MrJazsohanisharma

Because I Like You Bab 127

Bab 127
Pangeran sedang kesal


“Isssssh, ngeselin banget sih!!!”

“Lah, padahal kau menang, tapi kenapa kau malah kesal, Nikaido...”

Aku bergumam setengah hati pada Nikaido yang sedang merosotkan tubuhnya di atas meja sambil menghentak-hentakkan kakinya di lantai. Pelajaran PJOK telah selesai, dan sekarang jam istirahat makan siang. Kaede dan Otsuki-san sedang pergi memetik bunga, jadi aku, Shinji dan Nikaido pergi ke kantin lebih dulu. Tidak lama setelah kami sampai di kantin, Nikaido jadi kesal seperti ini.

“Ya, menang!! Aku memang menang dalam pertandingan! Tapi aku kalah dalam pertarungan! Memangnya kau tidak bisa memahami perasaan itu, Yoshizumi?”

“Tidak, aku tidak paham.”

“Bagaimana mungkin kau tidak paham!? Dengar ya, aku ini disebut sebagai andalannya klub basket. Aku memiliki kesadaran akan hal itu, namun aku kalah dalam pertarungan melawan Kaede. Inilah yang kumaksud ketika aku mengatakan kalau aku menang dalam pertandingan tapi kalah dalam pertarungan!”

Sembari mengungkapkan emosinya, Nikaido memukul-mukul meja dengan bunyi buk, buk yang nyaring. Buset dah, dia benar-benar emosional. Dia pasti sangat kesal dengan hasil pertarungan itu.

Pertandingan yang panas sebelumnya dimenangkan oleh timnya Nikaido. Kaede memberikan perlawanan yang bagus, namun rekan satu timnya yang lain tidak bisa mengimbanginya. Atau lebih tepatnya, ada begitu banyak perbedaan dalam masalah koordinasi.

Kedua tim terdiri dari klub bola basket dan klub atletik secara setara untuk memastikan bahwa tidak ada ketidaksetaraan dalam hal kekuatan,  namun koordinasi dari klub basket memberikan keunggulan bagi timnya Nikaido. Nikaido tidak mengambil inisiatif untuk menyerang, melainkan bertindak sebagai guard point dan bermain dengan bola untuk menjaga Kaede dan timnya tetap waspada. Sebaliknya, tim Kaede membangun taktik mereka  dengan Kaede sebagai landasan serangan mereka, tapi Nikaido benar-benar menghancurkan mereka dan mengurangi kekuaan mencetak poin mereka. Itulah yang menjadi faktor penentu dalam pertandingan tersebut.

“Meski begitu, aku masih mendapat beberapa tembakan tiga angka dan menerobos mereka dengan giringan bolaku. Aku meremehkan kemampuan fisiknya Kaede..., tapi, lebih daripada itu, Yoshizumi..., tidak, lupakan saja.”

Nikaido merosot lagi ke meja sambil mengguman “Sial” dengan suara yang lemah. Sungguh jarang sekali Nikaido sampai menunjukkan penampilna yang begitu lemah seperti ini. Padahal sepanjang tahun yang lalu, dia tidak pernah menjadi sampai sekecewa ini.

“...Ini salahmu, Yoshizumi. Semuanya jadi seperti ini gara-gara kamu.”

“Lah, kok malah aku yang disalahkan!? Ketidakmasuk akalan itu juga ada batasannya, tau!?”

“Bacot! Kau bersalah di sini gara-gara sepanjang waktu kau hanya menyemangati Kaede! Kenapa kau tidak menyemangatiku juga!? Itu tidak adil!”

Sekalipun dia mengatakan itu tidak adil, itu wajar saja kalau aku hanya berpusat menyemangati orang yang kucintai. Dan sebagai ganti karena aku tidak bisa menyemangatinya, Shinji lah yang menggantikanku untuk menyemangatinya.

“...Yoshizumi sudah benar-benar menjadi budak cinta... sial!”

Nikaido memukul meja dengan lebih kuat dari sebelumnya. Para siswa yang ada di kantin sontak menjadi keheranan saat melihat pangeran Meiwadai yang biasanya bermartabat dan keren menjadi kesal.

“Maaf membuatmu menunggu, Yuya-kun. Loh, kau kenapa Ai-chan? Kau sedang kesal?”

Sang penyelamat, Kaede, telah datang. Dia tersenyum saat melihat penampilan yang aneh dari Nikaido, sementara Otsuki-san yang berdiri di sampingnya, tampak memilik ekspresi yang seperti mengatakan “Ya ampun.”

“Paling-paling yang jadi masalah di sini adalah kebucinannya Yoshi kan, Shin-kun?”

“Ahaha, kau memang hebat Akiho, dugaanmu itu sangat tepat. Kalau mau dibilang, ini kesannya seperti Yuya memberikan pukulan yang buruk pada Nikaido-san yang lemah,”

Shinji kemudian menambahkan, “Dia benar-benar iblis”, yang membuatku langsung menyentil kepalanya. Lagian, sejak kapan aku menjadi budak cinta? Aku kan cuman mengatakan kalau itu wajar bagiku untuk menyemangati Kaede.

“Begitu ya.... kau masih sama seperti biasanya ya, Yoshi. Dan juga, Ai-chan, aku turut prihatin dengan dirimu.”

“Akiho..., apa kau memahamiku...? Uh~..., terima kasih.”

Nikaido memeluk Otsuki-san, yang menghibur Nikaido sambil menepuk-nepuk pundaknya. Entah kenapa, adegan ini benar-benar bagus kalau difoto. Saat aku memikirkan sesuatu yang konyol seperti itu, Kaede tiba-tiba menjatuhkan bom.

“Yuya-kun itu bukan iblis! Memang sih kadang-kadang dia akan jadi sedikit jahat, tapi itu hanya dia lakukan saat dia berada di ranjang!”

Suhu udara benar-benar langsung turun di bawah titik nol derajat. Orang yang menjadi penyebab dari ini, Kaede, tampak sangat bangga saat dia mengatakan itu.

“Yuya..., di ranjang jangan terlalu kasar, oke?”

Hiburlah aku, Shin-kun!



close