Maou Gakuin no Futekigousha Volume 4 - Bab 54

Bab 54
Pesan Dari 2000 Tahun Yang Lalu


Dimulai dari Devidra, bawahanku yang lain mulai gemetar dan menangis di tempat.

Merampas ingatan mereka tentang apa yang terjadi di sini dan menanamkan kebohongan bahwa mereka telah membunuh Igareth mungkin merupakan cara terbaik untuk mencapai tujuan awal.

Meski begitu pernyataan mereka bukanlah sesuatu yang begitu sepele sehingga dapat dianggap seperti itu tidak pernah terjadi.

Mereka pasti menyadarinya.

Bahkan dalam sejarah aslinya, setelah membunuh Igareth, mereka tahu kalau itu adalah kesalahan mereka. Mereka pasti menyadari  kalau kebencian telah membakar hati mereka dan menelan mereka dalam kegelapan.

Maka dari itu, untuk menghindari melakukan kesalahan yang sama lagi, mereka akan memutuskan untuk bereinkarnasi. Kali ini juga mungkin sama. Jadi hasil reinkarnasinya tentu juga akan sama.

Mungkin memang akan ada beberapa perubahan dalam pikiran mereka, tapi hasilnya tidak akan jauh berbeda.  Ini mungkin pemikiran yang terlalu nyaman, meseki begitu tetap masih ada harapan.

Aku pun kembali menoleh ke arah anak itu.

"Igareth."

Aku mendekati anak itu dan membantunya berdiri.

"...T-terima...kasih..."

"Ayo pergi"

Bersama Igareth, aku melompat mengunakan Fres (Terbang) dan menuju kursi penonton. Tidak butuh waktu lama, kami mendarat di dekat Misha.

"Selamat datang kembali." Dia tersenyum dan menyapaku. "Aku tahu kau akan menolongnya."

Dia mengatakan sesuatu yang tak terduga.

Sampai aku tiba di tempat ini, aku tidak pernah berpikir akan menolong Igareth. Meski begitu aku tidak bisa mengabaikannya, dan tubuhku segera bergerak untuk menolongnya.

Dan dia mengatakan kalau dia tahu aku akan melakukan itu?

Apa dia lebih memahami hatiku daripada diriku sendiri?

“Anosh adalah orang yang baik.”

"......Begitukah."

"Aku yakin itu tidak sia-sia"

Seperti yang diharapkan dari Misha. Sungguh perasaan yang menggiurkan.

"Kau benar."

Aku menatap ke arah gedung tinggi dari kursi penonton. Itu adalah menara yang berdekatan dengan arena.

"Mungkin memang tidak sia-sia. Terkadang hal-hal yang seharusnya tidak bermakna bisa jadi bermakna."

Misha mengangguk.

"Ayo kita periksa. Igareth, jangan tinggalkan aku."

"E-Eh... ya..."

"Tidak perlu cemas. Aku memang iblis, tapi aku ada di pihakmu."

Meski bingung, Igareth mengangguk.

Setelah menghilang dengan menggunakan sihir Rainel (Ilusi) dan Nazira (Penyembunyi Sihir), kami menuju ke menara yang berdekatan dengan arena.

Pintu masuknya tertutup rapat. Ini pasti menggunakan sihir Degit (Penghalang Kunci). Saat aku melangkah maju untuk membatalkan aktivasi sihir itu, lingkaran sihir muncul di pintu di depanku.

Pintu itu bersinar, dan seolah menyambutku, itu terbuka dengan sendirinya.

“Apa yang ada di sana?”

"Hanya tempat menyimpan buku. Yah, itu pun sebelum aku bereinkarnasi."

Pintu terbuka seolah menyadari kami yang menyembunyikan sihir serta penampilan kami. Selain itu, ada juga perihal partikel cahaya hitam yang sebelumnya. Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak memeriksanya.

Kami memasuki menara.

Rak-rak berbaris di ruangan yang sempit, dan buku-buku memenuhi rak sampai penuh.

Ada beberapa buku yang membahas penelitan sihir kuno, tapi di sini kebanyakan cuman ada buku-buku yang bernilai kecil. Rata-rata buku yang ada di sini adalah dongeng dan cerita fiksi.

Aku menaiki tangga, melihat dengan cermat dengan mata iblisku.

Beberapa partikel cahaya hitam beterbangan dan dengan lembut menyentuh pipiku.

"Partikel sihir...?"

"Ya."

Butir-butir cahaya mengalir dari lantai atas. Saat kami menaiki tangga, jumlah partikel dari kekuatan sihir itu meningkat.

Kami berjalan lebih jauh dan tiba di lantai enam, yang merupakan lantai paling atas. Ketika aku mengikuti partikel kekuatan sihir itu dengan mata iblis, partikel itu dipancarkan dari dinding.

Lebih tepatnya bukan dinding, melainkan bayangan pedang di atasnya.

Hanya saja, meskipun bayangan itu ada disana, tidak ada sosok pedang untuk memproyeksikannya.

Itu pemandangan yang sangat tidak asing.

"Venuzdonor...?" gumam Misha.

"Ya, meski begitu aku cukup yakin tidak ada orang lain selain aku yang bisa menggunakannya."

Di era ini aku telah bereinkarnasi, dan Avos Dilhevia masih belum lahir.

Jika demikian, mengapa Pedang Penghancur memancarkan kekuatannya? Aku tidak tahu, meski begitu aku punya satu pemikiran.

Seseorang di era ini memihakku. Dia meramalkan bahwa aku akan datang dari 2000 tahun dari sekarang.

“Ini mungkin bantuan.”

Aku mengangkat tanganku ke bayangan yang ada dinding. Pedang bayangan melayang di udara seolah ditarik ke arahku.

“Jika aku ingin menggunakan Pedang Penghancur, aku harus terlebih dahulu mengaktifkan sihir tiga dimensi Delzogade.  Seperti yang bisa kau bayangkan, melakukan sesuatu sebesar itu akan menarik perhatian tidak hanya Penguasa Waktu, tapi juga para dewa waktu. Sebelum aku bisa mencabut pedang itu, efek sihir Rivalo (Perjalanan Waktu) akan berakhir dan akan membawa kita kembali ke masa sekarang. Meski begitu..."

Jika gagangnya di sentuh, pedang panjang berwarna gelap, Venuzdonor akan mengungkapkan bentuk aslinya.

“Jika Pedang Penghancur memang sudah muncul di masa lalu, tidak akan ada kontradiksi dalam ketetapan waktu. Jika aku mencabut Pedang Penghancur, Penguasa Waktu akan menyadarinya, tapi asal tangan ini sudah memiliki Venuzdonor, itu sudah terlambat."

Sekarang Venuzdonor telah menunjukkan nilai sejatinya, aku sudah setengah berada di luar kerangka waktu. Degan begini, aku akan mampu menentang ketetapan waktu dan mengubah masa lalu.

"Igareth."

Ketika aku melihat anak laki-laki itu, dia gemetar dan melangkah mundur seolah-olah dia takut.

"Jangan takut. Aku tidak akan menyakitimu. Aku akan membawamu ke tempat yang aman. Bukankah aku sudah mengatakan itu padamu sebelumnya?"

Aku menggunakan sihir Crest (Pertumbuhan) dan menumbuhkan usia fisikku menjadi di usia sekitaran 20 tahun. Menggunakan Ibis (Arsiktektur Kreasi), aku menyiapkan pakaian yang kukenakan di zaman mitologi.

"......Raja Iblis......"

Tiba-tiba, air mata mengalir dari matanya.

Itu wajar. Dengan tidak ada orang yang bisa dia andalkan, dia pasti sudah gelisah untuk waktu yang lama. Igareth menghampiriku dan memelukku dengan erat.

"Raja Iblis.... Unit Ketiga dari Pasukan Penakluk yang hendak mundur ke Azeshion di musnahkan oleh monster raksasa untuk membiarkanku melarikan diri! ...Aku datang ke sini seorang diri..."

"Kerja bagus sudah sampai ke sini."

Aku dengan lembut menepuk punggung Igareth. Dia menangis, tapi tetap bertahan tanpa meninggikan suaranya. Ini merupakan prestasi yang luar biasa untuk seorang anak.

"Apa yang kau maksud dengan monster raksasa itu adalah ras iblis?"

Dengan tatapan menyakitkan, Igareth berbicara.

"...Aku tidah tahu. Monster itu terlihat seperti binatang besar, ia memiliki empat kaki, tanduk dan cakar yang tajam, sisik keras dan sayap, serta dapat menyemburkan api dari mulutnya... Monster itu tampaknya menyerang tidak hanya pasukan manusia, tapi juga pasukan iblis. Monster itu memakan sejumlah manusia dan iblis, kemudian menukik ke tanah dan menhilang...”

Memakan manusia dan iblis, itu berarti—

"Naga?"

"Naga? Apa itu naga..."

"Mereka adalah spesies langka yang jarang terlihat. Kupikir mereka sudah lama punah karena kekurangan makanan."

Aku tidak tahu kalau ternyata ada naga yang masih hidup. Meski begitu, tidak ada gunanya memikirkan itu sekarang.

"Igareth. Aku datang ke sini dari dua ribu tahun kemudian. Aku telah melalui perjalanan waktu."

"...Waktu...? Hal seperti itu...?"

"Ras Iblis yang barusan sebelumnya bilang kalau aku telah mati dan bereinkarnasi. Itu benar. Aku bereinkarnasi dua ribu tahun kemudian, dan datang ke sini dengan melintasi waktu."

Igareth tampak bingung.

"Apa kau tidak percaya?"

"...Aku tidak tahu rinciannnya, Tapi... aku mempercayaimu. Bagaimanapun juga itu adalah perkataan dari orang yang menyelamatkan hidupku..."

Dua ribu tahun yang lalu, ketika aku menyelamatkan Igareth yang ditawan dan diperlakukan dengan kasar, dia mengatakan hal yang serupa.

Dia adalah anak manusia yang lugas dan tidak memiliki kebencian terhadap iblis.  Dia adalah simbol harapan. Dia mengatakan bahwa iblis dan manusia pasti bisa berpegangan tangan.

"Jawaban yang bagus. Namun ada sedikit kerumitan. Dalam waktu yang sebenarnya kau harusnya sudah mati. Karena di waktu itu aku tidak bisa menyelamatkanmu."

Dia menggigit bibirnya dengan erat.

"Karena sulit untuk menjelaskan konsep waktu, biarkan aku menyimpulkannya. Kau belum sepenuhnya di selamatkan, aku perlu membunuhmu dulu dengan Pedang Penghancur ini dan kau akan bereinkarnasi."

Awalnya, kehidupan baru yang tidak terlahir di masa lalu lahir dengan kekuatan Pedang Penghancur. Dengan demikian, Igareth menjadi entitas unik menurut ketetapan waktu dari 2000 tahun yang lalu hingga saat ini.

Sederhananya, masa lalu yang diubah oleh Igareth tidak dapat dikenali oleh dewa waktu, dan perubahan masa lalu ditetapkan sebagaimana adanya.

Artinya, dia bisa hidup.

"Apa kau tidak takut?"

Menatap langsung ke mataku, Igareth menganggukkan kepalanya.

"Apa ada sesuatu yang bisa kulakukan?"

"Apa maksudmu dengan sesuatu?"

“Aku ingin berterima kasih. Aku diajari bahwa membalas budi kepada penyelamat adalah tindakan yang tepat untuk dilakukan seorang pahlawan.”

Orang yang mendidik dan mengasuhnya pasti adalah orang yang baik. Kuharap aku bisa bertemu dengan orang itu.

"Kalau begitu, aku ingin kau menyebarkan suatu rumor ketika kau terlahir kembali. Ini adalah rumor tentang Raja Iblia Tirani Avos Dilhevia yang akan berlanjut hingga dua ribu tahun kemudian."

Aku menyentuhkan ujung jariku ke kepala Igareth.

"Agak rumit. Aku menanamkanmya di ingatanmu dengan Leaks (Komunikasi Pikiran) agar kau tidak lupa."

Aku membentuk lingkaran sihir dan memberi tahu Igareth apa rumor tersebut.

Rumor yang dia sebarkan, seorang yang menjadi eksistensi unik karena Pedang Penghancur, akan diteruskan ke zaman sekarang tanpa kembali.

Namun, itu tergantung pada Igareth untuk membuatnya berhasil.

"...Aku pasti akan memenuhi janjiku......"

"Berbanggalah Igareth, wahai pahlawan kecil."

Mengangkat Pedang Penghancur, aku berkata,

"Dua ribu tahun kemudian akan menjadi waktu yang damai, tapi bukan berarti tidak ada tragedi. Jika kau ingin membalas budi karena telah diselamatkan oleh Raja Iblis Tirani, maka selamatkanlah Raja Iblis lain yang memiliki nasib yang menyedihkan."

"...Dengan keberanian dan keyakinan, Aku Igareth, pasti akan memenuhi harapan Raja Iblis...!"

Dia memiliki ekspresi yang tegas di wajahnya.

"Sampai bertemu lagi."

Mengayunkan Pedang Penghancur, anak laki-laki itu menjadi butiran-butiran cahaya dan menghilang seolah tertiup angin. Di saat yang sama, pedang panjang berwarna gelap yang kupegang di tanganku kembali ke bayangan aslinya.

"Fumu. Rupanya tidak ada lagi kekuatan sihir yang tersisa di Delzogade."

Aku baru saja membuat tembok yang membagi dunia menjadi empat bagian menggunakan lingkaran sihir tiga dimensi. Jika bisa, aku ingin terus menggunakan Pedang Penghancur, tapi tampaknya itu telah mencapai batasnya setelah dipakai sekali.

Bayangan Venuzdonor memudar dan akhirnya menghilang.

"Anos"

Misha yang menatap ke arah dinding menara memanggilku. Itu  adalah tempat di mana bayangan Pedang Penghancur melayang tadi.

"Lihat itu."

Cahaya dari partikel cahaya gelap menghilang, dan penampakan permukaan dinding terlihat jelas.

Huruf-huruf tertulis di atasnya.

 

Untuk Raja Iblisku.

Sampai jumpa dalam dua ribu tahun.
Kali ini, dengan tiga orang.
Mungkin, pasti.

Aku akan jatuh cinta lagi.



4 Comments

Previous Post Next Post