MrJazsohanisharma

Because I Like You Bab 95

Bab 95
Mempersiapkan Sarapan


Keesokan paginya di saat semalam kami bertiga tidur sama-sama.

Terbangun karena suhu yang panas, aku terkejut dengan keadaanku saat ini. Aku bisa mengerti kalau Rika-chan sedang memelukku, lagipulakan dia tidur di sampingku, dan yah, kupikir tingkahnya ini sangat imut. Hanya saja, apa yang tidak bisa kumengerti adalah Kaede.

“Mm...Yuya-kun...”

Kaede, yang semalam harusnya tidur di sisi lain Rika-chan, entah bagaiman saat ini sedang menempel di punggungku. Saat dia tidur, gadis ini tidak akan mengenakan sesuatu, jadi aku merasa kewalahan saat merasakan sentuhan lembut dari sesuatu itu secara langsung. Nah, kurasa aku tidak perlu mengatakan apa sesuatu itu.

Aku dalam situasi buntu, tapi aku harus segera bangun dan menyiapkan sarapan. Kerenanya, aku dengan hati-hati melepaskan diri dari Rika-chan supaya tidak membangunkannya. Maaf ya, Rika-chan, bobo nyenyak aja dulu.

Selanjutnya adalah serangga yang menempel di punggungku, yang dimana ini akan merepotkan. Alasannya, pinggangku dipeluk dengan sangat erat. Meskipun aku mencoba untuk melepaskannya dengan menaruh banyak kekautan, aku tidak dapat melepaskan diri karena tangannya menghalangiku dan membuat perlawanan. Ya ampun...

Aku tidak tahu harus berbuat apa lagi, jadi kuputuskan untuk bangun dengan Kaede yang sedang memelukku. Lalu, apa yang terjadi? Kaede, yang harusnya masih tidur, bangun dari ranjang bersamaku. Ini artinya—

“Kalau mau pura-pura tidur, kenapa kau tidak tetap biarkan dirimu tertidur tanpa harus mengikuti gerakanku, Kaede-san?”

“...Ehehe, jadi aku ketahuan ya?”

“Ya ampun, memangnya apa alasan kau berpikir kalau aku tidak menyadarinya?”

Saat aku mencoba melepaskan tangannya yang memelukku, dia melawan dengan sekuat tenaga, dan saat aku mencoba untuk berdiri, dia menarikku kembali ke ke atas ranjang. Astaga, tidak mungkin kan dia bisa melakukan itu secara tidak sadar. Merasa lelah dengan tingkahnya itu, aku menghela napas.

Kemudian, sambil berhati-hati agar tidak membangunkan Rika-chan yang masih tidur, kami turun dari ranjang dan pergi ke dapur. Masih ada waktu sebelum dia bangun, jadi aku segera menyiapkan roti panggang Prancis yang manis untuk sarapan selagi ada waktu.

“Ngomong-ngomong, kapan kau pindah posisi ke belakangku? Saat kita pergi tidur tadi malam, aku sangat yakin kalau kau berada di sisi lainnya Rika-chan?”

Aku bertanya pada Kaede, yang dengan hati-hati memotong telinga roti di sampingku. Di sisi lain, aku sedang mencampurkan gula, susu, madu, serta telur dan kemudian mengaduknya.

“Tadi malam aku terbangun karena ingin pergi ke toilet. Kemudian, aku melihat Rika-chan sedang tertidur sambil memelukmu.., aku pun jadi tidak bisa menahan diriku lagi, dan terciptalah situasi itu..., te~he,”

Sambil menjulurkan lidahnya, Kaede mengetuk kepalanya sendiri. Satu-satunya orang yang diizinkan untuk melakukan gerakan yang seperti itu adalah boneka Pe* dan Kaede. Dengan kata lain, itu sangatlah imut dan membuat perasaan lelahku terhempas entah kemana.

“Selain itu..., tadi malam kan kita tidak melakukan ciuman yang biasanya kita lakukan..., tapi kalau sekarang kita bisa melakukannya. kan? Baiklah, kemari Yuya-kun.”

Meletakkan pisaunya, Kaede mengulurkan kedua tangannya ke arahku, meminta untuk dipeluk. Yah, sebenarnya aku sangat ingin memeluknya, tapi pertama-tama aku harus menyelesaikan persiapan ini dulu.

“Muu~..., kau jahat banget sih Yuya-kun. Kalau sudah seperti ini, aku akan menggunakan cara yang memaksa.”

Mengatakan itu, Kaede memelukku dari belakang dan meletakkan dagunya di bahuku. Terhadap tingkahnya yang seperti itu, aku dengan lembut mengelus kepalanya sambil mengambil roti-roti yang telah dia potong dan mencelupkannya ke dalam adonan yang tadi kuaduk sampai roti-roti itu terendam seluruhnya. Kemudian, aku menaruth roti-roti itu di kulkas, dan saat Rika-chan sudah bangun nanti, aku akan memanggangnya dengan banyak mentega.

“Maaf membuatmu menunggu, Kaede-san.”

“...Tidakkah menurutmu perlakuanmu itu sangat buruk? Memangnya mana yang lebih penting, nyiapin sarapan atau memeluk dan mencium pacar cantikmu ini di pagi hari?”

“Lah, bukannya justru aneh untuk membandingkan sesuatu seperti it—Mmn!?”

Aku berbalik ke belakang, dan berniat memeluk Kaede. Namun, dia yang tampak ngambek itu dengan tiba-tiba langsung menciumku. Dan kemudian, tidak melewatkan celah dariku yang terkejut, Kaede mengulangi beberapa ciuman dangkal, yang kemudian berubah menjadi ciuman yang bergairah, alhasil, aku jadi benar-benar terbangun sepenuhnya.

“Mmh..., fufufu, Yuya-kun, wajahmu imut banget.”

“Kau juga Kaede-san..., sangat, sangaaat imut.”

Saat kami saling memandang dan hendak bericuman lagi—klak, kami mendengar suara pintu yang dibuka dengan keras. Orang yang membuka pintu itu, Rika-chan, masuk ke sini sambil mengusap-mengusap matanya yang masih mengantuk. Melihat itu, aku dan Kaede buru-buru memisahkan diri.

Hoooaaaah. Selamat pagi, Kak Yuya, Kak Kaede..., kalian bangunnya cepat juga ya.”

“A-ahahaha. Selamat pagi, Rika-chan. Kau masih bisa tidur loh kalau emang masih ngantuk?”

“Tidak apa-apa, lagian saat aku bangun tadi tidak ada siapa-siapa di dalam kamar. Hm, kalian berdua kenapa? Wajah kalian keliatan merah loh?”

“B-Begitukah, p-paling itu cuman bayanganmu saja, Rika-chan! Kami sama sekali tidak melakukan sesuatu yang aneh kok. Kami baru-baru saja menyiapkan sarapan pagi! Beneran deh, Yuya-kun tidak menciumku.”

Lah, perkataanmu itu sama saja dengan mengakuinya. Lihat tuh, matanya Rika-chan jadi tampak berkaca-kaca. Aku yakin, semua pelampian amarah pasti nanti akan diarahkan padaku lagi. Ini benar-benar aneh, padahal kan Kaede lah yang menciumku, bukan aku yang menciumnya.

“...Kau melakukan ‘ciuman selamat pagi’ kan, Kak Yuya?”

Itu bukan pertanyaan, melainkan meminta konfirmasi. Tatapan Rika-chan sangat dingin, dan yang bisa kulakukan hanyalah tertawa kecil. Ngomong-ngomong, aku sudah memikirkan ini sejak kemarin, tapi bukankah itu terlalu menakutkan jika Rika-chan menjadi marah? Hm, apakah ini yang disebut kalau buah jatuh tidak jauh dari pohonnya?

“...Saat aku sudah SMA nanti, aku juga akan banyak-banyak berciuman dengan Kak Yuya! Pokoknya aku tidak akan kalah dari Kak Kaede!”

Tidak, saat kau sudah SMA nanti, saat itu aku sudah mendekati usia tiga puluhan tahunan, tahu? Itu berbahaya, jadi tolong jangan lakukan itu!?

“Fufufu. Yah, kita lihat saja nanti. Tapi saat itu, nama belakangnya Yuya-kun mungkin sudah bukan Yoshizumi lagi.”

“Tetap saja, pokoknya aku tidak akan kalah! Mamaku pernah bilang, kalau cinta itu harus diperjuangkan dan dimenangkan. Itu sebabnya, aku tidak akan kalah!”

Harumi-san! Apa sih yang kau beritahukan pada putrimu ini! Yang lebih penting lagi, aku memang belum pernah mendengar awal dari kau bisa naik ke pelaminan bersama Taka-san, tapi apa kalian melalui sesuatu semacam itu? Seriusan nih? Duh, aku jadi penasaran.

“Aku tidak akan memberikam posisi sebagai istri Yuya-kun kepada siapapun!”

“Sesuatu seperti itu bukan dirimu yang berhak memutuskannya, tapi Kak Yuya lah yang berhak memutuskannya!”

Umu, jika aku terus di sini lebih lama lagi, kobaran api akan jadi semakin membara. Baiklah, untuk sekarang lebih baik aku pergi dari sini.

“Kau mau ke mana, Yuya-kun?”

“Kau mau ke mana, Kak Yuya?”

Tampaknya, mau ke toilet sebentar pun tidak akan bisa menjadi alasan yang dapat diterima.

Pada akhirnya, aku ditanyai siapa yang akan kunikahi, dan aku tidak diizinkan untuk berbohong. Dan yah, kurasa aku tidak perlu memberitahu nama siapa yang kuberikan sebagai jawabanku.



close