
Bab 10
Padahal Aku Penyendiri, Tapi Aku Dicurigai Selingkuh... (Bagian 1)
Seperti biasanya, hari ini aku meninggalkan rumah bersama Yuuka.
Kemudian, hal pertama yang kulakukan adalah melihat ke kiri dan kanan untuk memeriksa lingkunganku. Setelah aku yakin kalau di sekitar sini sepi, aku perlahan mulai berjalan.
“Hari ini aku pergi ke sekolah dengan Yuu-kun lagi~♪”
“Kata-kata itu, kau mengatakannya setiap pagi seperti salam.”
“Habisnya, itu adalah ungkapan bahasa Jepang yang selalu ingin kuucapkan! Sepasang suami-istri yang pergi ke sekolah bersama itu mengasyikkan!”
“Aku belum pernah mendengar seseorang mengatakan itu, di kamus pun aku tidak pernah melihatnya… Kalimat aneh macam apa itu? Selain itu, kita belum menikah.”
Sambil mengontrol santai seperti itu, kami terus menuju ke sekolah.
Setiap kali kami berada di daerah yang sunyi dan sepi, Yuuka akan berperilaku seperti saat dia di rumah, yang selalu aktif dan bersemangat. Saat ini, seperti penampilannya di sekolah, rambutnya diikat denga model ponytail dan dia memakai kacamatanya.
Ekspresinya tampak riang dan ceria, suatu ekspresi yang didedikasikan hanya untukku.
Tapi..., saat kami kian dekat dengan sekolah, secara perlahan kami memastikan untuk menjaga jarak satu sama lain. Kemudian, kami akan memasuki ruang kelas pada waktu yang sedikit berbeda.
Ini hanya membuatku merasa semakin tidak bermoral setiap kali kami melakukannya. Rasanya seolah kami telah melakukan sesuatu yang memalukan. Yah, bukan itu berarti kalau itu merepotkan sih.
---
Hari ini juga, aku dan Yuuka menjalani kehidupan sekolah kami tanpa menunjukkan tanda-tanda keintiman satu sama lain.
Brrrzzz ♪
[Yuu-kun, lihatlah ke sini!]
...Tapi sesekali, Yuuka akan mengirimiku pesan melalui Line, yang memikatku ke dalam jebakan. Dengan tekad yang kuat, aku mengabaikan pesan darinya.
[Issh, lihat ke sini dong.]
Kumohon, tolong hentikan…
Semua orang akan curiga jika aku melihatnya. Dan kalau sudah begitu, aku jadi harus menindaklanjuti itu dengan membuat kebohongan yang masuk akal…
“Hei, kok wajahmu terlihat begitu serius seperti itu?”
Aku terkejut karena Masa telah meninggalkan kursinya lebih awal.
Seseorang pun tiba-tiba bersandar di bahuku.
“...Nihara-san.”
“Hai, Sakata!”
Dia tersenyum lebar..., kemudian, tanpa ragu-ragu, dia mendekatkan wajahnya ke wajahku.
Merasa panik, aku segera memalingkan wajahku darinya.
“Hei, kau terlalu dekat!”
“Seperti ini tidak masalah, kan? Asalkan kau tidak bergerak, maka tidak akan terjadi apa-apa… Tentu saja, jika kau bergerak, maka kita mungkin secara tidak sengaja akan berciuman.”
“Itu masalah tahu.”
“Fuhaha! Kalau begitu, seperti ini tidak masalah, kan?”
Melihatku kewalahan, dia menjadi benar-benar menikmati dirinya sendiri.
Haaah… Inilah kenapa sangat sulit untuk menghadapinya.
Nihara Momono.
Dia adalah salah satu dari sedikit gadis… Lebih tepatnya, satu-satunya gadis di kelas ini yang berbicara kepadaku dengan begitu ramah.
Penampilannya memiliki beberapa pesona unik. Dia memiliki rambut panjang berwarna coklat, dan kau dapat melihat jidatnya menyembul dari bawah.
Matanya sangat cerah dan besar, mungkin pengaruh dari riasan yang dia pakai.
Blazernya, yang tidak dikancingkan sedikit lebih banyak dari biasanya, dicondongkan ke atas dari dalam, itu mungkin karena area payudaranya agak terlalu ketat.
Dia adalah tipe gadis yang berpakaian seperti gyaru.
Gyaru itu sendiri adalah tipikal orang ekstrover yang pada dasarnya akan mendekati siapa saja. [Catatan Penerjemah: Ekstrover biasanya memiliki kepribadian yang terbuka dan senang bergaul, serta memiliki kepedulian yang tinggi terhadap apa yang terjadi di sekitar mereka.]
Tapi, jika kau salah memahami niat mereka dan melakukan sesuatu yang aneh atau tidak diinginkan, mereka akan langsung memusuhimu, yang dimana dapat menyebabkan situasi yang sangat buruk.
Singkatnya, itulah betapa berbahayanya tipikal gyaru... Yah, itu hanya sekedar kesanku tentang mereka.
Aku sudah mencoba untuk memperlakukan Nihara-san dengan hati-hati, tapi untuk beberapa alasan, dia terus berbicara denganku… atau malah sering berbicara denganku.
“Ngomong-ngomong, bukankah akhir-akhir ini kau sering melihat-lihat seisi kelas? Kau kan biasanya cuman menatap ke luar jendela sepanjang waktu.”
“Kenapa kau bisa tahu seperti apa kebiasaanku—… tidak, lupakan saja.”
“Ada apa? Mungkinkah ada seorang yang kau sukai? Mengapa kau tidak mencoba untuk berkonsultasi dengan onee-san di sini? “
“'Onee-san' palalu peyang? Kita ini seumuran, tahu?”
“Mmm, batinku ini seorang onee-san. Nah, Sakata. Kau bisa mendekap ke payudara onee-san!”
Mengatakan itu, dia merentangkan tangannya tangannya lebar-lebar, membuat payudaranya yang sudah besar dan mencolok bahkan menjadi lebih mencolok.
Nah, karena aku adalah seorang pria normal... Aku mengintip sekilas, lalu segera mengalihkan pandanganku. Seseorang harus memujiku karena mampu menahan diri.
“Isssh... Kau ini benar-benar orang yang tangguh untuk dipermainkan, ya?”
“Eh?! T-tunggu!”
Saat itu, aku bisa merasakan 2 gumpalan kenyal di lengan kananku.
Ahhh… lembut banget… Apakah ini yang dinamakan surga?
...Eh, tidak! Ini buruk?!
Aku buru-buru mencoba melepaskan lenganku, tapi dia memelukku dengan erat dan tidak mau melepaskanku. Setiap kali aku menggerakkan lenganku, aku bisa merasakan sensasi lembut dan kenyal, yang secara perlahan membuat akal sehatku semakin hancur.
Nihara-san tertawa saat dia melihatku tampak bingung dan panik.
“Yay, ini kemenanganku! Kau harus menerima pelukanku dengan tenang dan menikmatinya!”
“Hei Nihara-san… aku sudah memikirkan ini sejak lama, tapi kenapa kau suka terlibat denganku seperti ini?”
Nihara-san mulai merenung, sambil masih memeluk lenganku.
Kemudian, dia tersenyum lebar.
“Karena aku ingin melihatmu yang seperti dulu, aku ingin melihat Sakata yang cerah dan ceria sekali lagi.”
“Uwah…”
Komentarnya itu membuatku merasa sangat jijik.
Di SMA ini, hanya ada 2 orang yang satu sekolah denganku di SMP.
Salah satunya adalah Kurai Masaharu, alias Masa. Dan satunya lagi adalah… Nihara Momono.
Semua orang di SMA ini mengenalku sebagai orang yang sama sekali tidak menonjol, seorang yang selalu menyatu dengan latar belakang.
Tapi Nihara-san… dia tahu 'diriku' sebelum masa SMA.
Dia tahu aku adalah orang yang ekstrover, orang yang pada dasarnya menjadi pusat kelas.
Dia juga tahu tentang pernyataan cintaku, dan bagaimana aku ditolak secara menyedihkan, serta bagaimana aku menjadi sad boy yang nge-hikikomori… dan pada akhirnya, menjadi orang yang gelap dan suram yang tetap tersembunyi dalam bayang-bayang.
“Kenapa kau tidak banyak bicara, seperti dulu? Kenapa sekarang kau malah bertingkah seperti seorang penyendiri? Apa ini yang mereka sebut sebagai Chuuni atau semacamnya?”
Aku tidak tahu apa yang lucu, tapi Nihara-san mulai tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya.
Aku mengambil kesempatan itu untuk segera lepas dari Nihara-san dan bangkit dari tempat dudukku.
“Haaah… Gyaru ekstrover sepertimu tampaknya selalu suka melakukan kontak tubuh* seperti ini, itu bisa membuat beberapa orang menjadi salah paham, jadi kau harus berhenti melakukan itu.” [Catatan Penerjemah: ボディタッチ (Body Touch)]
“Ehh? Aku ini bukan gyaru ekstrover, tahu?”
“Lah, terus apa?”
“Gadis desa yang tertutup dan suram.”
Di bagian mananya darimu yang bisa disebut seperti itu?
Dari pada itu, kenapa coba harus gadis desa? Itu bahkan bukan sinonimnya ‘gyaru’.
“Asal kau tahu, sebenarnya aku tidak akan melakukan hal seperti itu dengan siapa pun, loh? Bagaimanapun juga, aku ini bukan gadis murahan.”
Mengatakan itu, Nihara-san menutupi dadanya dengan lengannya dan menggembungkan pipinya.
Kemudian, dia mendekatkan bibirnya ke telingaku.
“...Aku hanya seperti itu dengan Sakata…”
“Hah?! Apa maksudmu dengan itu..?”
“Pfft, hahaha! Sakata, kau terlihat sangat kebingungan!”
Nihara-san mulai tertawa terbahak-bahak lagi.
Ah…
Aku benar-benar tidak bisa menangani tipikal gyaru. Aku bisa merasakan bekas luka masa laluku terbuka kembali…
Aku benar-benar ingin mengaktifkan ponselku dan menelan dosis harian Yuuna-chan secepat mungkin…
Saat aku memikirkan itu…
—Aku bisa merasakan tatapan yang begitu tajam dan dingin menjalar dari kursi yang jaraknya cukup jauh dariku.
Dan di sana, aku bisa melihat [Shura] menatap tepat ke arahku.
[Catatan Penerjemah: Shura (修羅), singkatnya sih semacam dewa kematian atau pembantai (maaf kalau salah), gua gak bisa menjabarkannya, tapi wikipedia bisa memberikan sedikit gambaran.]
Dia bukan Watanae Yuuka yang tanpa ekspresi dan kaku seperti biasanya. Saat ini, dia terlihat seperti sedang dalam suasana hati yang buruk, amat buruk.
Dengan takut-takut, aku mengambil ponselku dan membuka Line.
[Ara? Yuu-kun, tidakkah kau cukup dekat dengan Nihara-san?]
[Umm... Aku merasa kau terlalu dekat dengan Nihara-san. Bisa tidak kau mencoba mengambil jarak?]
[Kau melihat payudaranya, kan?]
[Payudaranya menyentuhmu, kan?]
[Jadi pada akhirnya, ini semua tentang payudara, ya?]
[Menikah saja sana dengan payudara.]
[To~lol.]
Pesan-pesan itu berangsur-angsur menjadi semakin dingin, seperti bagaimana dia yang sekarang. Jelas, aku merasakan sensasi yang amat dingin di punggungku.
Apa yang harus kulakukan... Karena gyaru ini, aku jadi mengalami krisis pertama dengan pasanganku... [Catatan Penerjemah: Lebih tepatnya, 夫婦 (Fūfu).]