Kanojo no Imouto to Kiss wo Shita Volume 3 - Bab 5 Bagian 2

Bab 5 Bagian 2
Sempurna x 30 menit


“Whoa, ramai sekali...”

Setelah Shigure menghabiskan tiga kue dengan menggunakan uangku dan suasana hatinya menjadi sedikit lebih baik, kami meninggalkan Starbucks dan pulang.

Tapi, waktu saat itu sudah menunjukkan pukul 6 sore, jadi peron stasiun dipadati oleh para pekerja yang baru pulang kerja serta para pelajar yang sedang berlibur musim panas.

...Kalau tau begini harusnya kami pulang lebih awal.

Gara-gara biasanya saat pulang-pergi ke sekolah aku menaiki kereta lokal, aku jadi lalai soal ini.

Memikirkan kalau aku akan berada di tengah-tengah sesaknya kerumunan orang selama beberapa menit kedepan membuatku kesal. Dan sepertinya, Shigure yang menghela napas di sampingku juga memiliki pemikiran yang sama sepertiku.

“Aku benar-benar tidak suka dengan kereta yang penuh sesak.”

“Yah, tidak mungkin ada orang yang menyukai kereta yang penuh sesak.”

“Tidak juga loh. Apa kau sudah lupa kalau sebelumnya aku bilang padamu bahwa kecantikan itu adalah sesuatu yang merugikan? Saat aku masih tinggal di Fukuoka, biasanya aku akan pulang-pergi ke sekolah dengan menaiki kereta yang ramai, dan terkadang di kereta itu akan muncul sesuatu.”

“Apa yang muncul? Hantu?”

“Pelaku pelecehan.”

Kata-kata tidak menyenangkan itu sontak membuatku terkejut. Soalnya, itu adalah kata yang seorang lelaki yang tidak punya banyak teman perempuan sepertiku ini tidak pernah bayangkan akan aku dengar.

“Apa yang kau maksud dengan pelecehan? Apa ada seseorang yang pernah melakukan sesuatu padamu?”

“Tentu saja. Bagaimanapun juga aku ini gadis yang imut.  Alhasil, gara-gara itu di pagi hari suasana hatiku sudah jadi buruk——Eh, Eh, eh.”

Saat kami sedang mengobrol, arus orang mulai bergerak.

Kereta telah tiba, dan pintunya mulai terbuka.

Segera, orang-orang yang menunggu di peron bergegas masuk ke pintu yang terbuka,

Tapi tentunya, di dalam kereta juga sudah ada penumpang yang lain, jadi arusnya menjadi arus yang kacau dengan tekanan yang datang dari segala arah.

Di tengah arus kerumunan orang ini, seorang pekerja paruh baya mencoba menerobos di antara aku dan Shigure.

Seketika, kata yang tidak menyenangkan yang kudengar dari Shigure tadi bergema dengan kuat di dalam benakku.

Pelecehan...

Gambaran tidak menyenangkan yang terkait dengan kata itu sontak membuatku berjuang melawan arus kerumunan.

Aku mendorong balik pekerja yang mencoba masuk diantara aku dan Shigure, dan melakukan tindakan tertentu agar aku bisa tetap dekat dengan Shigure.

Melihat tindakan yang aku ambil, mata Shigure berkedip-kedip karena terkejut.

“Eh? Onii-san, mengapa kau melakukan kabe-don padaku?”

“Hah...? Aku tidak melakukan itu kok...”

[Catatan Penerjemah: Kabe-don bisa diartikan sebagai pose memojokkan pasangan hingga ke tembok sambil bersandar dengan satu atau dua tangan sehingga doi nggak bisa kabur ke mana-mana.]

Sekalipun aku bilang begitu, tapi gadis yang ada didepanku ini adalah gadis yang cerdas. Karenanya, dia segera menyadari apa tujuanku melakukan ini.

“Oh..., mungkinkah, kau ingin melindungiku?”

“...Gara-gara kau mengatakan cerita yang barusan kepadaku, jadi aku merasa aku harus melakukan ini...”

“Kau tidak perlu terlalu khawatir tentang itu loh? Lagian, aku ini orangnya cukup kuat.”

“Aku tahu kalau kau itu kuat..., tapi tetap saja..., kau yang kuat itu tidak mengubah fakta bahwa tindakan menjijikan tetaplah sesuatu yang menjijikkan.”

Aku belum pernah dilecehkan sebelumnya, tapi hanya dari membayangkan kalau ada om-om aneh yang meraba-raba tubuhku saja sudah membuat tubuhku bergidik. Dan ketika aku memikirkan Shigure melalui pengalaman yang tidak masuk akal seperti itu..., itu membuatku sangat kesal.

Aku tidak akan membiarkan hal seperti itu terjadi kepadanya. Aku tidak ingin hal seperti itu terjadi lagi kepadannya.

Jadi ini bukan masalah kuat atau tidaknya Shigure. Akunya saja yang tidak ingin itu terjadi pada Shigure.

Karenanya, dengan cara ini, sekalipun ada orang mesum, aku tidak berpikir kalau orang itu akan menargetkan Shigure. Soalnya, jika orang mesum itu ingin menyentuh Shigure dari posisi ini, orang itu mesti menggerakkan tangannya dari sisi tubuhku.

Cuman masalahnya...

“Kau baik sekali, Onii-san.”

Posisi ini adalah posisi yang aku ambil secara mendadak untuk melindungi Shigure, jadi aku tidak punya cukup waktu untuk memikirkan bahwa dalam posisi ini, wajah Shigure akan berada tepat di depan wajahku.

Aku jadi bisa melihat dengan jelas iris matanya yang besar, serta getaran bibirnya yang diwarnai dengan lipstik merah terang, ——wajah dari seorang gadis yang seharusnya tidak boleh aku sukai, tapi aku sudah terlanjur menyukainya.

Apalagi, jarak di antara wajah kami sangat dekat hingga jika ada sedikit saja dorongan dari seseorang di belakangku, aku akan bisa menciumnya...

Eh, kalau begitu bukankah tindakanku ini justru apa yang disebut sebagai pecelahan?! Apa sih yang kupikirkan saat aku mendorong Shigure ke diding dan menutupinya seperti ini?! Dan lagi, apa-apaan dengan pemikiran ‘aku akan bisa menciumnya’?

Aku menegur diriku sendiri karena berdelusi aneh dan mencoba memejamkan mataku supaya berpikiran rasional, tapi...,

“Tapi dalam posisi seperti itu, kau tidak akan bisa bergerak bebas ‘kan, Onii-san? Apa kau yakin? Bahwa kau merasa tidak apa-apa untuk menunjukkan sosokmu yang tidak berdaya di hadapanku?”

“....!”

Saat itu, nada suara Shigure tiba-tiba terdengar menakutkan. Saat aku dengan takut-takut membuka mataku, aku bisa melihat Shigure mengangkat sudut bibirnya, menampilkan senyuman nakalnya yang biasanya.

Kemudian, dengan menggunakan ujung jarinya, dia dengan lembut menyentuh area di sekitar ulu hatiku.

“Apa kau tahu? Biasanya para pelaku pelecehan akan menargetkan orang yang tampak lebih lemah dari mereka dan yang tidak akan bisa memberikan perlawanan loh? Itu menakutkan, bukan? Apalagi..., saat ini, dirimu tampak sangat lemah seperti yang barusan kujelaskan, Onii-san.”

“Ka-Kau...!”

Ujung jarinya bergerak dalam gerakan melingkar, dan kuku mutiaranya yang terawat dengan baik menggores kulitku melalui pakaian musim panasku yang tipis.

Saat aku dibuat bergidik merasa geli, gerakan ujung jari Shigure berubah dari yang tadinya gerakan melingkar menjadi gerakan yang menggaruk ke atas dan ke bawah. Saat dia dengan lembut menggaruk kulitku, dia menggeserkan ujung jarinya dari ulu hatiku ke dadaku, dan kemudian perlahan menuju sisi kanan dadaku... Gadis ini, dimana dia berencana menyentuhku dengan jarinya?!

“——Kena kau! Ahaha, aku cuman bercanda saja kok!”

Saat berikutnya, Shigure dengan cepat menjauhkan jarinya dari dadaku.

“Kau tidak perlu terlihat ketakutan seperti itu. Lagian tidak mungkin ‘kan seorang adik yang berperilaku baik dan menyayangi kakaknya sepertiku akan melakukan lelucon yang buruk pada kakaknya?”

“Ba-Bajingan, pikirkan apa yang baru saja kau lakukan dan coba katakan kalimat itu lagi...”

“Apaaaa? Aku tidak bisa mendegar perkataanmu gara-gara suara keretanya terlalu bersisik!”

Dengan tanggapan itu, Shigure menghindari perkataanku.

Hadeeeeh, sekarang aku jadi merasa malu pada dirku sendiri karena merasa cemas pada wanita yang kurang ajar ini.

“Tapi tetap saja, posisi ini tidak terlalu bagus, kan?”

“Mengapa?”

“Soalnya, dengan posisi dimana aku disudutkan di dinding seperti itu, orang-orang mungkin berpikiran kalau kau itu adalah pelaku pelecehan, bukan?”

“...Kurasa tidak. Toh kita ‘kan seumuran, dan karena kita pasti terlihat seperti seusia pelajar, bukankah mereka akan berpikir kalau kita terlihat seperti sepasang kekasih pada umumnya?”

“Kau yakin? Terlepas dari wajahmu yang kelihatan sange begitu?”

“Kau ini tidak punya perasaan apa? Bisa-bisa aku akan menangis loh gara-gara perkataanmu itu?”

“Tapi bukankah itu justru masalah kalau mereka berpikir kita sepasang kekasih? Maksudku, ini tidak seperti tidak ada teman sekelas kita di kereta ini.”

Ugh, kurasa dia benar.

Saat ini kami berada di sekitar SMA Seiun. Karenanya, bukan tidak mungkin kalau ada kenalan kami yang sedang berada di kereta ini.

Kalau itu pada tingkat dimana ada kenalan kami yang melihat kami bersama di luar, itu mungkin akan mereka anggap sebagai hanya pertemuan biasa, toh kami ‘kan diketahui saling mengenal. Dan faktanya, itu sudah pernah terjadi dan aku akan mengatakan sesuatu seperti itu. Cuman, kalau kami dilihat bersama dalam posisi seperti ini, itu sama sekali tidak baik.

Kalau yang mereka lihat cuman aku saja yang merupakan seorang angin lewat di sekolah sih, hal ini bahkan tidak akan menjadi topik pembicaraan. Tapi jika mereka juga melihat Shgure yang populer di kelas karena kecantikan serta sifatnya yang baik, hal ini jelas akan menjadi topik pembicaraan. Dan dengan demikian, akan sangat buruk jika topik seperti itu menyebar dari mulut ke mulut dan kemudian sampai pada Haruka.

...Cuman, sekalipun ada masalah seperti itu, kenyataannya saat ini kereta penuh sesak. Aku bahkan tidak bisa mengubah posisiku kecuali jumlah orang yang ada di kereta ini berkurang beberapa.

D-Duh, aku harus gimana nih?

“Baiklah——permisi, ya.”

Dengan lembut, Shigure melingkarkan lengannya di pinggangku dan mendekatkan tubuhnya ke tubuhku.

Tindakannya yang sangat-sangat tiba-tiba itu tentu saja membuatku sangat terkejut.

“Ka-Kau ini ngapain sih? Bukannya tadi kau bilang kau cuman bercanda saja padaku?”

“Tenanglah, kalau aku memelukmu seperti itu, kesalahpahaman yang tidak diinginkan tidak akan ada, dan orang-orang juga tidak akan bisa melihat wajahku.”

Sambil membisikkan itu di telingaku, Shigure membaringkan wajahnya di pundakku.

Memang sih, dengan cara ini, kami akan terliaht seperti sepasang kekasih pada umumnya dan wajahnya Shigure juga tidak akan terlihat.

Cuman...

“Nah, dengan begini semuanya akan baik-baik saja, bukan?”

...Tidak, dalam artian yang lain, ini tidaklah baik-baik saja.

Soalnya, ini adaalah pelukan, tau! Apalagi, payudaranya Shigure menyentuh dadaku, atau lebih tepatnya, payudaranya menekan dadaku.

Kami pergi keluar di puncak-puncaknya musim panas, jadi tentu saja, pakaian yang kami kenakan adalah pakaian yang tipis. Karenanya, aku bisa dengan jelas merasakan kelembutan dan kehangatan tubuhnya, dan itu merangsang perasaan yang telah kuputuskan untuk kulayukan di hatiku.

Jantungku mulai berdetak dengan cepat.

Aku yakin..., Shigure pasti bisa merasakan itu.

Ini buruk, bisa-bisa dia akan menyadari perasaan yang kumiliki terhadapnya.

Ini buruk, tapi——

“...Y-Ya, kurasa kau benar.”

Seperti yang Shigure katakan, akan buruk kalau sampai ada kenalan kami yang melihat kami seperti ini. Sekalipun ini adalah kereta yang penuh sesak dimana jarak pandang cukup terbatas, tetap saja ada kemungkinan seperti itu. Karenanya, jika di sini Shigure menyembunyikan wajanya, kami bisa mencegah hal itu terjadi.

....Itu sebabnya, di sini aku membuat alasan untuk diriku sendiri, yaitu..., aku melakukan ini  hanya untuk saat ini saja.

Ini tidak seperti aku ingin dipeluk oleh Shigure. Ini juga tidak seperti aku kalah dari perasan yang kusembunyikan di hatiku, dan tentunya aku tidaklah mengkhianati Haruka.

Untuk menghindari terciptanya kesalahpahaman yang tidak diinginkan, aku tidak punya pilihan lain selain tetap seperti ini sampai kami tiba di stasiun selanjutnya.

Saat aku menerima situasiku saat ini..., kusadari ada suara lain yang tumpang tindih dengan suara detak jantungku.

Dari dadaku yang bersentuh dengan payudaranya Shigure, aku bisa mendengar suara detak jantungnya.

Tapi tidak seperti suara detang jantungku, suara detang jantungya terdengar tenang dan lembut.

Anehnya, suara itu, suara detakan yang harusnya dianggap biasa oleh semua manusia, mengguncang emosiku.

...Jadi ini ya, suara detak jantungya Shigure.

Suara detak jantung dari seorang gadis yang menjadi adikku, suara detak jantung dari seorang yang sering menggodaku tapi lebih sering lagi membantuku, suara detang jantung dari gadis yang yang baik dan menawan bernama Shigure, seorang yang selalu ada sisiku.

Saat aku memfokuskan diriku pada suara detakan itu, rasa gugup yang kurasakan sebelumnya secara misterius menjadi rileks.

Aku juga merasa tenang dan detak jantungku juga menjadi stabil kembali.

Suara dari detak jantungku yang kini tenang bercampur dengan irama detakan jantung Shigure.

Aku merasa sangat nyaman dengan hal tersebut....

“...Bagaimana kalau kita terus melakukan ini sampai di stasiun terakhir?”

“Ya enggak lah, kau ini tolol apa...?”

Saat aku menjawab begitu, aku merasa adanya sedikit rasaan menyesal di hatiku.

Sungguh, itu benar-benar suatu perasaan yang tidak bisa diatasi.



3 Comments

Previous Post Next Post