MrJazsohanisharma

Ore no Iinazuke ni natta Jimiko, Ie de wa Kawaii Shika nai Bab 28

Bab 28
Saat kau hampir bisa melihat apa yang ada di dalam rok, tapi pada akhirnya tidak bisa melihatnya (Bagian 2)


“...Hei, Yuu-kun?” gumam Yuuka.

Suaranya bergetar, dan dengan nada takau-takut serta cemas dalam suaranya, dia bertanya.

“Kau... apa kau benar-benar ingin melihat celana dalam Nihara-san?”

“Kenapa kau menanyakan itu dengan ekspresi serius!?”

Mau tak mau aku meninggikan suaraku dengan histeris terhadap ucapan Yuuka yang tidak terduga. Namun, Yuuka masih tetap memasang ekspresi yang sangat serius di wajahnya.

“H-Habisnya, kau jelas-jelas melihati roknya Nihara-san! Ekspresi wajahmu itu pada dasarnya berteriak, 'Aku penasaran, bisa tidak aku melihat ke dalam roknya?'”

“Kan sudah kubilang, aku tidak melakukan hal seperti—”

Tidak… kurasa tidak ada gunanya membuat alasan seperti itu.

Aku tidak punya pilihan lain di sini.

Aku memutuskan untuk jujur ​​dan menceritakan segalanya lepadanya.

“…Memang benar aku penasaran karena roknya sangat pendek. Jadinya tatapanku secara refleks mengarah ke rok dan kakinya. Aku mengakui itu.”

“Uwaa... seperti yang kuduga!”

“Tapi, itu bukan karena orang itu adalah Nihara-san atau semacamnya! Itu hanyalah sesuatu yang kulakukan secara refleks! Itu fenomena fisiologis!”

Aku ingin dia mengerti setidaknya sebanyak itu.

Aku tidak tertarik pada Nihara-san.

Aku hanya tertarik pada situasi kaki telanjang seorang gadis mengintip dari rok mininya.

Anak laki-laki lain pun pasti akan mengalami reaksi yang sama persis seperti yang kualami. Itu pasti,

“...Sungguh?”

Yuuka menutupi matanya dengan tangannya saat dia melirik ke arahku.

Tidak ada jejak tangisannya. Jadi dia hanya berpura-pura menangis, ya… seperti yang kuduga.

“Iya, sungguh. Bukan karena itu adalah Nihara-san atau semacamnya. Kebetulan saja itu terlihat, jadi tanpa sadar aku meliriknya.”

Pada dasarnya penjelasanku mengungkapkan keinginanku untuk melihat celana dalam… tapi yah, aku tidak punya pilihan lain sekarang.

Lagian kan, jika kau memikirkannya dengan hati-hati. Antara konsep ‘Aku mencoba melihat celana dalam Nihara-san’ dan ‘Aku mencoba melihat celana dalam yang kebetulan terlihat’. Keduanya memiliki arti yang sangat berbeda, kan?

“Jadi, Yuu-kun. Kau tidak ingin melihat celana dalamnya Nihara-san atau semacamnya, kan?”

“Iya. Tidak sama sekali.”

Aku mengucapkan itu setangguh mungkin.

Hmph, pasti aku terlihat sangat gagah dan bermartabat, bukan?

Saat Yuuka melihatku yang seperti itu, dia perlahan membuka mulutnya.

“...Terus, bagaimana jika itu punyaku?”

“Hah?”

Jawabannya benar-benar tidak terduga, jadi wajar saja jika aku membuat suara yang aneh.

Mungkin dia malu dengan reaksiku, karena wajahnya mulai memerah.

“B-bagaimana jika itu punyaku? M-misalnya, jika aku dan Nihara-san memakai rok yang sama, kemudian jika kami duduk di posisi yang persis sama... Dalam situasi seperti itu, Yuu-kun... apa kau lebih ingin melihat celana dalamku?”

Saat dia mengatakan ini dengan nada gugup dan canggung, Yuuka dengan perlahan meletakkan tangannya di ujung roknya.

Kemudian…

Keliman roknya perlahan terangkat.

Kaki Yuuka yang putih, ramping, dan indah mulai mengintip.

Aku harus menghentikannya.

Aku tahu aku harus menghentikannya… meski begitu, aku tidak bisa mengatakan apa-apa sekarang.

Karena tidak seperti sebelumnya… Aku terlalu gugup.

Aku mulai merasakan sesuatu yang tidak kurasakan saat Nihara-san melakukan ini… 

Suatu sensasi yang aneh muncul dari dalam hatiku, dan itu membuat pikiranku mati rasa.

“...Uuu…”

Kemudian… saat aku hampir melihat bagian dalam roknya...

Tangan Yuuka tiba-tiba berhenti.

“... Yuu-kun… goblok… mesum…”

“Tidak. tidak, tidak! Bukannyka kau bersikap tidak masuk akal di sin!?! Bukankah ini hanya perangkap madu!?“

“...Uuu… maafkan aku…”

Aku mati-matian mencoba menjelaskan diriku saat tubuh Yuuka gemetar.

Dia menatapku dengan mata menengadah dan bergumam pelan.

“Seperti yang kupikirkan… Ini terlalu memalukan…”

“Itu sudah jelas, bukan!? Nah, turunkan rokmu sekarang!”

Pada akhirnya… Yuuka memperbaiki roknya dengan benar. Kemudian, dia melompat ke atas sofa dan membenamkan wajahnya di bantal.

Jelas, dia bertindak terlalu jauh, dan sekarang dia merasa malu karenanya.

Wajahnya tersembunyi di balik bantal saat dia menggumamkan sesuatu.

“Auuu…”

“Ya ampun… Ini semua karena kau terobsesi dengan persaingan… yang aneh ..?”

Saat aku hendak memarahinya, tanpa sadar aku berhenti berbicara.

Karena…

Yuuka dengan ceroboh melompat ke atas sofa, dan sekarang roknya terbuka…

“...Nn? Yuu-kun, ada apa...!?“

Kemudian, teriakan Yuuka menggema di seluruh rumah, dan dia mulai memukuliku berulang kali tanpa henti. Tapi, yang terpikir olehku hanyalah suatu warna… Putih.

Untuk sesaat, aku tidak bisa memikirkan hal lain.