Maou Gakuin no Futekigousha Volume 4 - Bab 3

Bab 3
Berkat Sinar Bulan


“Aku akan melihatnya.”

Mengatakan itu, Ray bergegas keluar rumah dan mengejar Misha.

“Apa ini baik-baik saja?”

“Selow, sake ini tidak seberapa untukku. Tidak masalah.”

“Nee~, Anos, ada apa dengan Misa?” Sasha bertanya padaku dengan segelas sake Raja Iblis di tangannya.

“Dia hanya tidak kuat dengan sake. Ray sudah pergi untuk melihatnya, jadi tidak apa-apa.”

Sasha meneguk Sake Raja Iblis.

“Aku khawatir. Haruskah aku pergi dan melihat apa yang terjadi?”

Dia masih mabuk.

“Ray baru saja pergi, jangan khawatir.”

“Hei, Misha. Kau khawatir, kan?”

Sasha menempel erat pada Misha.

“...Aku lebih mengkhawatirkan Sasha...”

Misha juga mabuk, tapi sepertinya dia lebih waras dari Sasha.

“Aku masih tetap khawatir, aku akan pergi untuk melihatnya.”

Sepertinya dia benar-benar tidak mau mendengarkan siapapun, selepas mengatakan itu Sasha menuju ke pintu.

“Tunggu. Kau mau kemana dengan kondisimu yang seperti itu?”

“Tidak apa-apa. Aku tidak terlalu mabuk.”

Plak - Dengan keras, kepala Sasha terbentur dengan pintu.

“...Sakiiit...” Sasha berjongkok dan memegangi kepalanya. Dan setelah beberapa saat, rasa sakitnya mereda dan dia segera berdiri. “Aku akan segera kembali.”

Ada suara berderak. Sasha tidak bisa membuka pintu.

“Hah? Mengapa sangat sulit untuk membukanya?”

“Sasha, pintunya tidak akan terbuka kecuali kau memutar kenopnya.”

“Ah~......”

Wajah Sasha menjadi semakin merah karena malu.

“Anos, kau mengira aku mabuk, kan?”

“Kalau kau yang saat ini tidak disebut mabuk, maka di dunia ini mabuk itu tidak ada.”

“Bagian mananya dari dirku yang mabuk?”

“Kalau begitu, cobalah berjalan lurus.”

“Oke. Itu bukan apa-apa. Lihat!”

Sasha berjalan begitu lurus sampai-sampai membuatku bertanya kemana langkahnya yang terhuyung-huyung tadi menghilang.

Tapi saat itu, dia membenturkan kepalanya ke pintu lagi dan meringis.

Aku pikir dia akan mengerti, tapi dia berdiri dan tersenyum dengan anggun seolah-olah tidak ada yang terjadi.

“Apa kau sudah mengerti?”

“Sasha-chan, kau benar-benar mabuk.”

Eleonor mendengus dengan suara tajam dan Misha mengangguk menanggapi itu.

“Uuu~...Apa-apaan sih? Semua orang memperlakukanku seolah aku mabuk. Cukup. Aku mengkhawatirkan Misa, jadi aku akan mencarinya sendiri.” Mengatakan itu Sasha berbalik ke arah pintu.

“Minggir. Apa kau berniat menghalangiku? Apa kau tidak mengkhawatirkan Misa?” Sasha sedang berbicara pada pintu dengan ekspresi serius di wajahnya. “Tetap saja, jangan diam kek pintu?”

Itu memang pintu.

“Katakan sesuatu~”

Pintu tidak bisa berbicara.

“Sadarkan Sasha?”

Misha memberi tahu itu padaku. Dia pasti mengacu pada sihir detoksifikasi.

“Tidak masalah, biarakan saja malam ini. Sangat jarang memiliki kesempatan untuk mabuk dalam suasana hati yang baik, jadi aku bahkan tidak menambahkan air. Angin malam akan membuatmu merasa sedikit lebih baik.”

Aku berdiri dan berjalan menuju Sasha.

“Sasha.”

Aku memanggilnya dan dia berbalik merengek dengan mata yang berkaca-kaca.

“Uuuu~~...Anos... Pria di depan pintu itu sangat keras kepala. Aku mengkhawatirkan Misa, tapi dia tidak mengizinkanku lewat...”

“Jangan khawatir. Serahkan padaku.”

Aku membuka pintu.

“Yay terbuka.”

Dia mengatakan itu dengan gembira dan bergegas keluar rumah dengan suasana hati yang baik.

“Jangan terburu-buru. Nanti kau jatuh.”

“Aku bukan anak kecil, bagaimana mungki aku-.”

Buuukk - Sasha terjatuh ke tanah.

Dia segera mengangkat wajahnya dan mengeluh dengan air mata.

“Uuuww~...Anos... Orang yang tergeletak di tanah itu tiba-tiba menyandungku.”

“Ada banyak musuh di luar. Jangan lepaskan tanganku.”

Aku mengulurkan tanganku pada Sasha yang masih tergeletak di tanah.

“Ya~”

Fufufu – sambil tertawa, Sasha meraih tanganku kemudian berdiri. Dan setelah itu, dia menggenggam tanganku dengan erat.

“Aku ingin tahu di mana Misa?”

“Ada di sana.”

Aku mengikuti jejak kekuatan sihir Misa, dia sekarang ada di taman rumahku.

Seperti biasa, dia sedang duduk di akar pohon, dengan Ray yang berdiri di sampingnya.

“Apa kau sudah tenang?” tanya Ray.

“...Ya, maaf, aku tidak bermaksud untuk mengejutkanmu... Lagipula, sepertinya fisikku tidak cocok minum seperti ini... Aku sudah memperkirakan itu, tapi tetap saja... Ahahaha...” Misa tertawa tanpa kekuatan. “Tapi, barusan, aku benar-benar ingin minum.”

Dia memeluk lututnya sendiri saat mengatakan itu. Matanya menatap lurus ke tanah.

“...Tentang kehidupan sebelumnya, dua ribu tahun yang lalu...” Misa menunduk dan membenamkan wajahnya ke lututnya. “Ray-san masih mengingatnya.”

Setelah hening sejenak, Ray membuka mulutnya.

“Maaf, aku berbohong padamu.”

“...Aku sangat senang ketika Ray-san memberiku setengah dari kalung itu...” Misa mengambil kalung kerang yang dikenakan di lehernya. “Apa kau bisa mengatakan yang sebenarnya?”

“Maksudmu mengenai 2.000 tahun yang lalu?”

Misa menggelengkan kepalanya dari sisi ke sisi.

“Mengenai Ray-san, Sebagian besar aku sudah tahu, tapi aku masih ingin mendengarnya dari Ray-san sendiri.” Dia menatap cangkang di kalung itu. “...Aku tidak berpikir Ray-san akan mati...”

Ray mencoba mengatakan sesuatu, tapi dia menutup mulutnya.

“Saat itu, Ray-san sudah berencana untuk meninggalkanku, kan...?”

“......Ya, kau benar......”

Ray menatap langit malam sembari berpikir.

Bulan, bersembunyi di balik awan, memancarakan cahaya yang redup.

“Aku akan mati demi perdamaian. Aku adalah seorang pahlawan, dan aku harus menyelesaikan pertempuran yang telah berlangsung selama 2.000 tahun. Aku telah mengambil keputusan, dan aku tidak meninggalkan penyesalan. Tapi...” Ray mengepalkan tangannya. “Aku ingin bertemu denganmu lagi. Jika kita berdua akan terlahir kembali satu sama lain, maka aku ingin membuatmu bahagia saat itu.”

“...Ray-san...” Misa dengan sedih menatap Ray. “...Aku tidak membutuhkan kebahagiaan di kehidupanku selanjutnya...”

Dengan air mata yang membasahi matanya, Misa menatapnya.

“Kau tidak harus membuatku bahagia. Aku jatuh cinta dengan Ray-san dan aku hanya ingin berada disisimu. Apa pun itu...apa pun posisimu.” Misa berkata dengan mengeluh. “Mengapa kau tidak membawaku bersamamu?”

Ray kehilangan kata-kata. Dia tidak bisa berpaling dari mata yang menatap lurus kearahnya.

“...Kau tidak ada hubungannya dengan pertempuran 2.000 tahun yang lalu... Aku tidak bisa melibatkanmu dalam keadaanku sendiri...”

“...Bagaimana itu bisa disebut terlibat...”

Misah dengan jelas mengatakan.

“Karena jika aku memiliki nasib yang berat seperti Ray-san dan Anos-sama, apa kau akan akan mengatakan bahwa Ray-san tidak ada hubungannya denganku?”

Ray dengan lembut menggelengkan kepalanya.

“...Aku pasti akan membantumu” Dengan kemauan yang kuat, dia berkata. “Tidak peduli dimana pun kau berada atau apa pun yang kau lakukan, aku pasti akan membantumu.”

“Itu juga sama bagiku. Tentu saja, tidak seperti Ray-san, aku tidak memiliki kekuatan apa pun. Tapi jika kau adalah seorang pahlawan dari 2.000 tahun yang lalu dan kau ingin mati untuk pertempuran 2.000 tahun yang lalu, maka aku juga bisa membantumu dan bertarung bersamamu. “

“...kau bisa mati.”

Misa tersenyum cerah.

“Apa yang kau lakukan ketika seseorang yang kau cintai akan mati dan kau sendiri justru takut mati?”

Mata Ray membelalak karena terkejut.

“Yah...Mungkin akunya saja yang bodoh. Meskipun Ray-san akan mati, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa, aku tidak memiliki kekuatan atau kepercayaan untuk memberi tahumu tentang semuanya sampai setelah itu. Itu sedikit menyedihkan...”

Dia mengutarakan itu seolah-olah untuk menungkapkan rasa frustasinya.

“Ray-san. Menurutmu apa yang paling penting?”

“...Aku bisa tertawa dari lubuk hatiku, dan tidak terancam oleh siapapun atau apapun. Kebebasan sejati.”

“Kebebasanku adalah berada di sisi Ray-san.”

Mata yang dihuni kelembutan dan kekuatan menatap Ray.

“Tolong jangan mengambil kebebasanku lagi.”

Ray mengangguk.

“Aku berjanji.”

Misa tersenyum puas. 

“Apa kau ingin duduk?”

Dia menepuk tangannya di samping dirinya sendiri. Ray duduk dengan tenang.

“Kupikir kau marah padaku.”

“Aku? Tentu saja aku marah. Karena kau tidak memberi tahuku apa-apa.”

Misa mengatakannya dengan nada menggoda.

“Tapi apa yang diinginkan Ray-san, apa yang telah kau kerjakan dengan sangat keras, apa yang telah kau perjuangkan selama 2.000 tahun untuk mendapatkan perdamaian. Aku tidak berpikir kalau keinginan itu salah. Jadi satu-satunya hal yang membuatku marah adalah karena kau tidak memberi tahuku.”

“Maaf.”

“Oh, aku tidak lagi marah padamu, oke? Kau telah kembali dengan selamat.”

“Bagaimana jika aku tidak kembali?”

Misa berpikir sejenak dan kemudian menjawab.

“Maka aku aku akan menghajarmu sampai babak belur di kehidupan selanjutnya!”

Misa tertawa dan Ray terkekeh.

“Misa”

“Apa?”

Dia memanggilnya dan, terkejut, Misa memandang Ray dengan serius.

“Aku menyukaimu lebih dari yang sebelumnya.”

“Ah......”

Misa melihat ke bawah karena malu.

“Aku juga...aku selalu mencintai Ray-san...”

Ray dengan lembut meraih tangan Misa.

“Oh, bukankah dulu juga seperti ini?”

“Sebelum berperang?”

“Iya......”

Mata Rei dan Misa saling menatap.

“...Aku sedikit gugup tentang apa yang akan terjadi kali ini...”

“Tidak ada yang akan terjadi lagi.”

“Begitukah......?”

“Ingin aku membuktikannya?”

Misa mengangguk sedikit dan perlahan menutup matanya. Ujung jarinya bergerak dan keduanya mengikat jari mereka.

“Aku mencintaimu.”

“Aku juga mencintaimu.”

Dengan romantis, mereka saling berbisik bahwa mereka saling mencintai.

Perlahan kedua bayangan itu mendekat, dan bibir Ray tumpang tindih dengan bibir merahnya. Cahaya bulan bersinar melalui awan dan dengan lembut memberkati mereka.



Post a Comment

Previous Post Next Post