[LN] Because I Like You Volume 1 - Bab 11

Bab 11
Hari Pertama Kemah Pelatihan Ekstrakulikuler ②
Waktunya Memasak


Sesampainya di tempat tujuan, kami di suruh berkumpul dengan membawa barang bawaan kami di sebuah tempat bernama Manor House untuk mendengarkan pengarahan tentang fasilitas ini dan acara-acara yang akan dilakukan hari ini.

Pertama-tama, kami akan pindah ke pondok tempat kami akan menginap, beristirahat sebentar di sana dan membongkar barang bawaan. Satu jam kemudian, kami disuruh berkumpul lagi di Manor House untuk menerima pengalaman budaya Inggris yang dijadwalkan. Lalu, setelah makan malam dan waktu bebas, kami akan tidur pada  pukul 22:00

Ngomong-ngomong, kalau aku harus menjelaskan tempat sepati apa Manor House itu, maka sederhanya tempat ini bisa dibayangkan mirip seperti Sekolah Sihir Hogwarts. Tidaklah berlabihan untuk mengatakan bahwa kafetaria dan ruang pembelajaran tempat siswa-siswi akan berkumpul merupakan replika dari dunia itu. Apalagi, di dalam lemari yang ada di pondok, ada jubah seperti yang mereka kenakan. Sungguh, ini adalah replika yang sempurna.

“Pengalaman budaya Inggris yang akan kita lakukan nanti adalah memasak, kan? Aku penasaran tentang apa yang akan kita masak nanti. Bikin gak sabaran ya, Yuya.”

“Di sini tertulis kalau schone atau shortbread lah yang akan kita masak. Dan tampaknya saat itu juga mereka akan langsung menilanya. Cuman masalahnya, mereka akan menjelaskan langkah-langkahnya dengan menggunakan bahasa Inggris, jadi ini akan sulit.”

Salah satu nilai jual utama dari fasilitas ini adalah pengalaman budaya Inggris, tapi instrukturnya adalah orang asing dan semuanya dilakukan dalam bahasa Inggris. Kalau kau mau berkomunikasi, maka kau harus menggunakan bahasa Inggris tidak peduli seberapa buruknya bahasa Inggris-mu.

“Yah, soal itu kita serahkan saja pada Kaede-san! Dia sangat percaya diri dalam hal ini, jadi kita pasti akan baik-baik saja. Jadi, bawa santai aja.”

Setelah mengganti seragam kami menjadi pakaian yang lebih nyaman, aku dan Shinji memutuskan untuk bersantai di ruang tamu pondok. Waktu saat ini tepat sebelum pukul 14:00, dan sekarang teman seruangan kami sedang menonton tayangan ulang drama detektif saat mereka duduk di sofa.

“Oh, Higure dan Yoshizumi. Ayo kita nonton sama-sama.”

“Aku sih pengennya nonton siaran yang lain..., toh aku sudah menonton ini berkali-kali...”

Mememgang remot di dadanya, Daichi Mohgi menanggapiku, “Kalau emang gitu ya tonton lagi aja!”. Dia adalah anggota klub bisbol, tapi kepalanya tidak botak. Pelatih klubnya berpikir bahwa jika dia bisa menang dengan kepala bota, maka dia tidak akan mendapatkan masalah. Dia punya pacar yang merupakan junironya di SMP dan akan memasuki SMA kami tahun ini.

Di sisi lain, orang yang dengan enggan menyerah untuk menonton siaran yang ia inginkan setelah Mogi mengambil remot darinya adalah Minato Sakaguchi. Dia memakai kacamata dan memiliki rambut keriting yang alami, serta seorang yang sedikit canggung, tapi dia memiliki pengetahuan yang luas. Dia disebut-sebut sebagai karakter utama dalam cerita romcom karena punya pacar yang merupakan teman masa kecilnya yang saat ini bersekolah di SMA yang berbeda.

“Kalian berdua nanti akan ikut kegiatan memasak, kan? Bukankah diantara para pria di kelas kita cuman kalian aja yang memilih memasak?”

Bacot. Kami tidak punya pilihan lain karena Kaede-san dan Otsuki-san mengatakan bahwa memasak lebih bagus. Aku dan Shinji sih pada dasarnya tidak keberatan karena kami tidak terlalu peduli tentang itu, tapi ketika kami membuka pintu saat pengarahan, kami dibuat terkejut dengan persentase perempuan yang sangat tinggi, atau mungkin lebih tepatnya tingakt persentas pasangan yang sangat tinggi.

Ngomong-ngomong, Nikaido memilih untuk memilih untuk mengikuti pembelajaran percakapan bahasa Inggris. Pas aku tanya dia kenapa dia memilih mengikuti itu, dia menatapku dengan mata dingin yang membekukan segala sesuatu yang dipandangnya, lalu kemudian melontarkan satu kalimat:

[Aku gak mau berada di tengah-tengah para kekasih tolol.]

Mendengar dia yang mengatakan itu, sontak saja aku langsun meminta maaf. Saat itu dia benar-benar menakutkan sampai-sampai lebih pantas disebut sebagai raja iblis daripada pangeran.

“Kalau tau begini, harusnya aku memilih memasak juga. Bagaimanapun juga, aku tidak tahu apa aku akan memiliki kesempatan lagi uuntuk melihat penampilan Hitotsuba-san mengenakan celemek.”

Sayang sekali, Mogi. Kalau cuman itu sih aku sudah sering melihatnya mengenakan celemek yang imut. Dan tidak hanya sekadar itu saja, dia bahkan memasak untukku. Dan setiap kali aku melihat dia yang seperti itu, ada kesan seorang istri baru dari dirinya yang membuatku jadi merasa bahagia.

“Bajingan kau Yoshizumi! Aku akan menanyakan banyak tentang Hitotsuba-san padamu nanti, jadi sebaiknya kau mempersiapkan dirimu!”

“Mogi..., aku tidak bermaksud buruk di sini, tapi tentang itu, kusarang supaya kau lebih baik jangan tanyai dia...”

“Hah? Apa maksudmu Higure?”

“Yah... gimana yang aku harus mengatakannya... mungkin kau akan mati saat mendengarnya cerittanya karena kelebihan gula dan merasa kesatikan serta putus asa. Sebagai orang yang pernah mengalami itu, anggap saja ini adalah nasihat dariku.”

Entah apakah karena merasakan sesuatu dari ekspresi tragi dan nasihat yang terdengar berbahaya dari Shinji yang dikenal sebagai kekasih tolo, Mogi segera menganggukkan kepalanya. Sip lah, dengan ini kupikir aku akan bisa menghindari masalah yang tidak perlu. Kau juga jangan tanya-tanya loh ya, Sakaguchi.

Tapi ngomong-ngomong, bukankah caramu mengatakannya tadi itu terlalu buruk, Shinji? Memangnya kapan aku mendorongmu ke dalam keputusasaan? Lagian kau seperti itu sebagian besarnnya karena salahmu sendiri.

“Bacot. Memangnya kau mengerti perasaanku dan Akiho yang ketika kalian secara alami memberitahu kami kalau kalian akan suap-suapan? Pikirkanlah perasaanku dan Akiho yang diperlihatkan suasana stoberi itu! Itu terlalu manis sampai-sampai membuat kami jadi mulas!

Apaan sih?! Memangnya itu salah ya? Lagian sejak awal itu karena kalian membuat pernyataan radikal tentang mau suap-suapan dan tidak melakukan itu di depanku! Jadi sekarang jangan malah salahin aku, kekasih tolol!

“Aku mengerti... Aku mengerti dengan sangat baik. Ini artinya Yoshizumi dan Hitotsuba-san begitu kasmaran sampai-sampai Higure yang disebut sebagai kekasih tolol bilang begitu. Benar begitu, kan?”

“Ya. Maaf, tapi lebih baik tidak usah terlalu mengungkitnya. Tapi yah, kalau kau benar-benar ingin bertanya dan mendengarnya, aku tidak menghentikanmu...”

Sepertinya Mogi memutuskan untuk diam dan berkonsentradi pada TV setelah menerima nasihat dari Shinji. Di sisi lain, mungkin tidak tertarik dengan percakapan kami, Sakaguchi hanya fokus menonton TV tanpa memperhatikan kami.

“Nah, saat ini kita masih punya banyak waktu, tapi mungkin lebih baik kita menunggu duluan di Manor House. Aku ingin segera bertemu dengan Akiho, dan kau sendiri pasti juga ingin ngobrol-ngobrol dengan Hiotsuba-san, kan?”

Dia benar. Aku mungkin bisa menghabiskan waktu di sini, tapi aku ingin bersama Kaede-san jika mungkin. Dengan pemikiran itu, aku mengirimi Kaede-san pesan, dan segera aku langsung menerima balasan darinya. Tampaknya, Kaede-san juga merasakan hal yang sama sepertiku. Aku senang.

“Baiklah, aku dan Yuya akan pergi duluan, jadi tolong kunci pitunya.”

Dengan wajah yang terlihat cemberut, Mogi menjawab “Ya”, dan dengan begitu, aku dan Shinji meninggalkan pondok.

---

“Yuya-kuuuuuuun! Di sini!”

Mengalihkan pandanganku ke arah suara yang memanggil namaku, kulihat Kaede-san melambai-lambai kepadaku sambil tersenyum lebar. Kuperhatikan, dia juga mengganti seragamnya menjadi pakaian kasual yang terlihat lebih mudah untuk bergerak, yaitu kombinasi sweter rajut panjang dengan warnya yang kalem dan rok lipit. Roknya yang tampak berkibar-kibar saat dia bergerak membuatnya terlihat lucu.

“Gimana? Apa pakaian ini imut?”

Meletakkan tangannya di pinggan, Kaede-san berpose layaknya model. Sungguh, seperti yang bisa diharapkan dari gadis yang memenangkan Kontes Wanita SMA nasional, posturnya itu sangatlah mengesankan.

“Tentu saja, pakaian itu imut dan cocok untukmu. Kau terlihat dewasa sampai-sampai sulit dipercaya kalau kita ini sama-sama anak SMA.”

“Isshh, Yuya-kun, apa maksudnya itu? Apa itu artinya aku sudah tua?”

Lah? Kok malah ditafsirkan seperti itu? Aku kan cuman bilang kalau  kau terlihat dewasa, aku tidak pernah bilang kau sudah tua. Malahan, kau yang terlihat dewasa dan cantik itu membuatku jadi merasa deg-degan, dan jika kita berjalan berdampingan, kita pasti akan terlihat seperti pasangan yang berbeda usia, kan? Dan kalau sudah seperti itu, sebagai pacarmu, bisakah aku minta dimanja karena lebih muda?

“Isshh... kalau gitu bilang dari awal dong. Hmm, aku jadi pacarmu yang usianya lebih tua, ya? Ehehe, itu terdengar bagus.”

Sial, ini gawat. Seringai yang muncul di wajahnya itu menandakan kalau dia sedang membayangkan sesuatu yang buruk. Dalam benaknya saat ini, dia pasti sedang membayangkan adegan dimana dia sebagai wanita yang lebih tua sedang memanjakan serta menggodaku yang lebih muda.

Kemudian, dengan perlahan, Kaede-san mendekatiku yang membuatku sontak bersia-siap untuk bertempur. Ngomong-ngomong, karena ruang pembelajaran di sini berbentuk seperti tangan, jadi tak pelak saat ini aku menatap Kaede-san dari bawah.

“Hei... Yuya-kun, gak apa-apa loh kalau kamu mau Onee-san manjain kamu sepuas mungkin?”

Mendekakan wajahnya ke telingaku, dia kemudian membisikkan itu dengan suara yang manis dan diakhirki dengan menghembuskan nafasnya padaku. Karena nada suaranya memiliki kesan berkilau dan dewasa yang berbeda dari biasanya, itu membuat seperti ada arus listrik yang mengalir di tubuhku dan mengakibatkan tubuhku jadi bergetar. Pipiku terasa panas, jantungku berdegub kencang, dan bahkan napasku sampai menjadi tidak teratur.

“Kade-san?! Apa-apaan yang tadi itu?! Aku jadi terkejut, tau?!”

“Habisnya tadi kau menampilkan raut wajah yang seperti ingin dimanjakan oleh seorang Onee-san, makanya aku melakukan itu, atau apa itu gak boleh?”

Sangat boleh! Dan sejujurnya, terima kasih banyak! Eh, entar, apa sih yang kupikrikan! Jangan terbawa suasana. Kalau aku tidak menunjukkan sikap yang tegas di sini, Kaede-san akan melanjutkan gelombang serangan kedua.

“Kalau gitu... saat kemah pelatihan ini selesai... aku akan sangat-sangat memanjakanmu!”

Kaede-saaaaaaan! Kekuatan penghancur dari tindak lanjutmu itu terlalu luar biasa! Tolong jangan menggodaku menggunakan cara yang tidak senonoh dengan meletakkan tanganmu di bahuku dan memelukku! Jantungku bisa-bisa jadi meledak dan akal sehatku jadi runtuh.

Menelan air liurku, aku segera memikirkan kata-kata untuk membuat Kaede-san yang menunjukkan senyuman misterius dan sikap penuh kemenanngan menjadi terkesiap.

“Kau bisa menyerahkan segala sesuatu pada Nee-san, Yu-kun. Kakakmu ini akan memberikanmu banyak cinta.”

“K-Kaede-san, kau ini kenapa sih? Dari tadi kau terus-terusan bersikap aneh?!”

“Eh? Aku tidak bersikap aneh kok? Aku kan cuman sangat cinta sama kamu, Yuu-kun. Memangnya itu gak boleh ya?”

Kalau terus begini, bisa-bisa aku akan ditelan oleh kasih sayangnya Kaede-san. Dan lagi, karena jarak tubuh kami sekarang sangat dekat, aku jadi ingin lebih mencondongkan diriku sedikit ke arahnya dan menggantungkan kepalaku di atas buahnya yang ditekankan oleh sweter rajutnya. Itu tidak apa-apa, kan? Tidak apa-apa, kan?

“Nah!  Maaf mengganggu kegembiraan kalian, tapi cukup sampai di sana! Bisa-bisa aku akan mati medadak karena kelebihan gula melihat dimensi kalian berdua yang terlalu manis.”

“Dia benar, Yuya. Aku bisa mengerti perasaanmu, tapi kau harus bisa sedikit mengendalikan dirimu.”

Otsuki-san menarik Kaede-san, dan Shinji mencengkran leherku dulu baru menarikku. Aku ingin mengeluh tentang apa yang dia lakukan itu, tapi ketika aku memikirkannya dengan tenang, yang tadi itu memang berbahaya. Untungnya, selain kami berempat, saat ini di sini cuman ada instruktur asing dari staf fasilitas.

“Kaede-chan! Tidak peduli seberapa besar kau mencintai pacarmu, kau tetap harus tahu waktu, tempat, dan kesempatan! Yang barusan kau lakukan tadi itu terlalu berlebihan! Jadi kau harus merenungkan itu!”

“...Ya, akan kurenungkan...”

Diceramahi oleh Otsuki-san, Kaede-san tampak murung. Nah, aku tidak berpikir kalau Otsuki-san yang sudah sejak lama disebut kekasih tolol berhak mengatakan sesuatu seperti itu, tapi dia memang benar kalau tadi Kaede-san terlalu berlebihan.

“Yah, kurasa aku tidak bisa menyalahkannya juga. Sekalipun ini bukan rumah, ini juga bukan sekolah. Jadi aku yakin Hitotsuba-san agak terbawa suasana.”

“Kurasa begitu. Lagian kadang-kadang memang ada momen-momen seperti ini...”

Yah, sebenarnya sih menurutku itu aneh untuk mewajarkan hal tersebut. Tapi yah, kalau saja ini terjadi di rumah, mungkin sekarang aku sudah memeluk Kaede-san dengan sekuat tenaga.

“Apa dengan begini hari dimana kita bisa kencan ganda akan tiba dalam waktu dekat?”

“...Berisik.”

Kencan ganda sih kedengarannya tidak buruk, tapi aku maunya kami menghabiskan waktu yang berharga berduaan saja. Tapi yah, tidak mungkin aku bisa mengatakan hal seperti itu, jadi aku berulang kali menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan jantungku yang berdegub kencang.

“Ugh... Akiho-chan mengangguku, Selamatkan aku, Yuya-kun!”

Tampaknya, ceramahnya Otsuki-san pada Kaede-san masih berlangsung.

“...Kau menuai apa yang kau tanam, Kaede-san.”

Nah, yang tadi itu sangat mendebarkan, dan kupikir di lain waktu aku ingin melakukannya saat kami berduaan aja.

---

Aku, Kaede-san, Shinji, dan Otsuki-san sedang membuat scone.

Menguleni adonan untuk scone dengan terampil, Kaede-san menunjukkan senyuman yang menawan dalam penampilan mengenakan celemek yang diberikan padanya.

Di sini harusnya masing-masing dari kami berkonsentrasi pada pekerjaan kami, tapi aku dan Shinji cenderung berhenti bekerja saat melihat dua orang yang sedang bekerja di depan kami terlihat sangat akrab dan begitu menghangatkan hati. Sungguh, aku sangat ingin melihat pemandangan ini selamanya.

“Fufufu, ada apa, Yuya-kun? Apa kau terpesona olehku?”

“Shin-kun, kau terpesona olehku?”

Benar saja, kedua gadis itu sontak mengungkit topik tersebut dengan seringai di wajah mereka. Dalam situasi seperti ini, tidak mudah untuk menghadapi Kaede-san. Habisnya, dia akan terus menatapku sampai aku menjawabnya, dan kalau aku tidak menjawab karena malu, dia malah akan menangis dan merajuk. Itu sebabnya, dengan segera aku langsung mengibarkan bendera putih.

“Yah, begitulah. Kalian berdua tampak begitu bersenang-senang, jadinya kami berdua dibuat terpesona. Apa itu hal yang buruk untuk terpesona?”

“Hah? Yuya? Apa yang kau bicarakan? Aku tidak——“

Diamlah, Shinji! Biar aku saja yang menangani ini dan kau cukup diam serta anggukan saja kepalamu!  Di sini kita lebih baik jujur daripada daripada topik ini dibawa lebih jauh dan membuat mereka terus menggoda kita.

“B-Begitu ya... itu sama sekali bukan hal yang buruk kok...”

“J-Jadi Shin-kun juga punya sisi yang sepreti itu ya! Ahaha... aku baru tahu.”

Lagian, memangnya ada pria yang tidak akan terpesona saat melihat ekspresi spesial seorang gadis yang hanya bisa dilihat di tempat ini, apalagi, itu berbeda dengan senyuman yang si gadis biasanya selalu tunjukkan. Kalau memang ada, maka mata pria itu pasti berlubang,

“K-Kaede-chan... pas aku mendengarnya di bus tadi, aku sempat memikirkan ini, apa Yoshi itu orang yang selalu berbicara seperti ini? Bukankah itu berbahaya?”

“Jadi kau akhirnya mengerti ya, Akiho-chan... Ya, kau benar. Yuya-kun adalah orang yang lugas. Dia dengan lugas akan mengatakan hal-hal yang biasanya memalakukan untuk dikatakan. Dan gara-gara dia yang seperti itu, aku selalu sulit dalam menghadapinya.”

Apa sih maksudmu, Kaede-san? Emangnya salah ya bersikap jujur mengatakan bahwa aku terpesona? Dan lagi, ada satu hal yang menggangguku. Apa yang kalian berdua dengarkan di dalam bus?

“...Yuya, mungkin sudah saatnya kita diam?”

Shinji menunjukkan senyum padaku, tapi sekalipun wajahnya tersenyum, namun matanya tidak. Selain itu, bang, dia yang lagi membanting adonan itu nakutin cuk, jadi kuharap dia bisa tidak membantingnya.

“Kalau kau diam dan terus bekerja, maka aku akan berhenti membantingnya.”

“Astaga, memagnya apa sih yang kulakukan...”

Aku gak tahu dia kenapa, tapi aku tahu kalau aku membuat Shinji semakin marah, maka aku akan beradalam dalam masalah serius, jadi aku memutuskan untuk tutup mulut dan berkonsentrasi pada pekerjaanku.

Tapi kemudian, terdengar gumaman-gumaman dari gadis-gadis lain yang ada di tempat ini.

[Enak banget ya jadi Hitotsuba-san. Aku juga mau diungkapkan dengan lugas seperit itu.]

[Yoshizumi-kun keren banget berani mengatakan sesuatu seperti itu tanpa ragu-ragu...]

Di sisi lain, aku juga bisa menengar ratapan anak laki-laki yang menyatakan kekalahan.

[Mana bisa aku melakukan sesuatu seperti itu... Malahan, aku justru akan mati karena terlalu malu...]

[Jadi ini ya keterampilkan dari pria yang membuat siswi SMA terimut di Jepang jatuh cinta... Aku benar-benar tidak bisa melakukan itu.]

“Enjoying you youth now.”

Setelah mendapat tepukan dari instruktur, aku memutuskan untuk diam sampai scone-nya selesai dibuat.

---
 
"Haah... ini hari yang melelahkan..."

Saat ini, aku berada di pondok dan lagi duduk sofa sambil meregangkan tubuhku. Suara krak, krak, krak bisa terdegar saat aku menggerak-gerakkan leherku. Aku tidak menyangka akan semeleahkan ini hanya karena melalui perjalan selama beberapa jam serta membuat kue. Biasanya, di saat-saat seperti ini aku akan pergi berendam dengan santai di bak mandi. Namun sayangnya, fasilitas ini tidak memiliki bak mandi yang besar, melainkan hanya menyediakan bak mandi unit yang tidak bisa kugunakan untuk menyingkirkan kelelahanku.

“Aku ingin pulang secepatnya dan pergi mandi...”

Ngomong-ngomong, saat ini cuman aku aja yang ada di pondok ini. Shinji bilang dia mau berbicara (bermesraan) dengan Otsuki-san, jadi dia pegi, sedangkan Mogi dan Shinji pergi ke pondok anak laki-laki lain untuk bermain. Sebenarnya aku juga ingin ngobrol-ngobrol dengan Kaede-san, tapi sepertinya dia memiliki sesuatu yang harus dia lakukan. Itulah sebbanya, aku ditinggal sendirian di sini.

“Yah, yang pasti... besok...”

Pertempuran yang menentukan akan berlangsung akan satu hari lagi. Mengamati langit berbintang setelah makan malam. Saat itulah takdirku akan diputuskan. Shinji bilang padaku, “Mengapa kau begitu taku pada pertempuran yang hasilnya sudah bisa dipastikan?”, tapi meski begitu, aku masih tetap merasa gugup. Bagaimanapun juga, ini adalah pertama kalinya aku akan mengungkapkan perasaanku pada seorang gadis secara langsung.

“Haah... sepertinya malam ini aku tidak akan bisa tidur...”

“——Apa tanpaku kau merasa kesepian dan jadi tidak bisa tidur?”

Ya, itu benar. Kalau ada Kaede-san di sampingku, mungkin aku akan bisa tidur dengan nyenyak. Malahan, akan lebih mantap lagi kalau aku bisa memeluknya layaknya bantal.

“Aku juga... aku merasa kesepian dan tidak akan bisa tidak kalau gak ada kamu...”

Eh, entar dulu, aku lagi bicara sama siapa?  Saat aku berpikir seperti itu, kusadari diriku diselimuti oleh perasaan menggoda dan aroma jeruk yang lembut. Saat aku mendongak, aku melihat ada Kaede-san.

“Eh? Kok kamu ada di sini, Kaede-san?”

“Fufufu, memangnya tidak boleh kalau aku ke sini? Aku ke sini karena aku mau ketemu sama kamu.”

Aku senang karena kau mau menemuiki, tapi bukankah itu hal yang buruk untuk datang menemuiku di pondok? Selain itu, bukanlah itu curang kalau kau menyelinap dan memelukku dari belakang seperti ini?

“Emangnya gak boleh ya? Malam ini aku akan tidur tanpa kamu memelukku, jadi aku mau mengishi bahan Yuya-kun selagi aku bisa.”

Kekuatan Kaede-san yang memelukku semakin erat, membuatku dengan lembut menyentuh lengannya dan memutuskan untuk menyerah pada sentuhan yang manis ini. Lagian, aku juga ingin memeluk Kaede-san.

“Ini terasa menenangkan. Seperti yang kupikirkan, aku tidak bisa mengakhiri hari tanpa memelukmu.”

“Ya... aku juga... erm... aku juga saat kau memelukku, Kaede-san.”

Buset dah, apa-apaan dengan situasi yang membuatku berdebar-debar seperti ini? Bukannya pria lah yang harusnya melakukan pelukan kejutan! Harsunya aku lah yang memeluk Kaede-san dari belakang, tapi kenapa malah aku yang dipeluknya?! Tapi meski begitu, seperti ini juga terasa menyenangkan.

“T-Terima kasih... aku juga... aku suka sekali saat memelukmu dengan erat! Ahaha, aku jadi malu saat aku menyadari hal tersebut.”

Astaga, jangan katakan itu dengan wajah yang merona, Kaede-san! Itu benar-benar memalakukan, tau?!

Tapi sekalipun aku berpikiran seperti itu, dia tidak menunjukkan tanda-tanda kalau dia akan melepaskanku, malahan dia semakin memelukku dengan erat. Namun, eratnya pelukannya itu tidaklah terasa menyakitkan, justru itu terasa nyaman.

“Hei, Yuya-kun. Tadi aku mendengarkan gumamanmu, apa besok kau akan melakukan sesuatu?”

Sambil mendekatkan wajahnya ke telingaku, Kaede-san menanyakan itu. Matanya tampak lembut, tapi sudut bibirnya terangkat layaknya iblis kecil yang tersenym. Jadi dia mendengarkan ketika aku bergumam sendirian, ya?

“Ngomong-ngomong, besok akan ada pengamatan langit berbintag, kan? Apa di saat itu kau akan memberikanku kejutan?”

“Yah, tentang itu... kau akan mengetahuinya besok...”

Sambil memalingkan wajahku darinya, aku menjawabnya seperti itu. Lagian, mana mungkin aku bisa memberitahunya sekarang kalau besok, di bawah langit berbintang, aku akan mengungkapkan perasaanku kepadanya.

“Fufufu, kalau gitu aku akan menantikan kejutan besok.”

Mengatakan itu, Kaede-san mencium pipiku dan kemudian melepaskan pelukannya. Aku agak sedih dengan hilangnya kehangatan dari dirinya, namun sentuhan lembut di pipiku mengirimkan kepanikan ringan ke kepalaku.

“Oke! Bahkan Yuya-kun sudah diisi ulang sampai penuh! Dengan begini, sekarang aku akan bisa tidur dengan nyenyak!”

Kau mungkin bisa tidur nyenyak, tapi ciuman kejutanmu itu membuatku merasa begitu deg-dengan hingga aku tidak akan bisa tidur.”

“Eheheh, sebaiknya aku segera kembali. Aku juga menantikan untuk bermain ski besok! Baiklah, selamat malam.”

“Y-Ya... selamat malam, Kaede-san.”

Dan dengan begitu, Kaede-san meninggalkan pondok layaknya angin, di sisi lain, aku merosot di sofa sambil mengusap pipiku yang barusan dicium.

“Menciumku secara tiba-tiba itu curang tau’, Kaede-san.”



10 Comments

  1. Taik, pasangan kampret. Diabetes gua.
    Btw, makasih min! Mantap, sehat terus!

    ReplyDelete
  2. Yah aku akhirnya paham apa yang dirasakan Shinji kepada yuya saat ngobrol tentang pacarnya... Karna temen gw punya pacar Dan dia cerita tentang pacar nya.....Jadi Dejavu

    ReplyDelete
  3. Bisa-bisa gua diabetes nih, kalau asupan gulanya kebanyakan.


    Ditunggu kelanjutannya min, semangat update nya

    ReplyDelete
  4. Gg mkasih updatenya min sehat sehat selalu

    ReplyDelete
Previous Post Next Post