Kanojo no Imouto to Kiss wo Shita Volume 4 - Bab 3

Bab 3
Rahasia X Tengah Malam


Rumah Keluarga Sato kami yang berevolusi menjadi 3LDK tidak hanya bertambah besar saja. Tikar tatami yang telah terpapar oleh sinar matahari dan lusuh telah berganti menjadi lantai yang mengkilap, dan dinding yang dulunya dinding pasir kini adalah dinding modern dengan walpaper putih dan tanaman dedaunan hijau.

Ruang tamu dan dapur di rumah baru ini juga sangat besar. Atau malah, ini bukanlah lagi [Ruang Tamu (居間)]. Lagian, jika kita berbicara tentang ruang tamu (居間), maka itu adalah tempat yang ada chabudai dan bantal duduknya, kan? Nah, chabudai tidaklah cocok untuk diletakkan di ruangan seperti ini. Ruangan ini seharusnya di letaki sofa serta meja.

[Ruang Tamu (Living/リビング)]. Ya, ini harus disebut sebagai [Ruang Tamu].

[Catatan Penerjemah: 1. 居間 (Ima) = Ruang tamu bergaya Jepang. リビング (Living) = Ruang tamu modern. 2.  Chabudai (ちゃぶ台) = Meja makan rendah.]

Dapurnya pun tidak seperti dapur yang berada di sudut ruangan 6 tikar tatami yang kotor seperti dulu. Dan tentunya, dapur di rumah baru ini tidak dibuat dengan struktur yang berantakan yang terhubung langsung ke kamar mandi. Itu adalah Counter Kitchen yang bergaya, dan terlebih lagi, semua peralatannya menggunakan listrik.

Di dapur yang bergaya seperti itu, Shigure dan Tsukiko-san sedang berdiri berdampingan menyiapkan makan malam.

“Eei! ...Yah, hancur.”

“Aduh, ‘kan aku sudah bilang biar aku saja yang membuatnya~” 

“Ugh, tapi ‘kan ibu juga mau membaliknya dengan baik seperti yang kau lakukan, dan membuat nasi oemelet yang indah untuk ayah.”

“...Kalau gitu biar aku saja yang mengambil yang hancur ini, jadi cobalah membuatnya lagi. Jangan ragu-ragu seperti sebelumnya, tapi goyangkan penggorengannya dengan sekuat tenaga.”

[Catatan Penerjemah; Konteks diatas lagi buat omelette.]

Di sisi lain, sang kepala keluarga, ayahku, sedang duduk bersamaku di meja makan, menatapi Tsukiko-san yang sedang mencoba yang terbaik untuk memasak meskipun tangannya tampak gemetaran. ...Astaga, wajahnya tampak tak senonoh sekali.

“Asisten Profesor Sato, wajahmu terlihat seperti memliki IQ yang rendah loh.”

“Yah, habisnya menyenangkan melihat pemandangan seorang istri yang mengenakan celemek.”

“...Astaga~”

Yah..., aku bisa mengerti perasaan ayahku sih. Bagaimanapun juga, saat masih tinggal di apartemen lama, aku merasakan kebahagiaan yang tak terlukiskan saat melihat Shigure berdiri di dapur setiap pagi.

“...Jadi gimana, apa kau sudah semakin dekat dengan ibu?”

Tiba-tiba, ayahku menoleh ke arahku dan menanyakan itu.

Kalau dipikir-pikir, mereka telah memanggil satu sama lain [ayah] dan [ibu] akhir-akhir ini. Seingatku, saat mereka baru saja kembali ke Jepang, mereka masih memanggil satu sama lain dengan [Nao-kun] dan [Tsukiko-san]. Kurasa, dengan caranya sendiri, ayahku mengurus berbagai hal agar kami bisa lebih cocok sebagai sebuah keluarga.

Dan terhadap pertanyaan dari ayahku, aku menganggukkan kepalaku.

“Ya, dia baik dan juga cantik. Selain Shigure yang jahil, sama sekali tidak ada masalah.”

“Aduh, aku mendengar kata-kata yang tidak menyenangkan, jadi aku malah menaruh saus kematian alih-alih saus tomat. Yah, ini nanti untuk Onii-san saja.”

“Lah?!”

“Hahaha! Itu salahmu sendiri, Hiromichi. Ayah tidak akan membantumu!”

Ayahku tertawa bahagia, dan Tsukiko-san..., ibu tiriku juga cekikikan.

Melihat mereka seperti itu juga membuatku merasa senang.

Terus terang, selama ayahku bahagia, aku tidak peduli dengan siapa dia memilih pasangan hidup barunya. Tentunya aku masih menyayangi ibu kandungku, tapi aku bukanlah anak kecil yang akan merengek tentang satu-satunya ibuku adalah ibu kandungku.

“Oh iya, Hiro-kun, Hiro-kun.”

“Ya, ada apa?”

“Apa kamu tahu kalau sebentar lagi hari ulang tahunnya Haru-chan?”

Haru-chan yang dimaksud ibu tiriku mungkin adalah Haruka. Soalnya, seingatku dia memanggil Haruka seperti itu di malam saat dia datang.

“Ya, tentu saja aku tahu. Aku bahkan sudah menyiapkan hadiah untuknya.”

“Oh, kau memang layak menjadi pacarnya, kau tidak lalai soal hal seperti itu... Nah, karena hari itu juga merupakan hari ulang tahunnya Shi-chan, kalau kamu dan Haru-chan tidak keberatan, bagaimana kalau kita mengadakan pesta ulang tahun di sini bersama-sama?”

“Apa itu artinya ayah dan ibu juga akan ikut merayakannya?”

“Tidak, sayangnya ayah tidak bisa hadir, soalnya di hari itu ayah harus membantu kelasnya profesor. Setelah itu kami pasti akan keluar untuk minum-minum, jadi ayah tidak akan pulang sampai tengah malam.”

“Eh? Ayah tidak akan merayakan ulang tahunku?”

[Catatan Penerjemah: Sebenarnya Shigure manggilnya [ayah tiri], tapi gua pakai [ayah] saja.]

Mendengar ucapan ayahku, Shigure menanggapinya dengan suara yang terdengar kecewa, jadi ayahku segera meminta maaf kepada Shigure.

“Ayah tidak bisa mengabaikan beliau karena dia sudah banyak berjasa pada ayah. Nanti ayah akan memberikanmu hadiah ulang tahun yang mahal, jadi tolong puaslah dengan itu, oke?”

“Haah, kurasa apa boleh buat.”

“Anak baik.”

“Kalau gitu aku ingin hadiah merek Vuitton.”

“Tidak, tunggu, bukankah yang kau inginkan itu terlalu mahal?! Ayah akan senang jika kau menginginkan hadiah yang sedikit lebih masuk akal setelah melihat perawakan pria tua yang sederhana ini.”

Dalam hati aku diam-diam berpikir, Shigure, kau tidak menggunakan merek Vuitton, kan?, tapi mengesampingkan soal itu, pesta ulang tahun di rumah ini, ya?

[Catatan Penerjemah: Louis Vuitton Malletier, biasa disebut sebagai Louis Vuitton (pengucapan bahasa Prancis: [lwi vɥitɔ̃]) atau disingkat LV, adalah sebuah perusahaan barang mewah dan rumah mode asal Prancis yang didirikan pada tahun 1854 oleh Louis Vuitton.]

Sejujurnya..., karena berbagai alasan, aku melalui cukup banyak waktu begitu saja tanpa bisa mengatakan kebenaran pada Haruka, jadi agak sulit bagiku untuk merayakan ulang tahun Haruka dengan hanya berduaan saja dengan dia.

Bisa dibilang, usulan ibu tiriku adalah anugerah untukku.

“Aku tidak keberatan, Nanti aku juga akan menanyakannya pada Haruka.”

“Ya. Oh, selain itu, Hiro-kun...”

“Ya?”

“Cara bicara desu-masu-mu itu, bisakah kau sebisa mungkin berhenti menggunakannya ketika berbicara dengan ibu?”

[Catatan Penerjemah; Desu-masu (デスマス) = Saat bicara dengan ibu tirinya, cara bicaranya Hiromichi cukup formal. Contohnya: Zenzen idesu / Haruka ni mo kitemimasune.]

Ah sial, secara tidak sengaja aku berbicara formal kepadanya.

Kupikir, di masa lalu Shigure juga pernah mengatakan sesuatu yang mirip seperti itu kepadaku.

“Maaf..., tidak, aku mengerti, ibu.”

Saat aku meminta maaf untuk itu, ibu tiriku mengangguk bahagia dan kembali memasak.

Punya rumah yang nyaman, ibu yang baik dan cantik, dan bahkan ayah juga pulang. Hangat dan penuh kehidupan. Kehidupan kami sebagai keluarga Sato yang baru berjalan dengan baik.

Tidak ada yang bisa dikeluhkan.

Aku yakin, jika kehidupan sehari-hari seperti ini terus berlanjut, tidak akan butuh waktu lama sampai kami bisa menjadi keluarga yang sesungguhnya. Aku sangat yakin akan hal itu, dan tentunya itu akan menjadi sesuatu yang amat indah.

Ah, cuman——

“......Haaaaah.”

Larut malam. Aku menghela napas sendirian di tempat tidur di kamarku. Kehidupan baruku nyaman dan baik, begitupun juga dengan kamar pribadi ini. Meskipun tidak memiliki kunci, tetap saja itu adalah ruang pribadi yang dipisahkan dengan benar oleh sebuah pintu. Untuk seorang siswa SMA, ini adalah hadiah yang sempurna.

Tapi..., aku kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan baru yang nyaman ini.

...Rasanya sepi.

Semenjak ayah dan ibu tiriku pulang, aku dan Shigure hanya memiliki sedikit waktu untuk berduaan. Dan setelah kami pindah ke rumah ini..., kami masing-masing diberikan satu kamar pribadi, sehingga jarak di antara kami menjadi semakin jauh.

Biasanya, di pagi hari aku akan terbangun oleh aroma sarapan yang disiapkan oleh Shigure dan melihatnya berdiri membelakangiku di dapur. Kemudian di malam hari, kami berdua akan belajar bareng atau bermain game, dan di malam yang cukup panas sehingga kami tidak bisa tidur, kami akan ngobrol dengan santai melalui pintu geser sampai salah satu dari kami tertidur.

Beberapa bulan yang aku habiskan bersama Shigure telah menjadi waktu yang tak tergantikan bagiku.

Tapi sekarang, kehidupan seperti itu tidak akan kembali lagi.

Fakta itu membuatku merasa sepi dan juga sedih.

...Aku ingin tahu, apakah Shigure tidak memiliki masalah tentang hal ini? Sama sepertiku, apakah dia juga merindukan kehidupan yang tak akan kembali lagi itu? Jika saat ini..., aku pergi ke kamarnya Shigure..., apakah dia akan senang saat melihatku?

...Yah, aku yakin Shigure pasti akan mengolok-olokku dan mengatakan, “Ya ampun, padahal Onii-san itu laki-laki, tapi mudah sekali kamu merasa kesepian.”

Bahkan aku bisa dengan mudah  membayangkan dia akan menampilkan ekspresi nakal itu di wajahnya. ...Oh, tapi kalau dipikir-pikir, sudah cukup lama aku tidak melihat ekspresi nakalnya itu.

“Haaah...”

...Akhir-akhir ini, saat aku terjaga di malam hari, apa yang bisa kupikirkan hanyalah sesuatu seperti ini.

Lebih baik aku tidur, toh besok aku harus pergi sekolah.

Aku berguling untuk mencoba berpaling dari masalahku, tapi saat itu——

Tok, tok, tok

Dalam keheningan malam yang sunyi, suara ketukan pintu yang pelan bergema.

“——!”

“Onii-san. Onii-san. Apa kau masih bangun?”

Suara yang terdengar dari balik pintu adalah suaranya Shigure yang saat ini sangat ingin aku temui.

“A-Aku masih bangun...”

“Boleh ganggu sebentar gak?”

“Y-Ya, tidak masalah sih.”

XXX

“Permisi.”

Shigure masuk ke kamarku, menekan sakelar di pintu masuk untuk menyalakan lampu, berjalan ke arahku yang hanya mengangkat tubuh bagian atasku di tempat tidur, kemudian duduk di tepi tempat tidurku.

Melihat itu aku merasa tidak bisa hanya terus berbaring di tempat tidur saja, jadi aku duduk di samping Shigure.

Segera, aroma manis nostalgia tercium di udara. Itu adalah aroma rambutnya Shigure, aroma yang setiap harinya aku anggap biasa saja saat kami masih tinggal berduaan di apartemen lama.

Tanpa sadar pipiku langsung mengendur.

....Tidak ,tunggu, jangan terbawa suasana Hiromichi.

Sekarang sudah pukul dua tengah malam. Shigure tidak mungkin datang ke kamarku ketika dia tidak punya keperluan apa-apa. Apalagi, Shigure adalah tipe orang yang akan tidur lebih awal di malam hari supaya bisa bangun pagi-pagi sekali. Pasti dia punya sesuatu yang mendesak yang ingin dibicarakan. Aku tidak memiliki gambaran apa-apa tentang hal itu, tapi... Yang jelas, aku menunggu Shigure untuk menyampaikan keperluannya.

Tapi saat aku menunggu..., beberapa menit sudah berlalu semenjak Shigure memasuki kamarku, dan dia masih belum mengatakan apa-apa.

Dia hanya menundukkan kepalanya dan tetap diam,

Mungkinkah itu adalah hal sulit untuk dia katakan?

Yah..., bagiku sih, aku senang bisa bersama dengan Shigure seperti ini, jadi menungu berjam-jam pun aku tidak keberatan.

Tapi kalau seperti itu terus, itu pasti akan menganggu pikiranku besok.

“Kenapa sih? Kau pasti punya keperluan mendesak karena datang ke sini di jam segini, kan?”

Kalau sulit baginya untuk memulai pembicaraan, aku akan mencoba mendesaknya.

Kemudian, Shigure akhirnya mulai bergerak.

Dia mengangkat wajahnya yang tertunduk sedikit dan kemudian memelototiku.

“...Memangnya aku gak boleh ke kamarmu kalau gak ada hal yang mendesak?”

“A-Aku ‘kan gak ada bilang seperti itu...”

Dia kenapa sih? Entah mengapa dia sepertinya berada dalam suasana hati yang buruk. Apa aku ada melakukan sesuatu yang membuatnya marah? Aku tidak ingat ada melakukan itu, tapi...

“Kalau aku harus mengatakannya..., kurasa itu karena Onii-san tidak kunjung datang kepadaku.”

“Eh?”

“...Maksudku aku merindukamu...”

“——!”

“Tentunya rumah ini jauh lebih indah dan nyaman sampai-sampai tidak bisa dibandingkan dengan rumah yang lama, tapi..., jarak antara kita menjadi semakin jauh, dan aku kesepian. Apalagi akhir-akhir ini, kita bahkan tidak bisa berduaan karena ibu dan ayah selalu ada sepanjang waktu. Apa Onii-san sama sekali tidak merasakan hal yang sama sepertiku?”

Bibir Shigure cemberut seolah-olah dia merajuk, dan meskipun dia tidak mengenakan lipstik, tapi bibirnya tampak mengkilap.

Meskipun singkat, kami telah menghabiskan waktu yang intens bersama-sama. Karenanya, aku mengenal Shigure dengan baik. Memang dia akan mempermainkanku dengan berbagai cara saat dia menggodaku, tapi dia tidak pernah memalsukan perasaanya. Contohnya saat Shigure marah, maka saat itu dia benar-benar marah.

Ini artinya, Shigure..., dia juga merasakan hal yang sama sepertiku.

“...Kau salah, aku juga..., merindukanmu.”

“Muu~. Kalau memang begitu, kau harusnya datang menemuiku di kamarku!”

“Tidak, soal itu..., malu lah. Selain itu, kalau sampai ayah atau ibu melihat, sulit bagiku untuk memikirkan alasan.”

“Kita sudah tinggal berduaan begitu lama, jadi ngapain mikirin soal itu sekarang.”

“Kau mungkin benar, tapi ‘kan lain cerita lagi ketika sekarang kita punya kamar sendiri-sendiri.”

Shigure adalah adik perempuan pertama yang aku miliki, jadi aku tidak begitu tahu, tapi kupikir kakak-adik seusia kami tidak seharusnya terlalu menganggu satu sama lain. Yah, itu hanya gambaran yang kumiliki sih. Selain itu, tidak biasa kan bagi dua orang untuk menghabiskan malam bersama di kamar yang sama?

Saat aku membuat alasan, Shigure bergumam kesal.

“...Ugh, padahal kau sudah mengatakan itu padaku...”

“Eh? Apa maksudmu?”

“Padahal waktu itu kau bilang padaku untuk mempersiapkan diriku ketika kita sampai rumah. Kau bilang kau akan menyampaikan cintamu baik dalam kualitas maupun kuantitas.”

“Ugh.”

...Memang sih, aku ada mengatakan itu kepadanya. Cuman aku jadi lupa karena saat itu ada insiden yang menimpa Haruka.

“Dasar pembohong.”

Dengan tatapan yang kesal, Shigure memelototiku dan menggembungkan pipinya. Dia juga secara terang-terangan menyiratkan bahwa dia marah, dan dia ingin aku secepatnya menghiburnya.

Tapi sekalipun dia bilang begitu, untuk sementara waktu kami berempat tinggal di rumah yang kecil itu, kemudian setelah itu kami sibuk, jadi aku tidak bisa berbuat apa-apa karena tidak ada timing yang tepat, dan dia juga harusnya tahu tentang itu. Tapi yah, meskipun aku punya banyak alasan untuk membalasnya...

“...Maaf.”

Aku tetap meminta maaf. Dia membuatku jadi ingin meminta maaf.

Bisa dibilang, inilah yang disebut sebagai kelemahan dari jatuh cinta.

Shigure tampaknya jadi merasa sedikit lebih baik setelah menerima permintaa maafku, dan ketika dia tidak lagi menggembungkan pipinya, dia dengan lembut meletakkan tangannya di atas tanganku, lalu berkata dengan lembut.

“Kalau gitu, ayo kita ngobrol dengan suara yang pelan supaya kita tidak ketahuan.”

Aku jadi tidak peduli kalau pagi nanti aku akan kesulitan gara-gara begadang.

XXX

Sudah cukup lama semenjak aku dan Shigure berbicara berduaan seperti ini, jadi kami tidak kesulitan untuk menemukan topik pembicaraan. Baik itu tentang rumah baru, tentang tetangga baru, atau keluhan tentang orang tua masih-masing, dan banyak hal lainnya.

Jika dengan Sigure, aku bisa berbicara sebanyak mungkin sekalipun tentang hal-hal yang sepele.

Hingga akhirnya, topik kami beralih ke apa yang terjadi di sekolah hari ini, dan aku mengatakan pada Shigure tentang Haruka yang telah keluar dari klub drama.

Shigure sontak terkejut, soalnya dia tidak ada mendengar apa pun soal ini dari Haruka sendiri.

“...Nee-san keluar dari klub drama? Apa itu karena apa yang terjadi dengan Takao-san?”

“Ya. Itu menyebabkan dia tidak bisa konsentrasi dalam aktingnya, dan ketua klub mencopot perannya yang memerankan peran utama dalam festival. Tapi dia lega bahwa peran utama itu dicabut darinya. Dia bilang tidak baik jika dia berada dalam klub dalam kondisi seperti itu...”

“...Nee-san orangnya terlalu serius. Padahal dia tidak perlu sampai keluar seperti itu... Jika dia tiba-tiba berhenti melakukan apa yang telah dia dedikasikan begitu keras..., dia pasti akan merasakan rasa kehilangan yang besar.”

“Ketua juga bilang begitu padaku tadi siang. Dia juga bilang bahwa saat ini Haruka sedang lemah, jadi dia memintaku untuk bersikap baik padanya supaya dia tidak memojokkannya dirinya sendiri ke sudut.”

“.........”

“Tapi kenyataannya, Haruka sedikit aneh. Dia menjadi sangat agresif, dan..., dia bahkan mengambil inisiatif untuk menciumku ketika ada banyak orang di sekitar, pokoknya aneh lah.”

Mungkin saat ini Haruka tidak bisa berdiri tanpa bersandar pada sesuatu. Bagaimapaun juga, ketika hati sedang penuh, kesendirian akan menjadi tak tertahankan.

...Aku tahu itu karena aku sendiri pernah mengalami masa-masa seperti itu.

Tapi yah, saat aku seperti itu, orang yang meminjamkan dadanya padaku bukanlah Haruka, melainkan Shigure...

“Kalau kau merasa sulit untuk membicarakan soal Nee-san, kau tidak perlu memberitahuku loh? Toh aku tidak peduli tentang menjadi pacar atau kekasihmu. Soalnya, satu-satunya hal yang penting bagiku adalah Onii-san menyukaiku,” ucap Shigure, setelah mendengar tentang kondisi Haruka dariku.

Tidak butuh sumpah, cukup sampaikan saja apa yang harus disampaikan pada momennya. Itu adalah pandangan Shigure tentang cinta yang telah kudengar beberapa kali dari mulutnya sendiri, tapi...

“Mana bisa aku melakukan sesuatu seperti itu.”

Aku adalah orang yang pengecut. Aku telah menyadari fakta tersebut akhir-akhir ini, sampai pada titik di mana aku membenci diriku sendiri.

Aku tidak memiliki kekuatan untuk bisa jujur, tapi aku juga tidak memiliki tekad untuk menjadi orang jahat. Tidak mungkin orang sepertiku bisa untuk [mengencani dua gadis sekaligus]. Ini bukan tentang memperlihatan atau tidak memperlihatan keburukan, kepengecutanku tidak bisa tahan dengan rasa bersalah. Stres membunuhku.

Bahkan situasi ini, situasi di mana aku tidak bisa memisahkan Haruka dari kehidupanku karena berbagai masalah yang tak terduga, seperti pulangnya orang tuaku, soal Takao, soal Haruka yang meninggalkan klub, sudah merupakan hal yang sulit bagiku.

“Mungkin ini akan cukup memakan waktu, tapi aku pasti akan mengatakan kejujuran pada Haruka. ...Saat Haruka sudah cukup banyak kembali ke dirinya yang aku kenal, maka saat itu aku pasti akan mengatakan yang sejujurnya.”

Itu adalah suatu keharusan yang tak akan tergoyahkan entah apa pun yang terjadi.

Soalnya, hatiku sudah hanya tertuju pada Shigure seorang.

Sekalipun aku menerima ciuman dari Haruka yang dulunya sangat-sangat aku inginkan, itu tidak akan membuatku goyah sedikitpun.

Itu sebabnya..., agar aku bisa mencintai Shigure tanpa takut pada apa pun, hubunganku dengan Haruka harus segera di akhiri.

Saat aku menyampaikan itu, Shigure berkata, “Baiklah, aku mengerti,” dan kemudian menyandarkan kepalanya di bahuku.

“Fufufu, kau benar-benar menyukaiku ya, Onii-san? Meskipun kau kesulitan seperti itu, tapi kau begitu jujur dan imut. Usap~ Usap~

Dengan ekspresi puas di wajahnya, Shigure mengusapkan kepalanya ke pipiku. Rambut halusnya yang menyapu pipiku terasa menggelitik.

“Hei, Onii-san. Apa kau menyukaiku?”

“...Apa kau perlu menanyakan itu di aliran suasana seperti ini?”

“Aku mau mendengar kau mengatakan itu padaku.”

“...Aku menyukaimu.”

Pada titik ini, aku menanggapinya dengan jujur karena aku tidak lagi memiliki niat untuk berpura-pura atau sok jual mahal.

Tapi kemudian, Shigure mulai mengajukan lebih banyak pertanyaan.

“Apa yang kamu suka dariku?”

“A-Apa yang  aku suka...?”

“Kupikir dari dulu aku sudah banyak mengatakan tentang apa yang aku suka dari Onii-san, tapi kalau kupikir-pikir, aku belum ada mendengar sesuatu yang spesifik dari kamu. ——Hei, kasih tahu dong?”

“Tidak, itu terlalu tiba-tiba jika kau memintaku untuk mengatakannya...”

Shigure menatapku dengan mata yang berbinar-binar karena penasaran dengan jawabanku, tapi itu justru membuatku bermasalah.

Memang aku ingat kalau sudah sejak lama aku menerima pernyataan tentang apa yang Shigure sukai dariku, tapi aku bukan seorang pembicara yang baik, jadi aku tidak bisa mengungkapkan apa yang aku sukai dari dirinya dengan lancar.

“Fu~un. Itu pasti sangat sulit untuk Onii-san yang miskin kosakata. Kalau begitu, kau tidak perlu menyampaikannya dengan kata-kata.”

“Makasih atas pengertiannya.”

“Sebagai ganti tidak menyampaikannya dengan kata-kata, belailah bagian dari diriku yang kau sukai.”

“——Hah?”

Eh? Belai.... EH?!

“T-Tidak, aku tidak akan melakukannya.”

“...Meskipun hari ini kau mencium Nee-san?”

“Hah?!”

Keringat dingin bercucuran di tubuhku.

Sialan. Bisa-bisanya tadi dengan bodohnya aku membicarakan hal-hal yang tidak perlu.

Menatap~~~~

Lagi-lagi, Shigure secara terang-terang menyiratkan bahwa dia marah. Dia sengaja melakukan itu karena dia tahu betapa imutnya dia dan betapa aku menyukai dirinya.

Aku tahu. Aku tahu ini adalah triknya Shigure..., tapi meskipun aku tahu...

“A-Aku hanya perlu membelaimu, kan? Jadi berhenti menampilkan sorot mata seperti itu!”

“Aha~, gampangan banget.”

“Apa kau ada mengatakan sesuatu?”

“Aku tidak mengatakan apa-apa. Ayo cepat, buruan~♪”      

“...Tapi cuman membelai dengan ringan loh ya.”

Aku membuka telapak tanganku. Tapi kalau dipikir-pikir, fakta bahwa aku tidak membenci hal ini, itu menandakan bahwa aku sudah menjadi orang yang memiliki penyakit yang cukup serius.

Membelai, ya...?

Sekali lagi, aku menatap Shigure, dan berpikir, Apa yang aku sukai dari Shigure?

Pertama, kurasa rambutnya.

Aku menyukai rambunya Shigure.

Rambut ravennya yang lembab berkilau dalam cahaya.

Itu sangat indah.

Saat aku meluncurkan tanganku di sepanjang aliran rambutnya, sensasi rambutnya yang tergelincir melalui jari-jariku terasa menyenangkan.

“Nnh..., fufu, geli.”

Shigure tampak gembira dan berseri-seri saat aku membelai rambutnya.

Tentunya, aku juga menyukai wajahnya yang menunjukkan ekspresi imut seperti itu. Karenanya, sekarang tanganku pindah untuk membelai pipi Shigure yang lembut dan halus.

“—Chiyuu♡

“Ah?!”

Shigure mencium telapak tanganku.

Pangkal ibu jariku yang basah oleh air liur Shigure tiba-tiba menjadi panas, dan aku buru-buru melepaskan tanganku.

Terhadap reaksiku, Shigure berkata dengan suara yang tidak puas.

“Eh, udahan? Onii-san, kau hanya menyukaiku dari leher ke atas saja kah? Aku sedikit syok mengetahui kau hanya menyukai wajahku.”

“Ya enggak lah. Itu karena barusan kamu tidak bisa diam.”

“Ya maaf. Habisnya tiba-tiba aku ingin mencium tanganmu. Nah, sekarang aku akan diam, jadi tolong lanjutkan.”

Hadeeeeh...

Waspada terhadap serangan mendadak dari Shigure, aku menyetuh bahunya yang berada tepat di sampingku.

Sejujurnya, sebelum aku mulai berpacaran dengan seorang gadis aku tidak tahu mengetahui soal ini, tapi rupanya bahu merupakan hal yang cukup penting. Bahu seorang wanita kecil dan ramping, dan saat kau menyentuh bahu itu sambil bericuman, gimana ya aku mengatakannya..., timbul keinginan untuk melindungi? Yang jelas sesuatu yang mirip dengan itu akan muncul di hati dan kau akan merasakan begitu banyak cinta.

Karenanya, aku membelainya, menelurusi garis bulat bahunya.

Selanjutnya..., berpikir begitu, mataku terpaku pada dua tonjolan yang menonjolkan piyama tipisnya. Tidak, tentunya aku menyukai itu, t-tapi tetap saja itu berlebihan kalau aku membelai bagian itu juga...

“Onii-san mesum~”

“A-Apa katamu?!”

“Gak usah pura-pura bodoh. Toh tatapan matamu yang tajam itu jelas tertujunya kemana.”

“Ya mau gimana lagi ‘kan?! L-Lagian semua laki-laki menyukai itu!”

Bisa dibilang, itu sudah seperti insting.

Tapi saaat aku membuat alasan seperti itu dan mencoba membelai lengannya...

“Kau tidak akan menyentuhnya?”

“——Eh?”

“Kau tahu, aku suka saat disentuh olemu loh. Soalnya tanganmu itu sangat lembut.”

Saat mengatakan itu, Shigure sedikit membusungkan dadanya.
 
“...Tolong sampikan padaku bahwa kamu sangat menyukaiku, Onii-san.”

Kedua tonjolan itu mendorong kain tipis yang Shigure kenakan lebih kuat lagi, memperlihatkan bentuknya dengan lebih jelas..., sampai pada titik di mana aku bisa melihat keberadaan dua titik ujungnya.

Jantungku berdegup kencang.

Tenggorokanku menjadi kering.

Aku sudah tahu rasa kenyamanan dari membelai dan bermain dengan dua bulatan ini, tapi—kali ini..., ini terasa sedikit berbeda.

“Ada apa...?”

Tentunya, baik rambutnya, wajahnya, tubuhnya..., semuanya menarik. Shigure adalah gadis yang sangat cantik sampai-sampai kau tidak akan dapat menemukannya di tempat lain, jadi sudah sewajarnya jika dia menarik, dan itu sebabnya aku menyukainya. Tidak ada keraguan bahwa aku menyukainya.

Tapi..., semakin aku membelai dan menyentuhnya untuk menyampaikan padanya apa yang aku suka dari Shigure, semakin aku bertanya-tanya.

Apakah tempat yang aku sentuh saat ini adalah apa yang benar-benar aku sukai dari Shigure?

Itu..., tentu tidak. Aku yakin itu.

Soalnya... Shigure adalah saudari kembarnya Haruka, jadi mereka berdua persis sama. Dengan kata lain, tidak ada perbedaan dalam tubuh mereka.

Tapi yang aku pilih bukanlah Haruka, melainkan Shigure.

Jika bukan Shigure, maka aku tidak mau.

Maksudku, yang kusentuh saat ini bukanlah hal utama dari apa yang aku dari Shigure.

——Cinta yang meluap-luap di mata Shigure.

Apa yang aku sukai dari Shigure adalah hatinya, hati yang mencoba menyampaikan cintanya tanpa adanya pretensi apapun.

Aku adalah orang yang pengecut. Aku selalu merasa minder dengan diriku sendiri. Aku tidak merasa bahwa diriku adalah tipe orang yang dicintai.

Itulah sebabnya, aku suka dengan gadis yang menyukaiku.

Aku menyukai hati Shigure yang mencoba menyampaikan padaku dalam segala cara bahwa dia benar-benar mencintaiku.

Tapi, hatinya bukanlah sesuatu yang bisa aku sentuh.

Menyentuh Shigure seperti ini tidak membawa ke bagian dari dirinya yang sangat aku sukai.

Ini membuatku frustasi, dan rasa lapar yang mirip dengan ketidaksabaran hanya terus tumbuh dan tumbuh di dalam diriku.

Karenanya—aku memeluk Shigure dengan erat.

“E-Eh..., Onii-san?”

“Tidak terjangkau. Apa yang aku sukai darimu bukanlah sesuatu yang bisa aku sentuh dengan tanganku. Aku tidak bisa menyampaikannya dengan benar. Ini akan butuh waktu sampai pagi agar aku bisa melakukan itu.”

Aku tidak bisa benar-benar mengekspresikan diriku dengan cara yang seperti ini. Ini akan memakan banyak waktu. Karenanya, aku mengambil bibir Shigure apa adanya. Dalam dan kuat, saat kami kami ambruk di tempat tidur.

Kemudian, Shigure juga meletakkan tangannya di punggungku.

Saat bibir kami berpisah, Shigure menatapku dan tersenyum.

“Walau sampai pagi pun, aku tidak masalah.”

“...Mungkin sampai pagi pun masih tidak akan cukup.”

“Kalau gitu lakukanlah setiap hari.”

“...Kukatakan sekali lagi, aku sudah memutuskan kalau aku memilihmu. Aku memang belum memutukan Haruka, tapi aku tidak akan menahan diri sedikit pun terhadapmu hanya karena Haruka.”

“Ara~, apa kau yakin? ...Membuatku berharap begitu banyak seperti itu?”

Dari senyum lembutnya, dari matanya yang hanya mencerminkan diriku, dari kekuatan pelukannya yang begitu kuat karena tidak ingin melepaskanku, aku bisa merasakan bertapa Shigure mencintaiku.

Cinta yang aku sampaikan padanya dia balas dengan cinta yang lebih besar lagi.

Apakah ada kebahagiaan di dunia ini yang bisa melampaui ini?

Aku ingin menyampaikan cintaku padanya lebih banyak. Aku ingin membuatnya tahu lebih banyak bahwa aku mencintanya.

Kalau aku memang tidak bisa menyentuh apa yang sangat aku sukai dairnya, maka setidaknya aku bisa lebih dekat dengan bagian itu.

Jika demikian, tidak ada alasan bagiku untuk merasa ragu.

Sambil mencium Shigure sekali lagi—aku menyelipkan tanganku ke dalam piyamanya.

Dan semenjak hari itu, kami mulai mengizinkan satu sama lain untuk menyentuh tempat-tempat di tubuh kami yang tidak akan pernah kami izinkan orang lain untuk menyentuhnya.

Namun selama ada orang tua kami di sekitar, maka kami tidak boleh membuat suara yang terlalu berisik... Singkatnya, seks yang sesungguhnya tidak dapat dilakukan karena situasi lingkungan, tapi kami menggunakan jari-jari dan lidah kami seolah utnuk menutupi rasa frustasi itu.

Kami menjadi begitu terobsesi dengan waktu yang kami habiskan untuk mengetahui sisi –sisi rahasia dari orang yang kami cintai.



4 Comments

Previous Post Next Post