-san bersaudari kepadaku.

Ini adalah situasi yang disebut sebagai Win-WIn. Apalagi, bantuan sukarela semacam ini pasti akan sangat beresonansi dengan Ai-san.

Setelah Saionji-san memberikan aku dan Hikari-san buklet, dia mengucapkan terima kasih lagi dan pergi.

“Kau melakukan pekerjaan dengan baik, Tiger-kun. Kau ini memang sangat bisa diandalkan♪” Hikari-san bersandar di bahuku, dan ketika dia melihat ponselnya, “Oh! Sudah waktunya aku akan bermain drama. Aku harus mengubah kepribadianku menjadi Maihime dan pergi.”

Setelah mengatakan itu, dia mencium pipiku dan pergi... Sungguh, salam seperti ini benar-benar buruk untung jantungku. Yah, meskipun aku senang juga sih dibuatnya.

Setelah ini, Hikari-san akan berganti tempat dengan Maihime-san di kantor ketua.

Tapi, saat setelah kami meninggalkan ruangan Klub Ramalan tadi...

Hikari-san tiba-tiba berhenti berjalan, dan kemudian langsung pergi untuk membantu Klub Astronomi yang lagi dalam masalah.

Apa saat itu dia menerima intruksi secara nirkabel? Dan orang yang memberitahukannya adalah Chika-san?

Jika memang begitu, bagaimana caranya Chika-san bisa tahu kalau ada orang yang sedang mengalami masalah...

Oh, aku tahu, pasti melalui kamera CCTV.

Karena di festival budaya ini ada banyak orang datang dan pergi, kamera CCTV dipasang di berbagai area akademi, dan di Klub Astronomi juga ada dipasangkan.

Apa Chika-san atau orang lain melihat rekaman langsung CCTV itu dan memberikan instruksi kepada Hikari-san?

Aku ingin tahu, apakah Chika-san berada di loteng kantor ketua?

Jika memang dia mengawasi seluruh akademi  melalui kamera CCTV.

Aku harus melakukan banyak pekerjaan dan meningkatkan kesanku!

Dengan motif tersembunyi seperti itu, aku pun mulai bekerja seperti membantu mengatur antrean di kios makanan, melerai perkelahian, memungut sampah, mempromosikan buklet Klub Astronomi dengan menggantung papan iklan di leherku.

Untung aja setiap hari aku berolahraga dengan melakukan squat dan lari 10 kilo. Jadinya, aku bisa bergerak ke sana-sini sebanyak yang aku mau.

Saat aku terus melakukkan satu demi satu pekerjaan..., di sudut halaman sekolah, aku menemukan sesuatu yang aneh.

 

Sudut Pandang Saudari Kelima, Ai

 

Saat ini,  aku sedang berjalan sambil memegang tangan anak kecil yang tersesat.

Mungkin karena dia merasa takut akibat terpisah dari orang tuanya, anak itu menangis, tapi kemudian matanya jadi berbinar.

“Oh, Ibu.”

Dia berlari dengan cepat dan langsung memeluk ibunya. Anak itu kemudian melambai kepadaku, lalu...

“Terima kasih, Beruang!”

Sejak pembukaan festival, aku telah mengenakan kostum beruang. Dengan memakai kostum seperti ini, wajahku tidak akan kelihatan. Karenanya, tidak masalah jika ada [Konoe R Chika] lain yang berkeliaran di sekitar akademi.

Saat aku berpisah dari orang tua dan anak itu, aku mendengar suara tepuk tangan dari gedung olahraga.

Oh, pentas drama Maihime-neesan sudah dimulai ya.

Ini artinya, [Konoe R Chika] yang saat ini tampil di akademi adalah Maihime-neesan. Kalau tidak mengenakan kostum sepertiku, saudari-saudariku yang lain tidak akan bisa menunjukkan wajah mereka di sekitaran akademi. Aku senang aku sudah menyiapkan kostum ini.

“Chika-neesan, apa ada pekerjaan yang bisa kulakukan lagi?”

Melalui alat komunikasi, aku menanyakan itu pada Chika-neesan. Saat ini, dia berada di loteng kantor ketua untuk mengawasi kamera CCTV kalau-kalau ada masalah.

[Masalah antrian di kios makanan klub sepak bola..., sudah beres. Dan pekelahian tau-tau saja juga sudah dileraikan...]

“Eh, bagaimana bisa?”

[Tiger-kun bekerja keras dan menangani satu demei satu masalah,]

Saat aku terkejut dengan apa yang dikatakan Chika-neesan, tiba-tiba saja aku mendengar suara Tiger-kun.

“Buklet Klub Astronomi [Rasi Bintang yang terlihat dari Akademi Sinar Harapan] sekarang sedang dijual! Buklet ini bisa dijadikan referensi untuk melihat bintang saat malam api unggun!”

Sekitar 20 meter dari tempatku berdiri, Tiger-kun meninggikan suaranya dan terus melakukan promosi.

Aku dibuat terkesan oleh penampilannya itu.

Dia sungguh anak yang baik yang akan bekerja keras untuk membantu orang lain!

Tapi, ternyata masih terlalu dini bagiku untuk merasa terkesan.

Beberapa anak laki-laki datang mendekati Tiger-kun, yang membuatnnya jadi terlihat sedikit merasa tidak nyaman.

“Makihara, aku mau beli buklet itu.”

“Erm… aku minta maaf ya tentang yang terjadi saat sesi belejar outdoor.”

Mungkinkah, mereka teman sekelasnya Tiger-kun?

Dulu, saat Tiger-kun jatuh ke tampat penampungan kotoran dan hampir mati, alih-alih menolongnya, temtan-temannya justru menertawakannya. Apa mereka baru mau meminta maaf sekarang?

“Sesi belajar outdoor? Oh, kejadian waktu itu ya.” Tiger-kun tersenyum masam, dan kemudian, “Tidak apa-apa kok. Berkat kejadian itu aku jadi memutuskan untuk masuk ke Noblesse, jadi aku tidak lagi peduli soal itu.”

“ Makihara~”

Teman-temannya, dan aku, merasa terkesan kepadanya.

Sungguh, dia benar-benar orang yang baik. Aku ingin tahu, akan sampai seberapa jauh dia akan membuatku jadi merasa berdebar-debar?

Saat aku terus menatapnya, pandangan kami saling bertemu, dan kemudian..., dia mendekatiku. Eh, mengapa dia ke sini?

“Selamat siang.” Salam Tiger-kun sambil membungkuk, “Aku anggota Noblesse, Makihara Taiga. Termasuk karena telah menolong anak yang tersesat tadi, terima kasih banyak karena telah bekerja untuk menjaga festival budaya ini tetap berjalan dengan lancar.”

“T-Tidak perlu berterima kasih.”

Aku menanggapinya dengan mengubah nada suaraku. Selain itu, karena aku memakai kostum, suaraku akan terdengar teredam, jadi harusnya ini baik-baik saja. Aku harus berhati-hati untuk tidak membuat situasinya jadi ribet.

“Apa kau murid di akademi ini? Mengapa kau memakai kostum?”

“......”

“Oh, jika kau tidak ingin mengatakan alasannya tidak apa-apa kok.” ucapnya sambil tertawa, dan kemudian, “Kau ini..., mirip seperti kenalanku yang bernama Ai-san.”

!?

Jantungku sontak berdegub kencang. Dengan takut-takut, aku bertanya kepadanya.

“M-Memangnya dia adalah orang yang seperti apa?”

Mendengar pertanyaanku, Tiger-kun menjawabku dengan sepenuh hati.

“Dia bukan hanya wanita yang cantik, tapi juga baik dan ramah. Hanya dengan bersama Ai-san saja sudah membuatku merasa bahagia.”

~~~~~~!!

Ini......

[Tiger-kun memujiku ketika dia bahkan tidak tahu kalau orang yang dia ajak bicara adalah aku]...., damagenya benar-benar luar biasa, sampai-sampai aku merasakan panas yang kuat di dalam kostum yang kupakai.

Saat aku terhuyung-huyung tanpa sadar, Tiger-kun memelukku dengan kuat.

“Apa kau baik-baik saja?”

Suaranya yang manis itu sangat dekat di telingaku. Wajahnya yang rupawan memenuhi penghilahatanku. Aaah, matanya itu benar-benar mata yang penuh dengan keutulusan...!

Saat itu juga, aku jadi menyadari perasaanku.

Aku menyukai Tiger-kun!

Saat aku menyadari itu..., aku menjadi sangat malu sehingga aku melarikan diri.

 

Sudut Pandang Makihara Taiga.

 

Aku menatap punggung beruang yang berlari pergi.

Mungkin, si beruang itu adalah Ai-san.

Karena di akademi ini hanya satu orang saja dari kelima Konoe-san bersaudari yang boleh tampil sebagai [Konoe R Chika], maka kostum itu mungkin adalah alternatif untuk situasi yang mereka miliki.

Saat aku memuji Ai-san tadi, bahkan melalui kostum yang dia pakai itu, aku bisa tahu kalau dia merasa malu. Tadi itu dia benar-benar imut.

Selain itu, apa aktingku yang memaafkan teman sekelasku sebelumnya membuat kesan yang dia miliki terhadapku jadi meningkat?

Tentunya, aku tidak akan memaafkan mereka seumur hidupku. Tadi itu aku cuman akting aja.

Hmm?

Tiba-tiba, aku mendengar ada suara yang berisik.

Saat aku melihat ke arah sumber suara itu—ada lima berandalan yang masuk dari gerbang. Mereka memakai kaus emas bercelana panjang dan berjalan dengan ekspresi menakutkan.

Arah yang mereka tuju adalah gedung olahraga tempat Maihime-san sedang tampil dalam pentas daama. Tampaknya mereka berencana untuk masuk ke dalam gedung olahraga itu.

Aku buru-buru berdiri di depan mereka berlima, dan dengan senyuman yang ramah...

“Saat ini pentasnya sedang berlangsung, apa kalian punya tiket untuk masuk?”

“Gak ada tod!”

“Kalau begitu, kalian tidak bisa masuk.”

“Kami datang ke sini bukan untuk menonton pentas drama—tapi kami ke sini untuk menghancurkan penampilannya Konoe. Kami akan membuatnya membayar kembali apa yang dia lakukan pada kami tahun lalu!”

Membayar kembali...? Oh, aku tahu.

Kalau kuingat-ingat lagi, saat pertemuan Panitia Persiapan Festival Budaya, ada seseorang yang mengatakan kalimat ini:

 

[Tahun lalu saja, Konoe-san seorang diri mengusir sekelompok berandalan yang datang dari luar.]

 

Apakah orang-orang ini datang untuk balas dendam?

Aku memperkuat pijakanku di tanah, dan kemudian...

“Kalian tidak boleh mas—”

Sebelum aku bisa menyelesaikan perkataanku, pipiku ditinju. Setelah itu, tinjuan terus datang satu demi satu.

Nah, saat ini, apapun yang terjadi, aku tidak akan membiarkan mereka masuk. Selain untuk meningkatkan kesanku terhadap kelima Konoe-san bersaudari..., aku tidak akan membiarkan mereka berbuat seenak mereka karena sebelumnya Maihime-san pernah mengatakan ini padaku:

 

[Selama aku berakting, aku harus memberikan yang terbaik yang bisa kulakukan.]

 

Itu sangatlah menyayat hati ketika upaya keras yang kita lakukan berakhir sia-sia. Dan aku, sangat memahami perasaan itu.

Bagaiamanpun juga, di saat aku mengembangkan mimpiku dalam klub bisbol di SMP, bahu kananku patah.

Meskipun aku melakukan rehabilitasi dengan mati-matian untuk bisa kembali menjadi pitcher, yang terbaik yang bisa kudapatkan adalah untuk kembali menjalani kehidupan sehari-hari yang normal.

Tidak mungkin aku akan membiarkan orang yang kucintai mengalami hal seperti itu.

Tinjuan demi tinjuan terus menghantam perut, hidung, dan daguku.

Hmph! Aku ini sudah berkali-kali menerima bola mati dari pitcher profesional. Pukulan-pukulan seperti ini... sakit cuk! Yang namanya sakit itu tetap saja terasa sakit!

“Nih bocah keras kepala banget.”

Saat aku melakukan pose bertahan dan berpikir untuk melawan balik.

Tinju yang diayunkan oleh salah seorang oleh pria—berhenti di udara.

 

Itu karena, Fuuko-san meraih tinju pria tersebut.

 

Saat ini, Maihime-san sedang memainkan peran [Konoe R Chika].

Kalau Fuuko-san ada di sini, kebenaran kalau ada beberapa orang yang beperan sebagai [Konoe R Chika]  akan ketahuan!

...Yah, kurasa itu tidak akan ketahuan.

Fuuko-san datang ke sini dengan mengenakan topeng tengu. Apa itu adalah topeng yang Hikari-san beli di kios klub seni?

Selain itu, dia juga tidak memakai wig ponytailnya dan hanya menampilkan rambutnya yang dipotong pendek. Karena panjang rambutnya benar-benar berbeda dari sosok [Konoe R Chika] yang orang-orang tahu, tidak mungkin orang lain selain aku akan menyadari hal tersebut.

Kemudian, salah seorang dari berandalan itu berbicara dengan suara yang membentak.

“Lu siapa tod? Apaan-apaan coba dengan penampilamu it—”

Sebelum pria itu selesai berbicara, Fuuko-san menggenggam wajah pria itu dan mengangkatnya ke udara. Bentuk wajah pria sontak terdistorsi karena besarnya kekuatan yang dikeluarkan oleh Fuuko-san.

Buset, itu pasti saktit sekali. Rasain lu!

Empat berandalan yang lain kemudian menyerang Fuuko-san. Namun, Fuuko-san mengayunkan berandalan yang berada dalam genggamannya dan mengalahkan mereka semua. Ini pertama kalinya aku melihat seseorang menggunakan tubuh manusia sebagai senjata.

Orang-orang disekitar yang melihat adegan ini bertepuk tangan dan kagum, tapi..., Fuuko-san tidak mempedulikan mereka dan malah menggendongku layaknya tuan putri kemudian mulai berlari.

“Terima kasih, tapi kamu siapa?”

“Erm...” Fuuko-san tergagap, tapi kemudian, “Aku adalah rekan keadilan—Topeng Cahaya.”

Mendengar itu, aku matian-matian menahan tawaku.

“Keberanianmu untuk tidak menyerah pada para berandalan itulah yang membawaku datang ke sini.”

Tidak, kau pasti melihat situasinya melalui kamera CCTV, kan?

Lagian, di pintu masuk gedung olahraga juga ada dipasangi kamera CCTV.

Ini artinya, salah satu dari Konoe-san bersaudari yang melihat situasi itu mempertimbangkan kalau Fuuko-san akan datang untuk menyelamatkanku. Mungkin itulah sebabnya Fuuko-san datang ke sini dengan penampilan seperti ini. Bagaimanapun juga, sama seperti Ai-san yang mengenakan kostum tadi, ada banyak cara bagi mereka untuk tidak menunjukkan wajah mereka.

Cuman yah, aku tidak menyangka kalau dia akan menyebut dirinya sebagai Topeng Cahaya.

Kami pun sampai di UKS, dan kemudian seorang perawat muda membukakan pintu dari dalam.

“Ya, ya... Eh!? Tengu!?”

Dia terekjut, tapi begitu dia melihatku babak belur, dia segera menyuruhku berbaring di ranjang, dan mengobati luka-luka di wajahku.

Masih memakai topeng tengu, Fuuko-san menatapku. Penampilannya itu sungguh merupakan pemandangan yang surealis.

Lalu, dengan suara yang sedih...

“Kenapa tadi kau tidak melawan mereka? Aku yakin kalau kau harusnya bisa menangani para berandalan itu.”

Yah, tadi itu aku cuman menunggu waktu yang tepat saja supaya tindakanku dianggap sebagai pembelaan diri, tapi...

Aku menatap Fuuko-san, dan kemudian...,

“Jika aku yang merupakan anggota Noblesse menggunakan kekerasan dan sampai menyebabkan festival ini dibatalkan... Aku tidak akan bisa meminta maaf kepada Konoe-san yang telah bekerja keras dalam mempersiapkan festival ini.”

“!”

Mendengar kata-kataku, Fuuko-san tampak terkesan.

Di sisi lain, perawat UKS melepaskan blazerku.

“Selanjutnya, aku akan mengobati tubuhmu... Eh!?”

Saat luka lamaku terlihat, bahkan perawat UKS jadi terkejut melihat pemandangan yang mengerikan itu.

Dari bahu kanan ke lengan atasku, ada bekas luka yang panjang dan tebal yang terlihat seperti dijahit dengan mesin jahit raksasa. Daging-daging di sekitarnya pun terlihat jelek dan terdistorsi.

“L-Luka yang mengerikan! Bahkan dengan luka seperti itu, kau masih belum menyerah pada bisbol!!”

Kalau dipikir-pikir, dalam pikiran Fuuko-san, aku masih belum menyerah pada bisbol.

Fuuko-san merendahkan dirinya dengan mengistirahkan lututnya di lantai dan menundukkan kepalanya saat dia terisak, yang membuat sisi hidung dari topeng tengu-nya menyentuh permukaan ranjang.

“K-Kau adalah pria diantara pria...!”

“...Hei, bagaimana kalau kau lepaskan saja dulu topengmu itu?” saran perawat UKS dengan cemas.

Fuuko-san kemudian memasukkan saputangannya ke dalam topeng tengu untuk menyeka air matanya, dan kemudian...

“Makihara Taiga—Cara hidupmu itu telah menembak hatiku.”

Mata biru di balik topengnya menatapku dengan bergairah..., yang mana itu tidak seperti saat ketika dia menatapku layaknya hewan peliharan ketika aku melakukan cross-dressing.

“Aku jatuh cinta padamu!!”

Dia memegang wajahnya dengan kedua tangan—meskipun tidak secara langsung karena dia memakai topeng—dan kemudian pergi.

Melihat adegan itu, perawat UKS dengan penuh simpati mengatakan, “Kau dicintai oleh orang yang aneh”, kepadaku.

Siiippppp!

Upayaku untuk meningkatkan kesan yang dimiliki terhadapku dengan mempertaruhkan hidupku sukses besar! Terima kasih banyak, wahai para berandalan!

Dengan begini, aku selangkah lebih dekat lagi untuk membentuk harem dari lima Konoe-san bersaudari.

 

Aku diberikan obat penghilang rasa sakit, tapi sepertinya obat itu memiliki efek yang akan membuatku jadi mengantuk.

Sudah sekitar 30 menit telah berlalu sejak aku terbaring di tempat tidur. =

Kemudian...

“Tiger.”

Maihime-san datang ke UKS. Karena dia masih mengenakan gaun merah [Carmen], dia pasti  datang ke sini tepat setelah pentasnya selesai.

Aku pun memakai kacamata palsuku yang kutaruh di samping tempat tidur, dan melihat ke arah Maihime-san yang saat ini tampak meringis.

“A-Aku sudah mendengar apa yang terjadi. Kudengar kau membiarkan dirimu dipukuli untuk melindungi pentas dramaku.”

“Jadi kau sudah mendengarnya, ya.”

“Mengapa kau sampai bertindak sejauh itu?”

“Itu karena aku tahu bahwa kau telah berlatih dengan keras untuk bisa tampil di hari ini.”

Jujur saja, aku yang mengambil tindakan sejatuh itu karena aku punya motif tersembunyi yaitu untuk membentuk harem, tapi di saat yang sama, apa yang kukatakan kepadanya itu juga merupakan sesuatu yang benar-benar kurasakan.

“......!!”

Seolah-olah dia diliputi oleh emosi akan kata-kataku, mata Maihime-san tampak lembab.

“Makasih ya, Tiger!”

Senyuman yang dia tunjukkan saat ini, aku tidak akan pernah melupakannya. Itu tampak imut karena dia biasanya hanya berekspresi datar.

“Aku akan tidur bersamamu sebentar.”

Sungguh tak terduga, Maihime-san menyelinap masuk ke dalam selimutku.

Mungkin karena dia habis selesai pentas, tubuhnya terasa lembut dan hangat layaknya botol air panas.

Tapi, obat penghilang rasa sakit yang kuminum tidak membuatku terjaga lagi. Aaah, padahal aku ingin lebih menikmati perasaan surgawi ini...

 

Sudut Pandang Saudari Sulung, Chika

 

Aku—Konoe R Chika, sedang melihat-lihat kios yang didirikan di sekolah.

Tiger-kun terluka dan sedang beristirahat di UKS, jadi aku harus melakukan yang terbaik. Selain itu, aku juga telah membuat Ai kerepotan selama paruh awal dimulainya festival budaya.

Kalau sampai ada masalah seperti api yang tidak terkendali, festival budaya ini akan hancur. Itulah sebabnya, aku mesti terus siaga.

Saat aku pergi untuk memeriksa kios yakisoba yang didirikan Klub Voli...

“Oh, Ketua, terima kasih atas kerja kerasmu dalam festival budaya ini.”

Aku membalas sapaannya, dan saat aku memeriksa kalau-kalau ada api yang menyala tidak pada tempatnya...

“Ngomong-ngomong, Ketua, apa kau berpacaran dengan anak yang bernama Makihara?”

“E-Enggak seperti itu kok.”

“Tidak perlu ngeles! Kalian meramal kecocokkan kalian satu sama lain, dan Makihara-kun mengambil tindakan yang tepat agar pentas drama tidak kacau, bukankah kalian itu sangat kasmaran!”

Itu terjadi pada Hikari dan Maihime, bukan aku.

Tapi kalau dipikir-pikir lagi, hari ini Fuuko dan Ai juga berinteraksi dengan Tiger-ku. Cuman aku saja yang...

Saat aku berpikir seperti itu, aku jadi menyadari sesuatu. Apa aku ingin menghabiskan waktuku bersama Tiger-kun?

Aku tidak begitu mengerti seperti apa perasaanku.

Festival ini juga telah mencapai klimaksnya dan matahari telah terbenam.

Ada api unggun dinyalakan di halaman sekolah, dan ada banyak pasangan di sekitarnya. Dan di sana... ada Tiger-kun yang sedang duduk.

Kulihat dia memegang sesuatu di tangannya... apa itu  buku kosakata?

Bahkan di saat-saat seperti ini, dia masih terus belajar!?

Saat aku mendekatinya dan mengejutkannya, dia buru-buru menyimpan buku kosakatanya. Apa dia malu?

“Apa lukamu sudah baik-baik saja, Tiger-kun?”

“Ya.”

“Oh, syukurlah…”

Secara tidak sadar, desahan kelegaanku bocor.

“Tadi kulihat kau lagi belajar, tapi mengapa kau sangat tekun seperti itu?”

“Agar aku bisa meraih cita-citaku untuk menjadi dokter—dan juga, agar aku bisa selalu berada di sisimu.”

“!”

Untuk bisa terus berada di dalam Noblesse, dia harus terus bertahan di posisi peringkat 3 besar. Itulah sebabnya, dia terus belajar seperti ini...

Sungguh, dia sangat berterus terang dalam menunjukkan cintanya kepadaku.
 
Kemudian, Tiger-kun mengeluarkan buklet dari sakunya.

[Rasi bintang yang terlihat dari Akademi Kekaisaran]. Oh, itu adalah buklet yang dipromosikan oleh Tiger-kun.

“Aku mendapatkan buklet ini dari Klub Astronomi. Mengapa kau tidak membaca buklet ini dan melakukan pengamatan astronomi bersamaku?”

“......Ya, ayo.”

Aku sangat merasa senang.

Mengapa aku merasa sesenang itu? Aku yakin, aku pasti...

Saat aku menyadari itu, aku jadi merasa lebih baik dan tenang.

Lalu, sambil menjaga agar wajahku tetap tampak seperti biasanya, aku...,

“Tapi, aku sudah tahu rasi bintang apa saja yang bisa dilihat dari sini.”

“Oh, orang terpintar di akademi ini memang hebat! Tampaknya sia-sia saja aku membawa buklet ini.”

Mendengar tanggapannya, aku tertawa cekikikan. Tapi kemudian, seolah memandangku dengan kagum, Tiger-kun berbicara.

“Ini pertama kalinya aku melihat senyumanmu, Chika-san. Senyumanmu itu sangat mempesona.”

“Kau tidak perlu memujiku seperti itu.”

Aah, aku merasa sangat malu sampai-sampai kebiasan burukku yang menjadi judes jadi keluar.

Aku ingin tahu, apa dia terkejut terhadap tanggapanku, tapi..., entah kenapa, Tiger-kun terlihat senang saat melihatku yang sedang memain-mainkan rambutku.

Melihat senyumannya itu terasa sangat menenangkan.

Tapi di saat yang sama..., aku merasakan perasaan bersalah terhadapnya.

 

Aku dan Tiger-kun menghabiskan beberapa waktu untuk melihat bintang-bintang dan berbicara tentang banyak hal. Seperti misalnya, tentang apa saja yang terjadi di festival budaya, dan juga tentang kampung halaman kami masing-masing...

Saat kami sudah mulai tenang, aku memberitahunya [tunggu aku di sini sebentar] dan pergi ke kantor ketua.

Saat aku pergi ke loteng, aku melihat Fuuko, Hikari, Maihime, dan Ai. Mereka semua memiliki ekpresi lelah dan puas.

“Chika-nee, sepertinya kau bersenang-senang dengan Tiger.” kata Fuuko sambil mengangkat tangannya.

Dia pasti melihat rekaman langsung dari kamera di jepit rambut yang kupakai.

Setelah menganggukkan kepalaku kepadanya, aku melihat ke arah semua adik-adikku.

“Hei, aku punya saran.” Setelah merasa ragu sejenak, aku melanjutkan perkataanku. “Ayo kita berhenti untuk terus berbohong kepada Tiger-kun.”

......Untuk sesaat, hanya ada keheningan di antara kami.

Kemudian, Fuuko mulai angkat suara.

“Apa itu artinya kau ingin agar kita menghentikan pengaturan cerita tentang lima kepribadian yang berbeda?”

“Ya. Dan selain itu, aku juga ingin agar ktia berlima tidak lagi memainkan satu peran... Rasanya menyakitkan bagiku untuk menumpuk lebih banyak kebohongan pada anak yang baik dan murni seperti Tiger-kun.”

Sekali lagi, semua orang terdiam. Kurasa masing-masing dari kami memiliki pemikiran yang sama.

Adik-adikku saling memandang satu sama lain, dan kemudian menganggukan kepala mereka.

“Tamapaknya kalian juga sudah memutuskan. Kalau begitu——”

Aku takut..., reaksi seperti apa yang akan Tiger-kun tunjukan ketika dia tahu bahwa kami telah berbohong kepadanya.  

Lalu—dari antara kami berlima, siapa yang akan dia pilih?



5 Comments

Previous Post Next Post