[LN] Saijo no Osewa Volume 1 - Bab 1

Bab 1
Orang tuaku melarikan diri di malam hari, dan aku diculik


“Semoga sukses.”

Aku tidak menyangka kalau orang tuaku akan mengatakan kalimat itu kepadaku.

Mungkin karena dipengaruhi oleh film atau komik Barat, ayah dan ibuku mengatakan itu saat mereka meninggalkan apartemen kumuh yang harga sewanya 20.000 yen. Saat itu sudah pukul 10 malam, aku tidak tau apkah mereka pergi bar atau tempat lain? Tapi yah, yangj jelas mereka pasti sudah akan pulang saat tanggal sudah berubah..., atau itulah yang kupikrikan.

Namun, tidak peduli berapa hari telah berlalu, orang tua tak kunjung pulang ke apartemen,

Rupanya, aku telah ditelantarkan oleh mereka.

“...Ini lelucon, kan?”

Tapi kendati di sebut aku ditelantarkan, ini lebih seperti orang tuaku melarikan diri di malam hari.

Lagipula sejak awal, keungan keluarga kami sedang bermasalah, terutama karena ayahku suka minum alkohon dan ibuku suka berjudi. Reputasi keluarga kami telah menyebar ke orang-orang di sekitar, dan para tetangga melihat momen ketika orang tuaku melarikan di malam hari. Saat aku diberitahu oleh tetanggaku kalau orang tua pergi melarikan dengan panik, aku pun akhirnya mengerti apa yang sedang terjadi.

“...Duh, gimana nih, besok aku ada upacara pembukaan di SMA.”

Sejak awal, sudah merupakan suatu mukjizat bahwa aku bisa masuk SMA.

Sambil mengurusi orang tuaku yang merepotkan, tiap harinya aku harus bekerja sambilan untuk mendapatkan biaya sekolah, dan puji Tuhan aku bisa menghadiri SMA tersebut hingga kelas 2. Tapi sekarang..., aku tidak tahu lagi. Bagaimana dengan biaya apartemen? Bagaimana dengan utilitas? Bagaimana dengna biaya makanku? Di sebagian besar hidupku ini aku memang telah hidup dengan uang yang kuhasilkan sendiri, tapi meski begitu, orang tuaku lah yang membayar sebagian dari biaya sewa apartemen. Tidak mungkin tiba-tiba aku bisa menanggung semua biaya itu sendirian.

...Yah, kurasa aku mau pergi makan siang saja.

Tidak, aku harus menyerah pada pemikiran itu.

Sekarang jarum jam sudah menunjukkan pukul 4 sora, dan sejak tadi pagi, aku belum makan apa-apa. Aku mencoba-coba mencari ke seluruh penjuru rumah, tapi tidak ada uang yang tersisa, jadi yang kumiliki hanyalah dua ratus yen yang kebetulan kutemukan di sakuku.

Haruskah aku berkonsultasi pada polisi? Atau haruskah aku berkonsultasi pada teman-temanku di sekolah sebelum melakukan itu? Tidak, aku merasa seperti aku hanya akan mengganggu mereka jika aku berkonsultasi dengan mereka.

Sinar mentari yang terik semakin membuatku merasa depresi. Saat aku berjalan menyusuri jalan-jalan yang kukenal,aku mendengar suara-suara yang berbicara dari suatu tempat.

“Ufufu.”

“Yah, itu benar.”

Itu adalah nada suara yang sangat elegan.

Saat aku menoleh ke asal suara itu, aku melihat ada dua orang gadis berseragam sekolah yang rapi sedang berjalan menuruni lereng yang landai.

Dari apa yang kudengar, tampaknya di puncak lereng itu ada berdiri salah satu dari tiga sekolah paling bergengsi di negeri ini. Nuansa yang dimiliki olah sekolah itu benar-benar berbeda dari sekolah-sekolah lainnya, dan terus terang saja, itu adalah sekolah untuk orang kaya.

Banyak yang bilang kalau sekolah itu penuh dengan anak-anak orang kaya—yang artinya, Ojou-sama dan Bocchama. Nilai standarnya tinggi, fasilitasnya bagus-bagus, dan kurikulum pelajarannya sangat maju sampai-sampai sulit dipercaya kalau ini adalah SMA. Bahkan, ada dikatakan bahwa murid-murid dari sekolah ini menjalani kehidupan yang canggih dalam banyak hal. Hari pertama masuk untk SMA-ku adaah besok, tapi tampaknya sekolah gadis-gadis itu sudah mulai masuku. Mungkin, sekolah yang bergengsi hanya memiliki masa liburan yang pendek.

“Dunia yang kami tingga benar-benar berbeda..., saking bedanya aku bahkan sampai tidak bisa tertawa.”

Bahkan cara mereka berjalan pun terlihat berbeda. Baiknya asuhan yang diberikan pada mereka terpancar dari diri mereka. Aku bahkan tidak bisa lagi untuk merasa iris.

Namun, sangat jarang melihat murid dari sekolah itu berjalan-jalan di tempat seperti ini. Memang sih sekarang sudah waktunya pulang sekolah, tapi aku yakin kalau anak-anak yang bersekolah di tempat itu dijemput dengan mobil. Tidak biasa melihat berada di jalanan kota seperti ini.

“...Hmm?”

Dalam perjalanan ke alfamart, aku melihat ada benda yang tampak seperti kartu nama tergeletak di tanah di dekat kakiku.

Aku mengambilnya dan melihatnya—rupanya, itu adalah kartu pelajar.

Sepertinya, kartu pelajar ini dijatuhkan oleh salah satu dari dua gadis yang tadi.

“Hinako Konohana, ya..., tidak, ini bukan waktunya untuk memeriksa namanya.”

Orang yang menjatuhkan ini berada di tepat di depanku, jadi aku tidak perlu repot-repot untuk memeriksa nama ataupun alamatnya.

Aku berlari dan segera menyusul dengan mudah. Tampaknya, teman yang berjalan bersamanya sudah berpisah dengannya, dan kini dia berjalan sendirian.

“Erm, permisi!”

Saat aku memanggilnya, gadis itu berbalik.

Rambut kuning cerahnya melambai di udara, dan perawakannya yang menawan disinari cahya matahari. Sosokya itu membuatku sontak terpesona, berpikir bahwa pasti inilah yang disebut-sebut sebagai imbalan menawan dari niat baik.

“——Eh?”

Tiba-tiba, sebuah mobil berwarna hitam berhenti tepat di sebelah gadis itu.

Pintu mobil terbuka, dan dua pria yang terlihat kuat keluar dari dalam. Dan kemudian kedua pria itu dengan cepat menyeret gadis itu masuk ke dalam mobil.

Apa yang terjadi?

Tidak, apa yang terjadi sangatlah jelas. Aku hanya terkejut karena itu adalah sesuatu yang tidak realistis, sesuatu yang hanya pernah kulihat di manga atau sinetron...

Sekarang bukan waktunya untuk terkejut. Saat ini, tepat di depan mataku, terjadi penculikan!

“Woi, tunggu dulu!”

Memutuskan bahwa aku tidak bisa berpura-pura tidak melihat apa-apa, aku berteriak sekeras mungkin.

“Ada apa, HAH!!”

“Kau kenalannya wanita ini?!”

Dua pria itu yang tampaknya adalah penculik meneriakkan itu kepadaku.

Sayangnya, di sekitaran sini tidak ada orang lain lagi selain kami. Karenanya, teriakanku yang barusan hanya membuat kedua pria itu kesal.

“Sial, kami tidak boleh membiarkan ada saksi mata yang melarikan diri! Kau juga ikut dengan kami!”

“Whoa—?!”

Salah satu pria tersebut meraih lenganku dengan kuat dan menarikku langsung masuk ke dalam mobil.

Dan dengan begitulah, aku diculik bersama dengan gadis tersebut.

 

 

“Yosh, dengan begini kalian tidak akan bisa bergerak. Duduk diam saja di situ.“ kata salah satu penculik, seorang pria yang bertubuh pendek.

Saat ini, kami berada di kedalaman pabrik yang telah ditinggalkan. Tampaknya penculikan ini telah direncanakan dengan baik, dan baik tangan serta kakiku dan gadis itu diikat dengan borgol yang telah disiapkan sebelumnya. Selain itu, borgol gadis itu dan borgolku dihubungkan dengan rantai yang tebal.

“...Erm, kurasa orang tuaku tidak akan bisa membayar tebusan.”

“Diam, kau yang ikutan kami culik itu cuman kebetulan.” kata si penculik sambil meludah.

Mendengar bentakan itu, sebuah desahan keluar dari bibirku. Orang tuaku melarikan diri di malam hari, dan aku terlibat dalam kasus penculikan... Hadeh, sampai mengalami hal seperti ini, apa aku telah melakukan sesuatu yang sangat jahat di kehidupanku sebelumnya?

Aku benar-benar putus asa, dan intinya, aku benar-benar sudah tersesat di dalam kegelapan. Tidak peduli bagaimanapun penculikan ini akam berakhir, tidak akan ada masa depan untuku.

“Kita sangat beruntung ya, Aniki. Wanita ini adalah putri dari keluarga Konohana. Bukankah dia ini benar-benar jackpot terbesar dari semua target?”

“Ya,.., keluarga Konohana adalah salah satu keluarga terkaya di antara murid-murid Akademi Kekaisaran. Kita akan bisa memeras banyak tebusan dari ini.”

Kedua penculik itu berbicara dengan senyum licik di wajah mereka. Dan sembari aku mendengarkan percakapan mereka, aku melihat ke arah gadis di sebelahku yang juga terikat.

Sebenarnya, bisa saja dia diculik untuk sesuatu selain tebusan. Bagaimanapun juga, dia memiliki penampilan yang sempurna. Matanya bulat dan polos, tapi ada sedikit kecerdasan di belakangnya, suatu kombinasi antara keimutan dan kecerdasan. Pangkal hidungnya yang lurus memberikan rasa keanggunan, dan bibir lembabnya yang berwarna merah muda memberikan nuansa keindahan. Rambut kuning mudanya halus dan berkilau, dan kulitnya putih dan halus layaknya salju. Lengan dan kakinya pun ramping dan panjang.

“...Hei.” gadis itu membocorkan suaranya.

Gimana yang aku harus bilangnya..., sikapnya saat ini tampak sedikit berbeda dari saat aku melihatnya di jalan tadi. Sebelumnya, dia memancarkan suasana yang sangat anggun, tapi sekarang, dia terlihat merasa cemas akan sesuatu.

Yah, wajar saja—dia diculik, jadi dia pasti merasa cemas. Tidak heran apabila dia tidak bisa bertindak seperti dia yang biasanya. Lagian, tidak sepertiku, Ojou-sama yang bersekolah di sekolah bergengsi ini memiliki masa depan yang menjanjikan di depannya. Mungkin itulah sebabnya, dia merasa jauh lebih takut dibanding diriku.

Tapi, meksipun aku memiliki masa depan yang suram, mungkin setidaknya aku bisa menghibur gadis di depanku ini.

Dengan pemikiran itu, aku mencoba yang terbaik untuk memilih kata-kataku dan menghibur gadis itu.

“T-Tenanglah. Seingatku, penculikan dengan motif mendapatkan tebusan memiliki tingkat keberhasilan yang sangat rendah—“

“Toilet.”

“Selain itu, polisi Jepang sangat kompeten, jadi kalau kita hanya menunggu dan melihat situasinya....., tunggu, apa?”

Apa barusan aku salah dengar? Aku merasa seperti aku baru saja mendengar kata yang terlontar dengan sangat cepat.

“Bisa-bisa aku ngompol, aku mau ke toilet.” ucap gadis itu, menunjukkan keinginan yang kuat untuk pipis.

Yah, bahkan seorang Ojou-sama mapan yang bersekolah di sekolah bergengsi adalah manusia biasa. Jadi sudah sewajarnya, dia juga memiliki kebutuhan untuk pergi ke toilet. Hanya saja, kenapa dia mengatakan itu sekarang? Apalagi, dia mengatakannya dengan sikap yang begitu tenang?

“Apa yang harus kulakukan?”

“Eh, tidak, sekalipun kau bertanya begitu padaku...”

“Apa yang harus kulakukan?”

“Eh, tidak, sekalipun kau bilang begitu...”

Sulit untuk mengatakannya karena nada suaranya terdengar biasa-biasa saja, tapi kurasa dia dalam masalah.

Merasa agak bingung, aku memanggil pria pendek di depanku.

“Erm! Ojou-sama ini ada mengatakan sesuatu!”

“...Hah?”

Para penculik itu memiringkan kepala mereka, tapi, gadis itu, tanpa rasa takut seidkitpun, berkata kepada kedua pria itu.

“Toilet.”

“...Hah?”

“Bisa-bisa aku ngompol di sini.”

Mata para penculik itu membelalak, seolah-olah ini adalah reaksi yang tidak terduga.

Gadis itu, dia sama sekali tidak merasa takut.

“Kalau mau ngompol..., ya ngompol aja. Itu merepotkan kalau kau mulai bertingkah aneh.” ucap salah satu penculik itu dengan kesal.

Namun, gadis itu tidak segera menanggapinya, dan setelah beberapa saat, dia akhirnya menanggapinya.

“Gak apa-apa nih?”

Buset dah, matanya itu benar-benar tampak pols.

Dia terlihat sama sekali tidak ragu untuk pipis di sini. Bahkan kucing liar pun masih akan pipis dengan ekspresi menyesal di wajah mereka jika berada dalam situasi sepertinya.

“K-Kupikir lebih baik kau tidak melakuknnya. Kalau kau bisa menahannya, mohon tahanlah..., bagaimanapun, ini demi diriku juga.”

Aku sontak menjawabnya mewakili para penculik yang menjadi kaku.

Bagaimanapun juga, aku dan gadis itu sama-sama di rantai, jadi kami tidak bisa menjaga jarak kami terlalu jauh. Jika dia sampai pipis di celananya, aku juga akan ikut mendapat masalah.

“Antar dia ke toilet...” ucap penculik yang lebih tinggi.

“Tapi...”

“Kita tidak tahu berapa hari kita akan bersembunyi di sini. Kau tidak mau kalau tempat ini kotor ‘kan, aku sih tidak mau.”

Pria yang pendek itu mungkin diyakinkan oleh kata-kata pria yang lebih tinggi, dan kemudian, dia mendekati gadis itu sambil menggaruk-garuk bagian belakang kepalanya.

“Tsk... tapi aku tidak akan melepaskan rantainya.”

Mengatakan itu, penculik itu melepaskan belenggu kaki gadis itu.

Setelah itu, dengan tangan kami yang masih dirantai, aku dan gadis itu pergi ke toilet bersama-sama.

Sesampainya di toilet, gadis itu memasuki toilet tanpa adanya rasa malu di depan kami.

Akhirnya, gadis itu keluar dari toilet, mencuci tangannya, lalu menatapku dan si penculik.

“Sekarang aku merasa lebih segar.”

““Jangan melaporkannya.”” seruku dan si penculik secara bersamaan.

Merasa lelah dengan tingkahnya itu, kami pun kembali ke tempat kami sebelumnya.

“Hei,” gadis itu memanggil para penculik lagi.

“...Apa lagi sekarang?”

“Teh.”

Gila, kau ini sama sekali tidak merasa takut, ya?

Lihat, bahkan para penculik juga merasa tercengang.

“A-Aniki..., apa dia ini benar-benar putri dari keluarga Konohana? Sepertinya tidak deh...”

“K-Kau ada benarnya..., Apa kita salah orang? Tidak, tapi seharusnya...”

Karena bingung, si Aniki itu mendekati gadis itu.

“Oi, kau adalah putri satu-satunya keluarga Konohana, kan?”

“Iya. Terus mana tehnya?”

Buset dah, kiprahnya itu terlalu berlebihan.

Bahkan para penculik pun juga terkejut mendengar itu saat mata mereka membelalak.

“Y-Yah, okelah. Setidaknya kalau cuman minuman aku akan memberikannya. Lagipula aku tidak mau kau mati karena dahaga. Tapi sebagai gantinya..., kau harus mau bersikap kooperatif.”

Mengatakan itu, si penculik kemudian meletakkan botol plastik di samping gadis itu.

Tapi, itu hanya air mineral.

“Tadi ‘kan aku mintanya teh.”

“Ap—!? Jangan meminta sesuatu yang berlebihan! Minum saja air itu!”

“Aku maunya teh. Dan juga, beberapa camilan.” ucap gadis itu, membuat garis biru muncul di dahi pria itu.

“Hei! Pria yang di sana! Uruslah wanita ini!”

“Lah, kena aku harus melakukan itu?”

“Kami ini sedang sibuk sekarang!” Penculik itu berteriak padaku.

Dengan tangan dan kakiku yang terikat, tidak banyak yang bisa kulakukan di sini, tapi..., dengan enggan, aku menganggukkan kepalaku.

“Hei, mana camilannya?”

“...Sepertinya tidak ada.”

“...Begitu ya.”

Mengatakan itu, dengan enggan gadis itu mengambil botol plastik yang ada di sampingnya.

Setelah beberapa saat, aku mendengar suara sesuatu yang tumpah dari arah gadis itu, dan saat aku menoleh ke arahnya, aku melihat kalau gadis itu basah kuyup.

“Whoa!? K-Kenapa kau basah kuyup seperti itu...”

“Entahlah?”

Memiringkan kepalanya, gadis itu menyandarkan botol plastik ke mulutnya. Namun, karena jarak antara bibir dan mulutnya, air mengalir dari wajah gadis itu dan meresap ke pakaiannya.

“Hei, kau menumpahkannya!”

“Aku tidak terbiasa minum dari botol plastik...”

Tidak terbiasa dia bialng...? Lah, memangnya dia ini hidup di dimensi seperti apa!

Aku ingin tahu, apakah semua Ojou-sama di dunia ini seperti ini. Bukannya dia terlalu terpaku pada kiprahnya, atau seperti, dia terlalu berani... dia ini ‘kan lagi diculik sekarang, tapi dia terlihat sama sekali tidak takut.

“Aku akan meminumakannya untukmu..., sini, berikan botolnya padaku.”

“Kau tidak akan mengambilnya dariku...?”

“Tidak akan! Astaga, kau ini sungguh merepotkan!!”

Karena teriakanku yang begitu keras, para penculik sontak menoleh ke arahku.

Gawat, sepertinya aku membuat mereka kesal..., atau itulah yang kupikirkan, tapi kemudian, aku diberikan tatapan yang penuh simpati. Woi, jangan lihat aku seperti itu. Sejak awal kalian sendirilah yang membawa sandera ini ke sini.

“Ada genangan air di sini. Kita harus geser-geser sedikit. “

“Mmh.”

Gadis itu berdiri dan bergerak bersamaku. Saat berikutnya, tanpa menyandung apa-apa, dia terjatuh.

“...Uuh, sakit.”

Dengan mata yang berkaca-kaca, gadis itu kembali berdiri. Dahinya, yang barusan menghantam lantai, tampak berwarna merah cerah. Astaga, tidak atletis pun ada batasannya juga, tau!

“A-Aniki... Aku yakin menurut informasi yang kita selidiki sebelumnya, putri dari keluarga Konohana disebut Ojou-sama yang sempurna, kan? Menurutku dia bukanlah orang yang setolol ini...“

“T-tidak, sekalipun kau bilang begitu, rupanya terlihat persis. Aku bahkan belum pernah mendengar kalau dia memiliki saudari...”

Para penculik itu saling berbisik, sedangkan di sisi lain, gadis itu sedang mengusap dahinya yang sempat membentur lantai dengan air mata berlinang di sudut matanya.

“Sakit...”

“...Coba kulihat sini lukanya.”

Suara gadis itu terdengar sangat sedih, jadinya mau tak mau aku memeriksa lukanya.

“Bisa dibilang, ini lebih merupakan goresan daripada luka. Kau tidak boleh terlalu sering menyentuhnya, soalnya kau mungkin akan menginfeksinya.”

“...Mmh.”

Gadis itu mengangguk, kemudian menurunkan tangan yang ada di dahinya.

“Ngomong-ngomong..., kenapa kau ada di sini?” dengan santai, gadis itu menanyakan itu.

“Kau menjatuhkan Kartu Pelajarmu, dan aku hendak mengembalikannya... Saat itulah, para penculik muncul dan mereka juga ikut membawaku.”

“Jadi begitu.” Serunya, tampak mengerti. “Terus, mana Kartu Pelajarku?”

“Eh? Oh..., ya, ini.”

Aku mengeluarkan Kartu Pelajar gadis itu dari sakuku. Setelah menerima kartu pelajarnya, dia memainkan permukaannya dengan gerakan yang canggung. Jika dilihat dengan lebih jeli, terdapat suatu tonjolan tidak wajar di sudut kanan bawah kartu tersebut. Tampaknya, di sana ada tombol kecil yang tertanam, dan kemudian, gadis itu menekan tonjolan itu dengan kukunya.

“Dengan begini, bantuan harusnya akan segera datang.” Mengatakan itu, gadis itu menghela napas ‘Fuuu’, dan lanjut berbicara, “Aku mau tidur.”

Dengan santai, dia berbaring di lantai di sampingku, tapi kemudian, gadis yang sedang berbaring itu menatapku.

“Aku mau tidur.”

“...Tidur aja kenapa?”

“Bantal.”

Aku hendak mengatakan, Mana mungkin di sini ada bantal, tapi kemudian gadis itu menepuk lututku dalam diam... Aku penasaran, apa dia ingin aku memberikannya bantal pangkuan?

Pada dasarnya sangatlah untuk mudah untuk merasa deg-degan saat seorang gadis cantik bersikap manja seperti ini, tapi karena aku sudah meilihatnya dalam sosok bebal, aku jadi merasa biasa saja. Nah, karena sebelumnya para penculik memerintahkanku untuk mengurusnya, jadi setelah menghela nafas, aku meminjamkan lutuku kepadanya.

“Ketinggiannya bagus.” gumam gadis itu dengan puas, lalu, “Nina bobonya mana?”

“Maaf..., tapi kalimat itu tidak ada dalam kosakataku.”

“Kalau begitu, ceritakan aku sesuatu yang menarik.”

Astaga, dia ini benar-benar banyak maunya.

Tapi yah, sekalipun begitu, keberaniannya begitu kuat sehingga meniup suasana suram yang menyelimuti tempat ini. Normalnya, ini adalah situasi yang akan membuat seseorang merasa takut dan menangis, tapi berkat gadis ini, aku jadi mampu mempertahankan ketenanganku.

“Tempo hari, saat aku berada di kereta dengan temanku—“

Isinya mungkin tidak terlalu menarik, namun gadis itu mendengarkanku dalam diam. Beberapa menit kemudian, aku mendengar hembusan napar tidurnya dari pangkuanku. Gadis itu telah tidur dengan nyenyak.

“...Ya ampun, ileranmu terlalu berlebihan.”

Dengan menggunakan ujung bajunya, aku menyeka air liur dari mulut gadis itu.

“...Mmn.”

“Oh maaf, apa aku membangunkanmu?”

“Gak apa-apa.” Jawab gadis itu sambil membalikkan badan dalam tidurnya.

“Rambutku, berantakan.”

“Kenapa kau tidak mengikatnya saja? Berbaliklah sebentar.”

“Mm.”

Aku mengikat rambut gadis itu di bagian atas, dalam model ponytail.

“Kelihatannya kau cukup baik dalam hal ini?”

“Ah..., soalnya aku dulu menata rambut ibuku sepanjang waktu.”

“Hmm.”

Ibuku pernah bekerja di klub kabaret, dan aku biasanya membantunya menata rambutnya sebelum dia pergi kerja. Itu adalah kenangan yang tidak ingin kuingat.

Pada saat itu, salah satu penculik menendang kayu yang ada di dekatnya. Dan tiba-tiba, terdengar suara yang sangat keras dan membuatku terkejut.

“—Cukup! Kalau kau terus mengulur-ngulur waktu, aku akan memukul wajah putrimu!”

Penculik itu terlihat marah saat dia menempelkan ponsel ke telinganya.

“...Jangan mengatakan hal lain yang mungkin akan memprovokasi para penculik seperti yang sebelumnya kau lakukan,” ucapku, saat melihat gadis itu. “Jangan khawatir. Jika ada sesuatu yang gawat terjadi, aku akan menjadi perisai untukmu.”

Meskipun aku memiliki masa depan yang gelap, setidaknya, aku dapat membantu seseorang.

Aku tahu ini hanyalah sekadar bentuk kepuasan diri untukku, tapi meski begitu, gadis itu merasa lega, dan kemudian membuka mulutnya

“...Mengapa kau sampai mau melakukan itu untukku?”

“Entahlah?”

Di sini aku tidak perlu repot-repot menceritakan tentang diriku padanya, itu sebabnya, aku hanya tersenyum selembut mungkin terhadap gadis yang penasaran itu.

“...Aku tertarik padamu.” ucap gadis itu. “Gimana bilangnya..., bersamamu rasanya sangat nyaman. Dan lagi, baumu seperti kasur setelah dikeringkan.”

Bukannya itu justru bau kuman-kuman yang mati? Astaga, itu bukan jenis ungkapan yang senang untuk kudengar...

“Kau tahu, aku punya banyak sekali orang yang mengurusku, tapi..., sikap mereka semua sangat tegang.”

“....”

“Tapi, kau bersikap begitu santai kepadaku, dan sikapmu itu membuatku bisa merasa nyaman saat bersamamu. Aku senang.”

Gadis itu tersenyum padaku, dan membuatku terpesona untuk sesaat.

“Kau, siapa namamu?”

“...Itsuki Tomonari.”

“Begitu ya. Namaku Hinako Konohana.” ucap gadis itu, dengan nada yang biasa saja. “Mulai sekarang, kau akan menjadi—”

Tepat saat gadis itu hendak mengatakan sesuatu, benda yang tampak seperti kaleng kecil terlempar melalui jendela pecah dari pabrik yang ditinggalkan ini. Kaleng itu mengeluarkan suara dentingan, dan saat berikutnya, asap putih menyembur keluar.

“Terobos!!”

Terdengar teriakan keras dari lantai pertama pabrik itu, dan di saat yang sama, dentuman langkah kaki yang tak terhitung jumlahnya bisa terdengar dari mana-mana.

“S-sial!? Aku tidak bisa melihat apapun!!”

“Sejak kapan mereka sampai sedekat ini—arggg!?”

Entah dari mana, sekelompok pria yang tampak seperti polisi muncul dan dengan cepat mengamankan kedua penculik itu. Dan kemudian, para pria itu dengan cepat mendekatiku dan gadis itu,

“Jangan bergerak!!”

“...Eh?”

Para pria itu..., mereka jelas sekali memusuhiku.

“T-tunggu dulu! Aku adalah korban disi—“

“Bacot! Diam di tempatmu!”

“Whoa!?”

Kepalaku ditekan dengan keras, membuatku sontak terlempar ke lantai.

“Shizune-sama! Kami telah mengamankan pelaku yang ketiga!”

“Setauku pelakunya ada dua orang..., Aku ingin tahu, apakah informasi tim pengintai salah...”

Saar tabir asap telah hilang, seorang wanita muncul dengan suara langkah kaki biasa. Wanita itu memiliki rambut hitam yang dia uraikan hingga ke pinggangnya. Dia berpakaian hitam dan putih yang berenda, dimana orang-orang biasa menyebutnya sebagai seragam pelayan.

“Ojou-sama, apa anda baik-baik saja?”

“Mmh.”

Pelayan itu mendekati gadis itu, dan kemudian melepaskan borgol dan belenggunya. Tapi, terlepas dari semua kebisingan itu, gadis itu tampak tidak terusik. Dia menguap seolah-olah dia akhirnya terbangun dari tidurnya barusan.

“Saya minta maaf atas karena terlambat menyelamatkan anda. Tapi..., saya ‘kan sudah memberitahu ini pada anda sebelumnya. Saat anda pergi keluar, anda harus menghubungi kami terlebih dahulu.”

“Malas, itu merepotkan.”

“Dan akibat dari kemalasan anda itu, inilah yang terjadi. Ya ampun...” Pelayan itu menghela nafas.

“Shizune, orang ini bukan salah satu dari para penculik.”

“...Begitukah?”

Saat gadis itu menunjuk ke arahku, mata pelayan itu sedikit membelalak. Kemudian, pengekanganku dilepaskan dengan perlahan.

“Aduh, duh, duh...”

“Maafkan kami, kami pikir kau juga adalah pelaku dalam kasus ini.”

“Jelas-jelas aku ditahan tadi, tentunya aku bukan termasuk pelaku...”

“Dalam beberapa kasus, kelompok kriminal mungkin cekcok dan bubar. Hal seperti ini sering terjadi dalam kejahatan jangka panjang seperti penculikan.”

Soal itu..., iya sih. Aku menutup mulutku, tidak bisa membantahnya.

“Nah sekarang. Ayo serahkan sisanya pada mereka, dan kita akan pulang. Kau juga, ikutlah dengan kami.”

Seperitnya, mereka akan menunjukkan jalan keluar dari tempat ini. Aku mengangguk dalam diam, tapi, gadis itu tidak beranjak dan menatapku dengan tatapan acuh tak acuh di matanya.

“Hei, Shizune.” Mengatakan itu, gadis itu menunjuk ke arahku. “Aku menginginkan orang ini.”

“Dimengerti. Saya akan mengaturnya secepat mungkin.” ucap pelayan itu, sambil dengan hormat menundukkan kepalanya.

“......Eh?”

Apa yang dia maksud dengan ‘mengaturnya’?

 

“Kalau sudah sampai bangunin aku ya.”

“Dimengerti.”

Setelah diantar ke dalam mobil hitam, gadis itu langsung tertidur.

Gadis itu langsung pergi ke kursi belakang, kemudian aku, dan akhirnya si pelayan yang menutup pintu saat dia masuk.

Aku mengencangkan sabuk pengaman gadis yang tertidur lelap itu, kemudian mengencangkan sabuk pengamanku juga. Tiba-tiba, aku merasakan tatapan tertuju ke arahku. Saat aku menoleh, aku menemukan pelayan itu lah menatapku. Dia kemudian bergumam dengan suara kecil, “Begitu ya, jadi itu sebabnya anda menyukainya,” dan memasang sabuk pengamannya.

“E-Erm..., aku mau dibawa kemana?”

“Kau akan segeara tahu saat kita sampai.”

Tepat setelah pelayan itu menjawab, aku mendengar suara sesuatu yang bergetar.

Pelayan itu mengeluarkan ponsel cerdasnya dari sakunya dan menempelkannya ke telinganya. Setelah beberapa menit berbicara, pelayan itu kembali meletakkan ponselnya di sakunya.

“Penyelidkan mengenai latar belakangmu telah selesai dilakukan.”

“...Eh?”

“Itsuki Tomonari, usia 16 tahun, tengah menempuh pendidikan di SMA Ryugu. Kau tidak memiliki saudara kandung, dan kedua orang tuamu masih hidup... Mempertimbangkan situasi keluargamu yang miskin, kau patut dipuji untuk dapat memperoleh sendiri biaya yang digunakan untuk bersekolah. Tapi lima hari yang lalu, orang tuamu melarikan diri pada malam hari, dan membawa semua uang dari rumah, alhasil, kau sekarang berada dalam situasi yang kritis.”

“...B-bagaimana kau bisa mengetahuinya?”

“Jangan remehkan jaringan informasi keluarga Konohana. Kalau cuman begini sama sekali tidak bisa disebut prestasi,” seru pelayan itu dengan acuh tak acuh. “Ngomong-ngomong, besok kau harusnya menjadi siwa kelas 2 SMA, tapi... kau tidak bisa lagi bersekolah di SMA itu.”

“...Eh?”
 
“Uang SPP-mu masih belum lunas. Dan sepertinya sudah sedari awal orang tuamu berencana untuk melarikan diri dari rumah. Dan juga, tampaknya biaya sekolah yang kau peroleh dengan setiap hari bekerja sambilan telah diambil oleh mereka.”

“T-tidak mungkin...”

“Sepertinya kau juga masih belum membayar biaya sewa apartemen dan tagihan lain-lain. Ini artinya, rumah itu sebentar lagi tidak akan bisa kau tinggali.”

Apa keadaan rumah kami memang sampai seburuk itu...?

“Untuk itu, kami punya saran untukmu,” ucap pelayan itu kepadaku yang tertekan. “Apa kau mau bekerja untuk Ojou-sama itu?”

“....Apa?” Saran itu sangat tidak terduga sampai-sampai aku hanya bisa memiringkan kepalaku. “Erm, aku tidak yakin kalau aku mengerti apa yang barusan kau katakan.”

“Kalau begitu, izinkan aku menjelaskannya kepadamu secara berurutan.”

Pelayan itu membuka mulutnya, bertingkah seolah sedang memilih kata-katanya.

“Apa kau mengetahui Grup Konohana?”

“Iya, aku tahu...”

“Yah, wajar saja. Lagipula kau memiliki rekening di Bank Konohana, jadi kau pasti mengetahuinya.”

Dia benar. Gaji dari pekerjaan sambilanku dikirimkan ke dalam rekening yang kubuat di Bank Konohana. Penyeldikan mengenai latar belakangku yang barusan mereka lakukan mungkin didasarkan pada informasi yang terdafatar di akun tersebut.

“Grup Konohana adalah konglomerat terkenal yang tidak hanya mencakup bank kota, tapi juga perusahaan perdagangan umum besar, industri berat, pengembang real estat, dan perusahaan asuransi non-jiwa. Total asetnya sekitar 300 triliun yen. Pengaruhnya tidak hanya meluas di dalam negeri, tapi juga di luar negeri.”

Pelayan itu menjelaskannya tanpa ragu-ragu.

“Lalu, orang yang tidur di sampingmu itu adalah putri dari Grup Konohana, Hinako Konohana. Aku adalah salah satu pelayan yang melayani Ojou-sama itu.”

Rupanya, gadis yang tidur di sampingku ini adalah Ojou-sa,a yang luar biasa. Yah, aku memang sudah punya gagasan kalau dia bukan orang biasa, tapi aku tidak menyangka dia tidak hanya merupakan Ojou-sama yang dihormati di kota ini, melainkan sampai di seluruh negara ini.

“Apa yang kusarankan kepadamu adalah jenis pekerjaan yang mirip dengan pekerjaanku.”

“Maksudmu..., aku menjadi..., pelayan?”

“Kau akan menjadi Pelayan laki-lakiButler, bukan Pelayan perempuanMaid.”

[Catatan Penerjemah: Dalam raw-nya, Itsuki mengatakan ‘Maid’, tapi karena dia adalah laki-laki, maka seharusnya ‘Shitsuji’.]

Oh, ya, dia benar. Aku hanya kebingungan karena aku terlibat dalam percakapan yang skalanya terlalu besar.

“Secara teknis, pekerjaan yang akan kau jalani tidak condong ke pelayan, tapi itu adalah pekerjaan yang serupa dengan itu. Aku ingin kau mengurus Ojou-sama itu mulai sekarang. Apa kau setuju dengan ini?”

“Sekalipun kau bertanya setuju atau tidak..., di tempat pertama, apa kau yakin ini tidak apa-apa? Habisnya, aku ini hanya seorang pelajar...”

“Normalnya, kau harus menjalani pelatihan yang tepat untuk bisa mendapatkan pekerjaan ini, tapi..., karena ini adalah keinginan Ojou-sama, ini adalah kasus khusus. Dia sepertinya sangat menyukaimu.”

Mengatakan itu, pelayan itu kemudian melihat gadis yang sedang tidur di sampingku. Dia meneteskan air liur dengan ekspresi santai.

“Nnn... mm~”

“O-Oi..., jangan terlalu melekat padaku.”

Gadis itu berbalik dan memeluk tubuhku, membuatku bisa mencium aroma manis aneh dari rambut panjang dan lembut gadis itu.

“Ngomong-ngomong, kalau kau sampai melakukan sesuatu yang tidak bermoral kepada Ojou-sama—aku akan langsung memotong itu-mu.”

“...I-Itu?”

“Maksudku adalah bagian yang baru saja kau bayangkan.”

Kau tidak boleh melakukan itu. Bisa-bisa aku malah akan menjadi maid* nantinya.

[Catatan Penerjemah: Seperti yang gua bilang di atas, pelayan laki-laki adalah Shitsuji. Kalau itu-nya dipotong, maka Itsuki akan menjadi tanpa itu, yang artinya dia menjadi Maid.]

“Aku akan memintamu mendiskusikan persyaratan mendetail dengan majikanku.” ucap pelayan itu, sambil melihat pemandangan yang ada di luar.

Setelah percakapan terputus, mobil berhenti.

“Ojou-sama, kita sudah sampai.”

“......Mmm.”

Gadis yang menempel di sisi kanan tubuhku bangun dengan lesu. Dan setelah pintu mobil terbuka secara otomatis, kami keluar.

Di depan kami, berdiri sebuah rumah besar, yang merupakan yang terbesar yang pernah kulihat.

“Tempat ini...”

“Ini adalah mansion, kediaman terpisah Keluarga Konohana. Sebentar lagi, kau akan bertemu dengan ayahnya Ojou-sama.”

Lebih dari akan bertemu dengan ayah Ojou-sama itu, aku benar-benar tercengang melihat bahwa rumah di depanku ini adalah kediaman terpisah.

Kalau ini adalah kediaman terpisah..., apa itu berarti rumahku adalah rumah anjing atau toilet?

 

“Selamat datang kembali, Ojou-sama.”

Saat kami mendekati pintu masuk mansion itu, para pelayan laki-laki dan perempuan yang berbaris di kedua sisi menundukkan kepala mereka secara serempak. Di depan, setidaknya ada selusin pelayan, dan Ojou-sama yang dimaksud menguap ringan, dan kemudian, “Ya”, menjawab seperti itu.

Seperti biasanya, Ojou-sama ini begitu terpaku denga kiprahnya. Namun, semua pelayan ini tampaknya sudah terbiasa dengan ini dan terus menundukkan kepala tanpa menunjukkan reaksi tertentu.

Pintu yang begitu megah terbuka dan aku melangkah masuk ke dalam mansion. Bagian dalamnnya, yang terlihat layaknya hotel mewah, memenuhi penglihatanku. Karpet merahnya terbentang lurus, dan ada banyak sekali perabotan mewah. Tapi tidak seperti hotel, ini adalah mansion tempat tinggal orang, jadi suasananya lebih tenang kenadati glamor, tapi meski begitu, ada begitu banyak ornamen emas yang tidak ada di rumah orang biasa.

“Wow...”

“Kenapa kau bereaksi seperti itu?”

“T-tidak, erm..., dunia yang kita naungi sangat berbeda sampai-sampai membuatku jadi merinding.”

“Harap terbiasalah. Saat kau mulai bekerja untuk Ojou-sama, kau akan melihat pemandangan ini setiap hari, bukan?”

Aku belum memutuskan apakah aku akan bekerja untuknya atau tidak, tapi aku sudah memiliki sedikit kepercayaan diri.

“Ojou-sama, apa rencana anda untuk sisa hari ini?”

“Tidur.” gadis itu langsung menjawabnya.

“Dimengerti. Kalau begitu, karena saya harus membimbing Tomonari-sama, jadi saya akan mengirim seseorang untuk menggantikan saya.”

Pelayan itu melihat ke pelayan lain yang sedang menunggu di dekat dinding, tapi gadis itu mengerutkan keningnya saat mendengar kata-kata pelayan itu, dan berkata, “Udah ah, aku tidak jadi mau tidur.”

“Anda tidak jadi mau tidur?”

“Ya..., aku ingin bersama dengan Itsuki.” ucap gadis itu, sambil menarik lengan bajuku.

Entah kenapa, aku merasa seperti aku punya adik perempuan, saat aku memikirkan itu, mata dari si pelayan yang berdiri di sampingku terbuka lebar.

“Tidak mungkin..., aku tidak percaya Ojou-sama akan menunda waktu tidurnya...!?”

Aku penasaran, apakah itu memang sangat mengejutkan? Kupikir dia hanya terjaga secara normal karena dia telah tidur saaat masih di culik dan dalam perjalanan di mobil...

Si pelayan, yang sudah tenang, melanjutkan bimbingannya. Setelah menaiki tangga besar, pelayan itu mengetuk pintu ruangan yang terletak di ujung koridor.

“Permisi.”

Pelayan itu membuka pintu. Di sisi lain pintu, ada sebuah ruangan besar dengan seorang pria sedang berdiri di tengahnya.

“Kau pasti Itsuki Tomonari, kan? Aku Kagen Konohana, ayahnya Hinako dan ketua dari Grup Konohana.”

Pria itu, Kagen-san, menyapaku.

Dia memiliki penampilan yang terlihat awet muda, tapi dia mengenakan setelan yang berkualitas tinggi dan penuh keeleganan.

“Meskipun aku adalah ketua, tapi aku hanya bertanggung jawab atas satu perusahaan di dalam grup. Ini bukanlah posisi yang terlalu tinggi.”

“Maaf, tapi sebagai kepala keluarga selanjutnya anda seharusnya tidak boleh terlalu merendahkan diri seperti itu.”

“Haha, jangan terlalu marah gitulah, Shizune. Itu ‘kan cuman candaan biasa. Kalau kau memasang aura mencekam seperti, Itsuki akan menjadi terintimidasi.” kata Kagen-san sambil tersenyum.

Namun tiba-tiba, pandanganya matanya menjadi tajam.

“...Begitu ya. Melihat ini, tampaknya memang benar kalau Hinako tertarik denganmu.”

Kagen-san memandang gadis yang berdiri diagonal di belakangku—Hinako-san. Sebelum aku menyadarinya, wajah Hinako-san tertunduk saat tangannya memegang lengan bajuku, dan entah kenapa, dia terus mengangguk-anggukkan kepalanya—

“Dia, tidur sambil berdiri...!?”

Buset dah, memangnya dia ini seorang salaryman yang ada di kereta untuk berangkat kerja apa?

Ah... dia ngiler lagi.

Haedeh, karena aku tidak punya pilihan lain, jadi aku menyeka air liur Hinako-san dengan menggunakan sapu tangan yang kuambil dari sakuku.

“Nnh...”

Saat aku menyeka mulutnya, Hinako-san bersandar ringan kepadaku, seolah-olah berniat menjadikan tubuhku sebagai penopangnya.

 

“Itsuki-kun, kudengar kau baru saja terlibat dalam penculikan putriku..., tapi apa ada sesuatu yang terjadi pada kalian selama rentang waktu itu...? Aku belum pernah melihat putriku begitu menyayangi seseorang yang dia temui untuk pertama kalinya seperti ini...”

“Ti-tidak, aku tidak ada melakukan sesuatu yang istimewa.”

“Begitu ya. Yah, Hinako itu hidup berdasarkan perasaannya, jadi aku yakin kalau dia berada di gelombang yang sama denganmu.”

“Gelombang...?”

Aku tidak berpikir kalau ini adalah masalah yang bisa diselesaikan hanya dengan satu kata: gelombang..., tapi... bahkan aku sendiri tidak tahu mengapa dia sampai begitu terikat padaku seperti ini.

“Selain itu, Hinako selalu menginginkan seorang pengurus yang dapat membuatnya merasa nyaman. Tapi, posisiku membuatku jadi sulit untuk memberinya orang seperti itu. Karenanya, dia tidak ingin melepaskanmu yang dia temui secara kebetulan.”

Begitu ya, kurang lebih aku bisa memhaminya. Bagaimanapun juga, dia sendiri yang bilang bahwa dia menginginkan pengurus yang santai karena semua pengurusnya sangat tegang.

“Nah sekarang. Sebelum aku menjelaskan tentang pekerjaanmu sebagai pengurus, kau harus mengenal Hinako dulu..., Shizune.”

“Ya.”

Pelayan yang menunggu di belakang ruangan menanggapinya, dan kemudian dia mengoperasikan proyektor yang terpasang di sisi kiri ruangan.  Lampu di ruangan itu kemudian mejadi redup, dan di dinding yang berwarna putih muncul suatu video.

“Seperti inilah penampilan Ojou-sama saat dia menghabiskan waktunya di akademi.”

Di video itu, aku melihat gadis yang sedang tidur di belakangku—Hinako-san. Tempat dari video itu..., mungkin adalah lorong akademi.

[Selamat pagi, Konohana-san.]

[Semoga harimu menyenangkan.]

Hinako-san menanggapi sapaan teman sekolahnya dengan senyuman yang elegan.

Hmm,...? Aku ingin tahu, perasaan aneh apa yang kurasakan ini?

Adegan berubah, dan sekarang, kami melihat video yang direkam di ruang kelas.

[Baiklah, untuk soal ini..., Konohana-san, apa kau bisa menjawabnya?]

[Ya.]

Hinako-san berdiri dengan tenang saat dia ditunjuk untuk mengerjakan soal. Mempertahankan postur tubuh yang tegak, dia berjalan ke papan tulis, lalu kemudian tanpa henti menuliskan jawaban dari soal tersebut dengan kapur.

Dia memancarkan aura kejeniusan, dan siswa-siswi di sekitarnya menatapnya dengan kagum.

Adegan berubah lagi. Itu adalah ruang kelas yang sama, tapi dari cahaya yang tampak keoranye’an, mungkin itu saat sepulang sekolah. Di sana, seorang siswi sedang berbicara dengan Hinako-san yang sedang duduk di dekat jendela.

[K-Konohana-san! Kami mau mengadakan pesta teh di taman. Kalau kau tidak keberatan..., maukah kau ikut bergabung dengan kami?]

[Jika kalian merasa tidak keberatan, dengan senang hati aku akan ikut bergabung.]

[T-terima kasih banyak! Aku sudah menyiapkan kue yang enak untukmu loh, Konohana-san!]

[Fufu, kau tidak perlu terlalu gugup saat bersamaku.]

Melihat Hinako-san tersenyum, pipi siswi itu sontak merona merah.

Video pun berakhir, dan lampu di ruangan menjadi terang lagi.

Nah, sekarang biarkan aku mengungkapkan pikiranku dengan jujur.

“SIAPA DIA...?”

“Dia adalah Hinako-sama.”

“Mustahil...”

Gadis yang ada di dalam video itu adalah Ojou-sama yang sangat mulia, polos, cantik, dan anggun. Gadis di dalam video itu tidak terlihat seperti gadis yang telah tertidur di belakangku sejak beberapa waktu yang lal —tapi, gadis yang ada di video itu memang persis seperti dia.

“Hinako, dia itu bisa berperan sebagai Ojou-sama yang sempurna sat di depan umum.”

“...Di depan umum?”

“Benar. Sebaliknya, jika dia sedang tidak di depan umum...”

Kagen-san menatap si pelayan. Dan pelayan itu mengangguk tanpa suara, kemudian mengganti videonya.

Tempat yang ada di video itu adalah ruang kelas. Namun, tidak ada seorang pun di sekitar. Hanya ada dua orang dalam video itu, yakni Hinako-san dan seorang siswi yang berseragam sama sepertinya.

[O-Ojou-sama. Pelajaran berikutnya akan segera dimulai...]

[Aku capek. Aku mau tidur.]

Hinako-san mengatakan itu dengan malas, dan kemudian merebahkan diri di mejanya. Adegan berubah, dan kali ini lokasinya ada di koridor.

[O-Ojou-sama! Pelajaran selanjutnya adalah Penjaskes, jadi cepatlah dan ganti pakaian anda...]

[Gantiin.]

Adegan kemudian beralih ke halaman sekolah kali ini.

[Ojou-sama!? Baru saja, aku menerima panggilan dari kepala keluarga yang mengatakan kalau kartu kredit anda telah disalahgunakan―!?]

[Mungkin aku menjatuhkannya.]

[Apa? Mengapa anda tidak memberitahu saya soal itu sebelumnya—]

Tepat sebelum siswi itu berteriak, video itut terputus.

Yang terakhir itu...

“Inilah Hinako yang asli.” kata Kagen-san, dengan ekspresi rumit di wajahnya.

Rupanya, gadis yang bernama Hinako Konohana ini memiliki perbedaan yang begitu besar dalam citra publik dan pribadinya.

Meski dari sisi pribadi, aku lebih akrab dengan Hinako-san yang seperti itu, karena sejak awal, memang begitulah bagaimana dia bertindak saat di lokasi penculikan. Tapi meski begitu, aku baru mengenalnya sekitar tiga jam.

“Erm, siswi lain yang ada di dalam video itu, apa dia seorang pelayan atau semacamnya?”

“Dia adalah mantan pengurusnya Hinako. Baru-aru ini, dia merasakan rasa sakit yang hebat di perutnya akibat stres, dan setelah dirawat di rumah sakit, dia mengatakan kalau dia ingin mengundurkan diri menjadi pengurusnya.”

“......Buset dah.”

Itu sungguh cerita yang mengerikan untuk didengar.

“Singkatnya, Hinako dapat memainkan peran sebagai Ojou-sama yang sempurna di depan umum, tapi di luar itu, dia akan menjadi sosok yang tidak berguna seperti sekarang. Ada perbedaan yang begitu besar antra dua citra ini, jadi dia membutuhkan pendamping yang bisa menangani keduanya.”

“Jadi maksudmu..., itulah tugas pengurusnya.”

“Begitulah.” ucap Kagen-san, sambil menganggukkan kepalanya. “Peran pengurus adalah untuk melindungi citra publik Hinako sebagai Ojou-sama yang sempurna. Dengan kata lain, untuk mendukungnya dari balik layar sehingga sifat aslinya tidak terungkap. Bagaimana menurutmu..., apa kau akan menerima pekerjaan ini? Selain itu, ini adalah permintaan dari Hinako sendiri, jadi aku akan sangat berterima kasih jika kau bisa menjadi orang yang mengurusnya.”

Aku memikirkan pertanyaan itu sebelum menjawabnya.

“Kalian menyelamatkanku dari penculikan, dan mungkin terkesan tidak tahu malu bagiku untuk mengatakan ini saat aku berhutang banyak pada kalian, tapi..., apa aku akan di gaji?”

“Tentu saja. Kau akan mendapatkan tempat tinggal, dengan tiga kali makan dalam sehari. Selain itu, aku juga akan membayarmu.”

Itu——itu kesepakatan yang sangat bagus.

Inilah artinya menjadi kue beras di atas rak. Karena aku hampir tidak memliki tempat untuk ditinggali, ini adalah kesepatakan yang sungguh baik bagiku. Sebaliknya, aku yakin kalau dia mempertimbangkan situasiku saat dia membuat penawaran ini.

“Mengenai gajimu..., bagaimana dengan dua puluh ribu yen per harinya?”

“D-Dua puluh ribu!?”

[Catatan Penerjemah: 20.000 yen sekitaran 2.500.000 rupiah.]

“Oh, apa segitu masih belum cukup? Yah, kupikir aku juga tidak dapat memberimu gaji yang sama dengan pelayan profesional.., jadi, bagaimana dengan lima puluh ribu yen per harinya?“

“Justru sebaliknya! Jumlah itu terlalu banyak!”

Aku tidak menyangka kalau jumlahnya akan naik.

“Kalau begitu, aku akan mempekerjakanmu dengan bayaran yang kau minta. Berapa banyak yang kau inginkan?”

‘Bayaran yang kuinginkan’. Ini adalah pertama kalinya aku mendengar kalimat itu di dunia nyata.

“Jika itu gaji harian, delapan ribu yen saja sudah cukup.”

Bahkan jika itu adalah kerja sambilan, menerima bayaran delapan ribu yen saja sudah lebih dari cukup.

Kupikir aku menyebutkan harga pasar umum, tapi..., untuk beberapa alasan, Kagen-san mengerutkan alisnya.

“Itsuki-kun, tanggung jawab menjadi seorang pengurus jauh lebih serius daripada apa yang kau pikirkan.” kata Kagen-san, dengan ekspresi misterius di wajahnya.

“Asal kau tahu, belakangan ini kinerja Grup Konohana semakin lesu. Banyak di antaranya disebabkan oleh ekonomi, tapi banyak juga karena perselisihan antar faksi dalam grup dan konflik dengan pesaing. Karenanya, segala sesuatunya tidak berjalan sebagaimana mestinya. Tentu saja, itu masih belum cukup untuk membuat kami bangkrut, tapi bukan berarti itu adalah sesuatu yang bisa kami abaiakan begitu saja. Untuk itu..., sangatlah penting untuk mengetahui siapa yang akan dinikahi oleh putriku.”

“Apa yang kau maksud adalah pernikahan?”

Kagen-san mengangguk, lalu menatap Hinako yang sedang tidur di belakangku.

“Alasan Hinako berperan sebagai Ojou-sama yang sempurna di depan umum adalah untuk menemukan pengantin pria yang baik. Di akademi, pesta, dan tempat lain di mana dia berinteraksi dengan orang-orang sebagai putri dari keluarga Konohana, dia akan selalu memastikan untuk terus berakting seperti itu... Pengurus adalah bantuan untuk itu, dengan kata lain, peran serius dalam melindungi label keluarga Konohana.”

Saat aku mendengarkan penjelasan itu, aku kembali berpikir. Kami benar-benar hidup di dunia yang berbeda. Bahkan sampai saat ini, aku tidak pernah memikirkan perihal pernikahan atau label dalam hidupku.

“Jadi, berapa banyak kau ingin dibayar?”

Aku menelan sudah saat ditusuk oleh tatapan tajam dari Kagen-san. Untunglah aku telah diingatkan soal itu dengan sangat hati-hati, sehingga aku dapat memahami tujuan dari pertanyaan dan jawaban ini dengan tepat.

Tekadku sedang dipertanyakan.

Kagen-san bertanya ‘Berapa bayaran yang kuinginkan?’. Jika aku menjual diri dengan harga yang murah, dia akan memandangku dengan kekecewaan seperti sebelumnya. Tapi, jika aku meminta bayatan yang di luar kemampuanku, Aku akan ditertawakan karena menjadi tidak masuk akal. Pada akhirnya, jawaban yang kupilih adalah—

“...Kalau begitu, dua puluh ribu yen.”

“Fumu..., bayaran normalnya, ya. Yah, oke. Kalau begitu aku berharap kau bisa bekerja keras untuk itu.”

Dengan itu, Kagen-san mengeluarkan dokumen dari laci mejanya. Sambil mengisi sesuatu di formulir, dia kemudian kembali membuka mulutnya.

“Aku ingin agar besok kau sudah mulai bekerja.”

“Mulai besok?!”

“Sebelumnya kau sudah melihat video itu, kan? Tanpa seseorang yang mengurusnya, bahkan di dalam rumah pun Hinako bisa tersesat. Kami membutuhkan seseorang untuk mendukung Hinako secepat mungkin.”

Bukannya aku akan terkejut jika seseorang tersesat di rumah ini, apalagi dengan ukurannya yang sangat besar, tapi...

“Pertam-tama, kita perlu mempersiapkan pakaianmu. Aku akan memanggil penjahit ke sini, jadi nanti ukuran pakaianmu akan diukur.”

“E-Erm..., apa kau juga akan memberikanku pakaian untuk bekerja?“

“Ini lebih seperti seragam kerja. Mulai sekarang, kau akan menghadiri Akademi Kekaisaran.”

“...Hah!?”

Kupikir itu adalah sesuatu seperti seragam pelayan atau semacamnya, tapi aku justru menerima jawaban yang sama sekali tidak kubayangkan.

“Bagaimanapun juga, Hinako akan pergi bersekolah. Dan tentu saja, pengurusnya akan pergi bersamanya.”

“Tidak, tapi ‘kan, Akademi Kekaisaran adalah sekolah yang sangat bergengsi. Aku tidak berpikir kalau aku akan cocok jika aku bersekolah di sana...”

“Pokoknya, kau harus beradaptasi. Itu merupakan bagian dari pekerjaanmu. Selain itu, tampaknya kau mendapatkan nilai yang bagus di sekolahmu sebelumnya, jadi bukan berarti kau itu buruk dalam masalah belajar, kan?”

Untuk dapat meningkatkan kesempatanku memasuki perguruan tinggi, aku melalui pembelajaranku dengan serius, tapi meki begitu..., itu tidak pada tingkat yang sama dengan sekolah bergengsi.

Apa aku akan baik-baik saja...?

Belajar, olahraga, etiket, keterampilan komunikasi, dll. Kecemasanku tidak ada habisnya.

“Karena pelayan tidak diizinkan untuk memasuki akademi, kau akan menghadiri akademi sebagai siswa biasa. Untuk itu, statusmu akan dibuat sebagai afiliasi dari Grup Konohana, tapi untuk menghindari masalah, kau akan ditetapkan sebagai pewaris anak perusahaan, dan bukan garis keturunan langsung. Di masa depan nanti kau bercita-cita menjadi CEO, tapi kau juga merupakan siswa yang akrab dengan kehidupan orang biasa.”

“Aku merasa itu tidak normal untuk menjadi pewaris perusahaan, tapi...”

“Di Akademi Kekaisran, itu adalah hal yang normal,” kata Kagen-san dengan singkat.

Tapi bagiku, akademi itu sendiri sudah tidak normal.

“Perusahaan ayahmu adalah bagian dari Grup Konohana. Karenanya, kau tidak bisa mengangkat kepalamu terhadap Hinako... Itulah semua jenis cerita yang akan menghilangkan kecurigaan padamu.”

Jadi begitu ya. Tentunya, peranku akan tidak akan ketahuan jika aku memiliki status itu.

Saat aku melihat ke arah gadis yang tidur di belakangku, dia meneteskan air liurnya lagi, jadi aku mengangkat dagunya dan menutup mulutnya. Sepertinya, aku dan dia akan berteman untuk waktu yang lama.

“Ngomong-ngomong, kalau sampai kau berbuat macam-macam pada putriku—”

Menyadari bahwa Kagen-san sedang memelototiku, aku meluruskan postur tubuhku.

“M-Memotong itu-ku, kan?”

“Memotong? Hahaha! Tidak mungkin aku akan melakukan itu!” Kagen-san tertawa terbahak-bahak. “Aku cuman akan membunuhmu.”
                
“Hiiii!?”

Itu terlalu simpel dan justru menakutkan.

“Baiklah, aku akan mengandalkanmu mulai besok.”

Saat Kagen-san mengatakan itu, pelayan yang sejak tadi menunggu di belakang perlahan membuka pintu ruangan.

Kemudian, saat aku hendak kelaur dari ruangan itu bersama Hinako-san yang masih tampak tertidur...,

“Oh, satu hal lagi—aku sudah melakukan penyeldikan tentang keluargamu,”

Saat aku berbalik, kulihat Kagen-san menampilkan ekspresi serius.

“Putri dari keluarga Miyakojima juga terdaftar di Akademi Kekaisaran. Aku yakin kalau tidak ada konflik antara dirimu secara pribadi dan keluarga itu, tapi untuk berjaga-jaga..., Aku ingin kau menahan diri untuk tidak melakukan kontak yang tidak perlu.”

“...Ya.”

Begitu ya.., jadi dia juga menghadiri akademi itu. Yah, kurasa dia mungkin tidak mengingatku. Jadi tidak mungkin kontak itu akan terjadi.

 

“Kalau dipikir-pikir, aku masih belum memperkenalkan diriku. Aku adalah pelayannya Ojou-sama, Shizune Tsurumi.” kata si pelayan saat kami berjalan menyusuri koridor mansion.

“Itsuki-san, statusmu akan dibuat menjadi pewaris dari perusahaan menengah, tapi selama kau berada di mansion ini, kau adalah seorang pengurus. Oleh karena itu, tolong ubahlah cara bicaramu saat memanggil Ojou-sama di mansion ini.”

“...Aku mengerti. Hinako-sama..., seperti itu, kan?”

Shizune-san mengangguk.

“Sebaliknya, saat di luar mansion, kau akan bersatus sebagai teman sekolah Ojou-sama, jadi akan lebih baik jika memanggilnya dengan honorifik [san].”

Saat aku menghadiri akademi, aku akan memanggil Hinako-sama menjadi Hinako-san. Kami juga harus menjaga jarak sebaik mungkin, jadi aku menganggukkan kepalaku terhadap kondisi itu.

“Ini akan menjadi kamarmu. Itsuki-san,” ucap Shizune-san, sambil membuka pintu kamar.

Kamar tersebut berukuran sekitar tujuh tikar tatami dan hanya dilengkapi dengan ranjang serta meja belajar. Mungkin ini adalah kamar pelayan. Aku dibuat kewalahan dengan ukuran mansion tersebut, jadi aku merasa lega di dalam hatiku saat mendapatkan kamar ini. Aku bisa dengan mudah terbiasa dengan ini.

“Kalau ada perabotan yang kau butuhkan, kita bisa memesannya nanti. Yang jelas, mulai sekarang kau bisa tinggal di kamar ini.”

“Ya.”

Aku diberitahu bahwa mereka akan menerima pesanan, tapi sebagai pendatang baru, tidak mungkin aku bisa tiba-tiba meminta segala macam hal.

Aku akan memikirkannya ketika setidaknya aku bisa bekerja seperti orang normal.

“Nuh-uh.”

Pada saat itu, gadis itu mengeluarkan suara aneh dan menyelam ke atas ranjang di dalam kamarku.

“Um..., Hinako-sama, itu ‘kan ranjangku.”

“Ranjangnya pengurusku..., adalah ranjangku...”

Dengan ekspresi lucu dan bahagia di wajahnya, Hinako-sama membenamkan wajahnya di atas kasur.

“...Apa boeh buat. Ayo biarkan Ojou-sama tidur di sini sebentar.” ucap Shizune-san, sambil menghela napas. “Itsuki-san, mulai besok kau akan menghadiri Akademi Kekaisaran sebagai siswa pindahan. Tapi sebelum itu, ada beberapa hal yang perlu kau pelajari...”

“Itu tentang pekerjaanku sebagai pengurus, kan?”

“Itu benar, tapi masih ada lagi.” Shizune-san menjelaskan, “Akademi Kekaisaran adalah sekolah bergengsi yang menarik anak-anak orang kaya dan berkuasa. Semua pelajarannya memiliki level yang tinggi, jadi itu bukanlah sesuatu dimana seseorang yang telah menjalani kehidupan normal tiba-tiba dapat mengikutinya. Karenanya, mulai sekarang sampai makan malam, aku akan memintamu mempelajari beberapa materi.”

“...Apa levelnya benar-benar setinggi itu?”

“Iya. Selain itu, karena mulai kedepannya kau akan bekerja dengan Ojou-sama, nilaimu harus setara dengan nilainya. Setidaknya, kau harus memiliki kemampuan akademis yang tidak akan mendapat masalah jika kau ditunjuk untuk mengerjakan soal di dalam kelas.”

“...Aku tidak begitu percaya diri tentang ini.”

“Asal kau tahu saja, ini bukan hanya soal perihal akademis. Tapi juga tentang etiket, perilaku, dan bela diri.”

“Bela diri?”

“Untuk berjaga-jaga saja kok.”

Yang membuatku terkejut, Shizune-san mengatakan itu dengan tenang,

“Oh, mungkingkah kau takut?”

“Tidak..., begini-begini aku juga telah melakukan banyak pekerjaan fisik dalam hidupku. Aku memiliki cukup kepercayaan diri dengan kekuatan fisik yang kumiliki.”

“Begitukah? Kalau begitu, mari kita lihat apa yang bisa kau lakukan setelah kau menyelesaikan persiapanmu.”

Aku tersenyum kecut pada Shizune-san yang memberitahuku begitu tanpa ragu-ragu. Mempertimbangkan kepribadian Shizune-san, jauh lebih baik jika aku mengambil inisiatif sekarang. Tentunya, dia adalah atasanku sebagai pengurus, tapi..., dia mungkin akan memberiku pendidikan Spartan selamanya kalau aku tidak cukup baik.

Aku akan mencoba yang terbaik untuk memberikan pelajran pada mereka yang menjalani kehidupan elegan di rumah mewah, jadi jangan meremehkan siswa yang berjuang keras―――

 

“Aku sudah mencapai batasku. Maaf. Rasanya aku akan mati.”

Malamnya, aku berlutut menghadap Shizune-san di dojo di sudut mansion.

“Yah baiklah, ayo kita akhiri pelajaran hari ini. “

Setelah menyelesaikan serangkaian pelajaran mengenai etiket dan akademis, aku merasa sangat kelelahan sampai-sampai aku rasanya mau pingsan. Pelajaran bela diri sangat membebani pikiran dan tubuhku. Aku tidak menyangka kalau dia akan memperlakukanku seperti anak kecil. Dalam pikiranku, kuputuskan untuk menyebut Shizune-san sebagai maid seni bela diri yang luar biasa.

“Untuk informasi lebih lanjut mengenai pekerjaanmu sebagai pengurus, silakan merujuk ke manual ini.”

“...Ini tebal sekali.”

“Aku akan memberimu rundown verbal setiap sebelum makan malam, tapi jika ada sesuatu yang tidak kau mengerti, kau bisa mengandalkan manual itu atau bertanya padaku,” ucap Shizune-san, saat aku menerima manual tebal itu.

“Erm..., di kamarku, Hinako-sama masih tidur.”

“Saat dia berada di mansion, biasanya yang dilakukan Ojou-sama adalah tidur. Jadi tolong biarkan dia seperti itu.”

“Tidak, tapi aku ingin segera tidur...”

“Kau bisa tidur di koridor. Nanti aku akan menyiapkan tikar untuk kau pakai.”

“......”

“Cuman bercanda kok. Harap tunggu saja sampai Ojou-sama kembali ke kamarnya.”

“...Iya.”

“Baiklah, aku permisi dulu. Kalau kau ada membutuhkan sesuatu, telpon saja aku.”

Setelah mengatakan itu, Shizune-san meninggalkan dojo.

Setelah memberitahukan tekadku untuk menjadi pengurus, aku menerima ponsel cerdas yang diberikan kepada pelayan keluarga Konohana. Nomornya Shizune-san juga ada di daftar kontakku, tapi..., sebisa mungkin aku tidak ingin menelponnya.

“...Mungkin menjadi pengurus adalah pekerjaan yang biasanya membutuhkan orang dengan spesifikasi tinggi untuk melakukannya,” gumamku pada diriku sendiri, saat aku meninggalkan dojo dan menuju ke kamarku.

Kudengar pelajaran dari Shizune-san akan diadakan setiap hari. Kalau aku memang akan terus melakukannya, mungkin hanya dalam beberapa bulan aku bisa menjadi orang yang sempurna dalam bidang akademis dan seni bela. Yah, entah apakah aku menjadi seperti itu..., atau justru aku akan kehilangan akal sehatku.

Saat aku kembali ke kamarku, aku mendapati kalau gadis itu masih ada di kamarku.

“Mmm......, ehehehe...”

Rupanya, Hinako-sama ini suka sekali tidur. Saat dia diculik tadi pun dia masih sempat-sempatnya pergi tidur, dan kalau sudah seperti ini, katanya dia biasanya akan tidur nyenyak sampai pagi.

Sambil menghela napas, aku duduk di kursi yang disediakan di mejaku. Hari ini aku benar-benar lelah, dan aku ingin tidur lebih awal juga. Tapi, dengan adanya Hinako-sama menempati ranjangku, aku tidak tahu harus berbuat apa...

“Oh iya. Di saat-saat seperti inilah manual itu kubutuhkan.”

Aku pun membalik halaman manual.

“Errm, nah, ini dia. Hal-hal yang harus diperhatikan saat Ojou-sama sedang tidur, edisi mansion. Saat di mansion, Ojou-sama menghabiskan sebagian besar waktunya untuk tidur. Kalau kau sampai membangunkan Ojou-sama yang sedang tidur dengan nyenyak, dia akan menjadi rewel, jadi pastikan untuk membimbingnya ke kamarnya sebelum menidurkannya....... Lah, sudah terlambat ini mah...!”

Aku sih tahu dimana letak kamarnya Hinako-sama, tapi apakah tidak apa-apa jika aku membawanya ke sana tanpa izin? Saat aku mencoba mencari tahu tentang itu di manual, ponselku tiba-tiba bergetar... Sepertinya aku menerima pesan.

Yuri: Besok mau gak pergi ke sekolah bareng-bareng?

Saat aku melihat pesan yang ditampilkan di layar, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak mencicit.

“Sial, aku lupa menjelaskannya.”

Ponselku yang lama mengatas namakan nama orang tuaku, jadi aku harus menyinkronkan dataku ke ponsel baru yang diberikan kepadaku. Karenanya, pesan dari kenalan sebelumnya juga diterima di ponsel ini.

Bagaimana aku harus menjelaskan masalah ini? Saat aku bertanya-tanya seperti itu, pesan-pesan lain mulai berdatangan seperti hujan di bulan Mei.

Yuri: Kalau kau tidak mau sih tidak apa-apa! Aku bisa kok pergi dengan teman-temanku yang lain!

Yuri: Hei?
                  
Yuri: Jangan kacangin aku...

Bukannya aku mau kacangin dia. Tapi karena aku tidak bisa menemukan jawaban untuk masalahku, kuputuskan untuk jujur saja ​padanya.

Itsuki: Karena beberapa situasi, aku tidak bisa lagi bersekolah di SMA itu.

Yuri: Apa?

Aku segera menerima balasan.

Yuri: Boleh tidak aku meneleponmu?

Itsuki: Maaf, hari ini aku lelah banget, lain kali saja.

Sejujurnya, aku bahkan tidak bisa lagi untuk berpikir. Kalau sekarang aku memikirkan hal-hal lain, aku khawatir kalau aku akan kehilangan semua konten persiapan yang Shizune-san masukkan ke dalam kepalaku.

Brrt.

Ponselku bergetar. Astaga, padahal sudah kubilang lain kali saja, tapi..., tidak. Aku tidak bisa mengangkatnya.

Setelah membiarkannya terus seperti itu selama beberapa saat, ada pesan yang dikirim lagi.

Yuri: Kenapa kau tidak mengangkatnya?

Yuri: Hei.

Yuri: Hei??

“—Hei.”

“Whoa!?”

Tiba-tiba, aku melompat saat mendengar seseorang memanggilku dari belakang. Aku berbalik, dan mendapati Hinako-sama sedang berdiri di sana, matanya menyipit mengantuk.

“Oh, anda sudah bangun...”

“Siapa yang menelponmu?”

“Eh? Ah..., erm, dia teman masa kecilku yang satu SMA denganku...”

“...Hmm.”

Hinako-sama memberiku senyum ragu-ragu dan kemudian meraih ponselku. Aku bertanya-tanya, apakah dia mau menelusuri sesuatu di Internet. Saat aku berpikir begitu, aku menyerahkan ponselku kepadanya.

“...Ini disita.”

“Eh.”

Hinako-sama merangkak ke kasur dengan ponselku di tangannya.

“Dengan begini, suasananya jadi damai...”

“Damai...? Erm, bisakah anda mengembalikan ponselku?”

“Tidak,” ucap Hinako-sama, sambil membalikkan punggungnya padaku. “...Aku tidak suka dengan cara bicaramu itu.”

“Apa maksud anda?”

Cara bicara...? Oh, apa yang dia maksud adalah honorifik?

“Kembalikan cara bicaramu seperti yang sebelumnya.”

“Tidak, tapi...”

“Kalau kau tidak mau mengembalikannnya, kau dipecat.”

Buset dah, itu terlalu arogan, tau...,

“...Apa itu tidak apa-apa?”

“Mm.”

“Tapi Shizune-san menyuruhku untuk mengubah cara bicaraku...”

“Besok, aku akan memberi tahu Shizune perihal ini.”

Jika demikian, tidak ada masalah..., mungkin?

Yah, aku hanya perlu menanyakannya langsung pada Shizune-san besok.

“Itsuki.”

“...Ada apa?”

“Mulai besok, mohon bantuannya,” ucap Hinako, sambil menampilkan senyum lembut di wajahnya.

Untuk sesaat, aku dibuat terpesona oleh dia, dan beberapa saat kemudian, aku menjawabnya.

“...Ya.”

Mungkin dia puas dengan jawabanku, Hinako-sama kembali terjun ke atas ranjang――

“Oh, hei! Tunggu! Kalau kau mau tidur, setidaknya kembalilah ke kamarmu!”

Sayangnya, Ojou-sama sudah tertidur.

Ya ampun, dia ini sungguh orang yang bebal.



2 Comments

  1. Wah asem, ditunggu update saijo no osewa nya bang

    ReplyDelete
  2. Buset dah Gini Amat Di Tinggal Ngutang Ama Ortu pergi Kek because I like you Tapi Merasa Seneng Juga🗿

    ReplyDelete
Previous Post Next Post