Kanojo no Imouto to Kiss wo Shita Volume 3 - Bab 6 Bagian 2

Bab 6 Bagian 2
Mendadak x Cinderella


Saat aku memasuki Saizeriya, kulihat Haruka duduk di kursi yang terlihat dari pintu masuk.

Begitu dia melihatku, dia langsung melambaikan tangannya padaku.

“Hiromichi-kun, aku di sini.”

“Maaf membuatmu menunggu.”

“Tidak perlu minta maaf, lagian aku yang datang tiba-tiba.”

Dia mengatakan itu dengan nada yang meminta maaf, serta ekspresi yang setengah tertutupi oleh masker.

“Haruka, apa kau flu?”

“Oh, aku tidak flu kok... Kau tahu kalau beberapa hari yang lalu aku tampil di TV, kan? Sejak saat itu aku jadi menarik perhatian orang-orang, makanya aku pakai masker.”

Mendengar itu, aku merasa lega.

Aku sangatlah menantikan kencan yang mungkin merupakan kencan terakhir yang bisa dikenang di musim panas ini, jadi itu sama sekali tidak lucu kalau kencan kami dibatalkan karena flu.

“Yah, meskipun begitu kupikir anak-anak dari SMA kita mungkin ada yang akan mengenaliku.”

“Kau benar-benar sudah jadi selebriti, ya!”

“Ish, jangan mengejekku!”

Entah apakah karena apa yang Shigure katakan padaku, tapi bagiku ketika Haruka mengatakan itu, dia tampak tidak begitu puas.

...Tidak, berhenti. Sekarang ini aku lagi punya kesempatan untuk bersama dengan Haruka, jadi aku tidak ingin membicarakan sesuatu yang bisa bikin suasananya tidak nyaman. Pokoknya, aku tidak boleh menyentuh topik soal berita yang sedang viral itu lagi.

“Tapi tadi itu aku benar-benar terkejut saat kau bilang kau lagi OTW ke rumahku, loh?”

“Sungguh, aku minta maaf. Pada akhirnya ini seolah-olah aku menyuruhmu ke sini.”

“Gak apa-apa. Ngomong-ngomong, apa kau sudah memesan sesuatu?”

Terhadap pertanyaanku, Haruka mengatakan bahwa dia belum memesan apa-apa, jadi aku memesan minuman free refill dan kentang goreng untuk dua orang.

Setelah itu, dengan tujuan untuk mengubah topik dari kecemasan menjadi hari yang indah hari ini, aku berinisiatif untuk mengarahkan pembicaraan.

“Aku sudah gak sabar ingin melihat festival dan pertunjukkan kembang api. Kudengar akan ada banyak kedai yang didirikan saat festival, dan karena ada banyak yang mungkin akan kita makan, jadi kita harus sedikit mengurangi makan siang. Haruka, kedai seperti apa yang kau sukai?”

“E-Erm..., kalau aku sukanya kedai permen apel...”

“Itu sungguh khas dari imagenya festival. Kalau aku sih sukanya kedai cumi bakar. Kau tidak akan bisa melihat cumi yang dibakar seperti itu di tempat lain kecuali di festival. Tapi yah, tidak semua kedai juga merupakan kedai makanan. Haruka, apa kau pernah bermain menembak di festival?  Jujur saja aku sih belum pernah melakukannya.”

“.........”

...Eh? Kok rasanya Haruka tidak menanggapiku dengan baik? Maksudku, dia hanya diam saja.

Saat aku memeriksa eksprsinya sambil bertanya-tanya ada apa dengan dia, kulihat dia tampak tidak nyaman.

Mungkinkah sebenarnya dia memang sedang sakit?

...Tapi sebelum aku bisa bertanya padanya, Haruka mendongak seolah-olah dirinya telah mengambil keputusan.

“Maaf, Hiromichi-kun.”

Lagi-lagi, dia meminta maaf kepadaku.

Apa fakta kalau dia tiba-tiba datang mengunjungiku dan membuatku keluar menghampirinya sangat membuatnya merasa tidak nyaman?

“‘Kan sudah kubilang tidak perlu minta maaf? Malahan, kencan kita yang seharusnya dimulai nanti malam, tapi kau yang memajukannya membuatku senang karena kita bisa bersama lebih lama. Bahkan lebih tepatnya ini bisa disebut aku merasa beruntung.”

“Aku tidak minta maaf soal itu.”

“Hm?”

“Alasanku datang ke sini..., mengenai kencan kita malam ini, aku ingin berbicara padamu kalau aku ingin memindahkan kencannya di hari lain.”

Eh.........?

“A-Apa? Kok tiba-tiba begini?”

“...Kemarin, ketua klub drama memberitahuku bahwa produser fillmnya tertarik denganku karena kehebohan foto itu, kemudian ketua bertanya padaku apakah aku ingin ikut dengannya ke pertemuannya berikutnya, dan itu adalah malam ini...”

“P-Produser...?”

“Ya, produser adalah orang yang bertugas mendapatkan lokasi untuk film atau drama, dan ketua mengatakan padaku bahwa jika aku tertarik dengan dunia akting, maka aku harus bertemu dengannya. Itu sebabnya..., hari ini aku ingin pergi menemui produser itu.”

Dia ingin pergi...? Tidak, tidak, tidak, kalau begitu, bagaimana dengan kencannya denganku hari ini?

Oh, aku mengerti..., jadi itu sebabnya dia ingin memindahkan kencannya ke hari lain?

Tapi meski begitu..., segala sesuatunya terlalu mendadak...,

“H-Haruka, bukankah kau mengatakan kau tidak berpikir dirimu mampu untuk berakting setingkat dengan profesional? Kau bilang dirimu itu buruk dalam berakting?”

“...Ya, aku mengatakan itu, atau lebih tepatnya itulah yang kupikirkan. Tapi, aku sangat serius soal aku yang mengagumi dunia akting... Sebelumnya aku sudah pernah bilang padamu bahwa ibuku adalah seorang aktris, kan? Saat aku masih kecil, dia sering muncul di sinetron. Mungkin peran yang dia mainkan hanya peran pendukung dan tidak populer, tapi saat aku melihat ibu tampil di TV, dia terlihat sangat keren dan cantik.”

...Tentunya, aku pernah mendengar soal itu saat kami baru-baru saja berpacaran.

“Aku mengagumi ibuku yang bersinar itu, aku ingin lebih dekat dengan dirinya, itulah sebabnya mengapa aku mulai terjun ke dunia akting. Oleh karena itu, aku banyak berlatih..., hingga aku akhirnya menarik perhatian ketua klub dan dipilih sebagai pemeran utama dalam drama festival budaya, dan sekarang ada seorang produser yang ingin bertemu denganku! Bukankah ini sudah seperti mimpi?!”

Nada suara Haruka berangsur-angsur menjadi sangat bersemangat. Bersamaan dengan itu, ekspresi wajahnya juga berubah dari yang sebelumnya tampak merasa tidak nyaman kini menjadi sangat serius, layaknya ekspresi yang selalu dia tampilkan saat dia mendedikasikan dirinya untuk kegiatan klub... Ya, benar, itu adalah ekspresi yang sama dengan yang ada di foto yang viral itu.

“Aku yakin saat ini aku sedang menggunakan keberuntungan seumur hidupku. Itu sebabnya, sekarang aku ingin melakukan semua yang aku bisa. Karena kalau aku tidak melakukan apa-apa, aku yakin kalau aku pasti akan menyesalinya selamanya. Kencan bisa dilakukan di hari lain, tapi orang dewasa adalah orang yang sibuk. Jika aku melewatkan kesempatan ini, mereka mungkin tidak akan tertarik padaku lagi karena aku hanyalah anggota juniornya ketua klub drama. Oleh karena itu...., maaf kalau terlalu mendadak, tapi tolong izinkan aku memindahkan kencan kita malam ini ke hari lain.”

Menyatukan kedua telapak tangannya, Haruka mengatakan itu sambil menundukkan kepalanya padaku.

...Aku sangat mengerti perasaannya Haruka.

Faktanya, saat aku diperlihatkan foto itu, aku sendiri juga tidak pernah menyangka bahwa foto itu akan sampai se-viral ini. Dan tentunya, Haruka yang menjadi pusat dari semua itu pastilah jauh lebih terkejut lagi.

Ini adalah kesempatan yang tiba-tiba datang menghampirinya dimana dia bisa lebih dekat dengan dunia yang ia idamkan. Kesempatan ini sangatlah berharga karena mungkin dia tidak akan pernah mendapatkan kesempatan ini lagi. Karenanya, itu wajar jika dia ingin melakukan semua yang dia bisa lakukan dalam memanfaatkan kesempatan yang datang padanya itu.

Selain itu, aku tahu seberapa keras Haruka berlatih di kegiatan klubnya.

Selama liburan musim panas ini, ketika sebagian besar siswa SMA disibukkan untuk bersenang-senang dan jatuh cinta, tapi Haruka mencurahkan sebagian besar waktunya untuk mengikuti kegiatan klub. Bahkan sebagian besar kencan yang kami lakukan sebelum-sebelumnya juga dihabiskan untuk mengerjakan pekerjaan rumah setelah selesai makan.

Banyak orang yang kini mulai tertarik pada Haruka, seorang gadis yang bekerja keras dengan sepenuh hati untuk sesuatu yang ia dambakan sejak ia kecil.

Sekarang, kerja keras Haruka mulai membuahkan hasil.

Itu adalah sesuatu yang menggembirakan.

Memang sih, rasanya menyebalkan untuk membatalkan kencan yang sudah lama kunanti-nantikan ini, tapi itu adalah masalah yang akan beres jika aku bisa menerimanya. Ya, aku.

Dan di tempat pertama, seperti yang Haruka katakan, kencan bisa dilakukan di hari lain.

Hari ini adalah hari yang penting bagi Haruka. Dengan demikian, sebagai pacarnya, tidak mungkin aku tidak menyemangatinya untuk melakukan yang terbaik, kan? Ya, jawaban untuk itu sangatlah jelas.

“Aku keberatan.”

Harusnya jawabannya sudah jelas, tapi apa yang keluar dari mulutku justru perkataan yang berlawanan.

---

“Eh......”

Haruka terkejut dengan penolakanku.

Di sisi lain, aku sendiri juga dibuat terkejut dengan kata-kata yang kulontarkan dari mulutku sendiri.

Apa sih yang barusan kukatakan? Aku ini goblok apa? Cepat, ralat apa yang barusan kukatakan!

“Aku keberatan. Lagian, kau sudah membuat janji denganku terlebih dahuku, kan?”

Sayangnya, pemikiran rasional yang berada di benakku tidak dapat kusuarakan.

Apa yang muncul keluar mendahului pemikiran itu justru hanyalah keegoisan yang kekanak-kanakkan.

“Sejak beberapa hari ini aku sangat menantikan untuk pergi melihat pertunjukkan kembang api bersamamu. Kau mungkin benar, kita bisa kencan di hari lain, tapi pertunjukkan kembang apinya hanya hari ini... Tidak bisakah kau yang menunda pertemuan itu?”

Goblok, berhenti, mengapa kau begitu egois seperti itu?

Aku diliputi oleh rasa benci yang luar biasa pada diriku sendiri karena menjadi egois dan tidak mempertimbangkan perasaannya Haruka.

Tapi, aku tidak bisa berhenti, sekalipun aku mengerti bahwa semua ini hanya akan membuat Haruka merasa tidak nyaman.

“Begitu ya..., jadi kau sangat menantikannya, ya... Jujur, aku sendiri juga sangat menantikannya..., tapi...,”

Keegoisanku membuat Haruka menampilkan ekspresi yang merasa tidak nyaman.

Keegoisanku membuatku Haruka jadi bermasalah.

Fakta itu membuatku hatiku merasa sakit.

Lihatlah ini, inilah buah dari keegoisan yang kukatakan!

Semuanya jadi begini gara-gara salahmu, Hiromichi. Kau sungguh seorang pacar yang berpikiran amat sempit.

Aku tidak percaya kau bahkan tidak bisa mendukung keinginan dari pacarmu yang ingin berjuang?! Bukankah kau adalah pria yang terburuk?! Cepat, ralat perkataanmu sekarang!!

...Tapi, tidak peduli seberapa besar aku mencoba mencela diriku sendiri, aku tidak bisa meralat kata-kataku.

Aku menatap Haruka, yang menampilkan ekspresi tidak nyaman.

Aku berharap agar dengan suaranya yang seceria biasanya, Haruka akan mengatakan padaku, “Kau benar, kencan kita jauh lebih penting”, tapi apa yang keluar dari mulutnya adalah....,

“Baiklah! Bagaimana kalau begini saja? Besok, ayo kita pergi ke Disneyland.”

“Eh..., maksudmu Disneyland di Tokyo?”

“Ya. Kita akan berangkat pagi-pagi sekali, naik kereta, dan di sana kita akan bersenang-senang sampai tutup.  Di sana ‘kan mereka setiap malam juga meluncurkan kembang api tuh, jadi kita bisa melihatnya bersama-sama.”

Tidak, kau salah.

“T-Tapi..., itu terlalu mendadak..., dan selain itu ada masalah dengan biaya perjalanannya juga...”

“Kau tidak perlu mengkhawatirkan apapun soal itu! Sebagai permintaan maaf untuk hari ini, aku yang akan membayar biaya perjalanan besok. Di wawancara kemarin aku dibayar, jadi aku bisa membiayainya. Sebenarnya besok aku ada kegiatan klub..., tapi aku akan minta libur pada ketua. Dengan begitu, tidak hanya malam hari seperti hari ini, tapi kita akan bisa kencan sepanjang hari, kau mau, ‘kan?”

Tidak, kau salah, bukan itu, Haruka.

...Sebenarnya, aku sama sekali tidak peduli soal kembang api.

Mau kencannya itu hari ini atau besok, aku juga sama sekali tidak peduli soal itu.

Aku..., aku hanya..., aku hanya ingin dia memilihku.

Akhir-akhir ini,  aku merasa seperti Haruka telah pergi jauh dariku, jadi aku benar-benar merasa sepi. Aku khawatir bahwa pada tingkat ini dirinya akan benar-benar menjadi keberadaan yang jauh dariku.

...Aku ingin tahu, jika aku mengungkapkan semua perasaan ini, akankah Haruka mempertimbangkan kembali keputusannya? Apa dia akan mengorbankan kesempatan yang dapat mengubah hidupnya yang telah dia dedikasikan pada akting, semua yang telah dia bangun hingga saat ini..., maukah dia mengorbankan semua itu untukku?

...Aku tidak tahu. Keyakinanku pada Haruka tidak sampai sejauh itu.

Misalnya..., misalnya...,

Misalnya aku mencurahkan semua itu...., dan Haruka tidak memilihku——

“Kau benar..., kalau gitu ayo kita lakukan! Kencan Disney!”

“Ya! Ehehehe, aku sangat menantikannya. Pergi ke Disney bersama pria yang kusukai sudah sangat lama kuimpikan! Ini akan menjadi kencan yang sangat menyenangkan untuk menutup liburan musim panas.”

“Aku sendiri juga belum pernah ke sana lagi sejak aku masih kecil, jadi aku juga menantikannya. Bagaimanapun juga, itu bukan tempat yang bisa kau datangi begitu saja jika kau tidak punya pacar.”

Sungguh, sampai akhir pun aku ini benar-benar pria yang pengecut.

Aku membuat Haruka merasa tidak nyaman dengan melontarkan keegoisanku, tapi kemudian aku menginjak rem di tengah jalan.

Sungguh pria yang tidak rasional.

Kalau pada akhirnya aku menarik diri seperti ini, harusnya sejak awal dengan senyuman aku menyetujui usulannya yang ingin memindahkan kencan kami ke hari lain.

Mengapa..., mengapa tidak satu pun dari perasaanku yang bisa mengambil keputusan seperti itu?

Di sisi lain, eskpresi Haruka yang awalnya merasa tidak nyaman kini berubah menjadi senyum bahagia saat dia mendengar persetujuanku,

“Haah..., aku sungguh lega kau bisa mengerti aku, Hiromichi-kun. Saat ketua mengajakku untuk menemui produsernya hari ini, dia bilang bahwa ini memang mendesak dan jika aku punya rencana, aku bisa mengutamakan itu, jadi awalnya aku berpikir akan menolaknya. Tapi..., aku percaya kau pasti akan mendukung impianku.”

“...Yah, bagaimana pun juga aku tahu seberapa keras kau berusaha di kegiatan klubmu.”

“Eheheh, terima kasih. Aku sungguh beruntung punya pacar yang pengertian!”

...Begitu ya..., jadi aku terlihat seperti orang yang pengertian, ya?

Jadi dia sebahagia itu, ya? Aku terkejut.

Yah, meski begitu jika itu adalah Shigure, dia pasti akan menertawakanku dan memberitahuku; “Apa yang kau pikirkan bisa terlihat jelas diwajahmu”.

Apa bagi Haruka aku terlihat seperti pria yang bisa tersenyum dan tertawa jika kencan yang ia tunggu-tunggu dibatalkan pada menit-menit akhir?

 

[Yang dikenal Nee-san darimu adalah dirimu yang masih SD. Yang dia cintai adalah dirimu yang saat itu masih polos dan tidak memiliki hambatan emosional, dirimu yang tidak tahu apa-apa soal yang namanya perasaan romantis. Itu sebabnya..., dia tidak bisa mengerti berapa banyak usaha yang kau lalui agar dirimu bisa memaafkan dirinya. Dia menganggap kalau wajar-wajar saja jika dia dimaafkan, hingga akhirnya dia tidak menyadari betapa berharganya maafmu itu.]

 

Secara tidak sadar, aku teringat akan kata-kata yang Shigure katakan padaku tempo hari.

Kata-kata yang kusangkal mustahil itu sangat membenaniku.

Haruka yang seharusnya berada di dekatku terasa seperti keberadaan yang sangat jauh.

Hei, Haruka.

Apa yang tercemin di matamu saat ini adalah diriku yang saat ini?

...Tapi, mungkin saja, kami melakukan hal yang sama.

Kami bertemu lagi di SMA, kami tidak pernah menunjukkan pada satu sama lain bertapa diri kami telah berubah sejak SD, tapi kami mulai berpacaran saat Haruka dengan cepat menyatakan perasaannya kepadaku.

Mungkin saja..., kami berdua hanya melihat mimpi yang nyaman bagi kami sendiri.

Kenyataannya, kami hanyalah dua orang yang terpisah di tempat yang jauh.

---

Setelah membayar tagihan, Haruka bilang dia akan pulang karena dia harus bersiap-siap.

Karena tidak ada lagi energi yang tersisa dalam diriku untuk mencoba membuatnya tetap bersamaku, kami berpisah, dan aku langsung pulang.

“Eh?! Onii-san?!”

“Ya, aku pulang.”

“Tidak, apanya yang ‘aku pulang’? Mengapa kau pulang? Kupikir kau akan langsung kencan dengan Nee-san malam ini?”

“Soal itu...,”

Seakrang, bagaimana aku harus menjelaskannya?

Aku tidak bisa ngeles soal ini, tapi aku ingin menyembunyikan fakta bahwa saat ini aku merasa depresi.

Soalnya..., jujur saja, aku malu.

Lagian, di sini aku depresi karena pacarku tidak mengorbankan mimpi dan harapannya untuk memilihku.

Kalau ini kasusnya aku putus dengan Haruka karena dia ingin menjadi selebriti, maka itu bisa dimengerti kalau aku jadi depresi.

Selain itu, toh kencannya juga dipindahkan ke hari beriktunya.

Haruka benar-benar mempertimbangkan diriku, dan aku mengerti itu.

Namun, aku..., aku..., aku ingin menginginkan segalanya dari Haruka.

Malah aku mungkin merasa kecewa karena dia tidak memberikan segalanya kepadaku.

...Sungguh, aku sangat menyedihkan, pengecut, tidak pengertian.

Kalau orang lain sampai tahu tentang ini, aku merasa aku lebih baik mati saja.

Itu sebabnya, aku memaksakan diriku untuk berbicara dengan nada yang ceria.

“Rupanya malam ini Haruka akan bertemu dengan produser yang membuat film bersama ketua klubnya, jadi kencan kami dipindahkan ke hari lain.”

“...Hah?”

“Foto yang viral itu membuat prodsuer itu tertarik dengannya. Itu sungguh menakjubkan, bukan? Segala sesuatunya bergerak dengan begitu cepat... Mungkin saja kau benar soal Haruka akan benar-benar memulai debutnya.”

“Jadi, Nee-san membatalkan kencan kalian pada menit-menit akhir untuk menemui orang itu?”

“Bukan dibatalin, lebih tepatnya kencannya dipindahkan ke hari lain, dan itu adalah besok.  Rencananya besok kami akan pergi ke Disneyland. Kami akan berada di sana dari saat buka sampai tutup. Itu tentunya akan jauh lebih menyenangkan daripada melihat kembang api di lingkungan di sekitar.”

Sambil mencoba untuk terlihat kuat, aku menyembunyikan fakta bahwa aku depresi karena rasa cemburu yang pengecut.

Terhadap kata-kataku, respon Shigure adalah...,

“Hmm..., jadi Nee-san melakukan itu, ya.”

“Hah?”

Dengan kepala yang tertunduk, Shiggure menggumamkan sesuatu. Tapi suaranya itu terlalu pelan, dan aku juga tidak bisa melihat ekspresinya karena tersenyumbi oleh poninya.

Apa yang barusan dia gumamkan?

Aku hendak menanyakan itu, tapi kemudian Shigure mengangkat wajahnya dan menampilkan senyuman nakal, membuatku yang melihat itu langsung menelan kata-kataku.

...Aku punya firasat yang buruk soal ini. Soalnya, saat dia menunjukkan senyuman seperti itu, tidak ada hal yang baik yang akan terjadi.

“Ini artinya hari ini kau luang, kan? Tidak mungkin kau membuat rencana lain di hari kau akan kencan dengan Nee-san ‘kan, Onii-san?”

Shigure yang dengan cepat jadi tampak bersemangat membuatku sontak merasa waspada.

“B-Begitulah..., memangnya kenapa?”

“Kalau gitu bagaimana kalau kau pergi melihat pertunjukkan kembang api bersamaku?”

Oh begitu, jadi itu yang dia maksud. Tapi, aku tidak mau.

“...Gak mau. Mengapa aku harus pergi denganmu jika aku tidak pergi dengan pacarku?”

“Soalnya ‘kan aku ini adikmu yang imut dan menggemaskan! Aku ingin melihat kembang api dengan Onii-san-ku yang tersayang. Kau pasti akan mendengarkan permintaan dari adikmu ini, kan?”

Menatapku, Shigure memohon kepadaku.

Tapi, aku sama sekali tidak mau.

Lagian..., aku pasti akan memiliki perasaan yang tidak nyaman jika aku pergi bersama Shigure ke festival yang tidak bisa kudatangi bersama Haruka. Kalau aku melihat Shigure yang terlihat persis seperti Haruka berada di sampingku di festival, tentunya hal itu pasti akan membuatku memikirkan Haruka dan jadi depresi.

Setelah itu, aku pasti bertanya-tanya tentang mengapa bukan Haruka yang ada di sini?

Perasaan muakku terhadap Haruka akan meningkat, dan itu akan menjadi tidak sopan terhadap Shigure, bahkan memikirkan semua itu saja sudah membuatku merasa benar-benar seperti sampah.

Aku tahu itu dengan jelas.

Aku tidak ingin pergi ke event yang akan membuatku merasa seperti itu.

“Gak mau. Coba kau pikirkan lagi dengan baik. Pertunjukkan kembang api itu diadakan di dekat SMA Seiun. Itu merupakan event di puncak musim panas, jadi aku yakin ada banyak orang dari SMA Seiun yang akan datang ke sana. Kita cuman memberitahu guru soal kita yang merupakan kakak-adik, jadi akan merepotkan kalau ada siswa atau siswi yang melihat kita bersama. Aku tidak mau mengambil risiko seperti itu.”

Kalau kami dilihat berjalan bersama pada hari atau waktu yang biasa, itu bisa saja dianggap kalau kami hanya kebetulan bertemu, tapi itu lain cerita kalau kami terlihat bersama di festival tempat pertunjukkan kembang api diadakan. Apalagi, setelah janji kencanku dengan Haruka dirubah, sulit bagiku untuk beralasan jika kabar soal itu sampai ke telinga Haruka.

Aku menolak ajakan Shigure dengan alasan yang masuk akal, dan terhadap itu Shigure menunjukkan ekspresi yang pengertian.

“Yah, mungkin kau memang benar soal itu.”

“Ya ‘kan? Jadi——”

“Tapi kalau kau menolak, sekarang juga aku akan memberitahu Nee-san tentang hubungan kita?”

Hah?!

“Kadang-kadang kau ini tidak tahu posisimu, ya, Onii-san? Aku ini memegang kelemahanmu loh? Kalau aku mau, aku bisa dengan mudah menghancurkan hubunganmu dengan Nee-san. Sejak awal kau tidak punya kebebasan untuk memilih, Onii-san. Hari ini aku hanya akan mengingatkanmu soal itu, jadi menyerah dan segeralah bersiap-siap, Onii-san♪”

Menghadapi Shigure yang menyeringai jahat..., aku hanya bisa menyerah.

Pada akhirnya, semua kekuasaan atas hidup dan matiku dipegang oleh iblis yang menawan dan menakutkan ini.

Dan dengan begitu, diputushkan bahwa pertunjukkan kembang api yang harusnya kudatangi bersama pacarku justru akan kudatangi bersama adiknya pacarku.



Sebelumnya || Daftar Bab || Selanjutnya

10 Comments

Previous Post Next Post