Maou Gakuin no Futekigousha Volume 4 - Bab 1

Bab 1
Pertempuran Damai


Pandai besi – Penilai “Angin Matahari”.

Setelah menghentikan perang antara Dilhade dan Azeshion, aku pulang dan menyantap makan malam yang telah dimasak ibuku.

Ray, Misha, Sasha dan Eleonor juga bersama kami.

“Syukurlah. Saat Azeshion dan Dilhade berperang, itu bertepatan dengan Anos-chan dan teman-temannya pergi ke Gairadite untuk pertukaran siswa/i akademi. Ibu benar-benar cemas dan khawatir...kalau mungkin kalian terlibat dalam perang...”

Ibu meneteskan air mata. Kupikir dia terus-terusan menangis, itu terlihat dari matanya yang merah.

“Lihat, kan sudah kubilang tidak usah khawatir. Anos tidak akan melakukan apapun yang akan membuat kita khawatir.” kata Ayah.

“Un, itu benar. Kita yakin Anos-chan pasti akan kembali dengan selamat...”

Ibuku menangis lagi. Ayah hanya tesenyum, dengan wajah yang seolah mengatakan ‘yah mau bagaimana lagi’.

“Oh ya, kau dimana saat perang terjadi? Kau tidak mungkin untuk berada di Akademi Pahlawan, kan. Apa kau bersembunyi di suatu tempat? Ataukah karena ini adalah Anos, kau kembali sendiri kesini?”

Fumu. Seperti yang diharapkan, Ayah benar-benar paham.

“Aku berada di Hutan Tohra beberapa waktu lalu.”

“Begitukah. Di Hutan Tohra......hm....?”

Ayah terdiam dan keraguan tampak di wajahnya.

“Hutan Tohra ya, kalau tidak salah tempat itu adalah perbatasan antara Azeshion dan Dilhade...”

“Ya, siaran sihir menyebutkannya...tempat itu menjadi garis depan...”

Ibuku menatapku dengan tatapan penuh kekhawatiran.

“Ayah, Ibu. Aku ingin kalian berdua mendengarkan ini dengan tenang.”

Sekarang adalah waktu yang paling tepat. Aku pun membuka cerita ini dengan tenang.

“Ya, uh-uh! Ibu selalu tenang!!”

Ibu mengangguk beberapa kali dengan momentum yang luar biasa. Dia sama sekali tidak terlihat tenang.

“Oh, oooh! Bahkan ayah selalu bersikap tenang sampai sekarang!”

Melihat ayahku, dia sangat gemetar sampai-sampai aku bingung, dia kesal apa gimana.

“Fumu. Mungkin kita harus membiarkan kalian berdua tenang lebih dulu. Kalau tidak, maka kalian tidak bisa menerima kenyataan.”

“Yah, ibu tidak apa-apa, aku baik-baik saja.” kata ibu seolah menegaskan bawa dia sudah sepenuhnya siap. “Ibu sekarang mengerti.”

“Mengerti apa?”

“Mengerti kalau Anos-chan bukanlah anak biasa.”

Begitu ya. Yah, dalam waktu sesingkat ini banyak hal yang telah terjadi. Seperti yang diharapkan, ibuku pasti akan menyadari.

“...Kenapa Anos-chan ingin pergi ke Dilhade dan kenapa dia ingin menghadiri Akademi Raja Iblis? Kenapa dia bisa menyebut namanya sendiri saat dia baru lahir? Aku yakin itu sama sekali bukanlah kebetulan.” kata Ibu seolah ingin meyakinkan dirinya sendiri. “Karena itulah, tidak apa-apa. Katakan apa saja. Ibu sudah siap.”

Seorang ibu memang hebat. Sekalipun dia tidak tahu apa-apa, tapi dia tetap berusaha mengawasiku kemanapun aku berada.

“Kalau begitu aku akan mengatakannya.”

“Um.”

“Meski begitu, itu tidak terlalu penting. Pertama-tama, di mana dan apa yang  kulakukan sebelumnya?”

Ibu menatapku, matanya terlihat seperti dia akan menerima segalanya. Untuk saat ini, dia tidak akan goyah dengan fakta apa pun.

“Aku telah menghentikan perang.”

Ibuku langsung jatuh.

“Oiii, Isabella. Apa kau baik-baik saja?”

Ayah segera menopangnya dan dengan bersusah payah memanggil ibu yang tidak sadarkan diri.

“Ah...ya...itu? Apa yang terjadi padaku? Anos-chan mengatakan sesuatu yang penting, lalu...kemudian...?” kata ibu yang seolah dia kehilangan ingatannya. “Tapi aku merasa seperti mengalami mimpi buruk. Mimpi dimana Anos-chan pergi berperang...Anos-chan bahkan belum berusia tiga bulan, tidak mungkin kan itu terjadi...”

Sepertinya ibu belum bisa menerima kenyataan. Apa membicarakan perang terlebih dahulu adalah ide yang buruk?

“Mari kita ubah topiknya. Kupikir ibu dan ayah telah tinggal di Dilhade untuk sementara waktu dan telah belajar mengenai Iblis. Bahkan tentang perang dua ribu tahun yang lalu.”

Mendengar itu, ibu mengangguk dengan wajah serius.

“Aku adalah Raja Iblis Tirani yang bereinkarnasi.”

Ibu jatuh lagi.

“Oiii, pingsan lagi. Isabella, kau baik-baik saja? Whoa, tunggu dulu, lukanya dangkal.”

Ayah, disini tidak ada yang terluka.

“...Aku baru saja bermimpi...” kata Ibu dengan linglung saat dia sadar kembali. “Dalam mimpi itu, Anos-chan adalah Raja Iblis Tirani... Orang yang memulai perang antara Dilhade dan Azeshion... Semua orang membawa dan menghukum Anos-chan sebagai penjahat perang...”

Tak disangka ibu seterkejut ini sampai-sampai ia kehilangan kesadaran dan merusak ingatannya sendiri.

“Apa lagi sekarang? Apa Evans Mana-nya telah memotong takdir?” kata Sasha dan menyeringai.

“Jangan mengatakan itu sambil melihatku, aku tidak tahu apa-apa.” Ray tersenyum pahit.

“Loh kan, karena pahlawan pandai berbicara. Mengapa kau tidak melakukan sesuatu terhadap kata itu dengan Evans Mana?”

“Bagi mereka yang benar-benar suci, Evans Mana tidak akan berpengaruh. Kau sendiri kenapa tidak mencoba menggunakan Mata Iblis Penghancur?”

“Sayangnya, aku sudah mencobanya.”

Bawahanku sudah mengibarkan bendera putih. Aku tidah menyangka kalau hati Ray dan lainnya yang tidak hancur selama perang bisa frustasi dalam sekejap. Kebuntuan ini bahkan tidak terjadi 2000 tahun yang lalu.

Oke, Apa yang harus dilakukan sekarang?

“Aku tahu apa yang Anos-chan coba katakan.”

Apa?

Selagi aku berpikir tentang bagaimana menangani ini, ibuku segera memotong pembicaraan--

“Ada seorang gadis baru.”

Tatapan ibuku tertuju pada Eleonor.

“Hmm?”

Eleonor melihat sekeliling dan menyadari bahwa tatapan ibu tertuju padanya.

“Wah. Mungkinkah itu tentang aku?”

Ibuku mengangguk sambil tersenyum. Ini buruk, dia sepenuhnya memimpin situasi.

“Bu, yang ingin kukatakan masih belum--”

“Eleonor-chan, apa yang Anos-chan katakan untuk membawamu ke sini?” tanya Ibu dengan mata yang dipenuhi rasa ingin tahu.

“Um, ada banyak hal.”

“Banyak hal...!?”

Khayalan ibuku sepertinya meluas.

“Misalnya? Misalnya apa yang dia katakan?”

“Dia bilang ‘Kau adalah sihirku sekarang’.”

“Tidak, tidak, tidak, skill menggoda Anos-chan meningkat lagi!!”

Ibuku berteriak. Sebaliknya, ayah justru gemetar dan gugup saat melihatku.

“Anos...k-k-kau...sejak kapan kau semeningkat itu...!”

Ibu mencondongkan tubuhnya ke atas meja dan bertanya pada Eleonor.

“Terus, apa lagi!? Apa lagi yang dia katakan!?”

“Yah, sederhananya, dia bilang ‘Aku akan membuat semua orang disini bahagia’, dan aku tahu kalau Anos serius, jadi aku memutuskan untuk mengikutinya.”

Ayah tersentak dan berbalik untuk melihat ibu.

“‘Semuanya disini’, yang artinya...?” kata ibu dengan tatapan kosong. “......anak haram......!?”

Bukan, ada alasan--

“K-Kau punya berapa anak!?”

“Eh, apa maksudmu Zeshia? Jumlahnya sekitar sepuluh ribu orang, kan?”

“Eeeeeeeeeeeeeeeeh!?”

“Sepuluh ribu katamuuuuu!!!!”

Ayah dan ibu berteriak, cerita ini sudah mengarah ke arah yang berbeda.

“Ta-tapi, bukankah sepuluh ribu anak itu agak aneh? Itu bukan buatan Anos-chan, kan?”

“Eh bujug! Sepulu ribu! Kalau setiap sepuluh kali mantap-mantap jadinya satu, berarti kau bermantap-mantap seratus ribu kali...!? Pengalaman seperti itu benar-benar...” Ayah mengepalkan tinjunya dan menggertakkan giginya. “Aku tidak iri padamu...”

Fumu. Bagaimanapaun kau pasti akan menyadarinya. Tidaklah normal untuk membuat 10.000 anak dalam waktu sesingkat itu. Dengan kata lain, ini adalah produk sihir.

“Kupikir aku akan membicarakan ini nanti, tapi aku tidak akan membuat alasan. Itu tanggung jawabku. Aku akan mengurus mereka semua.”

“...Mengakui...!?” Ayah bergumam di sampingku. “Kau...kau memang laki-laki, Anos...”

“Aku hanya menebus kesalahan yang kubuat.”

“...Kesalahan...Anos-chan...Kesalahan...padahal kau bahkan belum tiga bulan...”

Ibu menggoyangkan kepalanya, terhuyung-huyung.

“...Nah, apa yang akan kau lakukan Eleonor-chan? Kau mau Anos-chan bertanggung jawab dan menikahimu, kan?”

“Eh? Tanggung jawab? Hihihi, aku tidak butuh itu. Mungkin kalian berdua salah paham, tapi kami tidak memiliki hubungan seperti itu. Anos hanya membantuku dengan ramah.”

“...samping...kamar...!?” [`......-Gawa......-shitsu ~tsu......!?' | Mungkin salah dengar pas Eleonor bilang ‘ga yasashiku’]

Setelah mengucapkan beberapa kata, ibu jatuh untuk yang ketiga kalinya.

“Oiiii...!!”

Ayah segera menopang ibu yang akan jatuh dari kursinya.

“Astaga, sungguh merepotkan. Yah, perang dan sebagainya membuat tegang. Untuk sekarang biarkan saja dia tidur.”

Memeluk ibu, ayah meninggalkan ruang tamu.

“Biar kubantu.” Kataku saat segera mengikuti Ayah.

“Tidak, tidak apa. Aku tahu kau telah mengalami banyak hal. Beristirahatlah.”

“Baiklah.” saat aku hendak berbalik, ayahku masih menatapku. “Ada apa, Ayah?”

“Oh, tidak...yah, ibumu terus gelisah dan terikat pada gagasan kalau kau terlibat dalam perang. Mungkin ibumu mengatakan sesuatu yang lebih aneh dari biasanya hari ini, tapi besok dia akan kembali seperti ibumu yang biasanya.”

“Begitukah?”

Ibuku memang selalu seperti itu, kurasa.

Namun--

“Dengan kata lain, apa itu berarti ayah mengerti?”

“Maksudmu mengenai kau yang adalah Raja Iblis Tirani dan menghentikan perang?”

Aku mengangguk.

“Anos.” seru Ayah dengan ekspresi serius yang berbeda dari biasanya. “Aku belum memberitahumu. Tapi ada sesuatu yang ayah sembunyikan selama ini.”

“Apa itu?”

Ayah merenung sejenak. Mata yang menatapku, entah bagaimana seperti ada sesuatu yang berbeda dari ayah yang biasanya.

“...Aku juga seorang pejuang dari dua ribut tahun yang lalu...”

Apa?

Ayah adalah orang yang bereinkarnasi...?

Tapi aku tidak bisa meraskan kekuatan sihir saat aku menghadapinya dari depan seperti ini. Dengan kata lain, apa ayah pernah dan masih menggunakan sihir penyembunyian yang bahkan mata iblisku tidak bisa melihat ke dalam jurang kekuatan sihir itu?

Kalau ayah aktif saat itu, ayah harusnya tidak akan menjadi nama yang tidak kuketahui.

Sulit dipercaya, tapi Ray memanglah Kanon. Tidak ada yang tidak mungkin.

“Siapa nama ayah di dua ribut tahun yang lalu?”

Ayah menjawab dengann wajah yang menjadi gelap.

“Kaisar Pedang Pembunuh, Gardera Hypto”

Aku tidak tahu.

“Apa kau tahu disebut apa itu di Azeshion?”

Ayah mengatannya dengan bangga.

“Itu Chunibiyou.”



Post a Comment

Previous Post Next Post