MrJazsohanisharma

Ore no Iinazuke ni natta Jimiko, Ie de wa Kawaii Shika nai Volume 2 - Bab 7

Bab 7
Sekarang sedang Tanabata, jadi aku akan mengungkapkan masa lalu kelamku (Bagian 1)


Setelah kerumitan yang terjadi di festival Tanabata sekolah, aku pulang ke rumah

Aku dan Yuuka duduk bersebalahan di sofa, sedang menyesap kopi kami dalam diam.

“............”

“............”

Saat ini, Yuuka sudah dalam mode rumah. Rambutnya yang dia model jadi ponytail saat di sekolah telah dia gerai, membuat ujung rambutnya mengembang dan menyebar. Karena dia tidak memakai kacamata, matanya tampak terkulai, sehingga dia terlihat lebih muda dari usianya.

Bagian belahan dada dan bahunya yang mengintip dari pakaian kasualnya tampak glamor. Keindahan dari kakinya yang putih dan mulus karena dia tidak mengenakan kaus kaki sangatlah menarik perhatian.

“Erm, Yuuka...”

“Uaagh, dasar Yuya-kun goblok!!”

Segera setelah aku mulai berbicara, Yuuka tiba-tiba berteriak seolah-seolah dia telah meledak.

Dan kemudian, sambil melambaikan tangannya, dia melirik ke arahku.

“Udah, aku tau kok, yang lebih besar memang lebih baik, kan! Contohnya seperti punyanya Nihara-san!”

“Tidak, tidak, tidak. Aku ‘kan sama sekali tidak membahas tentang itu!? Maksudku, Yuuka, bukankah kau terlalu mempedulikan perihal itu?”

“Uuu~... habisnya, kau sendiri juga pernah dengar ‘kan, kalau kata orang-orang yang lebih besar jauh lebih baik daripada yang kecil.”

Tidak, kurasa itu bukan kalimat yang tepat untuk digunakan dalam situasi ini. Mungkinkah, dia ini juga sangat peduli tentang masalah ukuran dada?

Di depanku, Yuuka tampak cemberut sambil memijat-mijat dada sendiri...

“Hei, jangan lakukan itu!”

“Kenapa? Apa kau tidak bisa puas dengan dadaku?”

“Tidak, bukan begitu! Aku merasa aneh kalau kau melakukan itu, jadi aku ingin kau berhenti melakukan itu!!”

Entah berapapun ukurannya, anak SMA normal sepertiku pasti akan mati karena rangsangan yang berlebihan jika melihat seorang gadis sedang memijat payudaranya sendiri.

*Bzzzt* *Bzzzt* *Bzzzt* *Bzzzt*

“Hm!?”

Saat itu, ponselku berdering. Aku kemudian memunggungi Yuuka, lalu menjawab panggilan di ponselku.

“Halo.”

[Aduuuh... Nii-san, mengapa kau selalu tidak bisa menjawab panggilan dalam satu deringan saja? Tampaknya dirimu itu dibesarkan dengan cara yang buruk.]

Orang yang yang langsung mencaciku itu adalah adik perempuanku, Sakata Nayu.

Dia adalah siswi kelas 2 SMP yang tinggal bersama ayahku di luar negeri karena urusan pekerjaan. Ngomong-ngomong, di keluarga kami tidak ada seorang ibu. Beberapa tahun yang lalu, sejak ibu bercerai dengan ayah dan meninggalkan rumah, baik aku dan Nayu belum ada mendengar kabar darinya.

Eh, ntar dulu... Aku dan Nayu dibesarkan dengan cara yang sama dan dengan orang yang sama, kan? Tapi itu sangat tidak masuk kalau dia sampai mengatakan bahwa aku dibesarkan dengan cara yang buruk!

[Oi, mengapa kau diam saja? Ya ampun, setidaknya katakanlah sesuatu yang baik kepada adikmu yang sudah cukup lama tidak menghubungimu.]

“Eh, ya..., lama tidak berbincang-bincang.”

[Yang serius dong!? Bahkan monyet pun bisa mengatakan kalimat yang seperti itu.]

“Bukankah penghinaanmu itu terlalu berlebihan?”

[Lah, malah membalas seperti itu. Bukankah itu adalah pelecehan seksual? Gawat nih..., ada pewaris gen sugiono di keluargaku!]

Pewaris gen sugiono? Aku baru pertama kali mendengar tentang itu.

Tapi yah, memang sih, mungkin aku telah sedikit tidak ramah pada adikku yang meneleponku.

Setelah merefleksi diri, aku muai berbicara lagi.

“Bagaimana kabarmu? Entah sudah berapa lama kita tidak berbicara seperti ini...”

[Eww~, menjijikkan.]

Buset, langsung dikatain.

“Lah, m-memangnya kenapa sih!? Kita sudah lama tidak berkomunikasi, jadi aku hanya ingin menanyakan kabarmu...”

[Secara fisiologis, itu menjijikkan, tau! Tapi, seriusan dah, kau harus lebih tegas dalam menyampaikan cinta dan kasih sayangmu pada adikmu.]

“C-Cinta? ...Apa sih yang kau bicarakan? Itu memalukan—”

[Lah, kau sendiri mengapa menganggapnya seserius itu, Nii-san? Seriusan deh, menjijikkan banget.]

Hadeh~..., kayaknya lebih baik aku menutup saja teleponnya.

Lalu, saat aku menghela nafas terhadap sikap adikku yang sembrono....,

“Erm, Yuu-kun..., telepon itu, mungkinkah dari Nihara-san?”

Apakah karena tadi kami berbicara tentang Nihara-san, makanya dia jadi berpikiran seperti itu? Tampaknya Yuuka telah salah paham, jadi kurasa aku harus meluruskan kesalahpahamannya lebih dulu.

“Tidak, ini bukan Nihara-san! Lagian, kau sendiri tahu ‘kan kalau aku tidak pernah menerima telpon dari Nihara-san?”

“Kalau begitu..., jangan-jangan, Raimu-san?”

“Itu lebih tidak mungkin lagi!!”

Aku mati-matian mencoba menyangkalnya, tapi Yuuka justru meletakkan tangannya di dagunya dan mendeduksi sesuatu layaknya detektif hebat.

“...Oh, aku mengerti. Tadi Yuu-kun bilang kalau [dia] yang ditulis di tanzaku-nya merujuk pada Yuuna..., tapi itu hanyalah pengalihan, dan seperti yang Nihara-san bilang, [dia] itu merujuk pada Raimu-san. Kalau begitu, jika Yuu-kun mendapatkan panggilan telpon di timing seperti ini..., itu artinya dia benar-benar Raimu-san!”

“Apa sih yang kau bicarakan!? Ini bukan semacam misteri, tau!?”

[...Nii-san, kok berisik sekali sih..., Raimu? Kenapa Yuuka-chan membicarakan wanita lonte itu?]

“Yah, ceritanya panjang..., untuk saat ini, supaya masalahnya tidak lebih menjadi-jadi, aku akan beralih ke speaker supaya Yuuka bisa tahu siapa kamu, oke?”

[Hah? Merepotkan sekali sih... yah, terserah kamu lah.]

Dan dengan demikian, aku menyentuh tab speaker dan meletakkan ponselku di atas meja.

Yuuka pun menatap ke arah layar ponsel dengan ekspresi serius, dan setelah dia menarik nafas....
 
“Erm, aku Watanae Yuuka. Kamu siapa ya?”

[...Aku Nonohana Raimu. Aku adalah iblis mesum yang mencuri hati Sakata Yuuichi.]

Mendengar itu, Yuuka mengeluarkan jeritan yang bergema di seluruh rumah.

Nayu..., persiapkanlah dirimu di lain kali kita bertemu.