Maou Gakuin no Futekigousha Volume 4 - Bab 53

Bab 53
Hanya Penghibur Keliling Yang Lewat


Saat aku berdiri melindungi Igareth, Devidra menatapku dengan tajam. Dia menyipitkan matanya seolah ingin melihat kekuatanku.

"...Apa-apaan anak ini, darimana dia berasal?"

"...Kekuatan sihirnya, apa dia iblis..."

"...Anak siapa itu...?"

Sementara mereka lagi kesal, aku menerapkan Ent (Penyembuh) pada Igareth dan menyembuhkan lukanya.

"Tetaplah diam di sana, Igareth. Ini akan segera berakhir."

"............Siapa kau?"

"Aku hanya seorang penghibur keliling."

Devidra dengan cepat melangkah masuk dan berkata dengan nada tajam.

"Woy bocah. Jika kau juga iblis, mengapa kau menolong manusia? Manusia itu adalah pewaris tahta ketujuh Azeshion. Dia terkait dengan pahlawan Jerga, raja manusia yang tanpa ampun membunuh saudara-saudari kita."

"Devidra. Jika orang ini membunuh anakmu, maka aku akan membiarkanmu membalas dendam." Dia bereaksi dengan aneh saat dipanggil dengan namannya. "Tapi Igareth adalah anak yang tidak berdaya. Jauh dari membunuh saudara-saudari kita, dia bahkan tidak menyakiti mereka. Apa Raja Iblis Anos memberimu izin untuk membunuh manusia yang tidak bersalah?"

Devidra mengerutkan kening terhadap perkataanku.

"Bocah sepertimu mana tahu apa yang telah dilakukan oleh Jerga. Dia menggunakan bayi-bayi dari ras iblis yang tidak punya cara untuk melawan sebagai sandera dan mengeksekusi mereka dengan brutal. Dia berusaha keras untuk memastikan bahwa jeritan mereka bisa terdengar, dan memancing para prajurit iblis ke dalam perangkap mereka. Bahkan bisa saja salah satu dari temanmu dibunuh oleh mereka."

"Teman-temanku sudah mati. Bahkan aku sudah tidak bisa menghitung jumlahnya."

Memelotinya, Devidra dan iblis di sekitarnya ketakutan dengan aura membunuh itu. Mereka menjadi sadar akan kekuatan sihir misterius yang mengintai di didalam dirku.

"Tapi jika kau membiarkan kebencianmu terhadap Azeshion membuat harga dirimu jatuh ke tanah, kau tidak ada bedanya dengan manusia yang kau benci."

Di saat yang sama aku mengatakan itu, pria dibelakang Devidra melompt ke arahku.

"Bocah sialan, aku tidah tahu darimana kau mendengar itu, tapi jangan berani-beraninya berbicara seperti kau tahu apa yang kau bicarakan!! Karena kami yang menjadi perisai negara inilah, alasan mengapa kau masih ada di sini!!"

Pria itu melepaskan tendangan yang kuat ke arahku. Itu adalah tendangan yang akan cukup kuat untuk menghancurkan tembok. Tapi aku menangkapnya dengan satu ujung jari.

“Apa......?”

"Tidak peduli seberapa besar dirimu mendendam, membenci, atau membunuh manusia, hatimu hanya akan dimangsa oleh kegelapan."

Memeganng kaki pria itu, aku mengangkatnya dengan tubuhnya.

"Uooo..."

Dengan segara, iblis itu menambah berat badannya sendiri dengan sihir Dedon. Dalam sekejap, beratnya telah melebihi 500 kilogram, dan terus-menerus bertambah berat, tapi aku mengayunkan tubuhnya dengan santai.

"Oooooo...apa-apaan dengan anak ini...seharusnya berat ini sudah melebihi beberapa ton...!?"

Fumu. Itu memang agak berat untuk anak berusia enam tahun. Tapi berat ini tidak seberapa jika dibandingkan dengan bulan.

Aku membalikkan tubuhnya dan memutar pria itu dengan lebih kuat.

"Nuoooooooo... Tidak mungkin...!!"

"Nah, ambillah dengan baik."

Seolah melepaskan momentum ayunan, aku melemparkan pria yang telah berubah menjadi massa beberapa ton ke arah sekelompok prajurit di sekitarnya.

"—Apa!"

Lantai pecah. Itu lebih cepat dari yang dibayangkan, dan prajurit yang mencoba menghindarinya menggunakan Fres (Terbang) tidak berhasil tepat waktu, dan beberapa dari mereka dihempaskan bersama dengan orang yang dilenpar ke arah mereka.

“Bocah sialan!”

Prajurit yang tersisa membentuk lingkaran sihir di depan mereka. Itu berubah menjadi seperti meriam, dan matahari hitam legam muncul dari sana. Itu adalah Jio Graze (Meriam Penghancur Api Neraka). Sepertinya mereka mulai mengakui kemampuanku.

"Pergi dari sana. Aku tidak bermaksud membunuhmu, tapi jika garis keturunan Jerga dibiarkan hidup, itu sama dengan tidak menghormati para iblis yang sudah mati." kata Devidra.

Mengambil tatapan penuh kebencian itu secara langsung, aku membuka mulutku.

"Pasti sangat disesalkan bagi mereka yang tesebar di negeri ini. Tidak sedikit dari mereka yang tewas dengan dendam dan kebencian terhadap manusia. Tapi kebencianmu itu,  jangan sangkut pautkan dengan mereka yang sudah mati."

"Bocah berisik! Memangnya kau ini tahu apa!"

Para prajurit menembakkan Jio Graze dalam upaya untuk membakar Igareth. Matahari hitam legam, yang ditembakkan dengan suara keras, mendarat di tubuhku satu demi satu, menghanguskan kulit dan membakar dagingku.

Namun, api hitam itu tidak mencapai Igareth yang ada di belakang.

"......Apa......?"

"...Tidak mungkin... Aku tidak percaya ini... Kau masih bisa berdiri setelah menerima lebih dari selusin Jio Graze......”

Suara heran keluar dari para prajurit.

Mereka mencoba melihat kekuatanku dengan mata iblis mereka, tapi semakin mereka melihat ke dalam jurang, semakin wajah mereka menjadi tidak percaya.

"...Kenapa kau tidak menggunakan anti-sihir...?" tanya Devidra dengan tajam.

"...Meskipun dia anak kecil, kekuatan sihirnya tidak biasa. Jika dia menggunakan anti-sihir, seharusnya dia bisa menghindari cedera fatal..."

"Aku mengerti kebencian kalian. Api kebencian yang membakar diri kalian jauh lebih besar daripada api kecil yang membakarku."

Aku dengan longgar membawa tanganku ke depan dan mengepalkannya dengan erat.

"Jika ingin membenci, bencilah. Namun bencilah pada orang yang tepat. Meski begitu, itu tidak akan berakhir. Jika kalian membenci dan membunuh, keturunan kalian akan dibunuh lagi. Kebencian itu akan diteruskan kepada keturunan kalian untuk selamanya, dan itu akan terus menghitamkan Dilhade ini."

Devidra menggigit gigi belakangnya dan melotot keluar dari sudut matanya. Hal yang sama berlaku untuk orang lain. Kebencian, kemarahan dan kesedihan ada di hati mereka.

"...Kami tidak bisa seperti Raja Iblis. Aku tahu apa yang kulakan tidak pantas. Dan aku tidak keberatan untuk jatuh ke tanah. Tetap saja... aku..."

Dia mengatakannya seoalah memuntahkan darah. Seolah-olah api kebencian membakar tubuhnya.

“Aku benci manusia!”

Devidra membentuk lingkaran sihir dan mengirimkan kekuatan sihir kedalamnya. Matahari hitam legam, yang beberapa kali lebih besar dari sebelumnya, muncul.

Prajurit lain juga mengaktifkan Jio Graze sebagai tanggapan.

Itu mungkin benar.

Kebencian itu tidak bisa dihentikan dengan kata-kata.

Jika bisa dihentikan oleh hal seperti itu, maka aku tidak akan membuat tembok.

Seseorang harus menghentikannya, meskipun itu harus menggunakan kekuatan.

"Minggirlah dari sana, bocah! Aku tidak akan menahan diri lagi. Kalau tidak minggir dari sana, kau akan terbakar bersama dengan manusia itu!"

Matahari hitam legam dilepaskan sekaligus, dan seperti meteor, semuanya menghujani Igareth yang ada di belakang.

Dengan lingkaran sihir di mataku, aku melirik semuanya.

"Hancurlah."

Mata Iblis Penghancur memadamkan Jio Graze. Anti-sihir terkuat, itu menenggelamkan matahari hitam legam yang berkobar-kobar dengan sangat mudah.

"...A-apa...yang dia.........!?"

"...Tunggu...itu.........apa yang ada di bocah itu, bukanah itu...!?"

Prajurit iblis itu menunjukkan kegelisahannya. Itu bukan tentang fakta bahwa Jio Graze dipadamkan.

Mereka sekarang menyaksikan sesuatu yang seharusnya tidak pernah ada di sana.

"Mata iblis itu...."

Devidra mundur tercengang. Semua iblis itu menatapku dengan heran.

"...Apa anda...masih hidup..."

"Apa yang kalian bicarakan? Aku adalah Anosh Porticolo. Seorang penghibur keliling yang hanya lewat."

Davidra berlutut, Dia menempelkan dahinya ke tanah dan mengeluarkan jeritan keras, seolah dirinya memohon padaku. Semua orang berlutut di tempat seolah-olah telah kehilangan semangat juang mereka, dengan air mata membasahi pipi mereka.

"...Raja Iblis menyukai penghibur keliling... Sekarang, Tuanku mungkin juga ada di sini..."

Mereka bersujud dan memuntahkan rasa sakit di dada mereka, seolah-olah mereka menyatakan semua yang mereka rasakan kepada Raja Iblis.

"...Tidak bisa... Aku tidak bisa hidup di masa damai ini..."

"Di balik tembok itu... manusia sedang tertawa, hidup dan bahagia..."

"Manusia yang membunuh saudara-saudari kita hidup dengan damai... Bagaimana kita bisa mengabaikannya... Mengapa...mereka menjalani kehidupan yang tak tahu malu seperti itu..."

"Aku tidak bisa melupakannya, melupakan kebencian ini, dan hidup seperti ini. Kami sudah mati. Kami telah hancur bersama dengan berakhirnya perang itu..."

"Raja Iblisku... Tuanku yang maha agung... Aku...dengan segala cara...dengan segala cara...ingin mematuhi perintahmu...tapi...aku tidak bisa melakukan itu... "

Mereka memiliki tangisan yang kuat dan memukul dada mereka.

Mereka semua adalah bawahanku yang setia.

Ketika aku mengatakan diriku adalah penghibur keliling, maka aku adalah penghibur keliling, Ketika aku mengatakan diriku mati, maka Raja Iblis sudah mati. Bahkan fakta dapat dengan mudah dibalik dengan satu perintah dari Raja Iblis Tirani.

Tapi tetap saja, setelah aku mati, mereka tidak bisa mematuhi perintah itu.

Mereka telah mencoba mematuhinya. Mereka berusaha keras melakukan itu.

Tapi yang satu ini. Melupakan balas dendam dan membangun perdamaian adalah satu-satunya hal yang tidak mungkin.

Tidak peduli berapa banyak tembok yang ada, kebencian mereka tidak begitu ringan sehingga mereka dapat terus bergantung pada kata-kata itu di negara tanpa Raja Iblis.

Ini adalah apa yang tidak bisa kulindungi dua ribu tahu yang lalu.

Aku meninggalkan begitu banyak dari mereka yang seperti ini.

Dan juga--

Saat itu, aku melihat sesuatu di atasku.

Itu adalah partikel cahaya hitam. Dan itu tidak asing bagiku.

Satu partikel terbang ke bawah.

Kemudian jatuh ke tanganku dan menghilang dalam sekejap.

Seolah ingin memberitahuku sesuatu.

Sekarang, ini hanyalah mimpi berbusa sementara efek Rivalo berlanjut. Saat sihir itu selesai, masa lalu ini akan dipulihkan dan mereka akan membunuh Igareth.

Tapi mungkin—

Mungkin itu bisa diubah.

"Angkat wajah kalian."

Devidra dan yang lainnya mengangkat wajah mereka. Tetap saja, mereka tidak melihat langsung kearahku.

"Ini adalah pesan dari Raja Iblis Tirani."

Aku berkata dengan tegas kepada mereka.

"Sampai jumpa dalam dua ribu tahun."

Itu harusnya menjadi kata-kata yang tidak penting.

Ini hanya menjadi kontradiksi kecil yang tumpah dari urutan waktu.

Perilaku mereka tidak perlu diubah, ubah saja pikiran mereka—

Ini cukup untuk mengubah mimpi berbusa ini menjadi kenyataan.

“Dunia yang indah menunggu kalian.”

Aku membuat harapan untuk peristiwa masa lalu menyedihkan yang telah berlalu sejak lama.



3 Comments

Previous Post Next Post