
Bab 1
Karakter Sampingan Sepertiku Tidak Mungkin Bisa Populer, Kan?
Tak dapat dipungkiri, hidupku sejauh ini bisa digambarkan dengan satu kata, yaitu..., buruk.
Tapi akhir-akhir ini, menurutku pemikiran pesimisku akan keseharian masa laluku itu telah semakin berkurang. Sejak aku masuk SMA dan bertemu dengan Ike Haruma yang merupakan Protagonis dari cerita ini, keseharianku di dunia ini langsung berubah secara drastis.
Dan sekarang, setelah lebih dari satu tahun aku bertemu dengan Ike, aku menjadi sangat yakin akan apa yang kusebutkan di atas.
Ike Touka, seorang yang merupakan [pacar palsuku].
Hasaki Kana, teman lamaku, yang secara terus terang mengatakan bahwa dirinya menyukaiku.
Asakura Yoshito, orang yang memperlakukanku secara normal sebagai teman, seorang yang merupakan pria yang sangat aku berterima kasih kepadanya.
Kai Rekka, juniorku yang imut, yang sangat menghormati diriku.
Dan juga, guruku, Makiri Chiaki, orang yang selalu membantuku. Suatu hari, aku mengetahui bahwa Makiri-sensei yang cantik dan bermartabat itu ternyata memiliki sisi yang kikuk dan menggemaskan. Jika aku bisa membalas semua kebaikan yang telah dia berikan padaku meskipun hanya sedikit saja—sejujurnya aku akan sangat bahagia.
Berkat mereka semua lah, aku bisa menjalani hari-hari yang menyenangkan, dan bahkan bisa melalui liburan musim panas yang paling memuaskan dalam hidupku. Selain itu, aku bahkan bisa berpartisipasi dalan event masa muda, yaitu kemah pelatihan pengurus OSIS.
Aku juga memiliki hubungan yang baik dengan beberaa pengurus OSIS seperti Tanaka-senpai dan Suzuki.
Hanya saja...
Ada seorang gadis yang akan terus menyudutkanku setiap kali dia memiliki kesempatan.
Gadis itu, seorang yang juga merupakan wakil ketua OSIS, Tatsumiya Otome, besar kemungkinan kalau dia membenciku.
Mengapa dia membenciku? ...Paling tidak, samar-samar aku bisa tahu alasannya.
Sebagai Waketos, dirinya mungkin waspada dengan kesan buruk yang kumiliki sepanjang tahunku menghadiri SMA kami, dan mungkin juga ada hubungannya dengan dia yang kehilangan peringkat kedua dibawah Ike dalam prestasi akademik di angkatan kami.
Dia menyukai Ike, tapi mungkin dia tidak menyukai kenyataan bahwa aku yang merupakan anak bermasalah sering bermain dengan Ike. Dia juga menyukai adik perempuan Ike, Touka, dan dia mungkin tidak menyukai fakta bahwa aku adalah pacarnya (palsu).
Nah, intinya sih, meskipun Tatsumiya membenciku seperti itu, aku tidak bisa membenci dirinya. Bisa dibilang, ini hal yang sama dengan masalah yang terjadi dengan Kai di masa lalu. Alih-alih memusuhiku dari belakang, mereka dengan lugas memancarkan kalau mereka itu memusuhiku.
Tampaknya, aku ini memiliki keecenderungan untuk menarik perhatian yang tidak perlu dari orang-orang seperti itu. Tapi yah, bukan berarti aku berniat mempermasalhakannya juga sih.
☆
Suatu hari ketika liburan musim panas telah usai.
Dengan ekspresi yang gelisah, Tatsumiya mengarahkan matanya yang lembab ke arahku. Saat aku melihat pipinya merah merona karena malu serta tangan mungilnya mencubit rok seragamnya..., ini rasanya seperti..., dia ingin menyatakan cintanya kepadaku.
“Aku telah jatuh cinta.”
Saat itu, pipi Tatsumiya semakin memerah, dan dia menatapku dengan tatapan yang lemah tapi penuh akan harapan. Melihat ekspresi gelisah di wajahnya itu, sontak aku menganggukkan kepalaku dan menjawabnya.
“......Ya, aku sudah tahu itu.”
Saat dia melihat reaksiku, wajah Tatsumiya langsung pecah dalam kebahagian..., sungguh, tingkahnya itu sangat imut.
“...Kalau begitu, Tomoki-san, kau sudah tahu kan..., tentang apa yang sebenarnya ingin kukatakan?”
Terhadap perkataannya itu, aku mengangguk dengan sangat tegas. Aku sudah sadar akan perasaannya itu, dan tentunya, aku tahu apa yang saat ini ingin dia katakan.
Nah, tapi, karakter sampinganku sepertiku tidaklah mungkin bisa menjadi populer.
“Ya, aku tahu.”
Saat Tatsumiya mendengar jawabanku, dia tersenyum lebar dengan raut yang gembira.
Kemudian, dia pun mulai membuka bibirnya.
.
.
.
“Jika demikian…, bisakah kau membantuku supaya bisa berpacaran dengan Ketua?”
.
.
.
Terhadapnya yang mengatakan kalimat itu dengan spontan, aku menganggukkan kepalaku denga wajah yang sangat lugas.
“Aku tidak tahu apa yang bisa kulakukan untukmu, tapi aku janji, aku akan membantumu.”
Mendengar jawabanku, dia terlihat lega, lalu dia melanjutkan perkataannya dengan ekspresi yang penuh kasih sayang.
.
.
.
“Sejujurnya, jika aku ingin membuat Ketua klepek-klepek dan berjanji untuk mencintaiku seumur hidup dengan menggunakan usahaku sendiri, itu akan menjadi suatu perjalanan yang sulit. Namun, jika kau memang ingin bersikeras untuk membantuku, aku tidak keberatan loh menerima bantuanmu. Tapi yah, karena sudah begini, kurasa hanya masalah waktu saja sampai Ketua akan memelukku dengan lenganya dan membisikkan kata-kata cinta di telingaku. Sesuatu seperti itu, gimana aku harus mengataknnya, indah sekali, bukan? ...Oh, tapi tentu saja, tindakan-tindakan yang sudah melewati batas jelas tidak boleh..., tapi, bagaimana jika Ketua benar-benar menginginkannya...? Tapi yah, biasanya karena seseorang tidak bisa mendapatkan sesuatulah orang itu jadi sangat menginginkan sesuatu itu. Dan yah, menurutku pemikiran-pemikiran jahanam yang melenceng tuh perlu disingkirkan, tapi..., sebagai referensi, bagaimana menurutmu, Tomoki-san?”
.
.
.
Tatsumiya menggumamkan kata-kata yang tidak bisa kupaami dengan sangat cepat, dan kemudian bertanya seperti itu padaku. Pada dasarnya aku tidak bisa menangkap apa yang dia katakan, tapi...,
“Nah..., tentang itu...”
Sembari aku menjawab seperti itu..., Njir, dia ini merepotkan sekali. pikirku layaknya apa yang akan orang lain pikirkan secara normal.
===
[Catatan Penerjemah: “Tapi yah, biasanya karena seseorang tidak bisa mendapatkan sesuatulah orang itu jadi sangat menginginkan sesuatu itu.” Di kalimat itu, sebenarnya Tatsumiya menggunakan ungkapan Takane no Hana (Bunga yang tak dapat diraih atau bunga yang tak terjangkau), jadi gua agak bingung buat nyesuaikan dengan kalimat sebelum dan sesudahnya. Mudah-mudahan kalian bisa ngerti.]