Kanojo no Imouto to Kiss wo shita Volume 1 - Bab 3


Bab 3 | - Iblis Kecil x Striptis -


“Ah, jari-jariku mulai lelah. Mereka terlalu banyak bergerak....”

Saat Shigure sedang menyiapkan bak mandi, aku sedang mengemasi sampah-sampah yang telah kubersihkan dari kamar ayahku untuk mengamankan tempat tinggal untuknya.

Tidak apa-apa membuang semuanya kecuali barang-barang ibuku, jadi aku tidak ragu untuk membuang hal lain ke dalam kantong sampah, tapi bagaimana dengan pakaian?

Itu bisa dimasukkan ke dalam sampah yang bisa dibakar, tapi ada aturan setempat untuk memotong itu sekecil mungkin.

Aku menggunakan gunting, yang mungkin adala milik ibuku, untuk mencabik-cabik pakaian pak tua yang bergambar dinosaurus di atasnya.

Pekerjaan itu akhirnya selesai ketika ujung jariku menjadi lemas.

Tidak hanya pakaian....

“Masih ada gorden yang tersisa.”

Banyak barang-barang yang digali dari lemari.

Ini akan menjadi proses yang melelahkan untuk memilah-milah semua ini.

Jari-jariku menjadi kaku, jadi aku mengambil nafas dan melihat pada banyaknya sampah yang terkumpul di pintu masuk.

Mudah terbakar, tidak mudah terbakar, dan dapat didaur ulang. Ada banyak.

Ada juga figur dinosaurus yang dikoleksi oleh ayahku.

Akan lebih baik untuk membawanya ke toko daur ulang bersama Shigure.

Mungkin saja itu akan menambah anggaran rumah tangga sampai batas tertentu.

Ketika aku membuat perhitungan seperti itu, Shigure berteriak.

“Onii-san, Onii-san. Ini darurat!”

"Apa yang terjadi? Mungkinkah kau tidak tahu cara memanaskan airnya?"

"Tidak. Di rumah sebelumnya, kami juga menggunakan pemanas seimbang*, jadi tidak ada masalah dengan itu.” [TN: バランス釜 (balance-gama) - pemanas air mandi Jepang tahun 1970-an]

"Lalu ada apa?"

“Eh, sebenarnya, Onii-san. Aku baru saja menyadari bahwa di rumah ini tidak memiliki ruang ganti!"

Ah.

Ngomong-ngomong, kamar mandi kami langsung terhubung ke dapur melalui celah kayu. [Catatan Penerjemah: Disini menggunakan kata ‘wooden door = pintu kayu’ tapi gua menggunakan kata ‘celah kayu’, untuk alasannya, nanti ada di bawah.]

Tidak ada dinding antara dapur kami dan ruang tamu, yang merupakan tempat dimana aku bersarang. Jadi itu artinya kamar mandi secara tidak langsung terhubung dengan kamarku.

Aku lupa karena aku tidak pernah mempermasalahkannya dalam keluarga laki-laki, tapi ini adalah masalah besar.

Tidak, tunggu.

“Apakah ada rel gorden di langit-langit di depan kamar mandi?”

“Um.... oh. Iya ada, tapi tidak ada gorden, kan?”

“Jika begitu, apakah ini dapat digunakan?”

Aku mengambil gorden dari pintu depan.

Jika bisa digunakan, akan sangat membantu untuk menyelamatkan masalah pemotongan kain, jadi bagaimana dengan itu?

Aku kembali ke kamar mandi dan menggantungnya dari rel gorden untuk mengukur panjangnya.

Hmm, agak pendek.

Tidak ada masalah dengan lebarnya, tapi kelimannya sekitar 40 cm di atas lantai.

Tapi itu sudah cukup.

“Ini kira-kira setinggi lutut, dan terlalu gelap untuk dilihat. Akankah kau baik-baik saja dengan ini untuk hari ini?”

“Aku tidak keberatan, tapi kau sendiri bagaimana, Onii-san?”

“Hmm? Aku laki-laki, jadi aku tidak terlalu peduli."

“Hoho~u??”

Tiba-tiba, ekspresi Shigure berubah menjadi nakal, seperti sebelumnya.

Haruka tidak akan pernah tersenyum seperti itu.

Aku merasakan hawa dingin menjalari tulang punggungku.

"Asap apa ini?"

"Tidak. Tidak ada masalah, yah. Air mandinya mendidih, jadi aku akan masuk dulu."

"Silahkan,"

Aku kembali ke ruang tamu dan menyalakan TV sambil melambaikan tanganku.

Aku beruntung.

Sekarang aku tidak perlu memotong groden, jadi aku sudah selesai dengan itu.

Yang harus kulakukan sekarang adalah mandi dan pergi tidur.

Sekarang, hari yang paling melelahkan dalam hidupku akhirnya berakhir.

Masih banyak yang harus dipikirkan, tapi aku senang untuk saat ini.

Aku beristirahat dan bersantai di ruang tamu. Aku menonton acara variety show yang kusukai seperti biasanya.

Lalu, tampilan depan kamar mandi tercermin di mataku. Aku dapat melihat momen ketika kaki kurus yang mengintip melalui celah di bawah gorden melepas kaus kakinya dan menjadi telanjang. [Catatan Penerjemah: Nah ini alasan gua menggunakan kata ‘celah kayu’ , gua gak tau sebutannya apa, tapi yang jelas kalau mau masuk ke kamar mandi itu hanya melalui celah yang tidak ada pintunya tapi celah itu berbentuk pintu, Maaf kalu penjelasannya ngebingungin.]

“.............”

Tidak, tidak, apa yang membuatku senang?

Aku hanya melihat kakinya. Gadis-gadis ‘kan memamerkan kaki telanjang mereka di mana-mana.

Di kota atau di sekolah. Itu bukanlah hal yang tidak biasa.

Tidak sepadan dengan waktu untuk berpaling begitu teralihkan.

Sekarang, aku berkonsentrasi pada TV dan aku hanya menjadi orang yang mageran.

Dengan buk*, [TN: ばさり]

Rok yang dikenakan Shigure jatuh dari kakinya ke lantai.

"Meski begitu......!!"

Pada saat ini, aku mengutuk kecerobohanku.

Hanya 40 cm dari lantai.

Tentu saja, aku tidak bisa melihat sesuatu yang penting. Mempertimbangkan bahwa gadis-gadis sekolah mengelim rok mereka dan memperlihatkan paha mereka, itu justru jauh lebih buruk.

Hanya saja, gerakan kaki putih dan pakaian yang jatuh ke lantai menunjukkan fakta bahwa gadis dengan wajah yang sama dengan Haruka itu telanjang bulat di balik gorden.

.....Itu benar-benar kesalahan perhitungan.

Pada akhirnya, aku tidak memperhitungkan imajinasiku yang kuat, yang melengkapi pemandangan yang terlihat melalui celah 40 sentimeter.

Sial, apa yang harus kulakukan? Haruskah aku pergi ke kamar pak tua itu dan membawa kembali figurnya?

Tidak, tidak. Itu ‘kan sudah menjadi kamarnya Shigure.

Setelah makan, aku harus membereskan barang-barang pribadiku, dan aku tidak bisa masuk tanpa izin.

Haruskah aku mengasingkan diri di toilet?

Selagi aku bertanya-tanya, aku melihat tangan Shigure dari celah gorden.

Aku melihat momen ketika dia menurunkan kain putih.

Aku berbaring di atas meja dengan tak tertahankan.

Suara detak jantungku begitu keras hingga gendang telingaku seakan hendak keluar dari dalam.

Aku sudah memutuskan. Aku bersumpah. Kalau besok. Aku akan pergi ke toko perangkat keras dan membeli gorden.

Gorden yang panjang sampai itu akan menyeret ke lantai. Aku akan membeli itu. Aku akan membelinya bahkan jika dunia ini hancur.

“Yah, maaf, Onii-san”

“Uwa! A-Apa?”

Saat aku mengangkat wajahku dengan tergesa-gesa, wajah Shigure keluar dari tepi gorden dan tersenyum curiga.

Dia menatapku.

“Apa yang membuatmu kecewa?”

"Aku tidak kecewa. Aku hanya terkejut. Aku sedang tidur saat kau tiba-tiba memanggilku! Jadi ada apa?"

“Maaf merepotkan, tapi apa kau bisa mengambilkan sampo dan kondisioner dari tasku? Aku lupa membawanya tadi.”

“Ah, apa aku boleh membukanya? Tas itu."

"Tidak apa. Aku sudah meletakkan dalamanku di kamar. Jangan khawatir.”

"Uh, aku mengerti."

Aku memasuki kamarnya seolah ingin melarikan diri dari tatapan Shigure, dan mengambil dua botol merah muda dari tasnya yang berada di dekat dinding.

Setelah itu, aku beberapa kali menarik nafas dalam-dalam untuk mengatur pernafasanku, kembali ke ruang tamu sambil berpura-pura tenang, dan menyerahkan kedua barang itu kepada Shigure.

Shigure menerima barang-barang itu seraya berterimakasih, dia tersenyum dan aku balas tersenyum.

“Nfu~. Terima kasih Onii-san♡”

“Ada apa dengan wajah itu?”

"Tidak? Tidak ada apa-apa. Itu... tidak ada apa-apa♪”

Setelah itu, Shigure mundur ke balik tirai.

Aku mendengar serangkaian suara membuka dan menutup di pintu kamar mandi.

Aku kembali ke meja dan menghela napas dalam-dalam.

......Ada apa dengan wajah barusan itu?

Wajah yang sama dengan Haruka.

Tapi Haruka tidak pernah tersenyum seaneh itu.

Aku membayangkan ulang wajahnya yang mengucapkan kata-kata itu....

『Aku tidak keberatan, tapi kau sendiri bagaiama, Onii-san?』

Apa dia tahu kalau aku akan seperti ini?

Tidakkah dia berpikir bahwa dia akan digunakan sebagai fantasi vulgarku?

.....Aku merasakan hawa dingin mengalir di punggungku.

Sesuatu di dalam diriku membunyikan bel alarm.

Tidak mungkin, dia.....

"Tidak tidak Tidak. Jangan terlalu terburu-buru.”

Tidaklah baik untuk memutuskan pihak lain dalam imajinasimu.

Itu dia.

Shigure mulai menerimaku sebagai kakaknya.

Imajinasi ini hanya karena aku yang menjadi sedikit paranoid.

Aku memutuskan untuk belajar agar bisa mengalihkan perhatianku, menyingkirkan firasat tidak menyenangkan yang muncul di benakku.

Aku meletakkan buku catatan di atas meja dan bersiap untuk besok.

Gunakanlah waktu luangmu untuk belajar. Tidak peduli seberapa banyak kau belajar, itu tidak merugikan.

Itu satu-satunya nasihat yang diberikan padaku oleh pak tua sialan itu.

Saat kau melihat buku catatan, kau tidak perlu memikirkan hal lain.

Aku mendapatkan kembali ketenanganku saat aku belajar.

Akhirnya, Shigure keluar dari kamar mandi dan pindah ke ruang tamu.

“Hmm~. Aku banyak berkeringat karena bergerak. Aku merasa segar setelah mandi. Kau sekarang sudah bisa masuk ke dalam.”

“Oh, kalau begitu aku akan masuk.”

Sampai aku dipanggil olehnya, aku bahkan tidak menyadari kalau Shigure telah keluar dari kamar mandi.

Lagipula, belajar itu kegiatan yang bagus.

Aku berterima kasih kepada pak tua itu untuk semua ini, dan aku pun berdiri untuk pergi.

Aku membeku sejenak.

Saat itu juga, aku berhenti bergerak seolah-olah darah di seluruh tubuhku dibekukan.

Tapi kemudian, wajahku segera menjadi panas seperti terbakar.

Itu wajar.

Karena, saat aku mendongak, Shigure sedang berdiri di sana dengan hanya mengenakan handuk mandi!

“Hei, K-k-k-k-k-k-k-kenapa kau berpakaian seperti itu? Kau----?"

Jeritan keluar dari tenggorokanku.

Namun, Shigure hanya memiringkan kepalanya dan bertanya,

“Ada apa, bukankah ini hal yang normal setelah selesai mandi? Onii-san juga begini, kan?”

"Itu benar kalau di rumahku, tapi di sini!"

“Ini juga rumahku, kan?”

"Itu benar! Itu benar! Tidak, tapi cepatlah berpakaian! Meskipun kita saudara/i, ini salah, kan? Kita harus waspada satu sama lain sampai batas tertentu, tapi ini benar-benar berlebihan......!’

“Pu------Aha-Ahaha!”

Shigure menyela kata-kataku dan mulai tertawa.

Ap-apa? Ada apa dengan gadis ini?

"Apa yang salah!"

"Tidak apa. Kau lihat. Aku memakai kamisol di bawah."

"......Apa?"

Kemudian dia melepas handuk mandinya.

Di bawahnya memang ada kamisol dan celana pendek.

Aku tercengang. Melihat wajahku, Shigure sontak tertawa.

“Ahaha. Apa kau tidak menyadarinya dengan tali ini? Ups. Kau terlalu membayangkan adegan manga erotis. Bahkan jika kau adalah saudara tiriku, muncul dengan handuk mandi di depan anak laki-laki yang baru saja ditemui hari ini, seorang wanita yang muncul dalam pakaian seperi ini tidaklah ada♪“

Shigure terus tertawa sambil mengguncangkan bahunya.

Ya, dengan senyuman buruk yang tidak seperti senyuman Haruka.

Gadis ini, aku benar...

“Oi, kau.... bercanda itu ada batasnya...”

“Eh? Bukankah itu hanya sedikit menggoda? Ini seperti gigitan manis dari seekor kucing. Yah, sepertinya Onii-san terlalu bersemangat.”

“....Apa yang akan kau lakukan jika aku terlalu bersemangat sampai-sampai aku tidak bisa mengendalikan diriku? Aku cukup yakin aku berlagak bodoh, tapi aku tidak bisa menjaminnya."

“Aha☆ Aku tidak yakin dengan alasanmu. Aku akan jujur. Itu akan baik-baik saja."

"Apa dasarmu mengtakan itu."

"Karena,"

Shigure mengambil secarik kertas dari meja yang ingin aku gunakan sebagai memo dan melemparkannya ke udara.

Saat itu,

Dia mengibas kertas yang terbang di udara dengan tendangan tajam yang akurat dan tak tertandingi.

“Aku mungkin lebih kuat dari Onii-san♥”

“...”

“Jika kau mau, kau bisa menyerangku. Aku akan melakukan yang terbaik untuk berurusan denganmu♪”

Shigure mengangkat pahanya dan memukulnya dengan tangannya saat dia memprovokasi.

Kehadiran otot-otot yang terlatih dengan baik disampaikan melalui suara dentuman yang keras.

Gerakannya dan kekuatan penghancur yang dibuat oleh tubuhnya. Dia memang percaya diri.

Lagipula....

Shigure, dia mengolok-olokku karena dia tahu bahwasannya dia memiliki kekuatan untuk membuatku kewalahan.

Perasaan yang kumiliki dalam diriku saat hawa dingin mengalir di tulang punggungku. Sekarang, ternyata itu benar.

"Apa yang bisa kau lakukan? Dasar kucing bermuka dua!*”

[Catatan Penerjemah: 猫を被る - Ini secara kiasan menunjukkan tindakan memasang topeng dan berpura-pura menjadi lebih baik dari biasanya.]

“Aku tidak berpura-pura-nyan.”

“Kau berpura-pura!”

Aku yakin.

Pura-pura baik*. [Catatan Penerjemah: てんしんらんまん| Kalau kalian baca novel Nise Seiken Monogatari, dia kurang lebih mungkin mirim-mirip sama Magali, walau yang jelas tidak di tingkat absolutisme diri seperti Magali.]

Dia memang terlihat seperti Haruka yang polos, tapi kepribadiannya sangat berbeda.

Aku membandingkannya dengan kucing nakal ini, tapi itu hal yang aneh untuk dilakukan.

Tampaknya kucing memiliki kebiasaan menggoda dan bermain-main dengan mereka yang lebih lemah dari dirinya.

Mereka bisa mencakarnyas tanpa mengangkat kuku, atau mengunyahnya dengan manis tanpa melukai gigi mereka.

Aku mengerti. Itu sangat mirip.

“Aku selalu menginginkan seorang kakak. Seorang saudara/i yang menerima keegoisan dari adik perempuan yang lucu ini. Jadi tolong banyak-banyak memanjakanku. Onii-san♪”

Senyuman nakal yang tidak akan pernah bisa ditampilkan oleh Haruka yang lugu.

Tidak diragukan lagi. Gadis ini adalah pengganggu.

Ini buruk. Sangat buruk.

Habisnya, apa yang akan terjadi jika seorang sadis seperti ini mengetahui bahwa aku punya pacar yang perawakannya mirip dengannya?

Tentu saja, aku tidak bisa membiarkan itu terjadi.

Hal baiknya adalah dia terlihat seperti Haruka, karena dengan ini aku bisa melihat peningkatanku.

Aku memabayangkan apa yang mungkin terjadi di masa depan, yang membuatku tidak bisa berhenti menggigil. [Catatan Penerjemah: ‘I as i imagine future’, gua agak ragu dengan artinya dalan Indonesia, jadi gua ambil terjemahan dari terjemahan bahasa Vietnam.]



2 Comments

Previous Post Next Post