
Bab 45
Ojou-sama yang akan melakukan sesuatu di saat dia telah memutuskan untuk melakukannya
Suara ketukan yang singkat terdengar di kamar Hinako.
Si pemilik kamar, Hinako, biasanya akan menjawab ‘jangan masuk’ ketika dia tidak ingin ada orang yang masuk ke kamarnya, tapi kali ini dia tidak mengatakan apa-apa. Setelah beberapa detik, si pengetuk pintu membuka pintu kamar, mungkin karena dia sudah memahami karakter Hinako dengan baik.
“Permisi.”
Orang yang muncul dari balik pintu adalah seorang pelayan, Shizune.
“Ojou-sama, bagaimana kondisi anda?”
“...Normal-normal saja.” dengan lesu, Hinako yang sedang berbaring di ranjangnya menjawab Shizune.
Hari ini adalah hari libur, jadi dia tidak pergi ke akademi, dan hanya pergi ke jamuan makan saja. Harusnya waktu yang dia habiskan untuk mengenakan topeng lebih singkat daripada biasanya, namun demikian, stres yang sampai saat ini dia alami memengaruhinya dan membuatnya jadi tidak badan.
Apalagi hari ini, ada kejadian yang sangat merepotkan bagi Hinako. Karena kejadian itu pula, Shizune menjadi tidak melakukan pekerjaannya, dan pergi menungjungi Hinako. Dia tidak ingin terjadi sesuatu pada Hiinako, jadi dia datang untuk memeriksa kondisinya.
“Shizune...., di mana Itsuki?”
“...Itsuki-san sudah meninggalkan mansion.”
Saat Shizune menjawabnya demikian, Hinako menurunkan pandangannya.
“Itsuki..., dia sudah menjadi pengurusku selama satu bulan.”
“Anda benar.”
“...Itu cukup lama.”
“Anda benar.”
Karena Shizune tidak begitu mengerti dengan apa yang Hinako pikirkan, jadi dia hanya menjawab Hinako dengan acuh tak acuh.
Saat ini, suara Hinako terdengar menyedihkan dan seperti merasa tidak tertarik dengan percakapan. Itu sampai memuat Shizune berpikir bahwa Hinako mungkin tidak terlalu peduli dengan kepergian Itsuki.
“Jika dia tidak bisa dipekerjakan sebagai pengurus, mengapa dia tidak di pekerjakan sebaagi pelayan saja...?” tanya Hinako.
Itu adalah usulan yang tidak pernah dia berikan kepada pengurus-pengurus lain sebelum Itsuki.
“Aku juga pernah mendengar bahwa kita kekurangan tukang kebun...”
“...Ojou-sama.”
“Bagaimana dengan koki...? Atau tukang bersih-bersih..., di sini ada banyak pekerjaan, kan...?”
“Ojou-sama.” Dengan nada yang sedikit lebih kuat, Shizune berbicara pada Hinako. “Kagen-sama tidak lagi berniat untuk mempekerjakan Itsuki-san.”
Hal itu seharusnya adalah sesuatu yang bisa dipahami Hinako.
Mengesampingkan dirinya yang sedang memakai topeng atau tidak, saat ini sulit bagi Hinako untuk mengekspresikan emosinya. Karenanya, itu akhirnya membuatnya Shizune jadi tersadar, bahwa Hinako sangat tertekan sehingga dia berpaling dari kenyataan.
“...Aku tidak mau seperti ini.” kata Hinako, dengan suara yang lemah. “...Aku ingin bertemu Itsuki.”
“Kagen-sama pasti tidak akan mengizinkan itu.” tanpa merubah ekspresinya, Shizune memberitahukannya demikian. “Dalam hal ini, mungkin lebih baik untuk menyerah saja. Akan semakin gawat jika suasana hati Kagen-sama menjadi semakin lebih buruk.”
Mendengar kata-kata itu, bibir Hinako sontak termegap.
“Shizune..., kau ada di pihak siapa?”
“Saya dipekerjakan oleh Kagen-sama.”
Mendegar itu, Hinako menjadi marah.
“...Baiklah, kalau begitu, aku sendiri yang akan pergi mencarinya.”
“Itu tidak boleh.”
Shizune mengabaikan tatapan tajam yang diarahkan kepadanya dan membungkuk.
“Sekarang saya harus membantu Kagen-sama dalam mengurus pekerjaannya, jadi saya mohon permisi... Untuk berhaga-jaga, di pintu ada penjaga, jadi tolong jangan bertindak dengan ceroboh.”
Dengan mengatakan itu, Shizune berbalik badan dan keluar dari kamar.
Setelah melihat pintu kamarnya tertutup rapat, Hinako menghle nafas panjang.
“...Kau sungguh tidak bisa mengerti, Shizune.”
Seolah dia sedang memantapkan tekadnya, Hinako mencengkram selimutnya dengan kuat.
“Aku adalh gadis yang akan melakukan sesuatu ketika aku telah memutuskannya...”
Dengan cahaya di matanya, Hinako mulai mengambil tindakan.
---
Segera setelah berpisah dengan Narika, aku langsung pergi menuju mansion keluarga Konohana.
Saat ini, Kagen-san tidak berada di kediaman utama, melainkan berada di mansion. Awalnya dia berencana untuk kembali ke kediaman utama setelah jamuan makan selesai, tapi kemudian dia memutuskan untuk pergi ke mansion agar bisa memeriksa lingkungan hidup Hinako. Dia juga mengatakan bahwa dia akan melakukan pekerjaan kantor di sana, jadi dia pasti berencana untuk tinggal di sana dalam beberapa waktu.
Aku tidak tahu dimana letak kediaman utama Keluarga Konohana, jadi hari ini juga, aku mesti bertemu dengan Kagen-san.
Setelah aku sampai di mansion, aku langsung ditatapi oleh dua penjaga yang berdiri di depan gerbang.
“Mengapa kau kembali ke sini?”
Suara mereka terdengar dingin..., tapi tatapan mereka dipenuhi dengan simpati.
Sudah hampir satu bulan sejak aku bekerja sebagai pengurus, jadi para pelayan dari Keluarga Konohana mengenaliku secara langsung. Tentu saja, aku juga pernah bercakap-cakap dengan mereka. Dua penjaga gerbang yang ada di depanku ini hampir setiap harinya melihat aku dan Hinako pergi dan pulang sekolah.
“Tolong izinkan aku untuk masuk ke dalam.”
“...Tidak boleh. Kalau kau ingin memasuki mansion, maka ikutilah prosedur yang benar.”
Kurasa mereka bermaksud mengatakan bahwa aku harus membuat janji dengan Kagen-san sebelum aku datang ke sini. Tapi meski begitu, aku tidak bisa menerima kata-kata mereka begitu saja dan menarik diri.
Lagipula, jika aku memang melakukannya sesuai prosedur, tidak mungkin Kagen-san akan mau bertemu denganku.
Dengan pemikiran itu, aku mengabaikan kedua penjaga gerbang dan berjalan ke arah gerbang.
Gerbang itu adalah gerbang yang kokoh, tapi di gerbang itu ada permukaan yang tidak rata sehingga kaki dapat diinjakkan ke sana, jadinya gerbang itu dapat dimungkinkan untuk dipanjat dan disebrangi.
“Berhenti.”
Segera setelah aku melangkah menuju gerbang, dua penjaga yang berdiri di kedua sisi gerbang mendekatiku.
“Kalau kau melangkah lebih jauh lagi, maka kami akan menganggapmu sebagai penyusup. Kami akan melakukan tindakan yang sesuai dengan itu.”
Itu adalah perhatian mereka yang tersirat untuk keselamatanku. Namun, aku memiliki alasanku sendiri untuk tidak mundur.
“Maafkan aku—”
Mengatakan itu, aku menyelonong lari ke arah gerbang.
“Ap—!?”
Kedua penjaga itu terkejut dan bergegas menghampiriku saat aku mencoba menerobos gerbang.
“Dasar anak tolol!”
“Jangan remehkan penjaga gerbang Keluarga Konohana!”
Mereka mendekat dari kedua sisiku. Jika aku tertangkap di sini, aku mungkin tidak akan pernah bisa melihat Hinako lagi. Kecemasan seperti itu membuatku menjadi tidak sabaran, hingga menyebabkan pikiranku menjadi tidak teratur.
Terlepas dari situasi tersebut, secara mengejutkan aku masih merasa tenang.
“—Eh?”
Aku lah yang mengeluarkan suara terkejut tersebut. Namun, pihak lainnya tampak jauh lebih terkejut. Aku menghindari lengan yang mendekatiku dari kanan, dan kemudian dengan cepat terjun ke dada penjaga gerbang, lalu menggunakan pegas lututku untuk menghantam tubuhnya yang kuat.
Bam, dengan keras, punggung penjaga gerbang itu menghantam tanah.
“Arggh.”
Aku berpaling dari penjaga gerbang yang berteriak di kakiku dan melihat ke penjaga gerbang yang lain.
“A-Apa-apaan dengan gerakan itu...!?”
Penjaga gerbang yang lain itu tekejut, mungkin dia tidak menyangkan kalau aku akan melakukan serangan balik. Melihatnya yang menunjukkan celah seperti itu, aku langsung memanfaatkan celah tersebut.
Tubuhku bergerak dengan sendirinya.
Di kepalaku, tips pertahanan diri yang Shizune-san ajarkan kepadaku muncul.
Penjaga gerbang yang menyadari celah yang ia buat tersadar, tapi itu sudah terlambat. Aku segera meraih lengannya dan memutarnya. Begitu dia kehilangan keseimbangannya, aku langsung menendang kakinya.
“Uggh!”
Sama seperti yang pertama, penjaga gerbang ini juga jatuh ke tanah.
“S-Sialan..., dimana kau mendapatkan teknik seperti itu...”
Saat penjaga gerbang mendengus seperti itu, aku menatap tinjuku dan mengingat hari-hari yang telah kuhabiskan dalam satu bulan terakhir ini. Kemudian, aku teringat akan apa yang pernah Shizune-san katakan padaku, bahwasannya aku punya bakat bela diri yang baik.
“Maafkan aku..., tapi aku sedang terburu-buru!”
Dengan demikian, aku memanjat gerbang dan memasuki halaman. Terhadap tindakan yang kuperbuat tersebut, penjaga gerbang yang jatuh langsung berteriak dengan keras.
“Ada penyusup! Tangkap dia!”