[LN] Saijo no Osewa Volume 2 - Prolog

Prolog


Dua hari setelah berakhirnya acara pertemuan sosial yang diselenggarakan Keluarga Konohana.

Senin pagi, saat aku terbangun dari tidurku, aku melihat ke sekelilin dan teringat bahwa tempat ini adalah mansion Keluarga Konohana.

“...Begitu ya. Aku masih bekerja sebagai seorang pengurus.”

Semalam, aku bermimpi tentang kejadian minggu lalu..., saat ketika aku menerobos masuk sendiri ke mansion ini untuk menolong Hinako.

Kalau dipikir-pikir lagi, aku terkejut aku mengambil tindakan yang seberani itu. Yah, bagaimanapun juga, saat itu aku berpikir bahwa cara berpikirnya Kagen-san sangatlah salah, itulah sebabnya aku sangat ingin menolong Hinako.

“Baiklah, hari ini juga aku harus melakukan yang terbaik.”

Aku berganti pakaian ke seragam akademi dan menghadiri pertemuan para pelayan, setelah itu pergi ke kamar Hinako seperti biasanya.

“...Tidurnya nyenyak sekali.”

“Mmh...”

Dalam tidurnya, Hinako, yang tempat tidurnya berantakan dan memperlihatkan pusarnya, menghela napa kecil. Melihat wajah tidurnya yang tampak sangat nyenyk itu, aku jadi sadar bahwa aku masih berada dalam kehidupan sehari-hariku yang seperti biasanya.

Namun demikian, aku juga tidak bisa membuat Hinako terus bermalas-malasan seperti ini, jadi aku menggoyangkan tubuhnya yang sedang tidur.

“Hinako, bangun, sudah pagi.”

“Mmh..., Itsu~ki?”

“Ya, ini aku.”

Aku membuka gorden, membiarkan sinar matahari memasuki kamar.

Hinako kemudian membangunkan tubuh bagian atasnya, lalu menggosok-gosok matanya yang masih mengantuk.

“...Selamat pagi.”

“Selamat pagi.”

Aku menoleh ke arah Hinako, dan kami betukar salam.

Di ruangan yang kini diterangi oleh sinar matahari, Hinako menguap dengan lebar dan kemudian menghela napas.

“Aku gak mau pergi ke akademi...”

“Jangan bilang begitu lah...”

Akting mungkin memang tugas yang berat untuknya, tapi meski begitu, menghadiri akademi bukanlah hal yang sia-sia.  Dan sebagai pengurusnya, aku juga ingin agar suatu saat nanti, Hinako akan mau menghadiri akademi atas keinginannya sendiri.

Tentunya, aku juga tidak akan pernah lupa kalau aku hampir diberhentikan sebagai pengurusnya. Itu sebabnya, aku pribadi juga mesti belajar dengan baik dan mempertahankan nilaiku.

Saat aku berpikir seperti itu, tiba-tiba aku memperhatikan sesuatu di mulut Hinako.

“Hinako, coba angkat wajahmu sedikit.”

“Hm...?”

Aku kemudian mengambil sesuatu dari sakuku, lalu mendekatkannya ke wajah Hinako yang menatapku dengan rasa penasaran.

“Apa itu?”

“Ini saputangan, kau ileran, jadi aku akan menyekanya untukmu.”

“I-Ileran.....?”

Mungkin karena otaknya masih belum beroperasi sepenuhnya, Hinako mengulangi perkataanku. Tapi saat berikutnya, tiba-tiba, dengan panik Hinako memalingkan wajahnya dariku.

“Loh, kenapa kau tiba-tiba memalingkan wajahmu?”

“A-Aku akan menyekanya sendiri... Jadi jangan lihat wajahku.”

Hinako mengulurkan tangannya kepadaku, dan saat aku memberikannya saputangan, dia dengan cepat langsung menyeka area di sekitar mulutnya.

Sampai saat ini, harusnya dia sudah terbiasa saat aku menyekakan air liurnya, tapi..., kenapa hari ini dia tiba-tiba bertingkah seperti ini?

“Aku juga membawakan seragammu.”

“...Mm,” gumam Hinako, sambil menganggukkan kepalanya dengan pelan.

Setelah membangunkan Hinako, hal berikutnya yang harus kulakukan adalah membantunya berpakaian. Pada awalnya, itu adalah tugas yang merangsang dan membuat kepalaku stres, tapi akhir-akhir ini aku sudah bisa menjaga pikiran jernihku, jadi apa yang biasanya kukhawatirkan pun sudah hilang.

“...Keluar.”

“Eh?”

“Cepat keluar dari kamarku,” seru Hinako, saat dia mengambil seragamnya.

Tentu saja, perkataannya itu membuatku sangat terkejut.

“......Eh?”

Saat aku masih terheran-heran dan terkejut, Hinako yang rona wajahnya menjadi merah mendorongku keluar dari kamarnya.

Kemudian, setelah keluar dari kamarnya, dari belakangku, terdengar suara pintu yang di banting dengan keras.

“Hmm...”

Sepertinya ini memang bukan hanya sekadar pemikiranku saja. Sejak acara pertemuan sosial kemarin, Hinako jadi beperilaku aneh.

Untuk lebih spesifiknya, sikap Hinako terhadapku terasa berbeda dari biasanya. Padahal sebelum-sebelumnya dia selalu lugas dan bersikap manja padaku, tapi..., perubahan apa yang terjadi pada dirinya?

“Yah, kurasa cepat atau lambat dia akan kembali jadi seperti biasanya...?”

Aku menunggu di dekat pintu kamarnya selama sepuluh menit, dan setelah itu, Hinako keluar dari kamarnya.

Dan seperti yang kupikirkan, dia tidak bisa berpakaian dengan baik, jadi pada akhirnya aku mesti membantunya berpakaian. Aku memperbaiki kancing kemejanya yang salah,, dan juga resleting roknya yang terselip kain baju seragamnya. Cuman, yang berbeda dari biasanya saat aku memperbaiki pakaiannya, Hinako terlihat malu dan terus memalingkan wajahnya dariku.

Kemudian, setelah mengantar Hinako ke ruang makan, aku pergi ke kamarku untuk mengambil tas yang berisi buku pelajaran. Lalu, dalam perjalanan kembali ke ruang makan, aku bertemu dengan Shizune-san

“Itsuki-san, apa ada sesuatu yang terjadi antara kamu dengan Ojou-sama?”

“Sesuatu yang terjadi? ...Kupikir tidak ada sesuatu yang khusus yang terjadi diantara kami.”

Kalau ada yang mesti kukatakan di sini..., maka aku akan mengatakan bahwa Hinako berperilaku aneh, tapi itu bukan berarti ada sesuatu yang terjadi di antara kami.

“Tadi, Ojou-sama bilang padaku kalau mulai besok dia tidak mau dibangunkan olehmu.”

“Hah?”

“Kutanya sekali lagi, apa ada sesuatu yang terjadi diantara kalian?”

Saat Shizune-san menanyakan itu padaku, tatapan matanya tampak seperti dia sedang melihat seorang penjahat.

Tentunya, aku tidak mau dia salah paham, jadi aku menjelaskan tentang perilaku Hinako setelah acara pertemuan sosial. Mungkin, kalau aku membicarakan perihal ini pada Shizune-san, aku akan mendapatkan beberapa petunjuk.

“Ada yang aneh dengan perilakunya Ojou-sama, ya...?”

“Erm, apa aku telah melakukan sesuatu yang membuat Hinako jadi membenciku?”

“Tidak, malah setelah apa yang terjadi tempo hari, menurutku Ojou-sama jadi sangat menyukaimu, Itsuki-san.”

Saat aku mendegar itu, aku merasa senang dan malu di saat yang bersamaan.

“Ojou-sama juga tidak terlihat sedang sakit, tapi untuk saat ini, aku juga akan mengawasinya. Kalau nantinya kau ada tahu sesuatu, tolong beritahukan itu juga padaku.”

“Ya.”

Setelah itu, aku berpisah dengan Shizune-san dan menuju ke ruang makan tempat Hinako berada.

Sebentar lagi, kami sudah harus pergi ke akademi.



2 Comments

  1. Udah mulai romancenya nih, tapi gw baca yang webnya di volume dua bakal fokus ke yang rambut kuning

    ReplyDelete
Previous Post Next Post