Seiken Gakuin no Maken Tsukai Volume 4 - Bab 6

Bab 6
Ratu Naga Iblis


Setelah tersegel selama seribu tahun, dia akhirnya bangkit. Sang penguasa langit, pembawa badai, pewarta malapetaka, pemilik kedaulatan dunia dan berkuasa di antara para penguasa.

Ratu Naga, Veira. Penguasa agung para naga yang tertidur di dalam penjara es itu sedang menunggu terlahirnya kembali Dewi Pemberontak.

Namun, jiwa dari makhluk besar itu telah tercemar. Kehampaan mengkonsumsi jiwanya, memakannya dari dalam. Kesadarannya yang terbangun rusak, dan...

---

Groooooooooooooooooooooooooooaaaah...!

Raungan Veira menggetarkan dunia. Penjara esnya hancur sekaligus, menerbangkan pecahan-pecahan es raksasa yang merobek sekat logam layaknya kertas.

“...Nng, medan penghalang, Rua Meires!”

Secara refleks Leonis mengerahkan penghalang mana, melindungi Riselia dan yang lainnya di belakangnya. Lampu darurat menyala, dan suara alarm yang melengking meraung di laboratorium.

“...Veira... Kau benar-benar masih hidup...” erang Leonis saat melihat naga itu bangkit dan lepas dari segelnya.

Veira adalah Penguasa Kegelapan yang pangkatnya setara dengan Leonis. Sampai saat ini, Leonis berpikir kalau Veira telah menemui ajalnya saat melawan Enam Pahlawan.

Balok es itu... Itu adalah sihir tingkat tertinggi dari Sihir Bahasa Naga, Penjara Es Waktu, Ex Quiriz.

Wadah berlapis es yang menjaga diri terhadap gangguan dari semua kekuatan dan menangguhkan semua jiwa. Bahkan api di jantung dunia tidak akan bisa melelehkan penjara es itu. Veira telah mengurung dirinya sendiri di penjara ini, tempat dia tertidur selama seribu tahun.

Dia juga melakukan apa yang aku lakukan....

Naga merah itu mulai membentangkan sayapnya saat sekat darurat mulai jatuh. Mana layaknya kilat mulai bersinar di sekitar Veira.

Apa dia mau terbang keluar dari sini?

Veira mengangkat kepalanya, melihat ke arah langit jauh di atasnya. Cahaya pijar mulai berkumpul di rahangnya.

“Leo, merunduk...!” teriak Riselia, mendorong Leonis ke lantai.

Bwhoooooosh!

Dalam sekejap mata, kilatan panas menghancurkan beberapa tingkat partisi logam khusus. Pecahan-pecahan logam jatuh layaknya hujan, menimbulkan suara melengking yang terngiang di telinga Leonis saat pecahan-pecahan itu jatuh ke lantai.

“...!” Berbaring di atas lantai, Leonis mendongak. Di atasnya, sekarang dia bisa melihat langit melaluil lubang besar yang Veira telah ledakkan. Petir-petir menggelegar dan menyambar di awan badai yang berkumpul.

Graoaaaaah!

Ratu Naga kembali meraung keras saat wujud besarnya lepas landas. Ngomong-ngomong, dia tidak terbang dengan menggunakan sayapnya. Kebanyakan naga terbang dengan menyelimuti tubuh mereka dengan mana. Dengan tenang, naga merah itu terbang pergi ke dunia luar.

“Apa...?” Elfine adalah orang pertama yang pulih dari keheningan karena terkejut. “Apa-apaan monster itu?! Clauvia, apa itu?!”

“Aku tidak menduga ini. Aku tidak pernah menyangka kalau akan seperti ini segel dari Penguasa Kegelapan akan terlepas...,” ucap Clauvia, matanya tertuju ke langit.

“...Penguasa Kegelapan?” tanya Elfine, kebingungan.

“Ya,” gumam Clauvia. “Makhluk itu adalah penguasa di zaman kuno, pertanda kematian, kehancuran, dan kekacauan yang memberontak melawan para dewa di planet ini. Duke Crystalia menyebut makhluk-makhluk yang seperti naga itu sebagai Penguasa Kegelapan.”

Leonis sontak menoleh ke arah Clauvia dengan ekspresi curiga. Soalnya, dia yakin kalau orang-orang di era ini telah melupakan semua tentang Penguasa Kegelapan dan para dewata.

Ada berapaa banyak yang sebenarnya ayah Riselia ketahui?

Tapi, sekarang bukanlah waktunya untuk mencari jawaban dari pertanyaan itu. Tidak ketika sang Ratu Naga, Veira, masih hidup, bangkit, dan mengamuk.

“Kalau kita membiarkan monster itu berkeliaran dengan bebas, monster itu akan memusnahkan keseluruhan Assault Garden Keenam!” seru Elfine.

“Assault Garden Ketujuh juga. Kedua kota taktis ini akan diratakan dalam setengah hari saja,”

“...!” Elfine memelototi kakaknya.

“Elfine, segalanya situasinya akan menjadi kacau. Kita harus segera mengevakuasi warga sipil,” ucap Riselia.

“Kau benar...” Elfine membentuk beberapa orb Mata Penyihir di udara di sekitarnya.

“Area pusat lab masih belum memberikan respon...,” ucap Clauvia dengan ekspresi bingung saat dia menekan terminalnya ke telinganya.

“Aku akan pergi memeriksa ke sana,” putus Riselia, berbalik menghadap Leonis. “Leo, kau harus——”

Namun, anak laki-laki sudah tidak ada di tempat dia berdiri sebelumnya. Malahan, dia berdiri di bawah lubang sambil memegang Tongkat Penyegel Dosa.

“Leo?!” teriak Riselia, terkejut.

“Aku akan mengejar naga itu!” ucapnya, sebelum dia menggunakan ilmu sihirnya untuk terbang. “...Tunggu, Leo!”

---

Suara sirene berbunyi nyaring. Orang-orang berteriak ketakutan saat bayangan dari naga raksasa menjulang dari atas langit. Tapi, di tengah-tengah kekacauan tersebut, seorang pemuda berpakaian pendeta sedang berjalan dengan santai di laboratorium.

“Aneh. Ini jauh cepat dari yang aku duga,” ucap Void bernama Nefakess Reizaad dengan ekspresi bingung.

Veira telah bangkit sebelum kerusakan Trapezohedron benar-benar merusak jiwanya.

“Yah, sepertinya ini tidak aneh mengingat kekuatan dari sang penguasa agung para naga.”

Tapi kemudian, Nefakess bertanya-tanya apakah mungkin ada faktor lain yang berperan? Terlepas dari itu, tak lama lagi jiwa Veira akan dikonsumsi, mengungkapkan apakah dirinya adalah wadah yang cocok untuk sang dewi.

“Oh, oh...”

Tatapannya kemudian beralih ke arah panel kaca yang memisahkan lab dari lorong, di mana di situ ada seorang seorang gadis yang berlari melewatinya. Gadis itu adalah bentuk pemandangan yang indah dengan rambut argent yang berayun.

“Aaah, sangat indah. Ini pasti bimbingan dari sang dewi...,” ucap Nefakess, bibirnya yang tipis menampilkan senyuman jahat.

---

Saat angin beritup kencang di sekelilingnya, Shary melihat naga merah raksasa membubung melewatinya dari atas gedung tinggi.

“...Itu, apakah itu Veira-sama?!” matanya terbelalak terkejut.

Mengapa Ratu Naga ada di sini?! Apa yang sebenarnya terjadi di kota ini?!

“Perhatianmu teralihkan? Berani juga kau!”

Iblis kadal berkaki enam menjulurkan lidahnya yang seperti tombak ke arah Shary. Shary menghindari serangan itu, menebas lidah itu dan memotongnya di bagian tengahnya. Iblis kadal itu sontak meraung kesakitan, tapi Shary mengabaikannya dan berbalik arah, sambil dengan santai melemparkan belatinya ke belakang dalam pergerakannya. Iblis kelelawar yang mendekatinya sontak mengeluarkan jeritan kesakitan.

“Ratu Naga itu... Apa itu ulah kalian?” tanya Shary kepada iblis spiral saat dia mengeluarkan belati lain dari bawah roknya.

Iblis spiral itu sepertinya pemimpin dari kelompok ini. Kadal dan kelelawar itu memiliki kekuatan yang seimbang dengan iblis laba-laba yang sebelumnya menyerang akademi, tapi iblis spiral ini jelas lebih kuat dari mereka.

“Aku tidak tahu apa-apa. Aku hanya mengikuti perintah tuanku,” tegas makhluk itu.

“...Tuanmu?”

“Pikirmu pembunuh akan membeberkan identitas bos mereka?”

Iblis spiral itu menghilang dari bidang pandang. Sesaat kemudian, bayangan tepat di bawah kakinya Shary mulai bergolak.

Dia pengguna bayangan sama sepertiku!

Shary segera melompat menjauh, sambil melemparkan belati ke arah kakinya berdiri sebelumnya. Sayangnya, iblis spiral itu menangkis serangannya dengan mudah.

“Paling tidak kau sepertinya sedikit lebih layak untuk dihadapi daripada yang lain,” ucap pelayan pembunuh itu, mata senjanya tampak bersinar.

Tiga belati terbang di udara dan kemudian menusuk ke tanah dalam formasi di sekitar iblis spiral yang melayang.

“—Vars Rea!”

Menggunakan senjata sebagai medianya, Shary melepaskan mantra sihir bayangan tingkat ketiga—Tebasan Petir Hitam. Petir hitam menyerang iblis itu berulang kali. Dengan tingkat serangan seperti itu Shary mungkin tidak bisa membunuh lawannya, tapi setidaknya itu akan sedikit memberinya waktu,

Dia menendang tanah dan berlari vertikal ke atas menara air, ujung roknya mengepak saat dia berlari.

“Shaaaaaaah!”

Sulur hitam yang tak terhitung jumlahnya menyerang ke arahnya dari atas bangunan. Itu berasal dari iblis kelelawar. Shary menghindari semua serangan itu dengan mudah, melompat ke udara dan kemudian menancapkan sol sepatunya ke makhluk itu. Iblis kelelawar itu menabrak atap menara air, dan Shary tanpa ampun menikamkan belatinya ke tenggorokkan makhluk itu. Setelah raungan rasa sakit terakhir, makhluk mengerikan itu menemui ajalnya.

Membunuhmu itu sangatlah mudah.

Mendongak, Shary melihat naga merah itu lagi. Veira sedang terbang menuju Assault Garden Ketujuh, tekanan angin darinya membuat kota di bawahnya jadi porak poranda. Di sisi lain, ada seseorang yang mengikuti naga itu sedang melompat-lompat di antara atap-atap bangunan.

P-Paduka?! melihat Leonis, Shary memutuskan untuk mengikutinya.

Whissssh...!

Namun, sebuah bayangan melingkari pergelangan tangannya, menahan gadis itu di tempat dia sedang berdiri.

“Kau tidak boleh pergi kemana-mana.”

Iblis spiral itu memanjangkan tangannnya yang lain. Di saat yang bersamaan, di atap muncul lebih banyak lagi iblis-iblis lain.

“Sungguh bodoh. Tidak bisakah kalian mengerti betapa kuatnya aku ini?” Shary menghela napas saat dia mengeluarkan belati lain. “Sebagai senior kalian dalam seni pembunuhan, kurasa aku punya kewajiban untuk mengajarkan kalian yang namanya tau diri.”

---

Riselia berlari menaiki tangga darurat institusi penelitian dengan kecepatan tinggi. Pijakan-pijakan kakinya tidak beraturan, tapi dia menggunakan mana untuk melompati apa saja yang menghalangi jalannya.

Tadi, Clauvia Phillet mennyebut naga raksasa yang tersegel di dalam balok es itu sebagai Penguasa Kegelapan. Sebutan tersebut tidak terdengar asing di telinga Riselia.

Buku yang ayah tinggalkan menyebutkan nama makhluk itu...

Penguasa dunia kuno, Ratu Naga, Veira.

Namun, Riselia hanya bisa menguraikan nama itu saja. Dia sama sekali tidak tahu apa-apa soal makhuk macam apa sebenarnya naga itu. Meski begitu, bisa diketahui dengan pasti kalau naga itu memiliki kekuatan yang menakutkan.

Leo mengejar naga itu, tpai..., tentunya, Riselia tahu bahwa Leonis adalah pengguna sihir luar biasa. Namun meskipun dirinya kuat, tubuhnya adalah tubuh anak kecil.

Buk!

Dengan menggunakan tendangan kakinya, Riselia mendobrak sekat yang menutupi area pusat lab.

“...Hah?” Matanya terbelalak terkejut saat melihat pemandangan seperti apa yang menyambunya dari dalam. Di sana, para peneliti semuanya diikat dengan tali dan tergeletak di lantai. “A-Apa...?”

Sebelum dia bisa berlari untuk menyelamatkan mereka, rentetan suara tembakan menghentikannya.

“...?!”

Secara refleks Riselia berlindung di balik sekat yang rusak.

“Sial, sekarang kita harus berurusan dengan Pengguna Pedang Suci!”

“Apa-apaan dengan monster yang tadi itu?!”

“Bukankah seharusnya itu adalah roh?!”

Sekelompok beastmen yang menutupi wajah mereka dengan tudung berteriak satu sama lain saat mereka menembakkan senapan mereka.

“Pedang Suci—Aktifkan!” teriak Riselia, dan Pedang Darah-nya terwujud di tangannya.  Dia membuat irisan dangkal di pergelangan tangannya, membiarkan darahnya yang tercampur dengan mana jatuh menetes ke lantai. Dia kemudian mengacungkan senjatanya, terus membiarkan cairan merah mengalir di lengannya supaya jatuh ke lantai, dan tiba-tiba, genangan merah di lantai itu berubah menjadi benda tajam yang tak terhitung jumlahnya yang menyapu rentetan peluru dari udara.

“Ahhh!” Para teroris sontak melarikan diri melihat kekuatan tersebut.

Tapi, tanpa mempedulikan para teroris yang melarikan diri, Riselia mengayunkan Pedang Sucinya dan melepaskan rentetan tebasan darah untuk melepaskan para peneliti yang diikat.

“Semuanya, cempat mengungsi ke permuka——”
                                        
Sebelum Riselia bahkan sempat untuk menyelesaikan ucapannya, para peneliti bergegas pergi menuju pintu keluar. Para terorir juga kabur, tapi sayangnya Riselia tidak punya waktu untuk mengejar mereka karena api mulai melahap fasilitas itu.

Aku juga harus pergi dari sini secepatnya——

Riselia berlari ke lorong, memeriksa siapa tau ada orang yang selamat masih tertinggal di dalam lab. Dia pun kemudian menemukan seseorang, meskipun orang tersebut adalah orang yang Riselia tak sangka-sangka akan menemuinya di tempat ini.

“Loh, kamu ‘kan...?!” Riselia meninggikan suaranya dalam keterkejutan.

Di sana, tengah berdiri seorang gadis yang tampaknya berusia tiga belas atau empat belas tahun. Rambutnya yang berwarna hijau dia ikat dalam model ponytail, dan dia memiliki daun telinga yang runcing. Dia adalah Arle Kirlesia, seorang elf yang Riselia dan peletonnya selamatkan di Assault Garden Ketiga.

“A-Apa kau bekerja sama dengan para teroris ini?!” tanya Riselia, terperanjat.

“T-Tidak! Aku tidak bekerja sama dengan mereka—,” ucap Arle, panik.

“Oh, tidak, dengarkan aku, sekarang masih belum terlambat bagimu untuk kembali ke jalan yang benar! Aku bisa menjadi walimu, jadi—” mati-matian, Riselia berusaha untuk meyakinkan gadis elf itu.

“Sudh kubilang; aku tidak berada di pihak mereka!” Elf itu menggelengkan kepalanya untuk menekankan. “Aku kebetulan bersama dengan mereka karena..., yah, pokoknya ini dan itu terjadi begitu!”

“Uuh...” Riselia masih meragukannya.

Arle kemudian menggelengkan kepalanya sekali lagi dan membuat pernyataan, “Aku akan mengalahkan naga itu.”

“H-Hah?!” Riselia tergagap dalam keterjutan.

“Itulah misi yang diberikan kepadaku.”

A-Apa yang sedang dia bicarakan?!

Riselia bertanya-tanya mungkinkah kejutan budaya di kota baru ini menyebabkan Arle bertingkah aneh. Soalnya, itu bukanlah kejadian yang tidak biasa di antara para pengusi yang baru di selamatkan dan di bawah ke kota taktis.

Dia benar-benar harus mendapatkan perlindungan  di Akademi Excalibur...

“Dengar, tempat ini berbahaya,” ucap Riselia pada gadis itu dengan suara paling baik yang bisa dia lontarkan. “Kau harus ikut dengnaku, dan—”

“Oh, jadi kau juga bersama dengan pahlawan dunia lama ya. Sungguh mengejutkan.”

Riselia dan Arle segera menoleh ke arah sumber suara baru itu. Di seberang aula, berdiri seorang pria berambut putih yang tidak asing, bertubuh ramping, berpakaian pendeta Gereja Manusia. Orang itu adalah pria misterius yang Riselia temui di Kediaman Crystalia.

“Kau... Kau orang yang ada di kota hancur itu...,” ucap Arle, matanya melotot. Rupanya, dia juga kenal dengan pria itu.

“Void Lord Nefakes.” Pria itu menundukkan kepalanya dengan sikap yang ramah dan lembut,

“Jadi itu kau yang melepaskan Ratu Naga!” teriak Arle, sambil menghunuskan pedangnya.

“Tidak, manusialah yang membawa Veira-sama ke sini. Aku sama sekali tidak membantu mereka dalam hal itu. Tapi terlepas dari keterlibatanku, ketika waktunya tiba, pada akhirnya beliau akan terbangun dengan sendirinya,” jelas Nefakess, sambil mengangkat bahunya. “Meski begitu, dengan senang hati aku akan membiarkan Veira-sama mengamuk sesuka hatinya. Aku ke sini untuk menemui gadis muda yang di sana.”

Sambil tersenyum tipis, pria berambut putih itu menatap tajam ke arah Riselia.

“Apa kau orang yang menghancurkan wadah dewi di kota yang hancur?” tanya Nefakess.

“Apa yang kau bicarakan?” jawab Riselia, menatap mata orang aneh itu tanpa berkedip.

Dewi...? Apa yang dia maksud adalah Void Lord? Aku tidak melakukan itu. Leo lah yang menghancurkannya...

Beberapa bagian dari Riselia secara naluriah mengerti kalau membiarkan pria ini tahu soal itu merupakan pemikiran yang buruk.

Dia pasti musuhnya Leo...

Sambil mengangkat Pedang Darah-nya, Riselia mengambil langkah lambat dan hati-hati ke belakang, mencoba mundur. Indra vampirnya memberitahunya bahwa ada bahaya. Pria ini bukanlah manusia biasa.

“Yah, tidak apa-apa. Toh ada banyak cara untuk mendapatkan apa yang aku inginkan darimu,” ucap Nefakess dengan tenang.

“...!”

Arle mendekati Riselia dan berbisik padanya, “Api berkobar di mana-mana. Kita tidak bisa bertarung di sini.”

“Kau benar...”

Berkat persepsi Riselia yang meningkat, dia sudah menyadari adanya asap di luar lorong ini. Karena gadis itu memiliki tubuh undead, dia tidak rentan kekurangan nafas. Namun, sebagai Ratu Vampir, dia rentan terhadap api.

“Aku akan memberimu celah, jadi larilah ke permukaan,” ucap Arle.

“Aku mengerti,” Riselia menganggukkan kepalanya dengan cepat.

“Aaaaaaaaah!”

Baaaaaaaaaang!

Arle mengangkat pedangnya ke atas dan mengayunkannya ke lantai.

“Hah? H-Hey!”

Getaran menjalar di bangunan itu, dan lantai di bawah mereka langsung runtuh.
                     
“Ayo, kita akan melompat!”

Arle meraih tangan Riselia dan melompat.

---

Hujan turun dengan sangat deras sampai-sampai Leonis jadi kesulitan untuk melihat, dan petir terus-terusan menyambar dengan hebat.

...Dia cepat. Mau ke mana dia pergi?

Leonis terbang melewati langit yang penuh badai untuk mengejar wujud merah raksasa Veira. Dia tidak berpikir dia bisa mengejar Veira dengna mantra kontrol gravitasi, jadi sebagai gantinya dia menendang dinding gedung tinggi yang tak terhitung jumlahnya yang menghiasi kota, menggunakan mereka sebagai pijakan untuk mendorong dirinya sendiri dengan ledakan mana.

Dari dulu Leonis tidak pernah ahli dalam hal terbang. Dia memang bisa menggunakan sihir tanah untuk melayang, tapi itu tidak bisa menerbangkannya dengan cukup cepat. Terbang yang sesunguhnnya adalah ranah sihir udara, tapi elemen tersebut tidak cocok untuk fisiologi undead, dan Leonis tidak pernah menguasainya sepenuhnya.

Pada saat ketika dia benar-benar butuh untuk terbang, dia selalu memanggil naga tengkoraknya, tapi menunggangi monster besar yang mencolok seperti itu tidak mungkin dia lakukan di kota berpenduduk padat ini. Paling buruknya lagi, pertahanan anti-udara Assault Garden pasti akan menembakinya.

Shary, kau ada di mana?!

Sedari tadi Leonis telah mencoba mengirimi pembunuh itu pesan telepati, tapi dia tidak menerima jawaban. Leonis merasakan adanya beberapa gangguan sihir, tapi itu harusnya bukanlah sesuatu yang Shary tidak akan sadari. Ini artinya, saat ini Shary mungkin sedang bertarung melawan seseorang.

Aku  ingin dia menjaga Riselia, tapi kurasa itu tidak mungkin sekarang.

Mungkin..., Shary akan baik-baik saja. Dan kalaupun ada terjadi kasus terburuk dari yang terburuk, Leonis sudah memberinya benda itu karena suatu alasan. Saat ini, Leonis harus fokus mengejar Ratu Naga.

Melihat Veira masih hidup merupakan kejutan besar bagi Leonis, tapi dengan cepat dia segera mewajarkan fakta itu. Beberapa bagian dari dirinya selalu merasa bahwa seorang yang gigih seperti Veira pasti tidak akan mati dengan mudah. Toh di masa lalu dirinya telah bertarung beberapa kali dengan Veira, dan Veira selalu berhasil bertahan hidup.

Aku bersumpah aku sudah membunuh naga iblis itu beberapa kali, tapi dia selalu saja menemukan cara untuk mengakali kematiannya.

Veira terbang menuju ke arah Assault Garden Ketujuh. Kota telah beralih ke mode interspesi anti-Void dan menembak. Tapi, tak satu pun dari serangan mereka yang bisa menggores Veira.

...Jangan bilang, dia menuju ke Akademi Excalibur.

Saat dia terbang menghantam angin yang bertiup kencang, Leonis jadi keringat dingin. Akademi adalah basis operasinya. Dia tidak bisa membiarkan Veira menghancurkan tempat itu.

Dia benar-benar mengamuk...

Veira bukanlah Penguasa Kegelapan yang akan melakukan pembantaian yang tak berarti apa-apa. Dari antara Delapan Penguasa Kegelapan, Veira adalah salah satu yang bijaksana. Tapi, saat mengamuk, naga itu akan menjadi Penguasa Kegelapan yang paling menakutkan. Bahkan dia pernah menghancurkan gunung-gunung yang didiami oleh para dewata dalam watu satu malam.

Aku tidak akan membiarkanmu mereduksi kerajaanku menjadi abu, Veira!
                                                                                                                            
Leonis terdorong ke bangungan lain.

“Magnus-dono.”

Bayangan bergerak di permukaan bangungan yang akan Leonis gunakan sebagai pijakannya. Dari sana, muncul seekor serigala hitam yang bulunya basah.

“Kau sudah datang ya, Blackas.” Leonis tersenyum, berlari di sepanjang dinding yang sejajar dengan serigala itu.

“Magnus-dono, bukanlah itu adalah Ratu Naga? Apa yang sebenarnya terjadi?”

“Aku sendiri juga tidak tahu. Apa yang aku tahu hanyalah bahwa naga itu tersegel di tundra tapi digali dan dibawa ke sini oleh manusia.”

Saat Leonis berlari, pikirannya juga berpacu. Mengapa Veira terbangun tepat saat Leonis menatapnya? Timing itu sangatlah mencolok untuk disebut sebagai kebetulan belaka.

“Ayo, naik ke punggungku,” ucap Blackas padanya.

Leonis meraih bulu hitam basah temannya itu dan segera menaiki punggungnya.

“Telihat seperti ini jauh lebih cocok untukmu, kawan. Ini baru yang namanya imej serigala hitam.”

“Begitu ya...” Blackas mengangguk singkat saat dia melompat dari bayangan ke bayangan.                                                   
Itu adalah kemampuan yang disebut Lintas Bayangan, sesuatu yang Leonis tidak bisa tiru. Dengan cepat mereka mendekati Veira, tapi tiba-tiba, naga merah itu mengepakkan sayapnya dan berhenti di udara.

“...Apa?!”

Groooooooooooh!

Gemuruh raungan mengguncang langit di atas Assault Garden Ketujuh. Udara bergetar, dan jendela-jendela pecah seketika.

Pemanggil Naga, ya...!”

Dengan mengisi raungan mereka dengan mana, rasa naga yang hebat bisa memanggil naga lain dari jenis mereka. Namun, semua naga sungguhan telah punah. Tidak akan ada yang merespon raungan itu.

Siapa yang dia panggil?

Krak... Krak... Krak...!

Retakan yang tak terhitung jumlahnya terbentuk di udara.

“...Void?”

Void yang berbentuk seperti naga mengerikan mencabik retakan tersebut. Meskipun samar-samar mereka tampak seperti makhluk perkasa yang Loenis kagumi, tapi mereka tidak pernah bisa disalahartikan sebagai naga asli. Tubuh mereka bengkak menjijikkan, dan sulur-sulur yang tak terhitung jumlahnya bergoyang-goyang menakutkan dari tubuh mereka. Ini semua tampak seperti para naga telah dinodai—dan melihat itu membuat Leonis dipenuhi dengan amarah dan kebencian.

“Veira. Bahkan sosok sekuat dirimu telah dicemarkan oleh Void, ya.”

Kemarahan meluap di hati Loenis. Archsage dan Wanita Suci juga sama-sama telah dirusak oleh Void, tapi kali ini kasusnya berbeda. Veira adalah naga, satu-satunya kehidupan indvidu terkuat yang pernah ada. Dia adalah rival Leonis yang sangat Raja Undead itu akui, melihatnya dinodai dan dipermalukan seperti ini sangatlah tak termaafkan.

“Terkutuklah kamu! Kau yang telah menodai gelar Penguasa Kegelapan?!”

Api merah mengepul dari ujung Tongkat Penyegel Dosa. Mantra tingkat delapan, Bola Api Pemusnah. Bola merah besar meledak di atas langin. Aliran panas yang menyengat langsung menerbangkan Void-Void yang muncul dari dalam retakan.

---

Sirene berbunyi nyaring di sekitar Akademi Excalibur, memperingatkan para personelnya untuk memasuki posisi tempur kelas 1. Acara di medan tempur akademi segera dibatalkan, dan semua peleton bergegas mempertahankan rumah mereka.

“Aku tidak ingat ada mengundang makhluk-makhluk itu ke Festival Cahaya Suci!” Regina naik ke atap asrama, masih mengenakan kostum kafe bertema rumah hantunya. Sejumlah besar warga sipil telah dievakuasi ke halaman di sekitar bangungan itu.

“Semuanya, masuk ke dalam!” seru Regina dari atas.

Meskipun bangunan itu terlihat cukup reyot untuk bisa diterbangkan oleh badai, tapi paling tidak itu masih merupakan tempat yang baik untuk dijadikan tempat dimana warga sipil bisa berlindung.

Saat rambut kuncirnya berkibar-kibar karena amukan angin, Regina mewujudkan Pedang Sucinya, Meriam Naga (Drag Howl), dan memanggilnya. Pemandangan di langit terlihat luar biasa namun juga menakutkan.

Apa-apaan monster itu...?!

Apa yang terbang di antara awan-awan gelap adalah Void kelas naga yang jumlahnya sangat banyak.

Pedang Suci Regina dioptimalkan untuk melakukan pembomam jarak jauh, tapi dalam bentuknya saat ini, Pedang Suci itu tidak akan mampu mengenai target yang bergerak dengan kecepatan tinggi secara akurat. Di sisi lain, Void-Void ini bahkan lebih besar dari kelas wyvern, dan mode Senapan Cakar Naga (Drag Striker) dari Pedang Sucinya tidaklah memilik daya tembak untuk bisa menembus pertahanan mereka.

Mungkin memperhatikan adanya warga sipil sedang berkumpul di tanah, Void-Void kelas naga yang berputar-putar di atas langit mulai meluncur ke permukaan.

“Kalian tidak boleh mendekat!”

Bang, bang, bang, bang!

Meriam Naga menyala, menembakkan semburan api yang berselang-seling.

Whooosh...!

Satu Void kelas naga dia tembak jatuh, dan Void itu menghantam hutan di belakang asrama.

“Satu...,” gumam Regina. Tapi sayangnya, Void yang dia jatuhkan itu langsung bangkit hanya dalam beberapa saat.

...Monster-monster ini jauh lebih kuat daripada yang kupikirkan.

Bang, bang, bang!

Meriam Naga Regina kembali melepaskan tiga tembakan.

Petarung terkuat mereka, Sakuya, sedang istirahat di tempat latihan saat serangan Void dimulai. Regina sudah mencoba menghubungi gadis berambut biru itu, tapi sepertinya, Void telah mengganggu jaringan komunikasi.

Dia harusnya sedang dalam perjalanan, pikir Regina.

Namun, bisa saja Sakuya juga sedang terlibat dalam pertempuran. Ada kemungkinan juga kalau dia telah dimobilisasi ke dalam salah satu skuadron intersepsi komite eksekutif.

Bayangan Void raksasa meluncur di tanah. Regina membidik makhluk yang sedang melayang di atas dan menembaknya, tapi makhluk itu sama sekali tidak mempedulikan serangannya. Dengan raungan, semburan api berkumpul di mulutnya.

Sial...! Regina mencoba menghantamkan serangan makhluk itu dengan serangan voli dari Meriam Naga-nya, tapi dia tidak bisa bereaksi tepat waktu. Kilatan panas sontak membakar pohon-pohon hutan dan degan cepat menelan asrama beserta dengan Regina!

“Cermin keheningan para dewa air—Arzays!”

Saat berikutnya, cermin bola biru bersinar muncul di depan Regina. Kobaran api Void ditarik ke dalam cermin, kemudian menyebar kembali ke segala arah.

Boom, boom, boom, boom, boom!

Api yang dibelokkan meledak di sekitar tempat itu, membentuk pilar-pilar yang membara.

“Aaah...!”

Kerusakannya hebat, tapi Regina dan asrama masih selamat. Merasa bingung karena dirinya masih hidup, Regina segera mencari sumber dari suara yang menyelamatkannya. Tinggi di atas langit, dia melihat ada skeleton berjubah yang sedang memegang tongkat.

“H-Haaaaah?!” teriak Regina merasa terherah-heran, hampir jatuh dari atap.

“Kakakaka! Naga di zamanku masih jauh lebih kuat!” Sosok tulang itu terkekeh dan menggeram.

Skeleton itu kemudian mengarahkan ujung tongkatnya ke arah Void yang mendekat.

“Terhembuslah, sekepul napas Penguasa Naga—Raz Veira!”

Whoooooosh!

Api merah mereduksi sejumlah Void menajadi abu.

“...”

Pada titik ini, Regina hanya bisa menatapi pemandangan itu dengan ekspresi tercengang.

“Hei, kau tidak boleh memonopoli semua mangsa yang ada, Nefisgal!”

“Ya, ya! Kami juga berhak mendapatkan kesempatan untuk meraih kemenangan!”

Dua suara baru yang terdengar itu sontak membuat Regina melihat ke bawah. Di sana, dia melihat lebih banyak skeleton yang mengenakan armor.

“Jangan khawtir! Di sini ada banyak musuh yang bisa kita lawan, Amilas, Dorug!”

Merasa bingung, Regina menekankan jarinya ke pelipisnya. Saat dia melihat mereka dengan saksama, dia mengenali makhluk-makhluk itu. Mereka adalah skeleton yang mereka pajang di depan pintu masuk kafe bertema rumah hantu. Leonis lah yang menyiapkan mereka sebelumnya untuk menyesuaikan nuansa kafe.

“Aaaah...”

Menghubungkan potongan-potongan petunjuk yang ada, Regina mengangkat bahunya.

Ini pasti triknya Leo lagi...

Sebelumnya Regina pernah melihat Leonis memanggil makhluk semacam naga yang terbuat dari tulang di atas Hyperion. Ketiga tulang berjalan ini mungkin adalah perbuatan anak lelaki itu juga, menugaskan mereka untuk menjaga asrama.

Kurasa dia berniat merahasiakan kekuatannya yang sesungguhnya, tapi dia benar-benar buruk dalam melakukan itu.

Besar kemungkinan kalau semua orang di peleton ke-18 telah menyadari bahwa ada lebih banyak hal menakjubkan dari Leonis daripada yang sudah dia perlihatkan. Setelah semua aksi mencolok yang anak lelaki itu lakukan, mustahil rasanya kalau mereka tidak merasa curiga. Itu cuman Leonis-nya saja yang berpikir kalau dia masih terselubung.

Kurasa kami tidak seharusnya mengatakan apa-apa kalau dia sangat ingin menyembunyikan soal itu.

Regina tidak tahu siapa sebenarnya anak lelaki itu. Namun, anak lelaki itu telah menyelamatkan nyawa adik perempuannya, Putri Altiria. Karenanya, sekalipun biro administrasi mulai bertanya-tanya tentang Leonis, Regina memiliki niat untuk melindungi rahasia Leonis.

Kuharap suatu hari nanti dia akan siap untuk mengatakan semua kebenaran tentang dirinya kepada kami...

Tepat saat Regina memikirkan itu, dia mendengar suara teredam yang datang dari terminal komunikasinya.

“—Gina, apa—ndengarku?”

“Fine?! Kau ada di mana sekarang?!”

“Assau—enam—minta—bala bant—akademi?”

Suaranya terputus-putus. Komunikasi normal sepertinya masih tidak mungkin dilakukan. Elfine pasti menggunakan kekautan Mata Penyihir untuk menerobos gangguan jaringan dari para Void.

“—Apa kau bertanya apakah akademi dapat mengirimkanmu Pengguna Pedang Suci sebagai bala bantuan?”

“Ya—”

Tidak seperti Assault Garden Ketujuh yang sering melawan sarang Void di garis depan, Assault Garden Keenam adalah kota persediaan. Karenanya, tidak banyak Pengguna Pedang Suci yang ditempatkan di sana. Biro administrasi akademi pastinya menyadari hal itu, tapi tanpa adanya metode penyampaian pesan yang mudah, mereka membutuhkan waktu untuk mengerahkan personel.

Regina kemudian melihat ke arah para ksatria skeleton yang sedang saling mengobrol.

Aku bisa menyerahkan skeletonnya Leo untuk melindungi tempat ini, kan?

Skeleton berjubah itu tadi melenyapkan salah satu Void berukuran besar dalam sekejap mata. Kalau dua skeleton lainnya sama kuatnya dengan rekan mereka, maka agak sedikit disayangkan jika mereka hanya menjaga asrama ini. Namun Regina merasa bahwa sekalipun skeleton-skeleton ini diperintahkan untuk melindungi asrama Hraesvlgr, mereka sepertinya tidak peduli dengan nasib tempat-tempat lain akademi. Apa tidak apa-apa kalau Regina pergi dari sini?

Selain itu, butuh waktu juga bagiku untuk bisa sampai ke Assault Garden Keenam dengan menaiki kendaraan...

Regina menggigit kuku ibu jarinya, kebingungan. Untungnya, saat itu dia melihat sosok yang tidak asing sedang berlari menembus hujan.

“Sakuya!”

“Maaf aku terlambat! Aku terjebak sebentar melawan Void!” Sakuya memekik berhenti di depan gerbang.

“Apa kau bisa pergi membantu melindungi Assault Garden Keenam?!” teriak Regina pada Sakuya dari atap.

“Bagaimana dengan akademi?!” jawab pendekar pedang wanita itu.

“Kami akan baik-baik saja!”

“Aku mengerti!” Setelah mengangguk dengan cepat, Sakuya menghilang ke dalam badai secepat saat dia tiba tadi. Itu adalah Gerakan Petir, kemampuan yang diberikan oleh Pedang Suci-nya yang memungkinkan gadis itu bergerak dengan akselerasi super-elektromagnetik.

“Aku mengandalkanmu, Sakuya,” gumam Regina sambil mengangkat Meriam Naga-nya.

Sekitar selusin Void besar mulai turun menuju akademi.

---

“Dua spesimen besar mendekati sektor dua! Kuulangi, dua spesimen besar mendekati—”

Berdiri di tengah-tengah hujan deras di alun-alun museum. Elfine sibuk mengirimkan informasi untuk membantu proses evakuasi warga dan menyampaikan posisi Void kepada para Pengguna Pedang Suci yang sedang bertarung.

Void yang dipanggil oleh naga merah itu menyerang banyak tempat di sekitar Assault Garden Keenam. Meskipun jumlah mereka tidak terlalu banyak, tapi setiap spesimen memiliki kekuatan yang menempatkan tipa-tiap individunya berada di peringkat A. Hanya sekelompok Pengguna Pedang Suci yang bekerja sama saja yang bisa mengalahkan mereka

“...Menyebarkan delapan orb sekaligus benar-benar sangat melelahkan...”

Elfine menekankan tangannya ke pelipisnya, mencoba menekan rasa sakit kepala yang menyerangnya. Banjir informasi yang luar biasa membebani pikiran gadis itu. Selama pelatihan tempur, dia hanya menggunakan empat orb untuk mencari informasi, dengan dua digunakan untuk analisis dan sisanya cadangan. Mengumpulkan informasi dari seluruh kota tentunya jauh lebih berat.

Tapi, karena gangguan Void membuat terminal komunikasi menjadi tak berguna, Pedang Suci tipe analisis milik Elfine menjadi satu-satunya harapan mereka.

Suara gemuruh ledakan terdengar dari suatu tempat yang jauh, dan api mulai menyebar ke segala arah.

Leo, Selia...

Elfine mengkhawatirkan mereka. Dia telah kehilangan mereka berdua setelah balok es yang menyegal naga merah itu hancur. Meskipun dia bisa mencari mereka dengan menggunakan salah satu orb-nya, tapi kemampuannya saat ini dibutuhkan di tempat lain.

Clauvia juga menghilang...

Pada titik tertentu, kakak Elfine juga menghilang entah kemana.

Apa sih yang dia pikirkan?

Saat mereka masih muda, Elfine selalu menganggap Clauvia sebagai gadis yang sedikit eksentrik, tapi dia masih birilian, dan dia sangat mencintai kakaknya itu. Di suatu titik tertentu di sepanjang pertumbuhan mereka, kakaknya itu menjadi seperti orang asing bagi Elfine.

Bahkan dia sendiri juga tidak menyangka kalau monster naga itu akan melepaskan diri.

Clauvia ingin Elfine menganalisa monster itu. Tapi, mengapa dia datang sebagai pribadi kepadanya alih-alih sebagai tim peneliti Perusahaan Phillet...?

Dia menyebut monster itu Penguasa Kegelapan. Apa artinya itu...?



Post a Comment

Previous Post Next Post