Gonin Hitoyaku demo Kimi ga Suki Volume 1 - Bab 6

Bab 6
Fondasi itu penting untuk segala hal


Sudut Pandang Makihara Taiga

 

Di hari ketika Maihime-san membuat kebohongan tentang [lima kepribadian yang berbeda]...

Aku pulang kerumah setelah mengurusi persiapan festival budaya sebagai anggota Noblesse.

Di ruang tamu, aku memikirkan strategi hidupku.

Aku mesti memikirkan dengan cermat perihal bagaimana membentuk dan memelihara harem.

Tentunya, berhubungan baik dengan kelima bersaudari itu adalah prasyarat utama, tapi...

Di masa depan nanti, pekerjaan apa yang bagus untuk kulakukan?

Aku tidak bisa membuat harem dan baru habis itu memikirkan apa yang mesti dilakukan setelahnya. Mulai dari sekarang, sebisa mungkin aku harus sudah menyiapkan banyak hal.

Syarat untuk pekerjaanku itu adalah...,

 

1. Gajinya besar

2. Bisa bekerja di negara poligami.

 

Nomor [1] tentunya agar aku bisa menafkahi kelima bersaudari itu. Selama aku membawa mereka ke jalur yang tidak biasa, aku tidak boleh membiarkan mereka bermasalah dalam finansial.

Alasan untuk nomor [2] kurasa tidak harus kukatakan. Tapi kenyataannya..., itu cukup sulit. Jika aku bekerja di perusahaan yang besar, itu bisa memenuhi syarat nomor [1], cuman masalahnya sulit untuk memenuhi syarat nomor [2] karena itu cukup sulit untuk memilih tempat dimana aku bisa bekerja.

Aku memutuskan untuk melakukan riset di internet tentang itu, dan hasilnya...,

Bagaimana kalau bekerja sebagai dokter?

Kudengar-kudengar itu tidak sulit untuk mendapatkan lisensi internasional jika kau mendapatkan lisensi medis di Jepang.

Dan dengan itu, aku akan bisa memiliki gaji yang tinggi dan mestinya bisa menafkahi kelima bersaudari itu di negara poligami.

Baiklah, aku harus cari tahu lebih banyak tentang bagaimana untuk menjadi seorang dokter. Kurasa besok aku akan pergi ke perpustakaan sekolah...

Oh iya, besok sekolah akan libur karena perayaan hari jadinya. Kalau begitu, kurasa aku akan pergi ke perpustakaan kota.

Setelah memutuskan itu, aku kemudian belajar seperti biasa. Karena aku memutuskan untuk menjadi dokter, maka aku harus meningkatkan kemampuan akademikku lebih dari sebelumnya.

 

Keesokan harinya..

Aku memakai pakaian kasual—celana jeans dan kemeja—dan berjalan sekitar sepuluh menit dari apartemenku ke pusat kota. Di sana ada perpustakaan, taman, rumah sakit, dan toko-toko yang berjejer di jalan-jalan.

Ini benar-benar perpustakaan yang luar biasa.

Ukurannya kira-kira sebesar supermarket. Kampung halamanku adalah kampung nelayan di pedesaan, jadi perpustakan yang biasanya kudatangi di sana adalah perpustakaan mobil yang datang dari waktu ke waktu.

Aku pun masuk ke dalam perpustakaan itu.

Rak-rak buku berbaris sekitar 30 meter jauhnya, dan ada orang-orang yang sedang memilih buku dan membaca buku di meja. Suasananya tenang, mungkin sesekali aku bisa datang ke sini untuk belajar.

Baiklah, mana buku tentang menjadi seorang dokter...

Aku pergi ke rak dengan kategori [Kehidupan Sosial] dan mengambil buku-buku seperti [Untukmu Yang Bercita-cita Menjadi Dokter] dan [Tips Memasuki Universitas Kedokteran Nasional.]

Lalu, saat aku berpikir untuk pergi ke konter untuk meminjam buku-buku ini..., aku melihat buku-buku dengan judul...,

 

[Latihan Kekuatan] [Dasar-dasar Nutrisi]

 

Ah! Aku benar-benar bodoh sampai melupakan sesuatu yang penting.

Itu adalah...

Itu adalah persiapan tubuh untuk harem.

Saat aku telah selesai membentuk harem dari kelima bersaudari itu, maka nantinya aku akan berurusan dengan lima orang di kehidupan malamku.

Untuk bisa melewati malam-malam seperti itu, aku harus memiliki kekuatan fisik dan stamina yang bagus.

Aku pernah mendengar kalau [ketidakpuasan dengan kehidupan seks] adalah salah satu penyebab utama perceraian, jadi aku tidak boleh sampai mengabaikan itu. Di dalam bisbol memiliki tubuh yang baik itu penting, jadi hal yang sama pasti juga berlaku untuk harem.
 
Aku membalik halaman dari buku [Latihan Kekuatan] untuk mengetahui otot-otot apa yang dibutuhkan untuk kehidupan malam serta cara melatihnya.

Hmmmm, squat dan lari akan efektif, ya...

Saat aku berada di tim bisbol, aku biasa melakukan squat 200 kali dan berlari 10 km. Tampaknya aku akan menghidupkan kembali kebiasanku itu.

Kemudian, aku membuka buku [Dasar-dasar Nutrisi].

Seng sangat penting untuk kehidupan malam yang memuaskan.  Sumber makanan yang kaya akan Seng seperti tiram, kerang, biji wijen, dan hati babi.

[Catatan Penerjemah: Seng (Zn).]

Baiklah, aku akan membeli bahan-bahan makanan ini dan mulai mendapat banyak Seng.

Aku senang aku datang ke perpustakan ini. Aku jadi bisa tahu salah satu bagian penting yang diperlukan untuk harem...

“Oh, kebetulan sekali kita ketemu di sini, Tiger-kun.”

Suara yang tiba-tiba terdengar dari belakangku membuatku terkejut.

Suara itu memanggilku [Tiger-kun], maka itu pasti salah satu dari Konoe-san bersaudari. Dan karena pengucapan dari suara itu terndengar sopan, maka dia adalah...

Chika-san.

Dalam perasan terkejut, aku berbalik ke belakang.

Di sana, Chika-san, berpenampilan dengan mengenakan Yukata. Yukata yang dia pakai memiliki pola biru morning glory yang menyejukkan. Dan Yukata itu terlihat sangat cocok untuknya, mungkin karena warnanya yang sama dengan warna matanya yang biru. Di rambut pirangnya, dia memakai jepit rambut.

Melihat keimutannya itu, kakiku menjadi gemetar. Lalu, seiring entah bagaimana aku berhasil menopang tubuhku menggunakan dinding...

“P-Penampilanmu itu...”

Chika-san menyisir rambut pirangnya ke belakang telinganya dan kemudian menjawabku.

“Karena pengaruh dari ibuku, aku menyukai budaya Jepang, jadi sebagian besar pakaian yang kupakai dalam kehidupan pribadiku adalah kimono.”

“B-Begitukah...”

“Kupikir orang-orang Jepang mestinya harus lebih sering memakai kimono.  Bahkan hari ini pun orang-orang menatapiku yang berpenampilan memakai yukata seolah-seolah ini adalah hal yang tidak biasa.”

Tidak, kurasa alasan mengapa orang-orang menatapinya bukan karena yukata yang dia pakai, tapi karena dia adalah gadis yang cantik

 

“Itu terlihat sangat cocok untukmu!”

“Kau tidak perlu memujiku.”

Pujianku dibalas dengan kata-kata tak berekspresi. Tapi kemudian, Chika-san mulai memain-mainkan rambutnya..., itu adalah kebiasaan yang akan dia lakukan ketika dia merasa senang. Aaah, aku jadi ingin memeluknya sekarang juga.

“Ngomong-ngomong, apa kau bercita-cita menjadi dokter, Tiger-kun?”

Chika-san menanyakan itu padaku saat dia melihat buku [Untukmu Yang Bercita-cita Menjadi Dokter] yang kupegang.

“Ya.”

“Apa ada alasan kenapa kau bercita-cita menjadi dokter?”

Tidak mungkin di sini aku akan mengatakan kalau alasannya adalah “untuk menafkahi harem yang terdiri dari kalian lima bersaudari”.

Akan lebih baik jika di sini aku mengatakan alasan yang akan memberikan kesan baik dari dirinya.

Aku menatap bahu kananku, dan kemudian mulai berbicara...,

“Kau tahu ‘kan kalau bahuku patah karena kecelakaan?”

“Ya. Kudengar kau mengalami kecelakaan karena kau menolong temanmu.”

Aku ditabrak truk dan terbanting ke tanah, dan saat aku melihat bahu kananku yang terasa sangat sakit, kulihat tulang lengan atasku yang patah mencuat keluar menembus kulitku.

Itu adalah insiden yang sangat berat untukku. Tentu saja, bukan hanya karena rasa sakit hebat yang kualami, tapi juga karena lengan kanan yang telah kulatih dengan hati-hati selama bertahun-tahun hancur dalam sekejap.

...Ah, mengingat hal itu membuatku jadi menangis.

Tapi, di sini aku akan memanfaatkan perihal ini.

“A-Aku sangat tersentuh oleh perawatan penuh perhatian dari staf medis terhadapku saat itu...”

Mendengar perkataanku, Chika-san tampak merasa sedih.

Kemudian, dia mengeluarkan saputangan bermotif Jepang dari sakunya, dan dia menggunakan saputangan itu untuk menyeka air mataku. Dari saputangan itu, aku bisa mencium aroma yang elegan.

“Begitu ya, itu benar-benar alasan yang luar biasa—di masa depan nanti, kau ingin menjadi dokter yang seperti apa?”

“Dokter yang bisa bekerja tidak hanya di Jepang saja, tapi juga di luar negeri.”

Terutama di negara-negara Arab dimana poligami diperbolehkan.

Kemudian, sambil meletakkan tangannya di dadanya yang bahkan masih terlihat kencang melalui yukatanya...

“Kalau kau mau, lain kali aku bisa mengajarimu cara untuk belajar yang baik.”

“Tentu saja aku mau. Aku senang kalau kita berdua bisa memiliki sesi belajar bareng!”

“Astaga, bukankah kau terlalu senang? Ini cuman demi prestasi akademik, oke?”

Chika-san mengatakan itu, tapi kali ini dia kembali memain-mainkan rambutnya.  Aku senang aku mengetahui kebiasaan yang dia miliki ini.

“Ngomong-ngomong, buku apa yang kau pinjam, Chika-san?”

Saat aku melihat ke arah buku yang Chika-san pegang..., dia dengan gesit langsung menyembunyikan buku itu dibelakang punggungnya. Kakinya yang memakai sandal pun terlihat menggeliat.

“Itu rahasia.”

“Aku mengerti”

Aku menganggukkan kepalaku, dan kemudian...,

“Aku akan menjadikannya rahasia kita berdua kalau kau datang ke sini untuk meminjam buku [Praktek! Psikolgi Cinta].”

“Aku maunya merahasiakan ini darimu juga, tau!”

Mengatakan itu, Chika-san menyembunyikan wajahnya dengan lengan yukatanya. Aku yakin, wajahnya pasti menjadi merah cerah.

Kemudian, dengan malu-malu Chika-san meminjam buku [Praktek! Psikolog Cinta] dan meninggalkan perpustakaan dengan buku itu di dadanya.

Apa dia meminjam buku itu agar dia bisa dekat denganku? Jika memang demikian, aku senang.

Aku pun meminjam buku tentang cara untuk menjadi dokter, buku tentang pelatihan otot dan nutrisi, dan [suatu buku] lain sebelum pergi dari perpustakaan.

Kemudian...

“Kamu itu Konoe-san, kan? Ini aku, apa kau tidak ingat!”

Seorang pria dengan cara berpakaian seperti berandalan dan celana longgar menghalangi jalan Chika-san

“Beberapa hari yang lalu kita bermain basket jalanan bersama, dan bukankah saat itu kita cocok!”

Basket jalanan? ...Oh, aku mengerti situasinya...

Mungkin pria itu salah mengira kalau Chika-san adalah Fuuko-san. Tapi Chika-san tampaknya berada dalam masalah karena dia tidak bisa mengatakan kebenarannya pada pria itu.

Aku harus menolongnya.               

Meski sulit, tapi kupikir aku bisa melakukannya...

Di sini juga ada Chika-san, jadi ayo singkirkan pria itu dengan cara yang lembut.

Aku meredam suara langkah kakiku dan mendekat dari belakang pria itu, lalu menutup kedua matanya. Kemudian, dengan suara yang seperti suara seorang gadis...,

“Tebak aku siapa?”

“Hah? Tidak, aku tidak tahu.”

Aku melepaskan tanganku dari mata pria itu, dan pria itu berbalik ke belakang menghadapku.

Sambil mengedipkan mataku kepadanya, aku berkata...

“Jawaban yang benar adalah, ini aku~”

“Lah, lu siapa?”

Tentu saja, pria itu tidak tahu.

“Eh? Kamu lupa sama aku?”

Aku meletakkan kedua tanganku ke mulutku dan memandang menengadah dengan sedih.
 
Melihatku yang seperti itu, pipi pria itu memerah, dan kemudian dia bergumam pada dirinya sendiri..,

“Apa sebelumnya aku pernah bertemu dengan gadis cantik sepertinya...?”

Bagiku, seorang pria yang memiliki wajah gadis cantik, berpura-pura menjadi seorang wanita bukanlah hal yang sulit. Apalagi, pakaian yang kupakai hari ini adalah pakaian unisex.

Saat aku masih berada di klub bisbol, aku biasanya berdandan sebagai manajer wanita dan membagikan handuk kepada anggota klub, dan aku menerima sedikit uang sebagai hadiah.

Mungkin lain kali aku akan berdandan sebagai wanita dan mencoba menghasilkan uang di Super Chat. Jika aku memakai make-up, orang-orang tidak akan tahu kalau aku adalah [Ace Tak Beruntung].

Benar saja, pria itu tidak menyadari jenis kelaminku yang sebenarnya, dan kemudian...,

“Dalam pandangan pertama pun tidak mungkin aku akan melupakan gadis yang cantik sepertimu.”

“Eh~~~! Aku senang~~~”

Aku kemudian mengirim kode [Cepat pergi] kepada Chika-san yang terkejut dengan situasi ini.

Oke, dia sudah pergi. Sekarang, aku hanya perlu pergi dari pria ini.

“Hei, kau mau makan gak? Aku akan mentraktirmu.”

“Iya, aku mau.”

Oh, kebetulan banget nih, aku juga sedang lapar.

Setelah mentraktirku kue di toko kue mewah, dia menyatakan cinta padaku, tapi ketika aku mengatakan “Sebenarnya aku adalah laki-laki”, dia langsung melarikan diri.

Benar-benar pria yang lemah.

Kalau kau mencintai seseorang, entah itu lawan jenis, entah itu lima bersaudari kembar, kau harusnya menerima semuanya apa adanya.

Pada saat aku menyelesaikan kegiatan layaknya seorang ayah seperti itu, hari sudah sore.

Kurasa sudah saatnya aku pulang. Ayo singgah untuk mebeli tiram, wijen, dan kerang untuk memenuhi asupan Seng di tubuhku.

Kembali ke pusat kota, saat aku menuju supermarket...

Aku melihat ada wanita tua berambut putih sedang duduk di taman terdekat.

Tampaknya dia adalah seorang tunawisma. Dia mengenakan pakaian lusuh dan berbicara kepada orang-orang yang lewat dengan suara serak.

“Bisakah... kalian memberiku sedikit makanan...”

Semua orang terlihat terganggu dengan wanita tua itu dan menghindarinya. Melihatnya yang seperti itu, aku...
 
Aku pergi ke toserba dan membeli lima onigiri serta sebotol teh dan kemudian menyerahkannya kepada wanita tua itu.

“Ini untukmu.”
                          
Aku yang melakukan hal ini..., 40% karena murni ingin membantu orang lain, dan 60% karena aku punya motif tersembunyi.

Jika cerita tentang ini menyebar dan sampai ke telinganya Ai-san, seorang yang antusias menjadi sukarelawan, itu akan meningkatkan kesan yang dia miliki terhadapku. Jika Ai-san membuat dapur umum, dia akan memiliki kesempatan untuk bertemu dengan wanita tua ini.

Kemungkinkan untuk itu memang rendah, tapi bisa dibilang ini adalah investasi untuk  masa depan.

Wanita tua itu mengambil makanan dari tanganku dan kemudian mulai makan.

“Enak......”

“Syukurlah. Kalau begitu, aku pergi dulu.”

Saat aku hendak pergi ke tujuan awalku yaitu supermarket, bahuku dicengkram dari belakang.

...?

Aku berbalik ke belakang, dan di sana...,

Di balik poni panjang wanita tua itu, ada mata biru yang tampak bersinar. Hm? Mata biru?

Wanita tua itu kemudian meletakkan tangannya di atas kepalanya, dan..., rambut putihnya dia lepas, membuat ramput pirang yang bersinar muncul. Tampaknya rambut putih itu adalah wig.

Dia kemudian menyeka wajahnya yang kotor dengan lengan bajunya, hingga sesaat setelahnya kulitnya yang masih muda jadi terlihat.

Dia bukanlah seorang wanita tua, melainkan seorang gadis yang cantik—dia adalah salah satu dari Konoe-san bersaudari!

“Aku adalah kepribadian Maihime. Aku akan memainkan peran sebagai seorang tunawisma di perusahan teater tempatku bekerja, jadi aku berdandan seperti ini untuk mencoba mengetahui langsung gimana rasanya menjadi seorang tunawisma.”

“B-Begitukah? A-Aku sama sekali tidak sadar kalau wanita tua itu sebenarnya adalah kamu.”

Mendengar kata-kataku, Maihime-san membusungkan dadanya dengan bangga.

“Tapi yah, kau benar-benar hebat dalam berpura-pura menjadi wanita ketika kita meninggalkan perpustakaan tadi. Seperti yang kupikirkan, kau memiliki bakat dalam akting.”

Maihime-san pasti mengawasi kejadian di perpustakaan dari sini dengan cara tertentu.

Kemudian, saat aku melihat ke atas langit yang mulai gelap...,

“Kalau begitu, aku akan pulang dulu, Tiger.”

“Ya.”

“Pulang ke rumah kardus yang kudirikan di taman.”
 
“Tidak, tolong pulanglah ke rumahmu yang sebenarnya.”

Itu berbahaya kalau dia pulang ke rumah kardus.

Aku kemudian membantunya membongkar rumah kardus yang dia dirikan di taman, dan di tengah-tengah kami melakukan itu, tiba-tiba suatu ide muncul di pikiranku.

Mungkin aku bisa belajar dari Maihime-san tentang apa yang perlu kulakukan untuk membentuk harem.

“Kalau kau tidak keberatan, bisakah kau memberiku beberapa tips tentang akting?”

“Oh, apa kau tertarik dengan akting, Tiger?”

Saat ini aku berpura-pura tidak menyadari kalau Konoe R Chika adalah karakter satu orang yang dimainkan oleh lima orang. Untuk bisa terus seperti itu, aku membutuhkan kemampuan akting.

Setelah berpikir sejenak, Maihime-san menunjuk ke sudut taman, dan...,

“Kalau gitu, ayo kita coba bermain dengan latar di mana di sana muncul seekor harimau.”

Harimau muncul di taman?

Itu pengaturan cerita yang cukup aneh, tapi ayo kita coba.

Aku melebarkan kelopak mataku dan berteriak “Aaaaa!? Kenapa ada harimau di sini!?”.

Nah, aku yakin aku melakukannya dengan baik, tapi...

“Itu benar-benar akting yang buruk.” Maihime-san menggelengkan kepalanya dan melanjutkan perkatannya. “Itu terlalu datar kalau kau hanya mengatakan ‘Kenapa ada harimau di sini?’. Kau harus mengekspresikan emosimu melalui gerak tubuhmu atau perubahan ekspresi wajahmu.”

“Jadi kalau cuman menyerukan kalimat saja akan tidak terlihat realistis ya. Kalau begitu...”

Aku mengikutinya sarannya, dan mencoba lagi.

Melihat akting yang kulakukan, Maihime-san tersenyum.

“Ya begitu. Akting yang kau lakukan bagus... Ngomong-ngomong, apa kau memiliki peran yang ingin kau mainkan?”

“Ya”

Saat ini, aku berakting untuk kehidupanku.

---

Setelah berpisah dengan Maihime-san, aku pergi ke supermarket.

Aku sudah membeli tiram, kerang, biji wijen, dan hati babi. Mulai hari ini, setia harinya aku akan memakan makanan yang kaya akan Seng. Saat aku masih berada di klub bisbol, aku sangat peduli tentang apa yang kumakan untuk menjaga tubuhku tetap bugar, jadinya aku bisa memasak dengan cukup baik.

Aku kemudian pulang melewati jalan utama, dan ketika truk sesekali lewat, jantungku akan mulai berdetak kencang dan aku merasa sesak napas.

Ini adalah trauma dari kecelakaan yang kualami..., aku harus bisa mengatasi trauma ini secepatnya.

“Selamat malam, Tiger-kun!”

Lagi-lagi, aku mendengar suara dari salah satu Konoe-san bersaudari. Saat aku melihat-lihat ke sekitarku...

Seorang gadis dengan model rambut pigtail mengintip dari jendela taksi yang memarkir di pinggir jalan raya. Dia adalah Hikari-san.

“Yuk naik sini yuk ♪ “

Pintu taksi terbuka, membuatku bisa melihat seluruh tubuh Hikari-san.

Wow.

Dia mengenakan gaun kamisol di atas tubuh indahnya yang seperti idol gravure. Bahunya yang terekspos terlihat cantik, dan kalung yang menghiasi lehernya tampak cemerlang...., dia memiliki kesan seorang wanita dewasa.

Saat aku masuk ke dalam taksi, aku bisa mencium aroma parfum yang samar-samar.

“Kebetulan sekali kita ketemu di sini! Apa sekarang kau memiliki hal yang ingin kau lakukan?”

“Tidak ada.”

“Begitukah? Kalau gitu...”

Hikari-san meraih lenganku, dan dengan mata yang tampak bergairah...,

“Mau pergi ke hotel denganku?”

Kalau kita berbicara tentang apa yang dilakukan oleh pria dan wanita di hotel  adalah..., maka pasti melakukan ‘itu’, kan?

Oh iya, kalau kuingat kembali, dalam pembicaraan kelima bersaudari itu, Hikari-san sempat mengatakan ini:

 

“Aku yang akan mendapatkan Tiger-kun.”

“Kalau aku bisa melakukan itu, aku mungkin bisa membuktikan kalau ada bagian dari diriku yang Chika-nee tidak akan bisa kalahkan..., dan juga,  jika aku berpacaran dengan ‘Ace Tak Beruntung’, aku mungkin akan mendapatkan buzz.”

 

Sepertinya, Hikari-san memiliki rasa persaingan dengan Chika-san..., dan tampaknya dia memiliki nafsu untuk ketenaran. Dan mungkin karena alasan itulah, dia sampai mengambil tindakan yang begitu berani seperti ini.

Hikari-san kemudian mengusap dadaku, dan bergumam...

“Aku sudah tidak tahan lagi...”

Gini-gini aku juga adalah anak laki-laki yang normal dan sehat, jadi aku menjadi semakin bergairah. Apa kami benar-benar akan melakukan sesuatu yang tidak senonoh?

Karena tujuanku adalah membentuk harem, aku harus menghindari hal-hal semacam itu hanya dengan satu orang saja. Tapi, dihadapan godaan yang amat memikat ini...,

“Restoran seafod di hotel yang akan kita kunjungi benar-benar enak loh. Kau tahu kan kalau aku berasal dari Seattle yang merupakan kota pelabuhan, jadi kadang-kadang aku perlu makan banyak seafood untuk membuat diriku merasa nyaman.”

Yap, ini sudah seperti yang kuduga!

Saat aku memegangi kepalaku, Hikari-san menusuk-nusuk pipiku dengan jarinya.

“Eh, ada apa? Apa jangan-jangan kau baru saja membayangkan sesuatu yang aneh?”

Sial, aku dipermainkan olehnya.

Oke, kurasa aku harus sedikit membalas perbuatannya ini.

“Tapi tetap saja, tampaknya kau sering pergi ke restoran ya, Hikari-san? Padahal beberapa waktu yang lalu kau baru saja memakan lima onigiri dalam kepribadiannya Maihime-san.”

Mendengar kata-kataku, eksrpesi Hikari-san langsung mengeras.

“Y-Yah, b-bisa dibilang..., aku mau isi perut yang lain?” kata Hikari-san, saat dia memalingkan pandangannya.

Yah, tentunya, yang saat ini mau diisi makanan bukanlah perut yang tadi, melainkan perut lain yang bukan perut yang tadi.

Nah, aku tidak ingin terlalu menyudutkannya seperti ini, jadi ayo ganti topik.

“Ngomong-ngomong, kau mau makan seafood, ya? Kebetulan, aku juga ingin makan tiram.”

“Benarkah? Ini artinya kita satu hati dan satu jiwa dong ♪”

Kalau aku memberitahunya alasan kenapa aku ingin makan tiram, dia pasti akan terkejut.

Setelah beberapa saat melaju, taksi pun berhenti di tempat parkir..., dan hotel yang kami tuju, hanya dari melihatnya saja, sudah terlihat kalau ini adalah hotel mewah. Di pintu masuk dengan dekorasi dan perabotan yang luar biasa, staf hotel menyambut kami, dan sebagian besar pelanggannya memakai setelan jas.

Hikari-san kemudian menuntunku pergi ke restoran seafood di lantai 30. Karena kami mendapatkan tempat yang berada di dekat jendela, jadi kami bisa melihat pemandangan malam yang membentang. Ini rasanya seperti aku sedang duduk di kursi bagi orang-orang sukses.

“Ngomong-ngomong, Hikari-san. Bagaimana dengan uang yang digunakan untuk taksi dan restoran yang mahal seperti ini?”

“Aku menghasilkan cukup banyak uang melalui YouTube dan Instagram, jadi aku akan mentraktirmu.”

Ada banyak hal yang bisa kulakukan sebagai seorang pria, tapi sebagai siswa miskin, cukup sulit bagiku untuk membayar. Jadi yah, aku akan berterima kasih untuk traktirannya.

Hikari-san kemudian memesan Crab Pan Perdu, Lobster kukus, dan sup krim kerang.

Hidangan yang dibawakan ke meja kami..., terlihat seperti hidangan yang ada di foto-foto. Hidangannya diletakkan diatas piring besar, dihiasi dengan saus yang terlihat seperti seni  avant-garde.

Mungkin untuk diposting di media sosial, Hikari-san memotret hidangan yang disajikan, dan setelah itu...,

[Kalau bebitu, ayo makan. Bersulang——]

Kami bersulang denga air bersoda.

Hikari-san dengan pemandangan malam di belakangnya tampak cantik dan mempesona..., membuatku merasa kewalahan saat melihatnya. Tapi...

Saat dia memakan lobster kukus, dia menjatuhkan tubuhnya.

Eh, dia kenapa?

Wajahnya merah padam, dan matanya tampak berputar-putar.

Hikari-san kemudian bertanya kepada pelayan yang segera menghampiri meja kami dengan suara yang serak.

“A-apa ini mengandung alkohol?”

“Ya, kami mengukusnya dengan sampanye.”

Rupanya, Hikari-san lemah terhadap alkohol. Memang sih, aku pernah mendengar kalau di dunia ada orang-orang yang akan mabuk jika memakan makanan yang dikukus dengan alkohol seperti ini.

Tapi yah, ini akan sia-sia kalau dia tidak bisa memakannya, jadi aku memasukkan semua makanan itu ke dalam perutku dan kemudian menggendong Hikari-san di punggungku.

Setelah entah bagaimana Hikari-san berhasil menyelesaikan pembayaran, dengan ekspresi yang tampak sedih, dia berkata...

“...Aku ingin sekali makan sup krim kerang.”

“Apa itu adalah makanan kesukaanmu?”

“Itu adalah makan yang menjiwa di Seattle. Ibuku sering membuatkannya untukku. Ibu…, dimana kau sekarang...”

Dia mulai menangis, layaknya seorang anak kecil yang sedang tersesat. Ini membuat kesan dewasa yang tadi dia miliki menjadi terlihat seolah-olah itu adalah ilusi.

Ahh, dia tertidur. Tidak peduli seberapa keras aku mengguncangnya, dia sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda mau bangun.

A-Apa yang harus kulakukan?

Aku tidak tahu Hikari-san tinggal dimana, dan selama ada settingan cerita tentang [lima kepribadian yang berbeda], aku tidak bisa menghubungi Chika-san. Aku juga tidak bisa meninggalkannya sendirian di hotel dalam kondisinya yang seperti ini...

Aku tidak punya pilihan lain. Aku akan membawanya ke rumahku.

Dengan Hikari-san kugendong di punggungku, aku mulai berjalan pulang.

Setelah sampai di apartemen, aku membaringkannya di kasur.

“Mmm...”

Dengan suara yang terdengar seksi, Hikari-san berbalik dalam tidurnya. Kakinya yang panjang terlihat sampai ke bagian pangkal..., dan aku langsung buru-buru menutupinya dengan selimut.

Aku harus menahan diri, aku harus menahan diri.

Sambil mengacaukan nafsu duniawiku, aku mulai mencari kesibukan untuk dikerjakan.

---

Sekitar lima jam sudah berlalu, dan sekarang sudah pukul sebelas malam.

Saat aku sedang melakukan squat untuk haremku di masa depan, Hikari-san membuka matanya. Dia kemudian mengangkat tubuhnya dan melihat-lihat sekeliling denga mata yang mengantuk. Ngomong-ngomong, rambutnya yang acak-acakan itu terlihat seksi.

“!?!?!?”

Mungkin akhirnya dia sudah sepenuynya bangun dan sadar, jadi dia buru-buru memperbaiki tali bahu gaun kamisolnya yang telah bergeser.

Aku kemudian kemudian menjelaskan kepadanya mengapa aku membawanya ke apartemenku, dan saat mendengar penjelasanku, dia menjatuhkan bahunya. Tampaknya dia sudah tidak mabuk lagi.

“M-Maafkan aku, Tiger-kun. Payudaraku besar, jadi pasti sulit bagimu untuk menggendongku yang berat ini.”

“Tidak apa-apa kok. Saat aku masih berada di klub bisbol dulu, aku sudah biasa berlari menaiki tangga dengan rekan satu timku di punggungku.”

“Setidaknya sangkallah kalau aku itu tidak berat.”

Mengatakan itu, Hikari-san menggembungkan pipinya. Yah, memang sih, itu sulit saat aku menggendongnya tadi karena perasaan lembut yang kurasakan di punggungku.

“Tadi di restoran kau cuman makan sedikit saja, jadi aku yakin kalau kau pasti lapar.”

Aku memanaskan panci di dapur, dan menaruh isinya ke piring dan membawanya ke meja.

Saat Hikari-san mencondongkan tubuhnya ke depan untuk melihat apa yang kubawa, dia tampak terkejut.

“I-Ini kan... sup krim kerang!?”

“Tadi kau bilang kalau kau ingin memakan ini, jadi aku mencari resepnya di internet.”

Dan kebetulan, bahan-bahan seperti  tiram dan kerang sudah kubeli untuk asupan Seng.

Selain itu, karena aku berasal dari kampung nelayan, jadi aku cukup mahir dalam memasak makanan laut.

Hikari-san membawa sesendok sup krim kerang ke mulutnya, dan kemudian tersenyum. Itu adalah senyuman polos, berbeda dari senyum mempesona yang biasa dia tunjukkan.

“Ini tidak seperti buatan ibuku, tapi ini enak.”

“Syukurlah kalau rasanya enak.”

“Aku suka dengan rasa ini. Apa kapan-kapan kau bisa membuatkannya lagi untukku?”

Setelah aku berhasil membentuk harem dari kalian lima bersaudari, aku akan membuatnya setiap hari

---

Setelah itu, aku mengantar Hikari-san pulang kerumahnya. Tempat yang dia tinggali itu adalah apartemen menara.

Apa mereka berlima tinggal di sini?

Tidak peduli seberapa banyak uang yang dihasilkan Hikari-san, aku tidak berpikir kalau dia mampu untuk membayar tempat tinggal ini sendirian. Siapa yang membayarkan apartemen ini untuk mereka? Dan juga, ada masalah dengan ‘ibu’ mereka yang hilang, masih ada banyak misteri seputar kelima bersaudari itu.

“Sampai jumpa lagi Tiger-kun. Makasih ya untuk semua yang kau lakukan hari ini ♪”

Dia mengatakan itu, tapi entah kenapa, Hikari-san tidak masuk ke pintu masuk.

Dia menatapku, dan dengan kesan yang ragu-ragu, dia mulai berbicara

“Erm, kau tahu. Sebenarnya, aku punya motif tersembunyi dengan berpikir jika aku berpacaran dengan [Ace Tak Beruntung], aku akan mendapatkan buzz. Tapi...”

Hikari-san mendekatiku, dan...

Dia mencium pipiku.

Dulu dia pernah melakukan ini padaku, tapi kali ini—ciumannya lebih lama dan lebih panas.

Lalu, dengan mata birunya yang tampak lembab...

“Sekarang aku tidak peduli tentang itu. Kupikir, mungkin aku menjadi benar-benar serius...”

Mungkin  untuk menyembunyikan wajahnya yang memerah, dia dengan cepat berbalik memunggungiku dan memasuki apartemennya.

Dengan langkah yang melenting, aku berjalan pulang ke rumah. Hujan mulai turun di tengah perjalanan, tapi aku sama  sekali tidak mempedulikannya.

---

Aku tidak mempedulikan hujan, tapi karena itu, tubuhku menjadi kedinginan.

Keesokan paginya, aku demam. Sepertinya aku masuk angin..

Sial, bagaimana bisa aku teledor seperti ini.

Benar-benar menyedihkan..., padahal aku memiliki ambisi untuk membentuk harem dari lima bersaudari, tapi aku justru jatuh sakit.
 
Aku tidak punya pilihan lain selain mengambil izin untuk tidak masuk sekolah.

Ngomong-ngomong, tadi malam aku memasang poster yang bertuliskan target “200 kali squat sehari dan lari 10 km” di dinding, tapi kurasa hari ini aku tidak akan bisa mencapainya.

Yah, kalau sudah begini, kurasa aku hanya harus beristirahat.

Aku membaca buku sambil mendengarkan suara hujan, setelah itu meminyaki dan memoles sarung tangan bisbolku.

Aku melakukan itu untuk merawat barangku yang berharga... yah, tidak benar-benar untuk itu juga sih.

Aku melakukannya karena aku akan menjualnya di aplikasi olshop, Mercari. Karena ini adalah sarung tangan dengan model yang teratas, jadi aku yakin harganya bisa mencapai 60.000 yen.

[Catatan Penerjemah: Mercari adalah online shop di Jepang.]

“Maaf ya karena aku mesti menjualmu......”

Seperti orang tolol, aku meminta maaf kepada sarung tangan.

Aaaah, hanya untuk membeli ini aku sampai bekerja sambilan di pelabuhan perikanan, dan dengan sarung tangan ini lah aku berhasil membawa timku menempati poisisi runner-up dalam turnamen nasional.

Tapi..., sekarang aku lagi kere. Selain itu, aku juga harus membayar biaya sekolahku dan mengkonsumsi makanan seperti tiram untuk haremku nanti.

Aku membutuhkan setiap sedikit uang yang bisa kudapatkan..

Lagipula, aku tidak bisa meminta kepada orangtuaku untuk mengirimkanku lebih banyak uang.

Aku bukan lagi siswa khusus, dan pembebasan biaya sekolahku telah dicabut... Jadi aku tidak bisa membebani mereka lagi. Masalah ini harus aku sendiri yang mengatasinya.

 

Ping~pong

 

Suara bel berbunyi. Dengan langkah yang terhuyung-huyung, aku melangkah ke pintu masuk.

“Halo.”

Seorang gadis dengan rambut ponytail, Fuuko-san, berdiri di depan pintu masuk. Atasannya dia memakai replika dari seragam tim di Mayor League Baseball, dan bawahannya dia memakai celana pendek. ...Dan juga, karena hujan, dia jadi basah, membuat lekuk-lekuk tubuhnya dapat terlihat dengan jelas.

Dengan kesan yang merasa cemas, dia menatap wajahku, dan kemudian...,

“Bagaimana kondisimu?”

“Sekarang aku sudah agak baikan. ​​Ngomong-ngomong, k-kau basah kuyup.”

“Yah, kau tahu, di tempat asalku, Seattle, orang-orang jarang menggunakan payung. Ngomong-ngomong...”

Dia memegang kantong plastik, dan di dalamnya ada wadah plastik.

“Tadi aku terlalu banyak membuat bubur, jadi kalau kau mau, kau bisa memakan ini.”
 
“Eh? Kau terlalu banyak membuat bubur?”

“Loh, kan kalau di komik-komik Jepang, orang-orang biasanya akan mengatakan sesuatu seperti ini ketika mereka membawakan makanan untuk orang lain.”

Yah, memang sih, ada juga beberapa orang yang biasanya akan mengatakan “tadi aku membuat terlalu banyak nikujaga”.

Fuuko-san kemudian masuk ke rumahku, menyuruhku berbaring di kasur, lalu mengatakan “Aku akan meminjam pancimu” dan mulai menghangatkan bubur. Aah, gadis cantik bercelana pendek yang sedang bekerja di dapur itu benar-benar pemandangan yang luar biasa. Kakinya yang panjang terlihat sangat indah dan mempesona.

“Maaf membuatmu menunggu.”

Fuuko-san menuangkan bubur ke dalam mangkuk dan kemudian menyuapiku bubur tersebut. Dia bahkan juga menyeka belepotan yang ada di mulutku. Sepintas, dia ini tampak kasar, tapi dia adalah orang yang sangat perhatian.

“Terima kasih atas makanannya.”

“Tidak perlu berterimakasih. ...Aku hanya membalas budi karena kemarin kau merawat Hikari. Tidak hanya merawatnya seperti pria terhormat, kau bahkan sampai membuatkannya sup krim kerang.”

Ntapsssssss!

Kejadian itu mungkin telah meningkatkan kesan baik dari lima bersaudari  itu kepadaku. Aku telah selangkah lebih dekat lagi untuk membentuk harem.

Kemudian, saat aku melihat pakaian Fuuko-san...,

“Itu adalah replika seragam Seattle Mariners, kan?”

“Ya! Ini adalah kebanggaan kampung halamanku. Aku bahkan bergabung dengan tim bisbol Seattle dan bisa bermain di setiap posisi...,  ehh....”

Suara Fuuko-san berangsur-angsur menjadi lebih pelan. Sepertinya, dia teringat kalau aku tidak bisa lagi bermain bisbol.

Ketika tatapannya mengembara dengan canggung, dia melihat poster yang kutempel di dinding.
 
“A-Apa ini? ‘200 kali squat sehari dan lari 10 km.’”
 
Ini buruk..., yah kurasa tidak.

Tidak ada orang yang melihat poster itu akan berpikir ‘dia mencoba membangun stamina sebagai persiapan untuk harem’. Kalaupun ada, maka itu pasti orang yang aneh.

Dan benar saja, Fuuko-san salah paham tentang poster itu.

“Tiger-kun. Mungkinkah, kau masih belum menyerah pada bisbol?”

“...Apa maksudmu?”

“Tidak usah berpura-pura bodoh! Aku sudah melihat videomu ketika kau bermain bisbol, dan penampilanmu itu sangat bagus. Jika kau tidak memiliki begitu banyak gairah untuk bisbol, tidak mungkin kau akan bisa melakukan lemparan yang seperti itu.”

Mendengar kerja kerasku dipuji, dadaku terasa hangat.

Kemudian, Fuuko-san berseru “Ini kan...” saat dia menemukan sarung tangan yang kutaruh di lantai.

Dengan tangan yang gemetar, dia mengangakat sarung tangan itu.
 
“K-Kau bahkan memoles ini dengan sangat berhati-hati... Aku benar-benar bisa merasakan gairahmu untuk kembali bermain bisbol.”

Kalau sudah begini, aku tidak bisa mengatakan padanya kalau aku berniat menjual sarung tangan itu di Mercari.

Melihat ke arah luar jendela, aku mencoba membuat percakapannya jadi masuk akal.

“Itu terserah padamu untuk berpikir apakah aku akan kembali bermain bisbol atau tidak, tapi...”

“Tapi?”

“Aku akan senang jika suatu hari nanti kau bisa menjadi partnerku, Fuuko-san.”
 
“Partner—oh, maksudmu Catcher? Oke, dengan senang hati aku akan menjadi partnermu.”

Di sini aku tidak ada berbohong kepadanya, oke?

[Catatan Penerjemah: 女房, di atas gua artikan sebagai 'partner', tapi itu juga bisa berarti sebagai 'istri' atau 'rekan hidup'.

Terus, kenapa Fuuko salah paham kalau yang dimaksud Makihara Taiga adalah Catcher? Itu karena dalam bisbol, Makihara Taiga bermain sebagai Pitcher, jadi orang yang akan menangkap bola lemparannya jika tidak berhasil dipukul oleh Batter lawan adalah partnernya, yaitu Catcher.]

---

Setelah itu, Fuuko-san menyanyikan lagu pengantar tidur Amerika untuk membuatku tertidur.

“Hush, little baby, don’t say a word...”

Nyanyiannya terdengar menenangkan, dan dirinya yang menepuk-nepuk tubuhku sesuai dengan ritme irama lagunya juga terasa sangat nyaman.

Tapi..., mimpi yang kualami adalah mimpi yang buruk.

Itu adalah pengalaman nyataku ketika aku masih kelas 2 smp.

Seorang anak laki-laki yang satu tahun lebih tua dariku dan ditaksir oleh kakak perempuanku, menyatakan cinta kepadaku. Karena itu, kakakku menjadi marah kepadaku.

Terhadapnya yang terus mengomeliku, aku membalasnnya dengan tenang dan dengan jawab yang masuk akal.
 
[Ini tidak bisa dihindari. Lagian, aku lebih cantik daripada Nee-chan.]

Setelah itu, dengan tongkat pemukul besi di tangannya, kakakku megejarku. Sungguh, maafkan aku, Nee-chan.

“Nee-chan!”

Aku tersentak dari tidurku.

Tubuhku bersimbah keringat, dan saat aku mengatur napasku...

“A-Apa kau baik-baik saja, Tiger-kun?”

Logat itu, ekspresi lembut itu, dan gaun one-piece yang dia pakai. Orang yang duduk di atas bantal di samping tempat tidurku ini adalah...

“Apa kau kepribadian Ai-san?”

“Ya, aku mengganti pakaianku dan mengubah kepribadianku.”

[Catatan Penerjemah: Sekedar info, saat Ai berbicara, di akhir perkataannya dia biasanya akan selalu mengatakan べ (be). Contohnya, うん、着替えてキャラを変えたんだべ (Un, kigate kyara o kaeta nda be) atau, タイガー君、だ、大丈夫だべか? (Taiga-kun, daijobuda be ka?).

Gua gak terlalu tau soal-soal logat atau dialek di Jepang, tapi yang pasti, cara Ai berbicara itu khas dengan logat Jepang.]

Begitu ya, tampaknya Fuuko-san sudah pergi dari sini.

“Tiger-kun, apa kau punya kakak perempuan?”

“Ya, dia tinggal di kampung halamanku yang jauh.”

Kakakku adalah entitas horror yang tidak ingin kutemui.

“Tampaknya tadi kau mimpi buruk, dan kau memanggil kakakmu. Kau pasti kesepian.”

Tidak, aku sama sekali tidak kesepian.

Ai-san sepertinya salah paham, tapi...

“Tiger-kun, kau punya aku disini.”

Sekarang setelah dia mengatakan itu, kurasa aku tidak pelru meluruskan kesalahpahamannya.

Sambil mengepalkan kedua tangannya, Ai-san berseru...

“Aku sudah memutuskan! Tiger-kun, saat kau berada di kota ini, aku akan menjadi kakakmu!”

K-Kakakku?

Ini artinya, apa dia tidak berniat untuk ikut memperebutkanku? Apa aku tidak punya peluang untuk membuatnya bergabung dalam haremku?

......Tidak.

Sebelumnya, Ai-san sempat melakukan percakapan seperti ini dengan Fuuko-san:

 

“Sejak awal, orang yang disukai Tiger-kun adalah Chika-neesan, jadi menurutku itu tidaklah tepat kalau saudari-saudarinya ikut campur.”

“Kau itu selalu merendah ya, Ai.”

 

Ai-san adalah orang yang cenderung merendah... Jika itu masalahnya, dia menolak pemikiran jika mereka bersaudari memperebutkanku, dan mencoba untuk mendapatkan tempat sebagai “Kakakku”. Kuharap apa yang kupikirkan ini memang benar.

Namun, pada akhirnya, sosok [kakak perempuan] itu hanyalah alat untuk improvisasi.

Aku sama sekali tidak akan terkejut jika itu berubah menjadi perasaan cinta. Cepat atau lambat, aku akan membuatnya berubah pikiran.

“Kalau gitu, karena kau sedang sakit dan tidak boleh banyak bergerak, jadi Onee-chan akan mengerjakan tugas-tugas rumah dulu, oke?”

Setelah mengatakan itu, Ai-san mulai bersih-bersih, mencuci pakaian, dan bahkan menyiapkan sarapan untuk besok. Aku yakin, di masa depan nanti dia akan menjadi sosok istri yang sempurna.

Selagi Ai-san masih mengerjakan tugas rumah di rumahku, aku mengajaknya berbicara.

“Ngomong-ngomong, Ai-san, mengapa hanya kepribadianmu saja yang menggunakan logat Jepang?”

Mendengar pertanyaanku, Ai-san berhenti memotong sayuran, dan...,

“Aku tidak mau ibuku merasa sepi.”

“?”

“Kau tahu, awalnya ibuku tinggal di kota Sendai ini, dan kemudian dia kawin lalri dengan ayahku yang merupakan orang Amerika dan mulai tinggal di Seattle.”

Kawin lari. Ini pertama kalinya aku mendengar tentang itu di kehidupan nyata.
 
“Ibuku kadang-kadang merasa sepi. Yah, itu wajar saja, bagaimanapun juga, ibuku meninggalkan kampung halamannya dan tinggal di negeri asing.”

Kemudian, dengan senyum yang seperti malu-malu di wajahnya, Ai-san melanjutkan perkataannya.

“Itulah sebabnya, aku mempelajari logat dari kampung halaman ibuku. Kupikir jika aku bisa berbicara dalam logat kampung halamannya, itu bisa sedikit menyembuhkan rasa sepi yang ibuku rasakan.”

Ah......

Apa dia ini adalah malaikat?

Selain itu, sebelum dia pulang, dia sampai repot-repot berganti pakaikan ke seragam pemandu sorak utuk menari dan menyemangatiku dengan mengatakan “Ayo semangat, jangan kalah sama demammu.”

Sungguh, dia benar-benar malaikat. Aku benar-benar ingin menjadikannya sebagai istriku.
 
Ngomong-ngomong, nama tengahnya Hikari-san adalah [L (Layla)], aku tidak sabar untuk bisa mengetahui nama tengahnya Ai-san, Fuuko-san, dan Maihime-san.

[Catatan Penerjemah: Ngomong-ngomong, namanya tengahnya Chika adalah R (Ruis).]

Tapi tetap saja, baik kemarin dan hari ini, mataku benar-benar dimanjakan.

Kupikir aku telah semakin memperdalam hubunganku dengan lima bersudari itu.

Dua minggu lagi, festival budaya sekolah akan diselenggarakan. Melalui persiapan untuk festival itu, aku akan membuat kami jadi lebih mengenal akan satu sama lain lain lagi!



8 Comments

  1. Kurasa si Ai pake Dialek Sendai min
    Sc : Google (PDF)

    ReplyDelete
  2. Nyesel gw GK baca dari awal,Pas Baca yang ini jadi bingung

    ReplyDelete
  3. Gw suka MC yg kek gini nih gamilih milih🤣

    ReplyDelete
  4. Mc nya ini, tidak main-main alias tidak naif 😅

    ReplyDelete
  5. Mantap mc ginian, ngk kek futatod yg milih aatu doang

    ReplyDelete
  6. Entah kenapa gua berpikir kalo ibu ni kembar Lima hasil dari nge-NTR orang

    ReplyDelete
Previous Post Next Post