
Bab 108
Pengenalan Diri
Sesampainya di depan ruang kelas, saat aku membuka pintu geser, semua siswa-siswi yang sudah berada di dalam kelas langsung mengalihkan perhatian mereka ke arah kami. Salah satu dari mereka adalah sahabatku dan pacarnya, yang mempehartikan kami dan melambai pada kami.
“Selamat pagi, Yuya. Kita satu kelas lagi ya.”
“Selamat pagi, Shinji. Tahun ini juga mohon bantuannya ya.”
Kami saling menyapa seperti biasa, dan aku duduk di belakang Shinji. Ini adalah baris yang sama seperti tahun lalu, tapi ini melegakan.
“Selamat pagi, Yoshi! Apa tingkah meotople kalian jadi semakin power up setelah liburan? Kupikir aku akan terkena diabets hanya dengan melihat kalian!”
Otsuki-san, yang duduk di sebelah Shinji, berbicara padaku sambil memukul-mukul bahuku. Aku tidak tahu apakah dia memukulku sambil menahan diri atau tidak, tapi itu rasanya sakit.
“Selamat pagi, Akiho-chan, tampaknya Yuya-kun merasa kesakitan, jadi tolong jangan memukulnya terlalu berlebihan, oke?”
Mengatakan itu pada Otsuki-san sambil tersenyum, Kaede meletakkan tasnya di kursi di sebelah kiriku seolah-olah itu adalah hal yang normal.
“Selamat pagi, Kaede-chan! Aku tidak menyangka kita berlima bisa berada di kelas yang sama sepert ini, bukannya ini keajaiban!?”
“――――Kalau bisa, aku sih pengennya berada di kelas yang berbeda dengan kalian..., tapi yah, kalau sudah begini maka apa boleh buat. Tahun ini juga mohon bantuannya, Yoshizumi.”
Orang yang mendekati kami sambil mengatakan itu adalah Nikaido. Tampaknya dia baru saja kembali dari toilet atau tempat lain. Dan kemudian, seolah itu adahal hal yang normal, dia duduk di kursi sebelah kananku.
“Sebenarnya aku ingin duduk di kursi yang jauh darimu, tapi Otsuki-san memanggilku untuk duduk didekatnya. Lagipula di sekitar sini juga ada wajah-wajah yang tidak asing bagiku. Oh iya, karena kursi di sebelah kirimu adalah kursi khusus untuk Hitotsuba-san, jadi aku akan duduk di sini.”
“Mengapa kursi di sebelah kiriku adalah kursi khusus?”
“Hm, kau tidak tahu? Kan kalau di sebelah kirimu itu—”
“Stoooooooooop! Jangan mengatakan apa-apa lagi, Nikaido-san! Nah, kau tidak perlu memikirkan tentang itu kok, Yuya-kun! Oke!?”
Karena diberitahu setengah-setengah seperti itu, mau tak mau aku jadi penasaran. Dan karena wajah Kaede jadi merah padam, jadi aku yakin pasti ada alasan untuk itu, tapi tampaknya dia tidak berniat memberitahuku karena dia menyilangkan jarinya di depan mulutnya.
“Santai saja, Yoshizumi. Aku yakin kau akan segera mengetahui alasannya. Aku tidak sabar untuk melihat seperti apa ekspresimu saat kau mengetahuinya.”
Nikaido mengatakan itu dengan ekspresi tak kenal takut seolah dirnya bisa melihat masa depan. Kaede duduk di kursinya dan menjatuhkan dirinya ke mejanya. Sedangkan Shinji dan Otsuki-san mengangkat bahu mereka seolah mengaakan ‘Ya ampun’, dan di sisi lain, hanya aku yang sama sekali tidak tahu apa-apa. Nah, yang lebih penting lagi, kau juga tahu alasannya, Shinji?
“Aku? Tentu saja aku tahu? Malahan, aku justru tidak mengerti mengapa kau justru malah tidak tahu.”
“Kau tidak boleh berkata seperti itu tau, Shin-kun. Yoshi itu pria yang naif dan tidak peka. Apa kau sudah lupa dengan apa yang terjadi di bus saat kemah pelatihan ekstrakulikuler?”
Aku merasa Shinji sedang mengolok-olokku, tapi aku lebih tertarik dengan ucapan Otsuki-san!? Memangnya apa yang terjadi di bus saat kemah pelatihan?
“Ahem..., Yoshi, terkadang itu akan lebih baik untuk tidak mengetahui sesuatu, tau? Nah, maksudku, lupakan saja apa yang barusan kau dengar.”
Mana bisa aku melupakannya! Oi, Shinji! Jangan mencoba menutupinya sambil tersenyum dan mengernyitkan pipi! Lihat ke arahku dan katakan semuanya!
“Ahaha..., entah seberapa banyak kau bertanya padaku, aku tidak bisa memberitahukanmu. Ahahaha...”
Sip, maka ini artinya kita perang. Aku akan melakukan apapun untuk untuk membuatmu berbicara, jadi persiapkanlah dirimu. Pertama-tama, aku akan menyerang titik kelemahanmu, yaitu ketiak. Nah, nikmatilah Neraka ini!
Tepat ketika aku mencondongkan tubuhku ke depan untuk menerapkan strategi interogasiku, pintu kelas terbuka dan wali kelas kami masuk. Dia adalah guru bertubuh kecil, namun tegap dan berotot. Namanya adalah Fujimoto Takashi, dan dia bertanggung jawab atas mapel PJOK. Dia juga adalah guru pembimbing dari klub lintasan, satu-satunya klub atletik di SMA Meiwadai yang secara teratur berkompetisi di kejuaraan nasional. Dia adalah guru yang memiliki reputasi baik dikalangan siswa.
“Aku Fujimoto, dan mulai hari aku akan menjadi wali kelas kalian selama satu tahun kedepan. Senang bertemu dengan kalian. Nah, aku tahu kita pernah bertemu dalam sesi pelajaran normal, tapi aku ingin mengenal kalian dengan sedikit lebih baik lagi.”
Terhadap itu, siswa-siswi sama-sama berteriak, “Eeeeeee!”, yang merupakan reaksi biasa terhadap permitaan guru wali kelas yang ingin kami memperkenalkan diri. Biasanya ini akan dilakukan sesuai dengan urutan kursi yang berpatokan pada nama, tapi karena sekarang semua orang duduk di kursi yang mereka inginkan, lantas kriteria seperti apa yang akan digunakan untuk memilih urutan perkenalan diri ini?
“Baiklah... Ayo kita mulai dengan Yoshizumi-kun yang baru saja berkontak mata denganku!”
“—Aku mengerti.”
Seperti dugaanku. Saat aku melakukan kontak mata dengan Fujimoto-sensei, aku menduga kalau aku yang akan pertama dipanggil, jadinya aku langsung memalingkan wajahku, tapi tampaknya dia juga memperhatikanku dan tidak berniat membiarkanmu melarikan diri. Aku berdiri perlahan, sambil menghela napas. Kemudian, Kaede, yang sebelum aku menyadarinya sudah kembali ke dirinya yang biasanya, berseru dengan berbisik.
“Lakukan yang terbaik, Yuya-kun.”
Semangat, dia menambahkan itu sambil mengepakan tinjunya. Dan dengan di dorong oleh dukungan dari Kaede, aku mulai membuka mulutku.
“Namaku Yoshizumi Yuya. Aku bergabung dengan klub sepak bola, dan akhir-akhir ini aku suka sekali memasak. Aku berharap bisa bekerja sama dengan kalian selama setahun kedepan.”
Setelah mengatakan itu, aku membungkuk dan menerima tepuk tangan. Fuu, meskipun aku hanya mengatakan sesuatu yang biasa saja, tapi tampaknya aku telah memperkanalkan diriku dengan baik. Merasa lega, aku berniat untuk duduk, tapi kemudian sebuah bom diluncurkan dan meledak secara tidak terduga, Peluncur dari bom itu adalah seorang siswi, yang namanya belum kuketahui.
“*Angkat tangan*! Nah, aku punya pertanyaan! Tolong beritahukan bagaimana dirimu dan Hitotsuba-san bisa saling menjalin asmara!”
Saat itu, suhu yang ada di dalam kelas meningkat dengan tajam. Tidak, mengapa aku harus membicarakan perihal itu di sini? Jika ini adalah laporan pernikahan seperti yang dilakukan selebriti mungkin wajar saja, tapi ini cuman pengenalan diri, kan? Tuh kan, mata semua orang jadi tertuju ke arahku gara-gara pertanyaan yang aneh itu.
“Jangan menanyakan pertanyaan yang bersifat pribadi seperti itu. Lagipula pasti ada hal-hal yang mereka berdua ingin rahasian di antara mereka saja. Nah, Yoshizumi-kun, kau boleh duduk sekarang. Lalu, selanjutnya, orang yang duduk didepanmu..., Higure-kun, kan? Senang bertemu denganmu.”
Sepatah kata dari Fujimoto-sensai menghilangkan suasana aneh, tapi siswi yang mengajukan pertanyaan itu tampaknya merasa tidak puas. Lebih baik aku tidak tidak terlibat dengan orang sepertinya. Itu pasti akan merepotkan.
Setelah itu, pengenalan diri semua anggota kelas selesai tanpa ada pertanyaan yang diajukan. Bagaima dengan Kaade? Dia menyatakan, ‘Apa yang paling kusukai adalah bersama dengan Yuya-kun’. Terhadap itu, para siswi bersiul-siul, sedangkan para siswa membisikkan kutukan.
“Ya ampun, padahal ini masih pagi-pagi, tapi kalian bahkan sudah bermesraan secara terbuka ya.”
Suara dingin dari Nikaido yang duduk di sebelahku adalah yang paling menusuk hatiku. Ini bukan salahku, kan?