Maou Gakuin no Futekigousha Volume 4 - Bab 2

Bab 2
Untuk Kemenangan


Pada akhirnya, aku masih belum bisa menyapampaikan kebenaran itu pada Ayah dan Ibu .

Memang benar, seperti yang ayahku katakan, mereka sangat khawatir kalau misalnya aku terjebak dalam perang, itulah mengapa moral mereka mereka berdua didorong sampai seekstrim ini.

Sekarang biarkan saja dulu, mereka pasti akan mendengarkan apa yang akan kutakan saat mereka sudah tenang. Sangat mudah untuk meyakinkan ayahmu selama kau mengatakan yang sebenarnya pada ibumu.

Tidak perlu terburu-buru. Santai saja dan tunggu kesempatan lain untuk mengatakannya.

“Terus, apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanya Sasha.

“Pertama, aku mau menghabiskan gratin jamur sebelum itu menjadi dingin.”

“Kau ini......”

Sasha menataku dengan tercengang. Sedangkan Misha sedang menaruh gratin jamur dari piring besar ke piring kecil.

“Apa ini cukup?” tanya Misha.

“Itu sempurna”

Aku menerima sepiring kecil dari Misha dan memakan gratin jamur yang disajikan diatasnya.

“Fumu. Setelah menghentikan perang, memang ini yang terbaik untuk dimakan.”

Misha menundukan kepalanya seoalah dia sedang berkonsentrasi akan sesuatu.

“Jangan katakan hal-hal yang membuatnya terlihat seolah itu terjadi setiap hari”

Sasha mengatakan itu dan seolah sependapat dengannya, Misha menganggukan kepalanya.

“Loh? Ngomong-ngomong, apa kau punya sake?” seru Eleonor saat melihat ke sekeliling meja. “Di saat-saat seperti ini, harus ada sake untuk merayakan kemenangan ini, kan?”

“Sayangnya, ayah maupun ibuku tidak minum alkohol, jadi kami tidak memiliki sake dirumah.”

“Wow. Itu gaya hidup yang sehat. Kalau begitu,”  Eleonor membentuk lingkaran sihir dan mengeluarkan 3 botol sake dari sana. “Ta-da! Sake St. Dimira, ini spesialisasinya Gairadite. Enak loh!”

“Heh, kau cukup pandai.”

Mata Sasha berbinar, dia terlihat seperti menginginkan itu.

“Kalau begitu aku akan menuangkan yang banyak untuk Sasha-chan.”  ujar Eleonor dan kemudian menuangkan sake St. Dimira ke dalam cangkir Sasha. 

“Siapa lagi yang mau?” sambil mengatakan itu, Eleonor menuangkan sake ke cangkir semua orang satu demi satu. “Kalau begitu, haruskah kita bersulang?”

Kami sekarang masing-masing memiliki secangkir sake bersama kami.

“...Bersulang.”

“Hanya kau yang paling cocok.”

“Itu benar.”  

Mengangkat cangkirku, aku berkata, “Berkat kerja keras semua orang, kita berhasil menghentikan perang antara Dilhade dan Azeshion. Meski masih ada beberapa masalah merepotkan untuk ditangani, tapi untuk saat ini, kita kesampingkan itu sejenak dan nikmati kemenangan kita. Untuk kemenangan pasukan Raja Iblis-.” Semua orang tersenyum dan menatapku. “Bersulang!”

““““Bersulang!!!”““

Aku langsung meneguk seluruh sake St. Dimaria yang ada dalam cangkir di tanganku. Ini enak. Sake yang dibuat di masa damai memang enak, rasanya luar biasa.

“Anos-kun, apa tidak masalah meminumnya dalam satu tarikan napas sepert itu? Sake St. Dimira lumayan kuat loh.”

“Gak masalah. Ukuran ini tidak berbeda seperti minum air. “

“Wow, luar biasa. Kalau gitu, bagaimana dengan secangkir lagi?”

“Iya, tuangkan itu.”

Sake St. Dimira kembali dituangkan kedalam cangkirku.

“Hei, Anos. Jangan mabuk disaat seperti ini.” kata Sasha yang menggengam tanganku dengan wajahnya yang memerah. Dan untuk beberapa alasan, suaranya agak serak.

“Kau sendiri Sasha, apa kau sudah mabuk?”

“Sayangnya, Aku adalah penyihir kehancuran. Aku tidak bisa kalah dari alkohol.”  mengatakan itu, Sasha mendekati Eleonor. “Nee, apa kau punya minuman yang lain?”

“Kalau itu dari buah, maka ada.” kata Eleonor.

“Apa anggur ada?”

Eleonor membentuk formasi sihir dan mengeluarkan sebotol anggur dari sana. Aku penasaran, kenapa dia membawa begitu banyak minuman keras bersamanya.

“Anos lihat! Sekarang akan kubuktikan padamu kalau aku sama sekali tidak akan mabuk.”

Mengatakan itu dengan keras, Sasha mengambil dan memegang botol anggur dan botol sake St. Dimira di tangannya.

“Ini adalah seni rahasia Necron, sihir fusi, Koktail (Anggur Suci)!”

Bukankah itu benar-benar mabuk namanya?

Tidak peduli seberapa kuatnya alkohol di sake St. Dimira, sungguh mengejutkan untuk menjadi mabuk hanya dalam sekali teguk. Meskipun begitu, Sasha meletakkan mulutnya di atas cangkir untuk segera meminum Koktail yang baru saja dibuatnya.

“Sudah, cukup.”

Aku mengambil cangkir minuman yang dipegang Sasha.

“Aah, apa yang kau lakukan? Apa kau mau mengatakan kalau aku mabuk?”

“Dilihat dari manapun, kau jelas mabuk Sasha.”

“Aku tidak mabuk! Beneran! Aku akan menunjukkan sihir fusi padamu.”

Kau biasanya tidak berbicara seperti itu, kan?

“Aku tidak mabuk!”

“Baiklah, oke. Ini kelihatan enak. Bolehkah aku meminumnya juga?”

“Hmm? Begitukah? Kalu Anos menginginkannya, aku akan memberikannya kepadamu.”

Berpikir bahwa itu adalah masalah, aku meminum Koktail yang dia buat.

“............”

Rasanya buruk. Anggur seburuk ini bahkan tidak pernah kurasakan 2000 tahun yang lalu. Kedua minuman ini benar-benar tidak boleh di campur.

“Aku akan menunjukkan seni rahasia Necron lagi padamu!” kata Sasha dan menuangkan St. Dimira dan anggur ke dalam satu cangkir lagi.

“Sasha, apa yang akan kau lakukan?”

“Nnn, aku hanya mau mencoba membuat Anos mabuk.”

Saat mengatakan itu, Sasha membawa secangkir Koktail ke mulutnya.

“Jangan melakukan hal-hal yang keluar konteks.”

Aku kembali mengambil cangkir dari tangan Sasha.

“Ugh...Anos tidak mengizinkan aku minum alkohol...” kata Sasha sembari merajuk.

“Sungguh merepotkan.”

Saat itu, segelas air dengan lembut diberikan ke tanganku.

Itu dari Misha.

“Hei Sasha, cobalah sake ini.”

Aku memberikan segelas air kepada Sasha, dia meraihnya dengan kedua tangan dan menatapnya.

“Entah bagaimana minuman ini terlihat seperti air.”

Karena itu memang air.

“Itu sangat enak.” kataku.

“Begitukah?”  Sasha meminum sekitar setengah dari air di cangkir dan memiringkan kepalanya. “...Ini seperti air...”

“Minumlah perlahan dan cicipi rasanya dengan lembut. Ini sake yang enak. Kalau kau tidak tahu seperti apa rasanya, itu artinya kau terlalu mabuk untuk bisa mengetahui seperti apa rasanya.”

Sasha dengan patuh melakukan apa yang kukatan, dia meminum air sambil mencicipinya. Setelah itu, dia mengangguk seolah dia telah mengerti sesuatu.

“Wow. Kau benar. Ini minuman yang enak. Apa nama minuman ini?”

Itu air.

“Itu disebut Sake Raja Iblis. Ini bukan sake yang bisa kau cicipi dengan mudah.”

“Aku menyukainya.”

Sasha menyempatkan diri untuk minum sambil mencicipi air itu seolah-olah dia sedang meminum sake yang enak.

“...Sasha adalah pemabuk.” kata Misha.

“Sepertinya begitu.”

Dia memegang cangkir dan meminum air itu dengan kedua tangannya.

“Apa Misha baik-baik saja?”

“Aku menggunakan sihir Ys (Detoksifikasi ).”

Begitu ya. Sake itu seperti racun. Kau bisa mengeluarkannya kalau kau mau melakukannya.

“Hei, Misha-chan, jangan lakukan itu. Apanya yang menyenangkan kalau minum alkohol tapi menggunakan sihir detoksifikasi.” seru Eleonor yang berbicara dengan sikap menegur.

Melihat itu, Misha mengedipkan matanya karena kebingungan.

“Sake bikin tubuh lembut.”

“Tidak apa-apa. Ini akan menjadi lembut dan cantik.”

Misha menoleh untuk melihatku dan bertanya “...Benarkah?”

“Ini pertama kalinya aku mendengar itu.” jawabku.

“Hei, Anos-kun. Kau harus memberi tahunya bahwa itu akan cantik.” Kata Eleonor.

“Saat minum-minum dan mabuk, ketika tiba-tiba terjadi sesuatu akan sangat sulit untuk diatasi. Kalau memang lemah terhadap alkohol lebih baik jangan terlalu memaksakan diri. Aku tidak tahu apakah itu akan mejadi seorang yang cantik atau tidak, sekalipun begitu, yakali kan cantik tapi karena pengaruh sake.”

“Wow, kau sangat membosankan-. Pernyataan Raja Iblis barusan ditolak.”

Eleonor menyeringai. Meskipun tidak banyak yang berubah darinya, tapi kupikir dia sebenarnya mabuk juga.

“Lihat, Misha-chan. Ini hari yang damai, jadi tidak masalah untuk mabuk. Anos-kun tidak terbiasa dengan hari yang damai, jadi kita harus mengajarinya dengan baik.”

Misha menatapku sejenak dan kemudian mengalihkan pandangannya kembali ke Eleonor.

“...Aku akan mencobanya...” mengatakan itu, Misha mulai meminum sake St. Dimira.

Karena kali ini dia tidak menggunakan sihir detoksifikasi, wajahnya perlahan memerah.

“...Anos,”

“Apa kau baik-baik saja?”

Misha mengangguk. “Udah damai?”

“Apa yang kau bicarakan?”

Misha menunjuk dirinya sendiri.

“Aku?” tanyaku.

Sepertinya dia mabuk.

“Pusing,”

“Ingatlah untuk minum secukupnya saja.”

“...Um...”

Seolah-olah mengikuti apa yang kukatakan, Misha menyesap sisa sakenya sedikit demi sedikit.

“Misha, apa yang kau minum? Apa itu enak?” tanya Sasha yang melangkah maju sembari terhuyung-huyung.

“Ini enak.”

“Apa sake itu juga tersedia untukku?” tanya Sasha.

Misha berbalik menatapku dan bertanya padaku dengan tatapannya.

“Biarkan Sasha meminum sake Raja Iblis.” kataku.

“...Um...”

Sebagai tanggapan, Misha memberikan Sasha segelas air.

“Ini untuk Sasha.”

“Ah, ternyata sake Raja Iblis masih ada. Terima kasih.”

Sasha meminum air itu dan terlihat sangat menikmatinya.

Di sisi lain, Ray sendiri sudah mengosongkan sebotol sake St. Dimira.

“Kau tidak terlihat seperti baru minum, apa kau tidak bisa minum alkohol?” tanya Ray yang melihat cangkir sake Misa tidak berkurang isinya.

“Ahhh, entahlah. Saat aku masih kecil, aku tidak sengaja meminum secangkir alkohol dan merasa sangat tidak nyaman setelah itu, jadi aku berusaha untuk menghindari meminumnya sejak saat itu...” kata Misa.

“Kalu begitu jangan memaksakan dirimu terlalu keras.” kata Ray dan mengosongkan cangkirnya.

“Ah, apa kau ingin aku menuangkannya untukmu?” seru Misa dan mengambil sebotol sake St. Dimira di atas meja dan menuangkannya untuk Ray. “Apa Ray-san suka minum alkohol?”

“Tidak juga, itu hanya memberiku perasan nostalgia. Di masa lalu aku meminum minuman beralkohol ketika aku sulit tidur.”

Kemudian, eksptersi Misa tiba-tiba menjadi gelap. Dia menurunkan wajahnya dan mengigit bibirnya, terlihat seolah ingin mengatakan sesuatu.

Seoalah mengerti apa yang Misa pikirkan, Ray tidak membuka mulutnya. Setelah beberapa detik berada dalam situasi hening, dia mengambil keputusan dan mulai berbicara.

“Misa-san.”

Saat itu juga, Misa menganmbil cangkir sakenya dan meminumnya sampai habis. Melihat itu, Ray tercengang sejenak.

“...Um, apa kau tidak apa-apa minum sebanyak itu sekaligus...?”

Begitu Ray mengatakannya dengan rasa cemas, Misa berdiri dengan penuh semangat.

Wajahnya menjadi pucat.

“...Maaf, hanya...sudah kuduga, aku tidak bisa minum sake...”

Setelah mengatakan itu, Misa menutup mulutnya dengan kedua tangannya dan berlari keluar rumah.



Post a Comment

Previous Post Next Post