MrJazsohanisharma

Because I Like You Bab 81

Bab 81
Rebutan Pangkuan


Aku sekarang berada dalam masalah. Aku benar-bener terpojok hingga ke titik dimana aku berpikir untuk bertanya kepada robot kucing apakah dia punya alat yang dapat membantuku mengatasi situasi ini.

“Pangkuannya Kak Yuya adalah milikku! Aku tidak akan memberikannya kepada siapa pun!”

“Tidak! Akulah satu-satunya gadis yang boleh duduk di pangkuan Yuya-kun! Sekalipun itu adalah kamu Rika-chan, aku tidak akan membiarkanmu menempatinya!”

Sambil menghela nafas di dalam hati, aku bertanya-bertanya bagaimana bisa ini terjadi, dan mencoba untuk menenangkan Kaede dan Rika-chan yang saling memelototi.

“K-Kaede-san. Rika-chan itu masih anak-anak, jadi jangan bicara seperti itu padanya.”

Tentunya, sejak kami menonton film dinosaurus bersama-sama, Kaede yang selalu ingin duduk di pangkuanku setiap kali kami duduk di sofa sangat imut. Tapi jujur saja, berdebat dengan anak kelas 1 SD hanya untuk berada di posisi itu benar-benar kekanak-kanakkan. Kemana perginya pernyatannya tadi malam?

“Yay! Kak Yuya emang bisa diandalkan! Lagian tempat ini adalah tempat duduk istimewaku!”

“Y-Yuya-kun, apa kau lebih suka Rika-chan yang duduk di pangkuanmu daripada aku? Jangan bilang, kau lebih menyukai Rika-chan—!?”

Rika-chan duduk di pangkuanku dengan senyum lebar, sementara Kaede meraih bahuku dan menatapku dengan mata berkaca-kaca. Tidak, aku tidak berpikir kalau kau harus menangis seperti itu

“Meski kau tidak menangis seperti itu pun... Aku tidak pernah bilang kalau aku tidak mau membuatmu duduk di pangkuanku. Atau lebih tepatnya, orang yang kusukai adalah Kaede, jadi kau tidak perlu cemas seperti itu.”

Tentunya, Rika-chan itu imut, dan aku menyukainya sebagai sosok yang sudah seperti adik perempuanku. Tapi, rasa sukaku terhadap Kaede adalah rasa suka sebagai wanita, jadi keduanya jelas merupakan kasus yang berbeda.

“Selain itu, aku lebih mencintaimu daripada siapa pun di dunia ini, Kaede-san.”

Itu rasanya memalukan, jadi kalau bisa jangan membuatku mengatakannya lagi

“A-aku juga mencintaimu lebih daripada siapa pun.”

Dengan wajah yang semerah apel, Kaede mengatakan itu dengan suara tipis. Dia tampak lebih malu dari biasanya, yang dimana itu sangat imut sehingga aku tidak bisa menahan diri untuk tidak membelai kepalanya. Namun, ada seorang gadis yang mengangkat suara protes terhadap hal ini.

“...Apa Kak Yuya akan menikahi wanita ini? Bukannya di masa depan nanti kau akan menjadikanku sebagai istrimu?”

Rika bergumam dengan suara yang suram. Eh, kemana perginya suara cerianya yang biasa? Kenapa suaranya terdengar seperti istri seorang mafia? Atau lebih tepatnya, bagaimana bisa anak kelas 1 SD melontarkan vokal seperti itu! Yah, mungkin ini adalah apa yang bisa diharapkan dari putri kesayangannya Taka-san.

“Fufufu. Itu benar, Rika-chan. Akulah yang akan menjadi istrinya Kak Yuya! Lagipula Kak Yuya itu udah tergila-gila baik pada jiwa dan ragaku!”

Kaede, yang musim semi ini akan naik kelas 2 SMA, sekarang benar-benar meprovokasi emosi anak kecil yang masih kelas 1 SD.  Dia menoleh ke arah Rika-chan dengan ekspresi puas di wajahnya, dan saking puasanya, itu seperti ada efek suaranya. Umu, dia sungguh kekanak-kanakan.

“Tidak!! Akulah yang akan jadi istrinya Kak Yuya! Benar begitu, kan?”

“Tidak! Istrinya Yuya-kun adalah aku! Rika-chan, tolong menyerahlah!”

Hadeh, apakah ini yang orang-orang sebut sebagai Shuraba*. Aku tidak menyangka Kaede dan Rika-chan benar-benar masuk ke dalam situasi ini. Aku sungguh kesal dengan prediksiku yang menjadi kenyataan.

[Catatan Penerjemah: Shuraba, artinya pertarungan cinta untuk memperebutkan seseorang, cuman gua gak tau apa sebutannya di Indonesia, jadi gua tulis begitu saja.]

“Yuya-kun, kau akan memilihku, kan?”

“Kak Yuya akan memilihku, kan!?”

Ngomong-ngmong, keenapa Rika-chan bisa bersamaku dan Kaede seperti ini. Dengan perasaan kesal pada Taka-san, aku teringat kejadian pagi ini.

---

“Maaf ya telah membuatmu mendengarkan keegoisan Rika, Yuya-kun.”

“Kuserahkan padamu untuk menjaga Rika, Yuya”

Pagi ini. Taka-san dan Harumi-san datang ke apartemen kami bersama Rika-chan. Dan bisa dibayangkan, aku harus menemui mereka di pintu masuk lantai pertama karena akan membuang-buang waktu mereka jika menemui kami di depan kamar.

“Yes, akhirnya aku menginap di rumah Kak Yuya! Ehehe, ayo kita banyak-banyak bermain!”

Dengan senyum cerah layaknya bunga matahari, Rika-chan memelukku dengan riang. Aku menepuk-nepuk kepalanya, sambil bergumam di dalam hatiku bahwa tingkahnya sangat imut. Terus apa yang terjadi? Aku bisa merasa tatapan mutlak yang menusuk punggungku disertai dengan suara geraman yang sangat dingin.

“Aku menaruh baju gantinya Rika dan barang-barang miliknya yang lain di sini. Jadi selama tiga hari kedepan, tolong jaga dia ya, Yuya, Hitotsuba.”

“Hitotsuba Kaede-san, aku minta maaf karena mengganggu kehidupan mesramu dengan Yuya-kun, tapi tolong jaga putriku dengan baik.”

Saat Harumi-san membungkuk dengan sopan, Kaede, yang berdiri di belakangku, tampak kebingungan dan berkata, “Ya, serahkan padaku.”

“Dengar ya, Rika. Seperti yang Mama bilang saat di rumah, kau tidak boleh terlalu merepotkan Yuya-kun dan Kaede-san. Dan tentu saja, kau juga tidak boleh egois, mengerti?”

“Iya, iya! Aku akan jadi gadis yang baik dan dengar-dengaran pada Kak Yuya!”

Rika menyatakan itu sambil memeluk erat pinggangku, tapi Harumi-san terlihat sangat khawatir. Sedangkan untuk Taka-san, dia terlihat seperti hampir menangis kesepian karena mereka harus berpisah. Kalau kau jadi seperti itu, kenapa kau tidak mengajak Rika-chan juga?

“Duh... aku agak khawatir, Kaede-san. Kalau Rika berperilaku tidak pantas, maka tegur saja dia. Anak ini, kalau sudah menyangkut Yuya-kun, dia akan bertingkah seenaknya.”

“Tidak apa-apa kok. Meski Rika-chan imut banget, aku percaya pada Yuya-kun!”

Lah, kok aneh ya. Kupikir tanggapan Kaede terhadap pernyataan Harumi-san sangat tidak tepat. Tapi saat Rika-chan mendegar itu, tatapannya mulai menajam. Dan tau-tau saja, mereka berdua sudah saling memelototi.

“Nah... Yuya-kun. Aku tahu kalau ini akan merepotkanmu, tapi tolong jaga dia ya.”

“Y-Ya. Kalian berdua juga hati-hati. Selamat bersenang-senang di perjalanan kalian.”

Sekitar satu jam yang lalu, beginilah cara kami melihat mereka pergi dan kemudian kembali ke kamar bersama Rika-chan. Setelah itu, aku memeriksa isi tas Rika-chan, lalu istirahat dan duduk di sofa. Dan begitulah, pertarungan yang memperebutkan hak untuk duduk di pangkuanku dimulai.

---

Sip, flashback selesai.

“Nah, Yuya-kun. Apa kau sudah memutuskan apakah aku atau Rika-chan yang boleh duduk di pangkuanmu?”

“Tentu saja itu aku, kan? Benar begitu ‘kan, Kak Yuya!”

Mereka berdua mendekati satu sama lain dengan ekspresi kesal. Atau lebih tepatnya, Kaede, kau benar-benar terbakar permusuhan terhadap anak kelas 1 SD? Apa kau sudah lupa apa yang kau katakan tadi pada Harumi-san?
 
“Errm... begini, kenapa kita tidak memutuskannya secara adil? Dengan menggunakan gim yang Rika-chan bawa ke sini.”

Ya, benar. Rika-chan membawa gim yang sebelumnya pernah membuat Taka-san babak belur dari rumahnya. Dia bilang ingin memainkan gim itu denganku.

“Begitu ya. Dengan kata lain, pemenang dari pertandingan ini akan menjadi orang yang berhak untuk duduk di pangkuan Yuya-kun. Oke, itu cukup mudah dimengerti.”

“Fufufu. Gim ini adalah kemenanganku!”

Rika-chan mengucapkan kata-kata terkenal dari seorang detektif SMA di barat. Itu membuatku bertanya-tanya, pendidikan seperti apa sih yang dia peroleh?

“Asal tahu saja, aku tidak akan menahan diri sekalipun melawanmu. Jadi persiapkanlah dirimu, Rika-chan!”

“Kau juga Kak Kaede, sebaiknya kau tidak menangis saat melihat betapa seriusnya diriku!”

Eh, kok mereka malah jadi tidak akur?



close