Seiken Gakuin no Maken Tsukai Volume 4 - Epilog

Epilog


“Itu saja laporan saya mengenai insiden tempo hari,” ucap avatar milik Peneliti Clauvia Phillet, Dia mengirimkan laporan itu di ruang pribadi keluarga kekaisaran di dalam Astral Garden.

Orang yang menerima laporannya adalah Alexios Ray O’ltriese, adik kaisar, yang saat ini berada di Camelot.

“Hmm. Jadi naga sang Penguasa Kegelapan tercemari Void, mengamuk, tenggelam ke laut di sekitar Assault Garden Ketujuh, dan kemudian menjadi tempat di mana naga itu binasa. Hasil ini benar-benar jauh melebihi apa pun yang pernah aku bayangan...”

“Biro administrasi Akademi Excalibur sedang menyelidiki dasar laut, tapi tampaknya sisa-sisa naga itu telah lenyap,” jelas Clauvia. Avatarnya, seekor kucing putih, menundukkan kepalanya dengan penuh rasa hormat ke arah bola permukaan cermin yang mengambang.

“Penyebab di balik kerusakan monster itu tidak jelas, ya?” tanya Alexios, meminta konfirmasi.

“Masalah itu sementara dalam penyelidikan. Tapi...,” Clauvia terdiam.

“Ada apa?”

“Tepat sebelum segelnya terlepas, Penguasa Kegelapan itu sepertinya bereaksi terhadap sesuatu.”

“Hmm? ‘Sesuatu’?”

“Saya tidak tahu dengan pasti, tapi saat itu putri dari Duke Crytalia kebetulan ada di sana.”

“Orang yang selamat dari bencana enam tahun lalu itu, ya. Itu cukup menarik,” ucap Alexios, termenung.

“Tentunya, saya lebih percaya kalau itu hanya sekadar kebetulan, tapi meski begitu itu tetap sedikit mengganggu saya...,” ucap Clauvia, sementara avatarnya mengangguk.

“Baiklah, aku akan mengingat soal itu. Yang jelas, harapan kita telah hilang. Sepertinya, para Penguasa Kegelapan yang menentang para dewa di zaman kuno terlalu berat untuk kita tangani."

“Kalau boleh berbicara, Yang Mulia, kita harus——”

“Ya, aku tahu. Kita harus melanjutkan pencarian kita untuk mencari makhluk lain yang sejenis dengan Veira. Sekalipun itu mengisyaratkan kehancuran pada kita, tapi merekalah satu-satunya harapan yang kita miliki.”

---

Munculnya Void raksasa telah menjeda Festival Cahaya Suci. Akademi Excalibur menangguhkan aktivitas pembelajaran selama tiga hari supaya semua orang bisa fokus memperbaiki kehancuran.

Selain itu, karena Assault Garden Keenam juga mengalami kerusakan akibat serangan tempo hari, kedua pulau besar itu dipasangkan lebih lama dari yang direncanakan. Usaha-usaha yang dijalankan oleh para siswa kembali di buka pada masa istirahat, dan semua penjualan disumbangkan untuk membantu rekonstruksi.

Terlepas dari betapa hebatnya bencana yang melanda, orang-orang di Assault Garden pulih dengan cepat. Mungkin ketangguhan itu muncul secara alami kepada orang-orang yang melawan Void.

Regina telah menjelaskan pada Leonis bahwa “Festival Cahaya Suci itu penting karena acara itu melambangkan nyalanya cahaya peradaban manusia setelah periode kegelapan yang panjang. Itu adalah perayaan penting, yang tentunya tidak akan mereka batalkan begitu saja. Sejauh menyangkut kemanusiaan, ini adalah masalah harga diri.”

Harga diri, ya? Mungkin, dari situlah kekuatan umat manusia berasal.

“Ngomong-ngomong, nak, aku punya seragam pelayan baru, dan—,” ucap Regina.

“Aku tidak akan mengenakan pakaian wanita lagi!” Leonis segera menggelengkan kepalanya dengan ekspresi kesal.

Mayat  Veira secara mencolok menghilang dari tempat dia mati. Mungkin dia sudah terlalu dirusak oleh Void dan menghilang seperti apa yang terjadi pada Void-Void lain ketika mereka mati. Yang artinya, upaya Leonis untuk membangkitkan Veira sebagai undead telah gagal. Raja Undead berpikir bahwa itu adalah perkembangan yang tidak menguntungkan, tapi tidak ada yang bisa dia lakukan tentang itu. Dan sejujurnya, sejak awal dia tahu kalau kemungkinan upaya yang dia lakukan itu akan berhasil sangat kecil.

Meskipun pertarungan telah usai, satu pertanyaan masih terngiang-ngiang di benaknya Leonis. Mengapa di timing itu Veira terbangun dari tidur seribu tahunnya? Itu jelas bukanlah kebetulan. Mungkin itu adalah reaksi yang timbul karena kehadiran Leonis, sesama Penguasa Kegelapan sepertinya.

Yang jelas, tidak diragukan lagi kalau pria itu pasti terlibat dalam hal ini.

Nefakess Reizaad, mantan pelayan Iblis Dunia Bawah. Di tengah-tengah kekacauan yang terjadi, dia bertarung melawan Riselia dan Sakuya. Leonis pikir dirinya sudah bersikap waspada, tapi dia tidak mengantisipasi bahwa pria itu akan terlibat secara langsung. Meninggalkan Shary saja sebagai pengawal Riselia adalah kesalahan yang sangat Leonis sesali.

Di sisi lain, Leonis telah menyegel iblis yang menyerang Shary di Penjara Kebenaran untuk mengambil informasi darinya. Mantra sihir memaksa iblis yang dikurung di penjara itu untuk membuka mulutnya. Iblis itu mengatakan apa yang sudah Leonis ketahui bahwa Nefakess memanggilnya dan memerintahkannya untuk menangkap Riselia. Tapi, tampaknya selain itu iblis tersebut tidak tahu apa-apa lagi.

Sepertinya Nefakess mengincar Riselia karena dia pikir gadis berambut perak itulah yang menghancurkan Tearis Resurrectia. Pria itu tidak menyadari bahwa orang yang sebenarnya menggagalkan rencananya adalah Raja Undead.

Akan kubuat dia membayar dengan mahal karena telah berani meletakkan tangannya di pengikutku, sumpah Leonis sambil  berbaring di tempat tidurnya.

“Ah, pagi, Leo,” sapa Riseia saat gadis itu memasuki kamar Leonis. Sepertinya dia baru saja selesai mandi, soalnya rambut keperakannya tampak agak lembab.

“Apa  lukamu sudah sembuh?” tanya Leonis.

“Ya. Kekuatan regenerasi vampir benar-benar luar biasa.”

Tidak ada satu bekas luka pun yang tertinggal di kulit mulus gadis muda itu.

“Erm, Leo, sebenarnya, aku ingin memembicarakan sesuatu denganmu,” gumam Riselia, suaranya terdengar ragu-ragu bicara saat dia duduk di tempat tidur.

“Ada apa? Apa kau mau meminum darahku?”

“Y-Yaa—maksudku, tidak! Bukan itu aku yang mau aku bicarakan!” Wajah Riselia memerah, dan dia menggelengkan kepalanya. “S-Sebenarnya, aku meminum darah orang lain... Tapi cuman sedikit kok.”

“...Apa?!”

Saat bertarung dengan Nefakess, Riselia membutuhkan lebih banyak darah untuk memenuhi mana yang dibutuhkan oleh Gaun Leluhur Sejati dan membuatnya mau tak mau menyedot darah Arle Kirlesio.

“Leo, apa yang harus kulakukan? Aku membaca kalau orang yang digigit oleh vampir akan berubah menjadi vampir juga...”

Rupanya, gadis itu belajar banyak dari buku-buku yang dia pinjam di perpustakaan saat meneliti hal-hal untuk kafe bertema rumah hantu mereka. Riselia cemas memikirkan bahwa gara-gara dirinya, sekarang Arle telah menjadi undead. Tapi, di sisi lain, Leonis terlihat merasa sedikit kesal.

“Ya, itu harusnya mengubahnya menjadi undead. Kalau dia beruntung, dia akan menjadi vampir, tapi kebanyakan orang  akan menjadi ghoul. Kau yang berubah menjadi Ratu Vampir bisa dikatakan keberuntungan.”

“A-Apa yang harus kita lakukan?!” Riselia mencicit, benar-benar panik.

“Aku cuman bercanda,” ucap Leonis padanya sambil mengangkat bahu.

Hanya menghisap darah seseorang tidaklah cukup untuk mengubah mereka menjadi pengikut vampir. Tapi, Leonis merasa kesal karena Riselia telah meminum darah orang lain.

Mungkinkah, aku cuman mau dia hanya menghisap darahku saja? Tidak, tapi...

Masih merasa bingung tentang apa yang menciptakan perasaan aneh tersebut, Leonis berdehem. “L-Lain kali jangan meminum darah orang lain lagi selain darahku.”

“B-Baiklah. Aku tidak akan melakukannya,” ucap Riselia.

“Kalau gitu, silahkan,” ucap Leonis, mengulurkan tangannya pada Riselia.

“Y-Ya. Terima kasih—dan, maaf....” ucap Riselia dengan malu-malu. Sesaat kemudian, rasa malu atau apapun yang dia rasakan dengan cempat menghilang, dan gadis muda itu mulai menjilati jari Leonis dengan arogan. “Schlrp...Mha...Nha... ♪”

Tusukan taring Riselia menimbulkan rasa sakit yang manis dan menggairahkan yang entah mengapa terasa menyenangkan bagi Leonis.

 

“...Mmmhaa.”

Saat suara-suara becek memenuhi ruangan, Shary yang cemberut menggembungkan pipinya. Dia datang dengan maksud ingin agar Leonis mencoba beberapa kue buatannya, tapi sekarang dia tidak bisa memaksakan dirinya untuk memasuki kamar Leonis.

“Kurasa aku harus datang lagi nanti.”

Sambil menghela napas, pelayan pembunuh itu berbalik untuk pergi.

Padahal kali ini aku sudah membuat kue ini dengan baik. Kadang-kadang tuanku juga bisa menjadi orang yang sangat bodoh...

Masih cemberut, Shary menggigit salah satu kue yang baru dia panggang.

Mm, ini enak

Mata pelayan itu tampak berbinar. Kue yang dijual di toko rasanya enak, tapi kue buatannya sendiri terasa lebih enak.

Nyam, nyam, nyam... Nyam, nyam, nyam....

Dan tau-tau saja...

“...Waduh! Aku juga memakan bagiannya tuanku!” seru Shary, menangis.

Booooooooooom!

Tiba-tiba, suara yang bergemuruh mengguncang asrama.

---

“...A-Apa?!”

“...Apa itu tadi?!”

Riselia dan Leonis buru-buru membuka jendela kamar di lantai dua asrama dan melihat ke luar. Di hutan di belakang asrama, ada terbentuk sebuah kawah yang besar.

Namun saat awan debu yang melayang di udara menghilang..., mereka bisa tahu dengan pasti bahwa kawah itu bukan terbentuk karena Void ataupun meteor. Di tengah-tengah kawah itu, ada seorang gadis sedang berdiri. Dia memiliki rambut merah layaknya api yang berkibar-kibar tertiup angin. Ada sesuatu yang terkesan penuh kehidupan dan kejam dari dirinya, dan dia memiliki perawakan yang sangat amat cantik. Mungkin, yang paling tidak biasa dari semua penampilannya adalah adanya dua tanduk kecil tumbuh dari kepalanya. Gadis muda itu kemudian dengan lembut melayang ke udara..., dan melihat Leonis serta Riselia yang menatapnya dengan ekspresi tercengang dari jendela.

“Hei, di mana Leo? Dia ada di sini, ‘kan?” tanya Veira, sang Ratu Naga.



3 Comments

Previous Post Next Post