[LN] Because I Like You Volume 1 - Epilog

Epilog


Aku dan Kaede-san terus memandangi langit berbintang hingga menit-menit terakhir.

Tentunya, sepanjang waktu itu kami terus bergandengan tangan. Mulutnya berkedut tidak puas atas hal ini, tapi kalau-kalau ada orang yang datang, akan memalukan jika saat itu kami masih saling berpelukan.

“Isssh..., kau harus pastikan kalau kau akan menebus ini, oke?”

“...Iya, iya, aku akan menebusnya saat kita pulang.”

Justru di sini aku lah yang ingin memintanya untuk membiarkanku memeluknya sesuka hatiku. Hanya dengan merasakan panas dan aroma tubuhnya saja, aku jadi begitu bahagia sampai-sampai ingin tertidur apa adanya seperti itu.

“Oh iya..., malam ini aku mau tidur sama kamu. Kau satu kamar dengan Higure-kun, kan? Nah, karena aku sekamar dengan Akiho-chan, tidak bisakah kita bertukar kamar secara diam-diam? Dengan begitu, masing-masing dari kita akan bahagia!”

Memang sih, kalau kami bertukar kamar secara diam-diam, kami tidak akan ketahuan. Dan sekalipun ada pematrol yang datang, aku bisa memberitahu mereka kalau Shinji terlalu lelah hingga dia tertidur pulas. Tapi——

“Aku pribadi sangat-sangat ingin melakukan itu, tapi gak bisa. Sekalipun Shinji dan Otsuki-san setuju, aku akan dengan tegas menentangnya. Aku tidak akan menerimanya.”

“Loh kenapa? Apa kau tidak mau menghabiskan malam bersamaku?”

“Bukannya begitu. Kalau bisa, aku pribadi maunya tidur di ranjang yang sama denganmu seperti biasanya, apalagi di hari-hari seperti ini. Cuman, aku gak suka kalau ada pria selain aku yang melihatmu..., erm...., melihatmu yang mengenakan piyama...”

Itu memang mungkin untuk bertukar kamar tanpa memberitahu Mogi dan Sakaguchi, tapi bagaimana jika mereka tiba-tiba masuk ke kamar begitu saja? Bisa-bisa penampilan Kaede-san yang mengenakan piyaman akan mereka lihat, dan aku tidak mau kalau itu sampai terjadi.

“Cuman aku satu-satunya pria yang boleh melihat penampilanmu saat mengenakan piyama. Sekalipun itu adalah Shinji yang merupakan sahabatku, itu tetap tidak boleh. Apalagi kalau Mogi dan Sakaguchi, itu tidak perlu ditanya lagi apakah boleh atau tidak. Selama ada kemungkinan seperti itu, aku menentang ini dengan tegas. Maaf ya, Kaede-san.”

“...Yuya-kun, mungkinkah kau ini sebenarnya posesif?”

“Begitukah? Tapi bukankah itu wajar untuk berpikir bahwa cukup kau saja satu-satunya orang yang tahu betapa cantiknya orang yang kau sukai?”

Mungkin memang benar jika ini disebut posesif, tapi bukankah semua pria seperti itu? Aku sangat yakin ada sisi dari Otsuki-san yang hanya diketahui oleh Shnji dan tidak akan dia tunjukkan atau beritahukan kepadaku. Jadi, dalam masalah ini poinnya sama saja.

“Ishh..., kau ini benar-benar orang yang lugas, ya. Itu curang tau’ membuatku jadi deg-degan begitu saja seperti ini. Tapi..., yah, aku sendiri juga tidak mau ada pria lain yang melihat penampilanku mengenakan piyama selain kamu. Lagian, itu adalah penampilanku yang tidak berdaya.”

Mengatakan itu, dia kemudian memeluk lenganku.  Seyumannya bersinar secerah bintang di langit malam. Dan saat melihat senyumnya itu, secara naluriah tanganku menghampiri rambut hitam mengkilapnya yang sehalus pasir yang tidak bisa tersangkut di jemariku, dan sensasinya begitu enak ketika dibelai.

“A-Ada apa Yuya-kun? Kenapa kau tiba-tiba membelai kepalaku?”

“Apa kau tidak menyukainya? Aku akan berhenti melakukannya kalau kau memang tidak menyukainya...”

“Tidak! Jangan berhenti! Justru aku maunya kau lebih banyak membelaiku! Rasanya begitu hangat dan menyenangkan saat kau membelaiku seperti ini.”

Mengakan itu, dia kemudian tertawa dengan nakal.

Astaga, dia ini imut sekali! Kalau seperti ini, aku jadi ingin memeluknya!

“Hei, Yuya-kun, apa kau hanya akan membelai rambutku? Sebelum kita kembali..., aku mau kau menciumku lagi.”

“...Mm, aku juga ingin menciummu.”

Perlahan, jarak di antara wajah kami menjadi semakin dekat. Memejamkan mataku, aku hendak menindihkan bibirku di bibir Kaede-san yang lembut dan seksi, tapi kemudian——

“Oh, mereka ada di sini! Ahh...”

“Akiho! Jangan berlari seperti itu, bahaya tau! Ahh...”

Pasangan kekasih tolol tiba-tiba muncul, membuatku dan Kaede-san segera berpisah dengan panik. Bangsatlah kalian ini! Padahal tadi itu momen yang begitu bagus, bisa gak sih jangan ngeganggu!

“Ini sudah hampir waktunya untuk kembali, jadi kami berpikir untuk menjemput kalian, tapi..., aku tidak menyangka kalau kau seberani ini, Kaede-chan...”

“Dasar Akiho-chan bodoh! Padahal tadi itu benar-benar momen yang bagus, tau?! Mengapa kau malah mengganggu momen terbaik ciuman bahagiaku dengan Yuya-kun?!”

Saat Otsuki-san menghela napas dan menggeleng-gelengkan kepalanya, Kaede-san langsung menhampirnya lalu memegang bahunya dan menggoyang-goyangkannya sebagai bentuk protes. Bagus, Kaede-san, pertahankan seperti itu!

“Dari kelihatannya, tampaknya kau berhasil menyampaikan perasaanmu dengan baik, Yuya.”

“Yah, begitulah. Tapi setidaknya pikirkanlah sedikit tentang timing-nya. Jangan mengganggu kami di momen-momen yang terbaik seperti ini?!”

“Hahaha, kurasa aku harus minta maaf soal ini.”

Yah, yang tadi itu harusnya menjadi ciuman ketiga kami, jadi kurasa aku masih bisa memaafkannya. Tapi jika saja yang tadi itu akan menjadi ciuman pertama kami, sekalipun dia adalah sahabatku, aku tidak akan pernah memaafkannya. Bagaimanapun juga, itu adalah kenangan yang akan selalu kukenang seumur hidupku.

“Whoa, Yuya, kau ini adalah orang akan melakukan apa yang kau katakan, bukan? Aku akan berhati-hati mulai sekarang.”

“Kaede-chan, aku bisa mengerti perasaanmu. Yah, kurasa wajar kalau kau seperti ini, karena begitu kau menciumnya, kau akan sangat bahagia dan ingin menciumnya lagi dan lagi. Apalagi Yoshi mengungkapkan perasaanya padamu di bawah langit berbintang seperti ini, suasananya akan menjadi semakin bergairah.”

Mata Shinji membelalak terkejut, dan Otsuki yang dicengkram bahunya dan digoyang-goyangkan menjelaskan perasaannya dengan tatapan penuh pengertian. Dan untuk Kaede-san, dia merubah targetnya dari Otsuki-san menjadi diriku dan memukulku dengan lemah saat ekspresi wajahnya merona.

“Issh! Kenapa kau malah tidak mengatakan apa-apa, Yuya-kun? Apa kau tidak malu?”

“M-Maaf, tentu saja aku merasa malu, tapi sekarang emosiku condong ke rasa kecewa karena tidak bisa menciummu...”

“Uggh..., aku benar-benar tidak mengalahkan orang yang lugas sepertimu...”

Kaede-san meletakkan wajahnya di dadaku tanpa daya, dan aku pun membelai kepalanya dengan lembut.

“Hei, Shin-kun. Saat ini aku lagi ngelihat Yoshi sedang membelai kepalanya Kaede-chan dengan begitu alami, tapi apakah ini adalah mimpi?”

“Sayangnya ini adalah kenyataan, Akiho. Dan seperti inilah Yuya saat dia bersikap lugas, meskipun aku sendiri tidak menyangka kalau akan sampai sejauh ini...”

Shinji sialan itu, bisakah dia tidak mengatakan apa pun yang dia ingin katakan? Apa sebegitu tidak biasanya kalau aku membelai kepalanya Kaede-san? Bukankah tidak masalah kalau cuman membelainya? Soalnya wajahnya ketika dia dibelai itu sangatlah imut, tau?!

“Y-Yuya-kun, kalau terus seperti ini bahkan aku pun akan merasa malu...”

“Mmm..., biarkan aku membelaimu sedikit lama lagi, apa gak boleh?”

“Ugh..., tidak apa-apa...”

Sipp, karena ada izin dari Kaede-san, jadi aku bisa membelainya sebanyak yang kumau.

Hm? Apa-apaan dengan ekspresimu itu, Shinji? Apa kau mencoba mengganggu kami?

“Aku tidak bermaksud mengganggu dunia kalian, oke? Tapi kupikir sudah waktunya bagi kita untuk kembali.”

“Shin-kun, ayo tinggalkan meotople ini berduaan dan kembali lebih dulu. Paling-paling ini akan berlangsung selamanya.”

“Kurasa kau benar. Kalau gitu, kami kembali lebih dulu, Yuya, Hitosuba-san. Sebaiknya kalian jangan terlalu berlama-lama di sini, oke?”

Setelah mengatakan itu, mereka berdua kembali ke pondok.

“...H-Haruskah kita kembali juga?”

“K-Kau benar, ayo kembali! Kita akan lanjutkan ini besok saat kita pulang.”

Memegang tangannya dengan erat, kami pun mulai berjalan.

Sungguh, malam ini adalah malam yang terbaik dalam hidupku. Tapi saat aku berpikrian seperti itu, kuperhatikan Kaede-san yang lagi jalan di sampingku tampak sedang merenung memikirkan sesuatu, dia kenapa ya?

“Hei, Yuya-kun, bagaimana kalau nanti malam aku menyusup ke kamarmu?”

“Jelas enggak boleh lah, Kaede-san.”



9 Comments

Previous Post Next Post