Seiken Gakuin no Maken Tsukai Volume 5 - Bab 5

Bab 5
Misi Pemusnahan


Terbangun dari tidurnya di pagi hari, Elfine sudah dipenuhi dengan perasaan amat lelah.

Mungkin ini gara-gara kejadian kemarin.

Duduk di tempat tidurnya, dia mengarahkan pandangan mata hitamnya ke arah luar jendela. Setelah menggelengkan kepalanya, dia menyisir rambutnya ke bawah dengan jari-jemarinya. Hari ini, peletonnya akan mengadakan rapat darurat.

Elfine segera mandi, berpakaian, kemudian pergi ke ruang bersama asrama. Karena masih baru beberapa hari semenjak berlalunya Festival Cahaya Suci, jadi beberapa dekorasi dari kafe hantu asrama Hraesvelgr masih terhias di dinding.
 
Begitu dia duduk di dekat meja, Elfine menyalakan terminalnya untuk membaca berita-berita terbaru. Insiden yang terjadi kemarin diberitakan di situ, namun itu dituliskan dalam artikel yang cukup singkat. Kemungkinan, akademi menekan biro pers untuk tidak menuliskan berita itu terlalu akurat.

Tidak mungkin mereka akan membiarkan pers menggunggah berita tentang bagaimana Pengguna Pedang Suci yang merupakan pelindung umat manusia kehilangan kendali senjata mereka dan menyerang warga sipil...

Meskipun begitu, insiden kemarin masihlah terlalu mencolok untuk dirahasiakan, dan Pengguna Pedang Suci yang memiliki sentimen anti-nasionalis pasti tidak sepenuhnya tidak mendengar apa-apa soal insiden itu.

Setelah Pedang Iblis Muselle Rhodes dihancurkan, pria itu pingsan dan dibawa ke fasilitas kesehatan Akademi Excalibur. Kondisi fisiknya tidaklah kritis, namun ingatannya tentang insiden itu tampaknya samar-samar, dan dia terus-menerus berada dalam keadaan panik. Sepertinya, dia tidak akan pernah bisa mewujudkan Pedang Sucinya lagi.

Apa dia juga mendengar ‘suara dewi’....?

Terminal Muselle telah disita oleh biro administrasi. Tapi, Elfine berhasil mengaksesnya secara diam-diam, berusaha mencari tanda-tanda keterlibatan Elemental Buatan Perusahaan Phillet.

Meskipun memang ada tanda-tanda bahwa teminal Muselle pernah digunakan bersama-sama dengan Elemental Buatan, tapi tidak ada yang membuktikan hubungan antara mereka dengan Pedang Iblis.

Artikel yang diunggah ke publik menduga bahwa faksi teroris anti-kekaisaran mungkin telah menghasut Muselle untuk melakukan kejahatan. Elfine mengetuk monitornya dengan jarinya, menutup artikel yang dia baca dan lanjut membaca artikel berikutnya. Penyelidikan udara yang dilakukan Assault Garden Ketujuh menemukan Sarang Void berskala besar di area 150 kilorel barat daya Hutan Miasma.

Sarang Void, itu adalah apa yang buku teks Akademi Excalibur sebut sebagai kumpulan besar kristal berdensitas tinggi yang diciptakan Void setelah muncul dari retakan di realitas.

Namun, masih belum diketahui pasti mengapa Void membuat sarang. Ada teori yang berpendapat bahwa hal-hal tidak wajar seperti itu mesti mereka lakukan untuk memperbaiki keberadaan mereka di dunia ini untuk jangka waktu yang lama. Terlepas dari itu, jika sarang yang besar dibiarkan terlalu lama begitu saja tanpa adanya pengawasan, nantinya itu pasti akan menyebabkan Void Stampede.

Mungkin ini yang akan dibahas pada rapat nanti.

Elfine merasakan napasnya mulai berubah menjadi tak teratur. Bayangan tentang apa yang terjadi enam bulan yang lalu terlintas di benaknya...

“Selama pagi, Fine,” terdengar suara seseorang menyapanya, membuat gadis itu tersentak dan segera mendongak.

“Selamat pagi, Selia...”

Salah satu junior Elfine datang menuruni tangga ke ruang tamu. Cahaya yang masuk dari jendela menimbulkan pantulan cahaya yang indah di rambutnya.

“Hm, di mana Leo?” tanya Elfine, melihat bahwa teman sekamar Riselia, Leonis, tidak bersamanya.

“Kamarnya sudah kosong saat aku hendak membangunkannya tadi. Kira-kira dia kemana ya pagi-pagi begini?” Riselia bertanya-tanya, cemberut dan menggembungkan pipinya.

“Dia harusnya sudah diberitahu soal rapat yang akan datang. Dia pasti sudah akan kembali ketika rapat hendak dimulai,” ucap Elfine, meyakinkan Riselia dengan lembut.

“Kau benar. Lagipula kurasa itu bukan hal yang aneh jika Leo tiba-tiba menghilang...” ucap Risleia, menghela napas.

“Pasti melelahkan ya mengurus anak laki-laki sepertinya,” ucap Elfine, tersenyum getir.

“Erm... Fine, apa yang sebenarnya terjadi kemarin?” tanya Riselia, duduk di kursi yang berdekatan dengan Elfine.

“Maksudmu tentang Pedang Sucinya Muselle Rhodes?”

“Ya. Kesannya itu seperti...” Riselia terhenti, merasa ragu dengan apa yang ingin ia ucapkan.

“—seperti Void,” ucap Elfine.                     

Mendengar itu, Riselia mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Meskipun dia disebut gagal, tapi Riselia dengan tekun berusaha dan bekerja menuju hari ketika dia akhirnya akan mewujudkan Pedang Sucinya. Tanah airnya telah hancur dan orang tuanya terbunuh, jadi dia mencari kekuatan untuk memerangi Void selama bertahun-tahun sebelum akhirnya ia membangkitkan kekuatan Pedang Sucinya.

Melihat salah satu senjata yang dimaksudkan untuk membantu menyelamatkan umat manusia mengambil bentuk yang mengerikan seperti itu tidak diragukan lagi pasti sulit untuk diterima Riselia.

“Setauku, itu disebut ‘Pedang Iblis’...,” ucap Elfine.

“Pedang Iblis?” Riselia memandang Elfine dengan tatapan bingung.

Elfine kemudian memberi Riselia penjelasan tentang eksperimen untuk mengembangkan Pedang Suci, keterlibatan Elemental Buatan yang tak dikenal dalam eksperimen, dan bagaimana mereka yang mengembangkan kekuatan Pedang Iblis melaporkan bahwa mereka mendengar suara dewi. Namun, Elfine tidak memberitahukan kemungkinan keterlibatan Perusahaan Phillet. Riselia adalah orang yang memiliki rasa keadilan yang kuat, dan Elfine merasa enggan untuk melibatkan temannya dalam pertikaian keluarganya.

Begitu Elfine menyelesaikan penjelasannya, Riselia mengangkat tangannya ke dagunya dan termenung. “Kalau tidak salah, teroris beastmen yang membajak Hyperion juga menyebut kekuatan mereka sebagai Pedang Iblis...,” kenangnya.

“Ya. Dan harusnya mereka yang bukan manusia tidak bisa memiliki kekuatan yang diberikan planet ini,” angguk Elfine.

Kekuatan yang diberikan kepada para teroris beastmen—Pedang Iblis. Itu jelas tidak mungkin hanya kebetulan belaka. Mungkinkah itu terkait dengan kekuatan yang telah mengubah Pedang Suci Muselle Rhodes menjadi monster seperti Void?

“Namun, bukan hanya Pedang Iblis saja yang membingungkan,” ucap Elfine. “Kita sendiri hanya memahami sedikit hal mengenai Pedang Suci.”

Pedang Suci, senjata itu adalah kekuatan ajaib yang diberikan planet ini kepada umat manusia untuk memerangi Void. Itulah doktrin resmi yang diyakini oleh kekaisaran dan Gereja Manusia, tapi apakah itu sungguh kebenarannya?

“Intinya, kita harus berhati-hati. Pasti ada siswa-siswi lain yang terinfeksi oleh kekuatan Pedang Iblis,” seru Elfine.

“A-Aku mengerti,” dengan ekspresi gugup, Riselia menganggukkan kepalanya.

---

“Sungguh pagi yang menyegarkan. Tidakkah menurutmu begitu, Leo?”

Berdiri di atas gedung bertingkat yang tinggi, Veira Greater Dragon melihat ke bawah ke Central Garden. Dia tidak lagi mengenakan pakaian yang kemarin dia kenakan, melainkan mengenakan pakaian aslinya, mengungkapkan pakaian dari sang Ratu Naga. Rambut merahnya yang sepanjang pinggang berkibar lembut tertiup angin laut.

“Aku tidak suka pagi hari,” gerutu Leonis.

“Oh iya, kau memang tidak menyukai pagi, ya,” ucap Veira, sambil tersenyum menyeringai.

Bahkan setelah terlahir kembali dalam bentuk manusia, Leonis masih tidak menyukai sinar matahari pagi. Di masa ketika dia memerintah sebagai Raja Undead, saat pagi hari dia akan tetap berada jauh di bawah tanah Necrozoa, tidur di peti mati batu. Dia sebenarnya punya keinginan unutk merapalkan mantra tingkat enam, Tirai Malam Iblis, dan menutupi langit dengan kegelapan. Namun, Assault Garden Ketujuh menggunakan panel surya untuk mengumpulkan energi dan menggubah energi itu menjadi mana sebagai sumber daya sekunder. Karenanya, menggelapkan langit tentunya bisa akan melumpuhkan kota.

Aku sama sekali tidak bisa mengerti mengapa Riselia sangat menyukai pagi hari.

Sebagai Ratu Vampir—undead tingkat tertinggi—Riselia bisa bergerak di bawah sinar matahari tanpa adanya efek yang melemahkannya. Meskipun begitu, undead tidak seharusnya menyukai cahaya di siang hari.

“Jadi, mengapa kau membawaku ke tempat seperti ini?” tanya Leonis, sengaja menyiratkan rasa tidak senangnya. Dia tahu kalau naga adalah makhluk yang menyukai tempat-tempat yang tinggi, tapi Veira tentunya tidak akan membawanya jauh-jauh ke sini hanya untuk menikmati pemandangan.

“Aku suka dengan kerajaanmu, Leo,” ucap Veira, berbalik menghadap Leonis. “Es krim yang dijual rasanya benar-benar enak.”

“Kerajaanku tidak hanya terbatas pada kota ini saja,” jawab Leonis. “Aku bermaksud untuk menempatkan benteng terbesar umat manusia, ibukota kekaisaran, Camelot, di bawah kekuasaanku. Dan tentunya Assult Garden lainnya juga demikian.”

“Begitukah? Aku sih tidak terlalu tertarik dengan tanah manusia...” Veira menatap bentangan langit biru yang tak berawan di atas mereka. “Kupikir aku akan pergi mencari Azure Hold.”

“Bukannya Naga Ilahi sudah menghancurkan kota itu?” tanya Leonis, mengerutkan keningnya.

Azure Hold adalah benteng naga yang dulunya melayang di langit. Sama seperti Tongkat Penyegel Dosa milik Raja Undead, Azure Hold berdiri sebagai simbol kekuatan dan teror Pasukan Penguasa Kegelapan. Tapi, Naga Ilahi dari Enam Pahlawan, Gisark, memimpin pasukan naga suci untuk menghancurkan benteng langit itu.

Namun, Veira menggelengkan kepalanya. “Azure Hold hanya jatuh ke laut. Aku yakin benteng itu masih tertidur di suatu tempat di kedalaman laut, bersama dengan sisa-sisa banyak prajurit naga yang bertarung di sisiku...”

“...Jadi kau melakukan ini untuk mengkabungi mereka?”

“Ya. Dan juga, untuk mempelajari lebih lanjut tentang bintang aneh itu,” jawab Veira, menatap ke arah sesuatu di luar langit. “Di Azure Hold ada perangkat observasi astronomi yang dimaksudkan untuk membantu penerbangannya. Jika aku dapat memeriksa catatan yang di disimpan di sana, aku mungkin bisa mempelajari tentang perubahan langit dalam seribu tahun terakhir.”

“Apa penyelerasan bintang-bintang memang sepenting itu?” tanya Leonis.

“Dengan menggunakan instrumen Azure Hold, kami para naga bisa meramalkan nasib dunia. Jika aku bisa meneliti bintang-bintang dengan teliti, aku mungkin dapat mengetahui apa yang terjadi dengan dunia ini.”

“...Begitu ya.”

Leonis harus mengakui apa yang Arakael katakan sulit untuk diabaikan.

“Dunia akan terlahir kembali dengan Bintang Kehampaan.”

Kehampaan, Void, dan Pedang Suci...

Embusan angin mengacak-acak rambut panjang Veira sebelum angin sepoi-sepoi berubah menjadi angin puyuh yang mengepul di sekelilingnya. Tanduk dari sang Ratu Naga mulai tumbuh lebih panjang dengan kecepatan yang mengkhawatirkan.

“Aku pernah mendengar kalau monster yang disebut Void itu cenderung membentuk Sarang di reruntuhon kuno. Berhati-hatilah,” ucap Leonis.

Ada kemungkinkan kalau teman-teman naga Veira yang sudah lama mati telah berubah menjadi void juga.

“Leo, pikirmu aku ini siapa?” Veira menoleh ke arah Leonis, memamerkan taringnya pada anak lelaki itu dengan ekspresi ganas. “Kalau ada orang yang cukup bodoh untuk berani menodai istanaku, aku akan membantai mereka. Dan untuk orang yang cukup arogan ingin mengubahku menjadi monster Void yang kotor, aku akan secara langsung merobek perut mereka dan mereduksinya menjadi abu.”

“Kurasa begitu. Maaf, Veira. Aku sudah mengatakan sesuatu yang tidak sopan padamu.”

Tidak ada yang lebih tidak sopan untuk ditujukan kepada Penguasa Kegelapan selain rasa kekhawatiran.

Pengaruh dari pengikutku yang overprotektif pasti sudah menular padaku, renung Leonis sambil tersenyum masam.

Dua sayap naga tumbuh dari punggung Veira. “Aku ingin bertarung dengan serius melawanmu di lain kali kita bertemu lagi, Leo,” ucapnya.

Mendengar itu, Leonis menampilkan seringai gigih di bibirnya. “Aku juga. Selanjutnya, aku ingin melawanmu dalam kondisi kekuatan penuhmu sudah pulih.”

“Pastikan untuk membesarkan pengikut vampirmu itu dengan baik. Dia punya potensi, bagaimanapun juga, hanya ada sedikit orang yang bisa membentakku seperti dirinya.”

“Aku akan mengingat saranmu itu, tapi kenyatannya kau tidak perlu repot-repot menyarankanku itu.”

Api menari-nari di atas rambut merah Veira, lalu dengan cepat api itu menyelimuti seluruh tubuhnya. Api itu kemudian menyala terang, menjadi pilar membara yang melonjak ke langit. Sesaat kemudian, seekor naga merah raksasa terbang di atas langit.

Bentuk kehidupan terkuat di dunia, penguasa dari semua naga dan salah satu Penguasa Kegelapan yang perkasa. Sang tiran naga iblis, Veira Greater Dragon, terbang di udara dengan segala keagungannya.

“...Wujudmu yang ini benar-benar wujud yang paling cantik, Veira.”

“Graaaaaaaaah!”

Membentangkan sayap raksasanya, Ratu Naga meraung. Saat sirene sistem pertahanan kota menggelegar, Veira berputar di atas Assault Garden Ketujuh.

Beberapa hari ini benar-benar hari yang sangat kacau, tapi kupikir ketidakhadiranmu akan sangat terasa bagiku.

Leonis menyakiskan bentuk naga Veira menyusut saat dia terbang ke cakrawala.

“...Sungguh, dia benar-benar datang dan pergi layaknya badai.”

Tidak lama setelah itu, bayangan di kaki Leonis sedikit bergelombang, dan kemudian seorang gadis kecil mengintip dari sana. Dengan malu-malu, dia mencubit ujung celana Leonis.

“Kamu ngapain di situ, Shary?”

“M-Maafkan saya, Paduka. Hanya saja, anda, erm..., anda bersama dengan Ratu Naga.” Shary melihat sekelilingnya dengan hati-hati, masih menjaga tubuh kecuali wajahnya tenggelam di dalam bayangan Leonis.

Yah, kurasa tingkahnya ini tidak mengherankan...

Shary adalah saksi hidup dari kekejaman yang Veira lakukan seribu tahun yang lalu. Dengan pasukan naganya yang siap siaga, Veira penah meruntuhkan satu negara. Setiap lawan yang dia yakini layak, akan dia tantang, tidak peduli apakah mereka adalah musuh, dewa, atau bahkan Penguasa Kegelapan lainnya. Ratu Naga adalah bencana hidup yang membawa serta kehancuran ke berbagai tempat hanya dengan melewatinya.

Tapi yah, kurasa semua Penguasa Kegelapan lainnya juga sama seperti itu.

“Ratu Naga tidak akan kembali ke sini, kan?” tanya Shary, tampak cemas.

“Jangan khawatir, dia pergi untuk mencari sisa-sisa Azure Hold.”

“Begitu ya...,” Shary menghela napas lega, dan kemudian dia keluar dari bayangan Leonis.

“Hm? Setelan apa yang kau kenakan itu?” tanya Leonis, memandang pakaian Shary dengan ekspresi bingung.

Saat ini, Shary tidak mengenakan pakaian pelayannya yang biasanya. Dalam beberapa hal desain pakainnya saat ini mungkin mirip dengan seragamnya yang biasa, tapi pakaian itu berwarna daun muda dan memiliki nuansa asing.

“Oh, jadi anda memperhatikannya ya, Paduka?” ucap Shary, tampak berseri-seri dan gembira.

“Kupikir siapa pun pasti akan memperhatikan hal semacam itu.”

“Tidak, Paduka, soalnya anda biasanya sangat tidak peka...,” ucap Shary dengan blak-blakan, kemudian menunjuk ke salah satu alun-alun kota di bawah mereka. “Saya mendapatkan pakaian ini di blok di sana. Itu adalah daerah otonom yang dihuni oleh para penyintas Anggrek Sakura.”

“Anggrek Sakura? Itu kampung halamannya Sakuya.”

Saat Leonis memikirkan itu, dia menyadari kalau pakaian yang Shary kenakan menyerupai seragamnya Sakuya yang dimodifikasi. Bagian kota tempat pakaian itu berasal adalah wilayah yang memiliki pemerintahan sendiri di Asault Garden Ketujuh. Tempat itu pasti seperti sektor keenam, tempat dimana para demi-human dan elf tinggal.

“Saya pikir pakaian pelayan saya terlalu mencolok di kota ini, itu sebanya saya membeli beberapa pakaian yang tidak akan terlihat terlalu mencolok,” jelas Shary.

Dia kemudian melalukan putaran kecil untuk memamerkan penampilannya, membuat keliman panjang dari pakaian itu menari-nari di udara.

“...Kurasa, pakaian itu cocok untukmu,” ucap Leonis dengan jujur setelah mengamatinya.

“P-Paduka, kata-kata yang baik seperti itu tidak pantas diberikan pada saya!” Shary menundukkan kepalanya, wajahnya tampak memerah. “Oh iya, saya membawakan anda oleh-oleh!”

“Hm?” Leonis mengangkat alisnya.

Shary mengeluarkan tiga tusuk sate dengan bola warna-warni yang tertusuk di bagian atasnya.

“Apa ini?” tanya Leonis.

“Itu jenis jajanan yang disebut pentol, Paduka,” jelas Shary.

“Ooh.”

“Ini, cobalah,” dengan penuh semangat, Shary menawarkan Leonis salah satu tusuk sate.

Leonis menerimanya dan kemudian menggigitnya. “Mm, teksturnya kenyal seperti donat,” ujarnya.

“Ya, saya juga merasa seperit itu!” balas Shary, tampak sungguh-sungguh.

Saat Leonis hendak menelan pentol itu, tapi pentol itu tersangkut di kerongkongannya, membuat Raja Undead itu terbatuk-batuk dan mulai memukul-mukul dadanya sendiri.

“Minum teh ini, Paduka,” ucap Shary, menawarkan Leonis secangkir teh.

“Oh, makasih.” Leonis menerima teh itu dan menurunkan pentol yang tersangkut di kerongkongannya. “Jadi, mengapa kau menyelidiki Anggrek Sakura?” tanya Leonis kepada pengikutnya itu.

“Itu karena aku yang menyuruhnya melakukan itu, Magnus-dono,” jawab sebuah suara bernada rendah.

Sepasang mata emas menatap Leonis dari bayangannya, dan kemudian serigala hitam muncul keluar dari bayangannya.

“Blackas? Mengapa kau menyuruhnya melakukan itu?”

“Orang-orang dari Anggrek Sakura cukup menarik,” jelas Blackas. “Beberapa di antara mereka bisa menggunakan kekuatan misterius yang bukan ilmu sihir atau Pedang Suci.”

“Oh? Itu memang terdengar menarik.”

Seribu tahun yang lalu, ada orang-orang yang memiliki kemampuan unik yang disebut Sagecraft, dan mereka melayani Raja Amarah.

“Apa semua orang dari Anggrek Sakura memiliki kekuatan yang kau sebutkan itu?” tanya Leonis.

“Masih terlalu dini untuk mengetahui tentang itu dengan pasti,” ujar Blackas. “Tapi kekuatan fisik gadis berambut biru itu mungkin terkait dengan kekuatan itu. Dan juga, penduduk Anggrek Sakura tampaknya menjaga tradisi yang berbeda dari Kekaisaran Terintegrasi. Mungkin mereka akan menjadi kunci bagi kita untuk mempelajari lebih banyak tentang mengapa ada begitu banyak sejarah yang tampaknya telah terhapus.”

Jika kekaisaran saat ini adalah dalang dibalik legenda Penguasa Kegelapan dan Enam Pahlawan dihapuskan dari sejarah, maka sejarah yang hilang itu mungkin masih bertahan di antara orang-orang Anggrek Sakura.

“...Aku mengerti. Kalau begitu, lanjutkanlah penyelidikan kalian. Dan jika kalian menemukan ada seseorang yang kelihatannya berguna bagi Pasukan Penguasa Kegelapan, temukan cara untuk merekrut mereka,” perintah Leonis.

“Dimengerti,” jawab Blackas.

“Sesuai kehendak anda, Paduka,” jawab Shary, menundukkan kepalanya dengan hormat.

Tiba-tiba, suara Riseliai terdengar dari terminal Leonis. “...Leo, kamu dimana? Rapat akan segera dimulai loh.”

“Aku sudah membuatkanmu nasi omelet, sarapan kesukaanmu, nak,” tambah Regina, suaranya terdengar riang.

“...M-Maaf, aku akan segera kembali,” jawab Leonis, kemudian dia menggunakan koridor bayangan untuk kembali ke asrama.

---

“...Maaf aku terlambat,” sambil berjalan masuk melewati pintu depan asrama, Leonis meminta maaf.

“Kamu dari mana aja sih, Leo? Aku khawatir tau,” segera, pengikutnya yang terlalu protektif mengomelinya.

Piring-piring hidangan untuk sarapan berjajar di meja di ruang bersama, di mana di sana para anggota peleton kedelapan belas lainnya sudah duduk.

“Yah, soalnya Veira memberitahuku kalau dia mau kembali ke kampung halamannya, jadi aku pergi mengantar kepergiannya,” ucap Leonis pada mereka..

“Begitukah?” ucap Riselia, tampak terkejut. “Itu..., sangat tiba-tiba...”

“Sejak awal aku tidak berpikir kalau dia berniat untuk tinggal di sini terlalu lama,” jawab Leonis, terburu-buru.

“Tapi apa dia meninggalkan kota sendiran?”

“Dia itu tipe orang yang sangat berjiwa bebas. Aku sangat yakin kalau dia akan baik-baik saja.”

“B-Begitu ya...” Riselia mengerutkan keningnya, tampaknya masih sedikit khawatir.  “Yah, karena dia adalah temanmu, maka kurasa tidak akan terjadi apa-apa,” gumamnya pada dirinya sendiri, sepertinya puas dengan penjelasan  Leonis yang tidak jelas.

Melihat ekspresi Riselia yang tampak agak sedih dengan berita kepergian Veira membuat Leonis terkejut. Meskipun hanya sedikit, sepertinya pertarungan di kolam renang itu telah mendekatkan mereka berdua.

Veira juga sepertinya mengakui kekuatan Riselia...

“Untuk saat ini, duduklah dulu, nak. Sarapanmu mulai dingin tuh,” desak Regina pada Leonis.

Leonis menurut, duduk di depan sepiring nasi omelet dengan segumpal besar mentega di atasnya, roti panggang yang renyah, daging babi, salad, dan arugula. Nasi omelet itu dibuat dengan kesempurnaan yang artistik, memperjelas bahwa Regina lah yang menyiapkan sarapan hari ini. Cuman anehnya, di nasi omelet Leonis juga ada bendera kecil yang tertancap di atasnya.

“Aku tidak butuh sesuatu seperti ini. Tolong berhenti memperlakukan seperti anak kecil,” ucap Penguasa Kegelapan, dengan kesal mencabut bendera kecil itu sebelum memakan nasi omeletnya.

Peleton kedelapan belas pun memulai rapat darurat mereka saat sarapan.

“Jadi, apa ini tentang misi pemusnahan Sarang Void?” tanya Leonis.

“Ya. Kita harus menghancurkan kekuatan Void yang belum aktif sebelum mereka menetas. Lokasi Sarang itu kira-kira seratus lima puluh kilorel ke barat daya, di dekat Hutan Miasma. Ada kemungkinan Sarang Void ini menjangkau jarak yang cukup jauh.”

Saat Riselia mengatakan itu, dia mengetuk peta di terminalnya untuk menunjukkan lokasi Sarang Void, lokasi yang juga dikenal sebagai Hutan Kematian...

Itu tempat dimana reruntuhan Necrozoa berada! pikir Leonis, matanya melebar dalam keterkejutan.

Benteng terakhir dari Pasukan Penguasa Kegelapan adalah labirin bawah tanah yang terdiri dari tiga belas strata. Deat Hold, benteng pribadi Leonis, berada di permukaannya bersama dengan kuil yang didedikasikan untuk dewi Roselia Ishtaris. Tanah-tanah di sekitar Necrozoa diselimuti oleh kabut berbahaya, menjadikan tempat itu sebagai tanah kematian.

Setidaknya, seperti itulah bagaimana Necrozoa di masa seribu tahun yang lalu. Tapi, Death Hold telah dijatuhkan oleh aliansi manusia dan Enam Pahlawan, dan sejak saat itu hutan lebat telah menelan sisa-sisa tempat itu.

“Sarang Void itu berada di dekat tempat kami menemukanmu, Leo,” ucap Riselia.

Termenung, Regina menambahkan, “Saat kami menyelidiki reruntuhan itu, kami memang menemukan beberapa Void besar, tapi masih belum ada tanda-tanda pembentukan Sarang yang cukup besar.”

Makam Agung tempat Leonis menyegel dirinya berada jauh di dalam labirin bawah tanah. Dia telah menempatkan mantra pengaburan untuk mencegah tempat itu disusupi oleh para petualang ataupun perambok kuburan, namun kekuatan dari mantra itu pasti telah berkurang seiring berjalannya waktu, jadinya memungkinkan Riselia menjelajah sedalam yang dia sudah lalui dan menemukan Loenis berada dalam keadaan magis.

“Mungkin itulah yang menjadi alasan terebesar mengapa peleton kita yang diperintahkan untuk membantu misi ini,” ucap Elfine. “Bagaimanapun juga, kita sudah mengetahui topografi area itu.”

“Dibandingkan dengan menjelajahi tempat yang tidak kita miliki datnaya, fakta bahwa sebelumnya kalian pernah ke sana membuat perbedaan yang besar,” tambah Sakuya, menyingkirkan kacang polong yang ditambahkan di nasi omeletnya.

“Sakuya, kau tidak akan tumbuh besar kalau kau pilih-pilih makanan loh,” tegur Regina.

“..Tsk!” kesal, Sakuya mendecakkan lidahnya. “Leo ‘kan juga tidak memakan kacang polongnya!”

“Loh, Leo ‘kan masih anak-anak, jadi kau tidak boleh menyamakan dirimu dengannya,” jawab Elfine, sambil memindahkan kacang polong yang Leonis sisihkan ke piringnya sendiri.

“Kau terlalu memanjakannya, Fine,” ucap Riselia. “Leo, kau harus makan sayuranmu.”

“Kupikir kau sendiri juga sering memanjakannya, Lady Selia...,” gurau Regina, dengan nada rendah.

“Iya, iya,” Leonis mendengus dan menyendok benda-benda hijau kecil itu kembali ke piringnya. Dia kemudian mengalihkan pandangannya ke terminal Riselia dan peta yang di tampilkan di sana. Kumpulan titik-titik merah yang ada di atas grafik menunjukkan kemungkinan lokasi Sarang Void. Itu tampak cukup besar, di mana Death Hold lah yang menjadi pusatnya.

Pulang kembali ke Necrozoa, ya? Aku ragu masih ada banyak hal yang tersisa di sana.

Seribu tahun yang lalu, basis operasi Raja Undead telah dijatuhkan. Dia sudah memindahkan semua artefak kelas pahlawan yang disimpan di sana ke brankas harta karun Alam Bayangan, dan tidak mungkin ada tulang yang tersisa yang layak untuk dihidupkan kembali di sana. Itu sebabnya, Leonis lebih memprioritaskan untuk menyelidiki hal-hal di Assault Garden Ketujuh daripada kembali ke sana.

Namun, dia tidak bisa begitu saja mengabaikan Void-Void yang memenuhi bentengnya, sekalipun sekarang tempat itu tidak lebih dari sekadar puing-puing. Banyak undead telah bertarung dan mati di Necrozoa, jadi itu adalah tempat yang patut untuk dihormati.

Ini bisa menjadi kesempatan yang bagus bagiku untuk membersihkan bentengku dari hama-hama itu. Aku akan menghancurkan mereka dengan sangat teliti sehingga bahkan abu mereka pun tidak akan tersisa.

Sementara Leonis memikirkan gagasan keji itu, Riselia menjelaskan jumlah unit yang akan berpartisipasi dalam misi dan komposisi pasukan mereka.

“—Baiklah, itulah ringkasan pengarahannya. Apa ada pertanyaan?” tanya Riselia, melihat ke arah masing-masing rekannya. “Kita akan menjadi bagian dari pasukan seukuran maskapai. Aku tahu ini adalah misi pemusnahaan, tapi itu adalah pasukan yang cukup besar.”

“Kurang lebih pasukan ini terdiri dari para elit berpangkat tinggi,” timpal Regina.

“Ya. Liat Guiness sang Singa Api dari peleton kelima akan memimpin operasi ini,” lanjut Riselia sambil menganggukkan kepalanya. “Aku tidak akan menyebut ini pasukan yang terlalu berlebihan,  tapi kita telah membuat unit yang cukup kuat.” Gadis berambut perak itu kemudian menoleh ke arah Elfine. “Fine, kau akan menangani bantuan di basis relai—”

“Tidak, aku ingin berpartisipasi dalam operasi ini di medannya langsung,” sela Elfine.

“Hah?” Riselia menatapnya, matanya melebar dalam keterkejutan. Regina dan Sakuya pun juga menampilkan ekspresi yang serupa. Tampak khawatir terhadapnya, Riselia dengan lembut memprotenya, “Tapi, Fine...”

Gadis yang paling tua di kelompok itu menggelengkan kepalanya sambil menunjukkan senyuman tipis. “Jangan khawatir, ini sudah waktunya bagiku untuk kembali ke garis depan. Lagipula, ada beberapa informasi yang hanya bisa diperoleh langsung dari lapangan, dan jika aku tidak ikut serta dalam pertempuran, naluri bertarungku tidak akan kembali. Kupikir inilah satu-satunya cara agar aku bisa mengembalikan kemampuan penuh Mata Penyihir-ku.” Ada cahaya yang penuh tekad dan tegas di mata hitamnya.

Kekuatan Peadng Sucinya yang hilang...

Mata Penyihir Elfine memiliki kemampuan radar yang luar biasa, tapi gadis itu pernah memberitahu Leonis bahwa itu bukanlah kekuatan sesungguhnya dari Pedang Sucinya. Enam bulan yang lalu, dua rekannya tewas saat menyelidiki Sarang Void, yang mana kejadian itu membuat Pedang Suci Elfine kehilangan kekuatannya yang sesungguhnya.

Melihat sorot mata yang ditampilkan Elfine, Riselia menanggapinya, “Baiklah, kali ini kami akan membawamu menemani kami.”

---

“Ugh... Ha... Aaah, aaah... Nngh...!”

Perubahan mengerikan lainnya. Tubuh pria itu terasa berat dan lembab karena keringat dingin.

Lagi, mimpi dari hari itu lagi.

Dia mengunjungi tempat itu terus-menerus di dalam mimpi buruknya, dan penyesalannya tidak pernah pudar. Setelah peletonnya bubar karena kegagalannya dalam melindungi rekan-rekannya, dia menghabiskan setiap waktunya untuk melawan Void—berpikir bahwa itu adalah hukuman yang pantas untuk dirinya. Dia berusaha untuk mengembangkan Pedang Sucinya dan memperoleh lebih banyak kekuatan.

Hingga kemudian, suatu hari, pria itu mulai mendengar suara di dalam kepalanya.

Suara sang dewi.

“Kita siap untuk berangkat, Kapten!”

“Ya, aku akan segera ke sana.”

Memadamkan api hitam dan jelek yang dia bentuk di telapak tangannya, pria itu bangkit berdiri.

Post a Comment

Previous Post Next Post