MrJazsohanisharma

Ore no Iinazuke ni natta Jimiko, Ie de wa Kawaii Shika nai Bab 14

Bab 14
Bagaimana Cara Tidur Bersama Tunanganmu Dan Tidak Merasa Sange


Sejak pertama kali kami bertemu, aku tahu bahwa minat kami cukup cocok.

Kapanpun kami luang, aku dan Yuuka sering menghabiskan waktu tersebut untuk bersama-sama menonton anime.

“Ah. Lihat, lihat! Bukankah heroine ini imut banget?”

“Begitukah? Kalau aku sih, lebih suka karakter senpai yang ini.”

“Eh?! Teman masa kecil kan lebih imut dan lebih berani! Menurutku dia lah tipe gadis yang disukai oleh si protagonis, dan ingin dia dinikahi!”

“Tidak, tipe karakter teman masa kecil berambut biru itu biasanya tidak memiliki flag.”

“Isssh! Jangan katakan sesuatu yang terlalu klise seperti itu!”

Kami duduk bersebelahan di sofa, menonton anime dan mengobrol.

Ketika Yuuka menjadi asyik dengan anime, dia akan sangat bersemangat.

Dia akan menangis selama adegan yang emosional, dan akan berteriak serta mengayun-ngayunkan lengan dan kakinya selama adegan yang berapi-api.

Dia mengekspresikan emosinya dengan sangat baik.

Kupikir itulah yang membuatnya menjadi pengisi suara yang hebat.

“Duh, endingnya ngegantung! Aku kan jadi penasaran sekarang!”

Dia menghela nafas, dan sebelum aku menyadarinya, dia meringkuk di sofa sambil memegangi lututnya.

Di sekolah, Yuuka memakai setelan berkacamata dan ponytail, tapi di rumah, kesannya sangat berbeda.

Rambut hitamnya, yang dia uraikan setelah mandi, merambat sampai ke bawah bahunya, dan ujung rambutnya itu tampak mengembang.

Matanya terlihat tajam dan sipit saat dia memakai kacamata, tapi ketika dia melepasnya, matanya terlihat agak terkulai.

Kaki rampingnya terlihat dari gaun tidurnya yang berwarna putih dan indah.

“Itu tadi seru ya, Yuu-kun?”

 

Yuuka tersenyum padaku sambil menggeliat-geliatkan kakinya.

Tanpa diduga, saat dia duduk seperti itu, dia terlihat sangat tidak berdaya.

Saat aku hampir melihat sekilas ke dalam roknya… Aku segera mengalihkan pandanganku.

Pada saat itu…

Celah di antara gorden bersinar terang, dan sesaat setelah itu, suara guntur bergema di seluruh rumah.

Dan kemudian... semua lampu di rumah kami padam sekaligus.

---

“Maaf ya… Yuu-kun.”

“Tidak apa-apa kok…”

Apa yang terjadi setelah itu adalah kekacauan besar.

Yuuka tampak seolah-olah dia akan menangis karena guntur dan kegelapan saat dia memelukku.

Merasakan tubuhnya yang lembut itu, aku menjadi panik dan mencoba menariknya menjauh dariku. Tapi Yuuka, yang merasa takut dan panik, sama sekali tidak mau meninggalkanku.

Alhasil… kami masuk ke dalam situasi ini.

Aku membawa kasur Yuuka ke kamarku dan meletakkannya agak jauh dari kasurku. [Catatan Penerjemah: Lebih tepatnya sih Futon ya, tapi karena dari kemarin gua udah terlanjut make kata “Kasur”, ya gua terusin aja pake kata “Kasur”.]

“Baiklah, Yuuka, kau bisa tidur di kasur itu-”

“Gak mau!”

Yuuka buru-buru menempelkan kasurnya ke kasurku.

Kedua kasur itu pun berjejer berdampingan tanpa ada celah.

“Tidak, tidak. Ini akan menjadi buruk, tahu?”

“Tapi, aku takut…”

“Duh, mungkin memang begitu masalahnya, tapi tetap saja... ini jelas buruk, kan?”

Saat aku melihat Yuuka yang menangis karena dia takut pada petir, yah… Aku bisa mengerti perasaannya.

Nah, kami bertunangan, dan kurasa tidur bersama itu... yah, kurasa itu tidak terpikirkan.

Naluriku berseru bahwa itu adalah ide yang buruk.

Sekalipun sekarang aku tinggal dengan Yuuka, aku masih tidak nyaman dengan gagasan jatuh cinta dengan gadis 3D.

Meskipun dia adalah pengisi suara Yuuna-chan… mereka berdua masihlah 2 orang yang berbeda.

Aku masih takut disakiti atau menyakti orang lain karena memiliki ekspektasi yang aneh.

...Tapi

Tidur bersama dengan cara yang tak berdaya seperti ini adalah masalah yang berbeda.

Ini bukan masalah takut atau tidak. Tingkat kesangean yang ditimbulkan sama sekali berbeda.

“Yuu-kun… aku mohon…”

Yuuka tampaknya tidak menyadari pergumulanku saat dia meneteskan air mata dan meraih ujung kemejaku.

“Aku takut... Jadi, tolong tidurlah di sampingku...”

Ada kilatan petir di luar jendela dan gemuruh guntur.

Yuuka menjerit kecil dan meringkuk di bawah selimut.

Kemudian, dia tiba-tiba menjulurkan kepalanya dan mengintip ke arahku melalui selimut.

“Baiklah… aku akan tidur bersamamu…”

“...Terima kasih…”

Aku masuk ke bawah selimut dan dengan cepat menoleh ke arah yang berlawanan dari Yuuka, kemudian aku memejamkan mataku.

Aku tidak mau melihat langsung ke arah Yuuka...

Bagaimanapun juga, jika aku menyadari fakta bahwa aku tidur dengan kasur kami berbaris bersama di ruangan yang benar-benar gelap... aku jelas tidak akan bisa tetap tenang.

“......”

Aku bisa mendengar gemerisik dari kasur di sebelahku.

Ruangan itu benar-benar hening.

...Apa Yuuka sudah tidur?

Aku perlahan menoleh dan menatap Yuuka.

“Ah.”

“Ah.”

Mataku bertemu dengan mata Yuuka, yang baru saja menjulurkan wajahnya dari selimut.

Saat tatapan kami bertemu, Yuuka menukik ke bawah dan segera terjun ke bawah selimut.

“...”

Aku diam-diam bergumam, dan Yuuka mengintip lagi. Kemudian, tentu saja, matanya bertemu dengan mataku.

“Kyaa...”

Yuuka meringkuk kembali ke selimutnya.

“...”

Sekali lagi, dia mengintip keluar, dan mata kami kembali bertemu.

“Kyaa…”

Dia terseok-seok kembali ke selimutnya.

“...”

“Kyaa...”

...Tidak, tidak, tidak, tidak! Ayo berhenti melakukan ini, oke?

Jika kau melakukan itu, aku tidak akan bisa menghentikan jantungku yang berdebar-debar. Benar-benar deh.

“...Hei, Yuu-kun.”

Yuuka, dengan hanya setengah dari wajahnya yang mengintip, menatap ke araku.

Matanya yang basah terlihat sangat seksi... membuatku segera menutup mataku.

“Ah! Kau berpura-pura tidur, kan?”

Yuuka mengeluh, tapi aku bertekad untuk tidak membuka mataku.

Dengan tekad yang kuat, aku memfokuskan perhatianku untuk mencoba tidur.

“Issh… dasar Yuu-kun tolol.”

Aku bisa mendengar Yuuka menghela nafas panjang.

Kemudian, aku mendengar gumaman pelan darinya.

“Padahal... aku sudah mempersiapkan diriku.”

Terhadap kata-kata tersebut, aku menjadi refleks dan terduduk tegak di kasurku.

Di sampingku adalah Yuuka, dengan mulutnya tersembunyi di bawah selimutnya.

Matanya tetap basah, dan wajahnya merah padam.

“Apa yang kau maksud dengan… sudah bersiap?”

“Kau tidak boleh menanyakan hal-hal seperti itu kepada perempuan... tolol.”

Bahu Yuuka sedikit gemetar.

Dia tampak begitu rapuh saat aku menatapnya.

...Pada saat itu, aku langsung merasakan sesuatu di dalam diriku meledak sekaligus.

Sebelum aku menyadarinya, aku tidak bisa mendengar suara hujan dari luar.

Guntur dan kilat juga telah benar-benar mereda.

Jadi, alasan bagi kami untuk tidur di kamar yang sama… tidak ada lagi.

Meski begitu.

Tidak… mungkin justru karena ini ya…

Aku perlahan merangkak keluar dari selimutku, dan kemudian menutup jarak antara aku dan Yuuka.

Sehingga.

Beginilah malam panjang kami dimulai.