MrJazsohanisharma

Ore no Iinazuke ni natta Jimiko, Ie de wa Kawaii Shika nai Volume 2 - Bab 18

Bab 18
Hidupku terjebak dalam kebuntuan, tapi ketika aku bertemu dengan Yuuna-chan, duniaku menjadi berubah (Bagian 2)


Pada akhirnya, aku menyerah pada permintaan Yuuka.

Untuk berjaga-jaga, aku memilih tempat dengan pelanggan yang sesedikit mungkin supaya risiko ketahuannya identitas Yuuka semakin rendah. Itu sebabnya, kami pergi ke kafe yang berjarak sekitaran dua menit dengan berjalan kaki dari stasium.

“...Ehehe.”

Saat aku duduk di kursiku dan beristirahat, Yuuka yang duduk di seberangku tertawa dengan suara yang kecil.

Kemudian, dia mengangkat ujung topinya dengan ujung jarinya dan menopang kepalanya dengan tangannya di pipinya.

Mungkin karena riasan yang dia pakai, tapi matanya tampak lebih besar daripada biasanya. Bulu matanya juga terlihat lebih lebat. Bahkan bibirnya pun juga tampak merah dan montok.

Singkatnya, ini seolah-olah Yuuna-chan telah muncul di dunia nyata.

“Yuu-kun, wajahmu kelihatan merah loh.”

‘Ehehe’, Yuuka tertawa, sambil memain-mainkan rambut cokelatnya yang menjuntai di pipinya dengan jarinya.

Lah, kau sendiri juga, wajahmu tampak merah..., itulah yang kupikirkan, tapi aku tidak ingin mengatakannya karena itu akan terasa seperti aku menggali kuburanku sendiri.

“Udah, jangan lihat wajahku, lihatlah menunya.”

“Hmm... apa ya yang harus kupesan? Kau mau pesan apa, Yuu-kun?”

“Aku mau pesan es kopi.”

“Eh? Kau sudah memutuskan pesananmu?”

Yuuka buru-buru mengangkat buku menu dan mulai memilih pesanannya dengan wajah yang serius.

Sementara itu, seorang pelayan wanita membawakan kami segelas air. Mungkin, pelayan ini seusia dengan ibuku?

“Ara~, aku senang ada sepasang kekasih yang kasmaran datang ke toko kami.”

Pelayan wanita tersebut mengatakan itu sambil meletakkan cangkir di atas meja.

“Tidak banyak orang luar yang biasanya datang ke sekitaran sini. Soalnya para muda-mudi lokal biasanya akan pergi ke kedai yang ada di ujung lain stasiun, jadi aku benar-benar senang melihat ada pasangan muda-mudi di sini. Nah, maaf ya kalau aku menggangu waktu kalian.”

“Erm, tidak kok...”

Kesan yang ramah ini, mungkinkah dia pemilik kafe ini?

Yah, entah apapun posisinya—pada dasarnya aku agak buruk dalam berbicara dengan orang asing. Bahkan pergi ke toko seperti salon potong rambut saja sudah seperti mau pergi ke gerbang iblis bagiku.
 
“A-Apa kami..., terlihat seperti sepasang kekasih?”

Di saat aku kesulitan untuk menjawab, Yuuka yang berada di depanku tiba-tiba menyela dan bertanya.

Pelayan itu tampak terkejut untuk sesaat, tapi dia dengan cepat menjawab Yuuka sambil tersenyum.

“Ya, kalian terlihat seperti sepasang kekasih SMA yang kasmaran.”

“Tuh kan!? Kami terlihat seumuran, kan!? Tidak mungkin kan aku terlihat seperti lebih muda darinya!?”

“Ufufu..., kalian terlihat seperti sepasng kekasih yang seumuran.”

“Denger tuh!!”

Kafe yang sudah lama berdiri memang hebat dalam berinteraksi dengan pelanggannya. Keterampilan keramahannya benar-benar sempurna.

Dan di sisi lain, Yuuka yang menarik perhatian seperti  itu benar-benar terlihat kekanak-kanakan..., tapi yah, karena dia sangat mirip dengan Yuuna-chan, jadi kurasa itu tidak masalah.

“Kalau begitu, aku mau pesan es kopi.”

“Kalau aku..., aku mau pesan soda float dan parfait spesial!”

“Baiklah, tunggu sebentar, ya.”

Dengan mengatakan itu, pelayan itu pergi ke bagian belakang toko.

Di sisi lain, Yuuka menatapku dengan wajah yang tampak puas.

“Tuh kan, yang kubilang bener, kan?”

“Ya, ya. Kita memang terlihat seumuran.”

“Ya iyalah! Ya ampun, Nihara-san benar-benar sudah bersikap kasar!”

Saat dia mengatakan itu, Yuuka dengan sengaja memalingkan wajahnya.
 
“Ini es kopi dan soda float-nya. Lalu, ini parfait spesial-nya.”

Pelayan yang tadi dengan cepat datang kembali dan menempatkan pesanan kami di atas meja. Kami menganggukan kepala kami kepadanya dan kemudian menyesap minuman kami masing-masing.

“Rasanya enak ya, Yuu-kun.”

“Ya, ini memiliki rasa yang berbeda daripada yang di toko-toko eceran.”

“Yang kau katakan itu memang benar..., tapi saat kau berada di depanku seperti ini, segala sesuatunya  jadi terasa lebih enak.”

Yuuka tertawa, dan kemudian menyendok parfait spesialnya.

Kemudian, saat dia mulai mengunyah...,

“Mmm! Enak!! Rasa buahnya sangat kentara dan manis!!”

“Yah, hanya dari melihat ekspresimu saja, aku bisa tahu kalau itu enak.”

Melihat wajah Yuuka yang seperti memiliki 100 ekspresi, aku tidak bisa untuk tidak menahan senyumku.

Kemudian, Yuuka menawarkan sesendok parfait itu kepadaku.

“Nah, Yuu-kun, bilang aaaaaaa....”

“...Eh?”

Situasi yang tiba-tiba ini membuatku membeku di tempat.

Melihatku yang seperti itu, Yuuka kemudian bergumam dengan suara yang pelan.

“...Saat aku demam sebelumnya, kau sempat menyuapiku, kan? Dan aku masih belum membalasmu untuk itu... Jadi, sekarang, bilang aaaaaa...”

“Tidak, kau tidak perlu membalasku—”

“Kau penuh celah!”

Mmggg!?

Saat aku berpikir bahwa mulutku terasa dingin, secara bertahap aku bisa merasakan rasa manis yang muncul.

“Astaga, kau ini orangnya paksaan juga ya, Yuuka.”

“Habisnya kau itu keras kepala, jadi aku mesti bermain dengan keras seperti ini.”

Mengatakan itu, kami saling tatap, dan kemudian, tau-tau saja kami sudah tertawa.

“Baiklah, Yuu-kun, sekarang lakukan dengan benar, bilang aaaaa...”

“Hadeh, okelah kalau itu maumu...”

Saat dia memasukkan sendok ke mulutku, pipiku terasa agak panas, meskipun harusnya mulutku terasa dingin.

Tapi, rasa parfait-nya..., terasa lebih enak daripada yang sebelumnya.

­

“Terima kasih. Kapan-kapan datang dan kunjungi kafe kami lagi, ya.”

Saat melakukan pembayaran, pelayan wanita yang sebelumnya mendekati kami dengan ramah.

“Aku memiliki putri yang  seumuran dengan kalian, tapi..., dia hampir tidak memiliki hubungan percintaan, jadi sebagai orang tuanya aku khawatir terhadapnya.”

Saat itu, pandangan mataku tertuju pada plat nama yang ada di dada pelayan itu.

[Manajer Kafe Limelight: Nonohana].

Aaah... aku benar-benar melupakanya.

Kafe [Limelight].

Ini adalah rumah orang tua Nonohana Raimu.

Jadi ini alasannya Nihara-san sempat meperingatkanku tentang kafe ini. Maaf saja, tapi tadi aku tidak menyadarinya.

“Ada apa, Yuu-kun? Hei?”

Melihat wajahku yang tiba-tiba termenung, Yuuka menatapku dengan cemas.

“Oh, maaf,  tidak ada apa-apa.”

Dan setelah selesai membayar, aku meninggalkan kafe Limelight dengan Yuka.

 

Hei, Yuuichi! Kapan-kapan, datanglah ke kafe keluargaku.

Orang tua ku itu sangat cerewet, jadi aku tidak sering membawa banyak temanku ke sana.

Menu andalan kafe kami adalah parfait spesial. Aku ingin memakan itu bersamamu!

 

Di kelas tiga SMP, tepat sebelum aku ditolak oleh Raimu.

Saat itu, aku berjanji pada Raimu kalau aku akan datang ke kafe keluarganya dan memakan parfait spesial bersamanya.

“Hari ini sangat menyenangkan ya, Yuu-kun!”

Di sampingku yang sedang tenggelam dalam pikiranku, Yuuka tersenyum polos.

Melihat senyumannya itu, aku menjadi ikutan senang sepertinya.

“Parfait spesial yang tadi itu benar-benar enak! Kupikir pipiku akan meleleh saat memakannya.”

“...Kau benar.”

Yah, lagipula parfait spesial itu adalah menu andalan kafe tersebut, jadi sudah pasti kalau rasanya akan enak.

Dan mungkin, karena aku memakannya bersama dengan Yuuka..., kupikir rasanya menjadi lebih enak. Tentu saja, aku tidak mengatakan itu secara blak-blakan, tapi itulah apa yang benar-benar kupikirkan.

“Kalau gitu, Yuuka, saat kita sampai  di rumah, ayo kita tonton anime yang kau bilang ingin kau tonton.”

“Ya! Oh, kalau begitu, bagaimana kalau kita membeli snack dulu sebelum pulang? Kita akan jadikan rumah kita sebagai bioskop!!”

“Padahal kau baru saja makan parfait, tapi kau mau makan snack lagi?”

“Nasi, parfait, dan snack adalah tiga hal yang berbeda, tau?”

“Astaga, bukankah itu hanya perutmu saja yang kelaparan?”

Saat kami terus mengobrol seperti itu, aku dan Yuuka saling tertawa.

Kemudian, untuk sejenak, aku melihat kembali ke arah kafe Limelight..., dan bergumam di dalam hatiku...,

 

Di sini aku baik-baik saja.

Jadi—kuharap kau juga baik-baik saja, Raimu.