MrJazsohanisharma

[WN] Yujinchara no Ore ga Motemakuru Wakenaidaro? Volume 4 - Bab 9

Bab 9
Ungkapan Perasaan


Melihat hancurnya sosok Waketos yang cantik , aku berpikir...

Kayaknya dampaknya tidak sampai segila saat Makiri-sensei sedang mabuk dan mengaku bahwa dirinya adalah gadis yang tidak berpengalaman.

Dengan pemikiran itu, saat aku melihat Tatsumiya yang sedang berguling-guling di atas lantai, aku merasa tingkahnya itu cukup imut.

Aku menarik napas dalam-dalam dan menenangkan diri, lalu melihat ke dalam ruang OSIS lagi untuk memastikan keadaan Tatsumiya.

Sekarang, dia sedang duduk di atas lantai.

“Moooo~... Moooooooooooooo~!!!

Dia tampak lebih menjadi-jadi dari sebelumnya, dan menghantamkan kepalan tinjunya ke atas lantai.

Mungkinkah dia sebenarnya tahu aku sedang mengintipnya, dan dia melakukan ini dengan sengaja untuk membuatku jadi tertawa? Aku benar-benar berpikir seperti itu, dan secara alami mulai cekikikan.

Melihatnya seperti ini, mustahil untuk berbicara dengannya dalam kondisi saat ini.... saat aku merenung seperti itu, Tatsumiya tiba-tiba berhenti bergerak.

Kemudian...,

“Ketua dan Tomoki-san sama-sama tolol! Bahkan di manga saja, authornya akan berhati-hati untuk menjaga nilai karakternya di sekitaran 480-an, tapi..., apa-apan dengan nilai sempurna dan 496 itu!!? ...Curang, itu curang namanya!”

Entah kenapa, dia yang juga pada dasarnya meraih nilai di kisaran 490-an menggerutu dalam dialek Kansai.

Dan anehnya, dia sepertinya menyukai novel ringan.

“Dan lagi, tampaknya aku memang benar-benar tidak suka dengan pria berwajah seram itu!”

Kemudian, sambil duduk, Tatsumiya meremas tinjunya dan bergumam dengan ekspresi menyakitkan.

“Karena dia dan Ketua adalah teman baik, jadi aku yakin kalau dia bukan orang jahat, tapi...”

Buset dah, bukankah kepercayaannya pada Ike itu terlalu tinggi?

“Dia bergaul akrab dengan Ketua, dan dia bahkan bermesraan dengan Touka-san yang sangat imut. Posisi di sebelah Ketua yang sudah lama kupertahankan—tapi jangankan peringkat pertama, bahkan peringkat kedua pun diambil dariku... Padahal aku ingin berada di sebelah Ketua, tapi orang itu menghalangi jalanku...”

Gumaman Tatsumiya sangat lemah, seolah dia tengah mencari keselamatan.

Tapi aku yakin kalau sebaiknya aku tidak berbicara dengannya sekrarang. Namun demikian, aku tidak bisa berpura-pura untuk tidak mendengar apa yang baru saja dia katakan.

Aku yakin, sama seperti dirinya..., tidak, atau mungkin lebih dari dirinya..., ada orang-orang yang tidak suka jika aku berada di sisi Ike.

Tapi meski begitu, Ike menganggapku sebagai sahabatnya.

Karenanya..., demi menjaga harga diriku sebagai sahabat dari Protagonis itu, aku membuka pintu ruang OSIS dengan sangat tegas.

Dan segera setelah aku membuka pintu, aku dan Tatsumiya bergumam bersamaan...,

“Meskipun aku tidak bisa mengalahkan Ketua lagi, tapi asalkan aku mengungkapkan perasaanku bahwa aku mencintainya...., segala sesuatunya pasti akan..., “Maaf menganggu...” Eeh?”

Pandanganku saling bersilangan dengan Tatsumiya, yang tiba-tiba menyatakan perasaannya tentang Ike.

Nah, untuk saat ini, aku memutuskan untuk bersikap seolah tidak mendengar apa-apa, dan buru-buru pergi menutup pintu.

Baiklah, kurasa lebih baik aku pergi makan siang saja.

Dengan pemikiran itu, aku berbalik dari ruang OSIS dan mencoba untuk melangkah, tapi....,

“Ara? ...Tomoki-san? Apa yang kau lakukan di sini?”

Dari belakangku, suara yang tegas memanggilku saat sebuah tangan meraih bahuku. 

Bahuku diraih dengan kekuatan cengkraman yang menakutkan, dan aku tidak berpikir kalau aku bisa lepas dari cengkraman itu dan melarikan diri.

Begitu ya, jadi ini kekuatan seorang gadis yang sering dirumorkan itu. Saat aku memikirkan ini seolah-olah mencoba untuk lari dari kenyataan, Tatsumiya mulai melanjutnya perkataannya.

“Bagaimana kalu kita ngobrol-ngobrol sebentar?”

Di ruang OSIS, saat ini aku sedang menghadap Tatsumiya.

Dengan penampilan yang sama seperti biasanya, dia menyeduhkanku secangkir teh.

“Silahkan dimimun... Jangan khawatir, ini tidak mengandung racun kok.”

Dibilangi seperti itu, dia malah membuatku jadi merasa gelisah. Kemudian, dengan tawa ramah, aku mengatakan, “Terima kasih”, dan menerima cangkir teh itu.

Tatsumiya menyesap tehnya sendiri, dan kemudian...,

“Jadi..., dari sejak apa kau mendengarkannya?” Tanyanya, dengan suara yang tegas.

Tampaknya tidak ada gunanya untuk berbohong di sini, jadi kuputuskan untuk menjawabnya dengan jujur.

“Sejak kau menggumamkan kekesalan yang tak terkatakan, menginjak-nginjak lantai, berguling-guling di lantai, dan memukul-mukul lantai.”

Mendangar itu, Tatsumiya...,

“Uuuh…”

Dia mengerang dan menutupi wajahnya dengan tangannya. Tentu saja, wajahnya sekarang pasti memerah karena telinganya pun tampak merah padam,

Setelah itu, Tatsumiya terdiam dalam beberapa saat.

Dia kemudian mengambil napas dalam-dalam, menjadi tenang, lalu kembali bertanya padaku.

“Kalau begitu..., erm, saat kau masuk ke ruangan tadi, apa kau mendengar apa yang kukatakan?”

Dia terlihat tenang, tapi kurasa dia masih merasa cemas dan malu.

Suaranya terdengar bergetar.

“Ya. Aku mendengarnya. Tentang perasaanmu terhadap Ik— “Waaaaaa!! Aku tidak percaya ini! Harusnya tuh di sini kau mengatakan [aku tidak mendengarnya] meskipun itu hanya kebohongan!?” ...Eh, ya. Aku tidak mendengarnya.”

Aku berkata tanpa ekspersi pada Tatsumiya, yang menyela kata-kataku.

“Apa menurutmu aku akan tertipu oleh kebohongan yang transparan seperti itu!?” Kata Tatsumiya, saat dia memancarkan ketidakpuasan.

Kata-katanya itu sangat tidak masuk akal sehingga aku jadi tidak bisa menahan tawaku.

Melihatku yang seperti ini, Tatsumiya jadi semakin kesal, jadi kuputuskan untuk kembali berbicara padanya.

“Yah..., jangan khawatir.”

“Apa maaksudmu?” Tanyanya, sambil memberikan tatapan penasaran.

“Aku sudah lama menyadari kalau kau menyukai Ike, tau.”

Mendengar kata-kataku, sontak kelopak mata Tatsumiya terbuka lebar. Lalu, dengan kesan yang seperti merasa kewalahan, dia berseru...,

“......Eeh?”

“Hanya dari melihatmu saja aku bisa mengetahuinya.... Tidak, maaf. Sebaliknya, apa kau benar-benar berpikir kalau aku tidak akan menyadarinya?” Tanyaku pada Tatsumiya, yang memiliki ekspresi terkejut di wajahnya.

Sontak wajahnya menjadi pucat, dan kemudian...,

“Eee... kalau begitu, jika Tomoki-san saja menyadarinya, apa itu berrati Ketua juga sudah menyadari perasaanku terhadapnya...?” Katanya, dengan ekspresi yang masih sama pucatnya.

Tampaknya, dia benar-benar berpikir bahwa tidak akan ada yang menyadari perasaannya itu.

Melihatnya seperti itu, aku mencoba untuk meyakinkan Tatsumiya.

“Tidak, Ike sangat tidak pekaan terhadap perasaan romantis yang ditujukan kepadanya, jadi dia mungkin tidak menyadarinya.”

Terhadap perkataanku, Tatsumiya tampak merasa lega, namun juga menampilkan ekspresi yang rumit di wajahnya.

Lalu, dia mengalihkan pandangan yang tidak puas ke arahku, dan bergumam.

“...Tapi tetap saja, aku tidak terima dengan hal ini. Itu adalah dosa yang besar untuk mengetahui perasaanku tanpa izinku.”

“Kupikir kau harusnya menyembunyikan perasaanmu dengan lebih kalau kau tidak ingin ada orang yang mengetahuinya.”

Terhadap Tatsumiya yang lagi jatuh cinta, aku memberitahukannya apa yang kupikirkan dengan sungguh-sungguh.

Tapi, mengabaikan kata-kataku, dia terus berbicara.

“Tapi yah, karena kau sudah mengatahuinya, maka apa boleh buat... Ya, itu benar...”

Dengan ekspresi serius dan tatapan basah yang tertuju kepadaku, dia mulai membuka mulutnya.

☆☆☆

“Aku telah jatuh cinta.”

“......Ya, aku sudah tahu itu,”

Aku menanggapi kata-kata Tatsumiya dengan anggukan.

“...Kalau begitu, Tomoki-san, kau sudah tahu kan..., tentang apa yang sebenarnya ingin kukatakan?”

“Ya, aku tahu.”

“Jika demikian…, bisakah kau membantuku supaya bisa berpacaran dengan Ketua?”

“Aku tidak tahu apa yang bisa kulakukan untukmu, tapi aku janji, aku akan membantumu.”

Tatsumiya telah memendam perasaannya sendiri sampai dia menjadi seperti orang tolol. Dan sebagian besar dari apa yang membuatnya jadi seperti itu adalah karena keberadaanku. Jika demikian, aku tidak tahu apa yang bisa kulakukan untuknya, tapi..., untuk saat ini aku ingin membantunya.

Setelah mendengarkan kata-kataku, dia jadi terlihat lega, lalu dia lanjut berbicara dengan ekspresi penuh kasih sayang di wajahnya.

“Sejujurnya, jika aku ingin membuat Ketua klepek-klepek dan berjanji untuk mencintaiku seumur hidup dengan menggunakan usahaku sendiri, itu akan menjadi suatu perjalanan yang sulit. Namun, jika kau memang ingin bersikeras untuk membantuku, aku tidak keberatan loh menerima bantuanmu. Tapi yah, karena sudah begini, kurasa hanya masalah waktu saja sampai Ketua akan memelukku dengan lenganya dan membisikkan kata-kata cinta di telingaku. Sesuatu seperti itu, gimana aku harus mengataknnya, indah sekali, bukan? ...Oh, tapi tentu saja, tindakan-tindakan yang sudah melewati batas jelas tidak boleh..., tapi, bagaimana jika Ketua benar-benar menginginkannya...? Tapi yah, biasanya karena seseorang tidak bisa mendapatkan sesuatulah orang itu jadi sangat menginginkan sesuatu itu. Dan yah, menurutku pemikiran-pemikiran jahanam yang melenceng tuh perlu disingkirkan, tapi..., sebagai referensi, bagaimana menurutmu, Tomoki-san?”

Dia bergumam dengan sangat cepat sampai-sampai aku tidak tidak menangkap apa yang baru saja dia katakan.

“Nah..., tentang itu...!”

☆☆☆

“Nah..., tentang itu...!”

Sembari aku menjawab seperti itu..., Njir, dia ini merepotkan sekali.  pikirku layaknya apa yang akan orang lain pikirkan secara normal.

Aku tidak tahu apa yang bisa kulakukan untuknya, atau lebih tepatnya, kayaknya tidak ada yang bisa kulakukan. Nah, sekarang aku jadi cemas tentang apa yang akan dia minta untuk kulakukan terhadapnya.

Aku jadi terkesan menyedihkan, tapi saat aku melihat senyum polos dan jahat yang ditampilkan Tatsumiya, tulung punggung langsung bergidik.

......Maksudku, akan lebih baik jika masalah ini tetap disembunyikan dan tidak diumbar begitu saja.

Melihat wajahnya yang tersenyum itu, aku bertanya-tanya, apa aku bisa untuk berpura-pura tidak mendengarkan semua yang dia katakan?




close