Maou Gakuin no Futekigousha Volume 4 - Bab 27

Bab 27
Peri Buku

“Lewat sini.”

Lina berjalan melalui gedung sekolah roh yang seperti labirin tanpa ragu-ragu.

Setelah itu, dia tiba-tiba bergegas menyuruh kami mengikutinya.

Di antara ingatan yang diingat berkat Ingatan Evi, sepertinya ada gedung sekolah roh ini.

Kami mengejar Lina, yang bergegas maju.

“Kemana kau pergi?”

“Ada tempat yang bagus untuk mempelajari roh. Mungkin Empat Raja Kejahatan juga belum menemukan tempat itu.”

Aku melihat persimpangan tiga arah di depanku.

Lina berbelok ke sana, seolah dia pernah ke sana sebelumnya.

Kemudian, di situlah dia berhenti

Aku menunggu sebentar, tapi dia tidak mulai bergerak.

Pandangan Lina tertuju pada patung batu yang ditempatkan di lorong.

Itu adalah katak humanoid yang mengenakan amor. Setengah bagian bawah perisai di tangannya telah terpotong.

“......Ini......?”

Dia bergumam dan meraih perisai yang terpotong lalu dengan lembut menyentuhkan ujung jarinya ke sana.

“Apa kau ingat sesuatu?”

Saat ditanya, dia perlahan menggelengkan kepalanya dari sisi ke sisi.

“...Umm. Aku tidak bisa mengingat apapun...”

Dia berguman dan kemudian menatap perisai pada patung batu itu lagi.

“Tapi ada sesuatu tentang itu, aku merasa seperti melewakannya. Aku mungkin pernah ke sini sebelumya. Aku harus melakukan sesuatu di sini...”

Lina merenung saat dia menyelam semakin dalam ke dalam ingatannya.

Karena dia tahu tentang sekolah roh ini, wajar jika dia pernah ke sini sebelumnya.

Ada kemungkinan jika seseorang menyentuh sesuatu yang memberi kesan, itu akan membawa kembali ingatanmu.

Biasanya sih.

Sedangkan untuk dia, kayaknya tidak.

“...Percuma. Aku tidak bisa mengingat apa pun...”

Sambil berkata, Lina mulai berjalan lagi.

“Maafkan aku. Kita tidak punya banyak waktu. Ayo pergi.”

Aku memanggil gadis di depanku saat di berjalan ke depan dengan terlihat sangat energik.

“Jangan terburu-buru. Jika kau memang dapat dengan mudah mengingatnya, Evi telah mengembalikan ingatanmu sejak awal.”

“...Dalam hal apa sihir yang baru saja kau gunakan tidak bisa mendapatkan kembali ingatan orang yang hilang?”

Lina bertanya sambil melanjutkan perjalanan.

“Itu jika kasusnya orang itu kehilangan ingatannya sepenuhnya, atau jika ada sihir yang menyegel ingatan sedang deberikan pada orang itu.”

Atau jika orang itu tidak mengingat apa pun sejak awal.

Setelah hening beberapa saat, Lina berkata.

“Menurutmu yang mana?”

“Mata iblisku tidak melihat bahwa kau memiliki mantra yang menyegel ingatanmu.”

“...Lalu, apakah itu benar-benar hilang?”

Lina berkata dengan nada sedih.

“Meski begitu, akan ada cara untuk mendapatkan kembali ingatanmu.”

Lina berbalik dan menoleh padaku.

“Sungguh?”

“Jika kau tahu siapa dirimu, aku bisa menarik ingatanmu dari masa lalumu dengan sihir Rivide (Manipulasi Waktu).”

“...Tapi aku tidak tahu siapa aku...”

“Akan ada seseorang yang mengenalmu. Kau bisa bertanya padanya.”

“Aaaa.”

Lina meninggikan suaranya.

“Maksudmu Raja Roh...?”

“Jika kau merasa harus bertemu dengannya, maka dia pasti mengenalmu. Jika kau telah mengetahui identitasmu, aku dapat menggunakan Rivide.”

“Begitu, jadi aku harus lulus ujian roh...”

Dengan ekspresi gelisah, dia bergumam.

“Tenanglah, aku juga punya banyak hal yang ingin aku tanyakan pada Raja Roh. Bahkan jika kau tidak lulus, aku akan menanyakannya untukmu.”

Lalu wajah Lina kembali cerah dalam sekejap.

“Terima kasih. Aku tahu kau orang yang baik, Anos. Tidak ada yang salah dengan mataku.”

Untuk sesaat, aku tidak bisa menjawab.

Ini hal yang aneh untuk dikatakan.

“...Hmm. Apa maksudmu, apa kau mengacu pada waktu kita bertemu di ibu kota Zehenburg?”

“...Itu? Yah, itu aneh, bukan? Entah kenapa, aku merasa seperti itu...”

Lina menunduk dan kemudian melihat ke atas seolah-olah dia telah memikirkan sesuatu.

“Mungkin aku pernah bertemu denganmu sebelumnya.”

“Mungkin begitu.”

Jika dia adalah roh dari 2000 tahun yang lalu, ada kemungkinan.

Setelah bekerja sama dengan Reno, aku juga terlibat dengan roh.

“Apa kau bisa melepas tudung itu?”

“Apa? Tudung?”

Lina berbalik dan mencari sesuatu.

“Ada apa dengan tudung?”

Aku membuat cermin menggunakan sihir Ibis (Arsitektur Kreasi).

“......Hah............?”
 
Lina melihat ke cermin.

Namun, dia tidak tercermin di sana.

“Fumu. Begitu.”

Ketika aku melihatnya dengan mata iblisku, aku masih tidak bisa bisa melihat wajah di dalam tudung itu.

Namun, ini bukanlah alat sihir.

“Pasti ada semacan kekuatan roh yang bekerja. Mungkin itu sebabnya wajahmu tidak terlihat.”

“...Lalu, fakta bahwa aku tidak punya ingatan juga karena itu?”

“Mungkin itu ulah roh, atau--”

Kataku sambil menatap Lina.

“Apa kau sadar bahwa kau adalah roh?”

Dia mengangguk.

“...Entah bagaimana, aku merasa sepert itu... dan sekarang aku yakin...”

“Mungkin kau jenis roh seperti itu.”

“Seorang roh yang telah melupakan ingatannya?”

“Ya.”

“...Jadi, apkah aku tidak bisa mengingatnya...?”

Jika dia adalah roh yang lahir dari rumor dan legenda tentang apa yang mengembara selamanya untuk mencari ingatan, mungkin tidak ada ingatan untuk bisa diingat.

Dalam hal ini, apapun yang dilakukan, ingatan tidak akan kembali.

“Masih belum tahu. Jika kau merasa seperti kau mengenalku, sangat mungkin roh lain telah melakukan ini kepadamu dan kau telah melupakan ingatanmu.”

Mengatakan ini, Eleonor, yang mendengarkan di sambing berkata.

“Aku yakin kau akan baik-baik saja. Jika kita bisa mengetahui roh macam apa yang melakukan ini, aku yakin ingatan Lina-chan akan kembali.”

“...Aku berharap begitu”

Lina tersenyum kecil.

“Apa kau punya pemikiran?”

“Maksudmu roh yang membuatmu melupakan ingatan? Yah, aku tidak mengingatnya...tapi, jika mencarinya di tempat yang akan kita tuju, mungkin akan ada petunjuk.”

Lina tertawa dengan ekspresi penuh harap.

“Ngomong-ngomong, bukankah kita telah melewati jalan yang sama beberap kali sebelumnya?”

Ray berkata dan Lina menganggukkan kepalanya.

“Benar. Ini keempat kalinya kita lewat di sini.”

“Apa maksudnya?”

Sasha memiliki keraguan di wajahnya.

“Ada tempat-tempat di sekolah roh yang tidak bisa kau datangi kecuali kau mengikuti rute tertentu. Ini bukan sihir, jadi kau tidak bisa melihatnya dengan mata iblismu, dan tidak ada orang yang tida mengetahuinya akan dapat untuk menemukannya terlebih dahulu.”

Lina berhenti di depan pintu yang sudah berkali-kali dilewati.

Ketika pintu itu dibuka, ada ruangan kecil di dalamnya.

Tidak ada yang khusus. Ini adalah ruangan biasa.

“Ayo masuk.”

Lina memasuki ruangan.

“Bahkan jika kau menyuruh untuk masuk, di situ tidak ada apa-apa, kan?”

Sasha memasuki ruangan, memutar kepalanya seolah dia tidak mengerti artinya.

Setelah melihat semua orang memasuki ruangan kecil itu, Lina menutup pintu sekali dan segera membukanya.

“......Eh?”

Suara kejutan keluar dari mulut Sasha.

Di balik pintu, ada hutan yang sangat luas.

Tidak, ini bukan hanya hutan.

Pepohonan yang tumbuh di tengah tempat itu memiliki banyak buku, bukan buah.

“Inilah tujuan kita, 'Hutan Buku'. Ada banyak hal yang tercatat di buku yang tumbuh dari pohon. Di sini, ada banyak hal tentang roh. Pertanyaan yang diberikan oleh Eniyunien dibuat dengan menggunakan buku di sini sebagai refrensi.”

“Jadi, jika kau menguasai isi yang ada di dalam buku itu, kau bisa mendapatkan nilai yang tinggi.”

Lina mengangguk.

“Tapi bukankah materi ujian didasarkan pada konten yang diajarkan di kelas?”

Sasha bertanya dan menanggapi itu Lina menggelengkan kepalanya.

“Sudah menjadi kebijakan dari pohon pendikikan agung Eniyunien bahwa meteri yang diberikan di kelas adalah pelajaran pelajaran tambahan dan pelajaran yang sebenarnya dilakukan sendiri. Oleh karena itu, dalam ujian akan ada beberapa masalah yang tidak dipelajari dalam pelajaran.”

“Apa-apaan itu... tidak adil...”

“Raja Scarlet juga mengatakan hal seperti itu, kan.”

Dia mungkin berpikir bahwa tidak mungkin mencakup seluruh rentang pertanyaan dalam seminggu

Itu juga menegaskan bahwa dia tidak tahu tempat ini.

“Mengumpulkan buku?”

“Iya.”

Misha meraih buku yang jatuh di tanah.

Kemudian, anggota tubuh seperti tongkat tumbuh dari buku itu dan bergerak.

“...Dia lari...”

“Apa itu?”

Buku dengan anggota tubuh itu berkeliaran di hutan.

Tidak hanya itu, buku-buku di seluruh pepohonan juga jatuh dan menumbuhkan aggota tubuh dengan cara yang sama.

“Peri buku, Leelan. Buku-buku di sini adalah roh.”

Kata Lina.

“Wow. Ada banyak buku-buku itu, dan akan sulit untuk menangkapnya.”

“...Kejar...kejaran...”

Eleonor terkekeh dan Zeshia entah kenapa malah senang.

“Jika bermain kejar-kejaran, aku tidak pernah kalah.”

Dengan itu, aku membentuk dan menumpuk ratusan formasi sihir.

Kemudian memasukkan mulai dari ujung jariku ke dalam formasi sihir berlapis itu.

Sihir I Guneas (Segalanya) diaktifkan, dan tanganku bersinar putih pucat.

Di kejauhan, bahkan jumlah tidak ada arinya kalau aku memasukkan memasukkan tangaku ke dalam ini.

Aku memberi isyarat dengan tangan I Guneas.

Pada saat itu, dahan buku ditarik dan terbang sekaligus lalu berbaris di tanah.

Jumlah itu, 1779 buku.

Dengan jentikan jari telunjukku, halaman dari 1779 buku dibalik satu demi satu dengan kecepatan yang luar biasa.

Aku mengalihkan mata iblisku pada mereka semua dan menatap mereka dengan jeli.

Akhirnya, semua halaman dibalik dan peri buku Leelan ditutup.

“Fumu. Aku sudah mengingatnya.”

“Hah!? Kau sudah ingat, baru saja?”

Sasha meninggikan suaranya seolah terkejut.

“Anos pintar.”

“Pintar palalu peyang, itu lebih bisa disebut gila...”

“Aku hanya bisa membaca setengahnya.”

Sasha menatap saudaranya dengan serius dengan tatapan tajam.

Ekspresinya menggambarkan seolah dia ingin mengatakan “Apa kami benar-benar berasal dari muasal yang sama?”.

“Tidak apa-apa. Aku akan mengingat yang setengahnya lagi.”

“Cukup... lebih banyak lagi aku akan terlihat menyedihkan...”

Selain Sasha, yang sedang berduka atas sesuatu, aku memberi isyarat dengan jari telunjukku.

Kemudian sebuah buku terbang dan hinggap di tanganku.

“Lina. Ini deskripsi tentang peri yang menyegel ingatan, tapi aku tidak menemukannya di buku ini.”

“...Begitu. Tapi tidak semua roh disebutkan dalam buku-buku ini...”

Dia melihat ke bawah, sedikit kecewa.

“Tapi ada satu halaman yang menarik perhatianku.”

Aku membuka buku itu, berlabel Jilid 771, dan menunjukkkan halamannya ke Lina.

“...Peri Cinta Flan...? Roh yang membentuk dan menghubungkan cinta yang tak terbalas, roh yang dikatakan ada untuk setiap....cinta yang hilang...”

Lina melihat ke halaman berikutnya.

Namun, itu bukan halaman untuk Peri Cinta Flan.

Di sana, halamannya robek.

“Mungkin saja halaman ini berisi sesuatu tentang ingatan.”

Meskipun tidak semua roh terdaftar dalam buku-buku di sini, ada 1799 buku. Kebanyakan roh akan ditutupi.

Jika demikian, sangat mungkin halaman yang sobek ini berisi roh yang menyegel ingatan.

“Jika robeknya kurang dari seratus tahun, aku yakin kita akan bisa mengatasinya.”

Aku menerapkan Rivide (Manipulasi Waktu) ke buku itu.

Muasal dari peri buku Leelan dapat dipahami karena disebutkan dalam buku-buku di hutan ini.

Rivide diaktifkan tanpa masalah, dan membawa buku kembali ke masa lalu beberapa dekade.

Namun, halaman yang itu tidak kembali.

Aku menggunakan sihirku dan muasal buku ini untuk kembali ke waku menit terakhir supaya aku bisa mengembalikannya, tapi halamannya masih robek.

“...Rupanya itu sudah lama robek.”



5 Comments

Previous Post Next Post