MrJazsohanisharma

Because I Like You Bab 134

Bab 134
Kalau menang, aku akan memberimu hadiah!


Pagi hari, hari kedua porseni. Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 06:30. Alarm ponselku berdering menyuruhku bangun, jadi aku segera mematikannya dan mencoba membangunkan tubuhku.

“Nnggh... Yuya-kun… Jangan tinggalkan aku.”

Saat aku baru saja ingin membangunkan tubuhku, aku dicegah untuk melakukan itu oleh Kaede-san yang melingkarkan lengannya dengan erat di pinggangku serta menempelkan pipinya ke dadaku. Dia kemudian mulai mengigau seolah-olah dia masih berkelana di dalam mimpi.

“Yuya-kunn adalah… Yuyan-kun-ku seorang… Aku tidak akan memberikannya kepada siapa pun.”

Lengannya yang memelukku semakin erat. Ketimbang merasa sakit karena pelukannya itu, aku justru malah fokus merasakan buahnya yang melimpah, tapi..., dia ini tipe orang yang tidak akan memakai pakaian dalam ketika dia tidur di malam hari, dan karena akhir-akir ini cuaca semakin hangat, jadi dia memakai piyama yang lebih tipis. Dengan kata lain...., yah, kurasa aku tidak perlu mengatakan apa-apa.

“Itu adalah suatu kehormatan bagiku untuk meminta Yuya-kun mengelus-ngelus kepalaku... nyam, nyam, nyam.”

Dari sudut pandang yang sebaliknya, itu juga berarti bahwa merupakan hak istimewaku saja untuk mengelus-ngelus kepala Kaede-san. Bahkan dalam ngigauan tidurnya, sikapnya yang posesif ini sangat imut, membuatku secara natural langsung mengelus-ngelus rambutnya seolah-olah aku sedang menyisirnya. Harusnya sekarang aku cepat-cepat bangun, tapi aku tidak ingin meninggalkan momen bahagia ini.
 
“Ehehe… aku suka sekali saat kepalaku dielus-elus olehmu.”

“Aku sendiri juga suka saat aku mengelus-ngelus kepalamu, Kaede-san.”

“Terus, terus! Aku juga suka saat melakukan ciuman selamat pagi denganmu.”

Baru saja aku ingin menjawab. “Ya, aku juga”, tapi saat itu aku menyadari bahwa aku sedang berbicara dengan Kaede-san. Namun, itu sudah terlambat, karena Kaede-san telah merubah posisinya dan kini dia berada di atasku. Kami saling memandang untuk sejenak, dan kemudian bertukar ciuman ringan.

“Selamat pagi, Yuya-kun. Seperti biasanya, kau selalu cepat bangun pagi.”

“Selamat pagi, Kaede-san. Sungguh jarang bagimu untuk bangun di jam segini.”

“Issh, jangan berpikir kalau aku ini akan selalu menjadi tukang tidur! Asal kau tahu saja, aku ini juga seorang gadis yang akan bisa melakukan sesuatu jika aku mencoba melakukannya!”

Yah, seperti yang dia bilang, dirinya adalah gadis yang akan bisa melakukan sesuatu jika dia mencoba melakukannya. Tapi, aku tidak berpikir kalau itu buruk jika dia memiliki beberapa kekurangan seperti tidak bisa cepat bangun pagi. Membangunkan dirinya yang sedang mengantuk itu juga merupakan salah satu kesenangan rahasiaku, jadi tolong jangan ambil kesenangan itu dariku.

“Ya ampun… kalau kau mengatakannya seperti itu, bukankah itu artinya setiap pagi aku harus selalu berpura-pura masih tidur?”

“Yah, kurasa kau akan bisa melakukan itu dalam mimpimu.”

“Issh... pagi-pagi gini kata-katamu udah nusuk aja.”

Aku menepuk kepala Kaede-san yang menjadi sedih saat dia menempelkan wajahnya ke dadaku. Nah, haruskah sekarang kita bangun dari tempat tidur? Sebenarnya sih aku tidak ingin kau melepaskanku, tapi ayo cepat bangun.

“Bukankah tidak masalah untuk tetap seperti ini sedikit lebih lama… Tolong biarkan aku menikmati kehangatanmu.”

“Lah, bukannya untuk melakukan itu kau harus berada di posisi yang tadi daripada berada di atasku seperti ini? Tidak, untuk sekarang, kumohon cepatlah bangun dari tempat tidur.”

“Kenapa sih? Bukankah akan lebih baik seperti ini karena kita jadi saling menempel.”

Yang kau katakan itu mungkin memang benar, Kaede-san. ...Tapi, apa kau tahu, ada kalanya kita itu tidak boleh terlalu dekat satu sama lain, dan ada kalanya juga harga diri seorang pria membuatnya ingin menolak untuk melakukan itu. Dengan kata lain, aku ingin kau menjauh dariku di pagi hari seperti ini karena itu berbahaya.

“Ohh! Begitu toh! Santai saja, aku tidak keberatan kok, Yuya-kun!”

“Akunya yang keberatan! Udah, cepat bangun, sekarang aku merasa sangat malu sampai-sampai aku ingin mati!”

Saat aku melingkarkan lenganku di pinggang Kaede-san yang tipis, lembut, namun cukup berisi, dia tersentak dan bahunya terguncang karena terkejut. Tapi, tujuanku bukanlah untuk memeluknya. Aku mengeluarkan ledakan energi untuk bangun dan mengambil posisi duduk.

“Ya ampun… pagi-pagi gini kau sudah agresif saja, Yuya-kun. Tapi, aku tetap akan selalu menyambut dirimu yang agresif seperti ini loh!”

“Astaga..., itu adalah apa yang mestinya dikatakan saat malam hari, tau! Udah, cepat bangun dan pergi mandi kalau kau masih mengantuk.”

“Eh!? Mandi bareng!? Kita akan mandi bareng!? Kalau begitu, aku akan bangun!”

Kaede-san bangun dari tempat tidur dengan semangat yang tinggi. Tidak, kita tidak akan mandi bareng, oke? Aku akan menyiapkan sarapan saat kau menjernihkan kepalamu yang mengantuk itu!

“Eh…, bukankah tidak masalah kalau kita mandi bareng. Kita masih punya banyak waktu, jadi ayo mandi bareng! Kalau kau tidak mau, aku akan kembali tidur lagi! Apa kau tidak masalah dengan itu?”

“…Haaa~”

“Yuya-kun! Tolong jangan menghela napas yang sangat dalam seperti itu! Aku merasa sediki tersakiti, tau!”

“…Oke, oke, tapi hari ini adalah pengecualian, kau mengerti? Baiklah, ayo kita mandi bareng.”

Mendengar apa yang kukatakan, Kaede-san tampak tercengang. Ada apa? Kita akan mandi bareng, kan? Atau apa kau ingin berendam di bak mandi pagi-pagi begini? Yah, meskipun sekarang sudah bulan Mei, tapi cuaca masih cukup dingin di pagi hari, jadi kurasa berendam bukanlah ide yang buruk. Ya, kita masih punya banyak waktu, jadi ayo kita mandi dan berendam.

“Ayo, apa yang kau lakukan, Kaede-san? Cepatlah bangun dan ayo mandi. Atau apa kau ingin membatalkan ini?”

“Tidak, aku tidak mau dibatalin! Ayo kita mandi dan berendam bareng! Ehehehe, aku senang melihat dirimu yang sudah memasuki mode dere-dere sejak pagi hari seperti ini!”

Kaede-san memelukku dengan senyuman yang mempesona layaknya sinar mentari pagi. Entar dulu, apaan coba yang dia maksud dengan mode dere-dere?

“Raut wajahmu itu sangat mudah untuk dimengerti tau, Yuya-kun. Fakta bahwa pipimu sedikit rileks adalah buktinya. Yah, aku yakin kalau kau tidak menyadari hal itu.”

Apa? Tidak mungkin! Aku menyentuh pipiku untuk memastikan perkataannya, tapi kurasa pipiku tidak rileks.

“Selama aku saja yang tahu, itu tidak apa-apa kok. Nah, mengesampingkan tentang itu, ayo kita mandi! Ayo bersihkan keringat malam, menyegarkan diri, dan kemudian raih kemenangan!”

“Kau benar, kalau kita menang, Fujimoto-sensei akan mentraktir kita yakiniku, jadi ayo lakukan yang terbaik untuk menang!”

“Dan juga..., jangan lupa tentang perayaan kemenangan pribadi kita malam ini, oke?”

Eh, perayaan kemenangan pribadi kita? Apa maksudnya itu? Aku tidak tahu apa-apa perihal itu?

“Fufufu, serahkan saja padaku perihal itu. Kalau kita menang, aku akan membuatmu sangat senang sampai-sampai kau mengatakan, [Aku tidak bisa melakukannya lagi]!”

Yang kau maksud itu pasti tentang ini, kan? Kau akan membuatkanku banyak makanan sampai-sampai aku terlalu kenyang dan tidak bisa makan lagi! Iya, kan?

“Tentang itu..., rahasia!”



close