Maou Gakuin no Futekigousha Volume 4 - Bab 64

Bab 64
Kebencian Adalah Masa Lalu


“Fufufu,”

Avos Dilhevia tertawa.

“Fufufu, ahaha, ahahahaha. Ya, kau benar, Anos Voldigoad. Semuanya masih seperti yang diharapkan, dan aku masih mengontrol semuanya.”

Dia mengulurkan ujung jari putihnya dan mengepalkan tangannya seolah dia dengan lembut menggenggam langit.

“Dengan kata lain, takdir kalian berdua juga ada di tanganku.”

“Hou, untuk seseorang yang lahir dari rumor dan legendaku, kau tidak terlihat terlalu rendah hati.”

“Oh? Tidak juga. Setidaknya aku jauh lebih rendah hati daripada dirimu.” sambil tersenyum, dia melanjutkan. “Bagaimana kalau kita bicara sebentar.”

“Fumu, aku tidak begitu berpikiran sempit seperti untuk memulai pertarungan dengan atau tanpa izinmu. Tapi jika kau berbicara tentang ingin menyerah, maka setidaknya aku akan mendengarkanmu.”

Dia mengangkat tangannya dan menggunakan sihir Limnet (Perspektif Jarak Jauh). Sebuah kristal muncul di udara, dan pemandangan di arena terlihat di dalamnya.

“Sebaiknya kau melihat ini sebelum berbicara dengan angkuh seperti itu.”

Dari Limnet, gambar besar dari meja eksekusi diperlihatkan. Seorang siswa berseregam putih ditempatkan di atasnya dan diikat dengan sihir Gijel (Rantai Pengekang Iblis).  Itu adalah Igareth yang bereinkarnasi menjadi iblis.

“Siswa kelas 3, Aramis Eltimo. Dua ribu tahun yang lalu dirinya adalah Igareth Ijaysika. Kau mengenalnya, kan?”

“Dia adalah anak manusia yang pernah kuselamatkan.”

“Oke, mulai sekarang dia akan di eksekusi.”

Saat Melheys membentuk lingkaran sihir, kekuatan sihir dikirimkan ke Gijel, dan Igareth diangkat ke meja eksekusi.

“Eksekusilah, itupun jika bisa.”

“Fufu, kau tampaknya memiliki kepercayaan diri, apa itu karena bawahanmu berbaur dengan orang-orang di sana?”

Tatapan melekat membelit tubuhku.

“Entahlah.”

“Oh, jika kau tidak menyadarinya, maka itu akan sangat menggemaskan.”

Avos Dilhevia dengan kejam mengubah sudut bibirnya.

“Untuk menyelamatkannya dari pengeksekusian, bawahanmu harus menunjukkan diri. Dan jika mereka melakukan itu, mereka akan mati dengan brutal.”

Menggunakan ujung jarinya, dia mengirimkan kekuatan sihir ke kristal itu.

[Guaaa... aghhh...]

[...Tolong...]

[Ti...Tidaaaaak.]

Murid-murid berseragam putih mulai menggeliat kesakitan. Dari tubuh mereka, dari muasal mereka, kekuatan sihir mereka terkuras dalam sekejap mata.

Pada saat yang sama, lumpur gelap menempel pada Tujuh Tetua Iblis yang ada di arena. Lumpur itu memancarkan kekuatan sihir besar yang jauh lebih mengerikan daripada Melheys dan Ivis.

“Apa kau sudah mengerti, kekuatan dari Demera Gyze (Area Gelap Pasukan Raja Iblis).”

“Fumu, jadi kau menambahkan kekuatan sihir yang kau serap dari Demera (Area Gelap) ke kekuatan sihirmu, dan meningkatkan efek sihir Gyze (Pasukan Raja Iblis).”

Raja Iblis Palsu itu tersenyum.

“Anos Voldigoad, apa kau mahir bermain catur?”

“Yah, aku tidak tahu aturan bermainnya di papan. Tetap saja, apa menurutmu kau tidak akan kalah?”

“Kalau begitu, ayo kita bertanding. Kita akan menggunakan arena sebagai papan catur, dan bawahan kita sebagai bidak dalam adu kecerdasan. Atau apa kau kau ingin menyerah karena tidak memiliki cukup bidak? Kalau begitu, kau tahu kan kalau Igareth tidak akan bisa diselamatkan.”

Untuk memprovokasi, dia berkata dengan nada tidak menyenangkan.

“Apa kau sebegitu takutnya untuk berhadapan langsung denganku, Avos Dilhevia.”

Aku mengulurkan tanganku ke depan dan membentuk lingkaran sihir.

Ketika aku menekan anti-sihir pada Rainel (Ilusi), huruf-huruf sihir yang digambar di ruang harta bermunculan.

Ini adalah teknik yang menggunakan Kastil Raja Iblis Delzogade sebagai lingkaran sihir tiga dimensi. Tentu saja, di sana ada banyak lapisan anti-sihir yang akan membatalkan kendali siapapun, tapi itu tidak bagiku.

Satu demi satu, anti-sihir memecahkan teknik itu, dan huruf-huruf sihir mulai ditulis ulang. Jika dilihat dengan mata iblis, mudah untuk melihat bahwa Avos Dilhevia lah yang melakukan ini.

Sepertinya masih perlu waktu untuk menyelesaikannya.

“Jika kau ingin mengulur lebih banyak waktu sampai kau mendapatkan Pedang Penghancur Alasan, kau bisa langsung mengatakannya saja, tidak perlu berpura-pura mengadakan sesuatu seperti adu kecerdasan.”

“Kau cukup pandai memprovokasi. Kalau begitu, apa kau akan menyerah? Aku sih tidak masalah dengan itu. Lagian aku sangat ingin melihat sosok dari orang yang tidak layak sepertimu menderita” setelah sedikit tersenyum, Avos Dilhevia berkata. “Lakukan eksekusi.”

Dengan begitu, perintah diberikan.

Melihat melalui bidang penglihatan Misha, terlihat murid-murid berseragam hitam dibariskan pada jarak yang sama, dengan tubuh mereka menghadap ke meja eksekusi di tengah.

Seperti yang bisa dibayangkan, akan sulit untuk menyelamatkan Igareth saat dia dikelilingi oleh mereka.

Jika Sasha dan Misha menggunakan Mata Iblis Penghancur atau Mata Iblis Pencipta, secara alami itu akan mengungkapkan identitas mereka.

Tujuh Tetua Iblis, yang dibaluti oleh lumpur gelap dari Demera Gyze, waspada terhadap kemunculan bawahanku dan terus mengawasi dengan mata iblis mereka.

Nihid, guru berseragam hitam, melangkah maju. Dia mulai membentuk lingkaran sihir untuk mengeksekusi Igareth.

“Guru! Hentikan! Kenapa kau melakukan ini? Aramis-kun tidak melakukan kesalahan apa pun. Kumohon, guru, kembalilah ke dirimu sendiri. Sadarlah dan jadilah guru yang baik seperti yang biasanya.”

Seorang siswi berseragam putih berteriak putus asa sambil menahan rasa sakit karena kekuatan sihirnya diserap. Namun, Nihid sama sekali tidak mempedulikannya.

“Kau menyebut dirimu Igareth, kan? Kerabat dari Pahlawan Jerga. Setidaknya sebagai belas kasih, apa kau memiliki kata-kata terakhir untuk diucapkan?”

Menatap Nihid, Igareth berbicara dengan tegas.

“Avos Dilhevia adalah orang yang palsu. Aku tahu Raja Iblis yang asli. Dia baik, kuat, dan sama sekali tidak diskriminatif. Beberapa di antara kalian yang ada di sini mengenal beliau dua ribu tahun yang lalu, jadi bagaimana bisa kalian melupakannya?”

Igareth mengeluh, tapi tidak ada seorang pun yang mempedulikannya.

“Apa itu ucapan terakhirmu?”

Saat Nihid bertanya, Igareth menahan napasnya.

“...Aku telah memenuhi tugasku. Aku tidak akan menyesal.”

Igareth mengatakan itu seolah-olah dirinya sedang memberitahuku.

“Aku percaya bahwa Raja Iblis yang asli akan mengalahkan Avos Dilhevia... dan aku yakin bahwa dia akan menciptakan kedamaian sejati dimana iblis dan manusia dapat bergandengan tangan...”

“Begitu ya, kalau begitu—” 

Matahari hitam legam muncul dari lingkaran sihir. Layaknya komet, itu mendekati Igareth. Dia hanya menatapi matahari hitam itu tanpa mengalihkan pandangannya.

Namun Jio Graze (Meriam Pemusnah Api Neraka) yang ditembakkan meleset dari sasaran  dan membakar Gijel  yang mengekangnya, dan melesat ke arah Melheys yang berada di sisi lain meja eksekusi.

“Apa! Guuu...”

Tubuh Melheys pun dilahap oleh api hitam yang berkobar-kobar.

“Aku setuju denganmu Igareth. Aku akan mengeluarkan dirimu dari sini.” seru Nihid.

“....Wah, wah, wah. Ini benar-benar merepotkan...”

Melheys menggunakan kekuatan sihirnya, dan mengeluarkan lumpur hitam dari lumpur gelap itu. Itu menelan Jio Graze yang melahapnya dan memadamkannya dalam sekejap.

“Seorang keluarga kerajaan sepertimu berkhianat ya, Nihid. Kau tidak lupa bahwa pemberontakan terhadap Avos Dilhevia-sama berarti kematian, kan?”

“Berkhianat? Nihid? Apa yang kau bicarakan?”

Mengambil langkah, dia berteriak dengan keras.

“Namaku adalah Devidra! Satu-satunya Tuanku, entah di zaman apa itu, hanyalah Anos Voldigoad-sama semata. Kaulah yang lupa bahwa Anos-sama memberimu kehidupan, Melheys!”

Devidra menendang tanah dan mencabut pedang iblis di pinggangnya. Serangan pedang yang diayunkan ke Melheys segara diblok oleh lumpur gelap.

“...Semua iblis dari dua ribu tahun yang lalu telah bersumpah setia kepada Avos Dilhevia-sama... Bagaimana bisa orang sepertimu sampai memiliki keingingan untuk mengkhianatinya...”

“Sadarlah, Melheys. Berkat pencucian otak yang sembrono dari Avos Dilhevia, terdapat ketidakkonsistenan di sana-sini.”

Devidra adalah ras iblis dari dua ribu tahun yang lalu, tapi mereka yang bereinkarnasi meninggalkan muasal mereka dan menjadi orang yang sama sekali berbeda. Karena mereka tidak bisa disebut sebagai bawahan dari dua ribu tahun yang lalu, pencucian otak Avos Dilhevia sepertinya melemah,

“...Tetap saja, tidak ada gunanya jika sekutu kalian hanya meningkat satu orang. Gaios, atau siapa pun itu. Eksekusi murid-murid berseragam putih...!”

Gaios, dengan tubuh besarnya, memegang Pedang Iblis Ultimate Grajesion di tangannya.

“Fumu, kalau begitu ayo tunjukkan pada pemberontak itu kematian muridnya sebagai hukuman karena tidak mematuhi Avos Dilhevia-sama.”

“...T-Tidak...”

Seorang siswi berseragam putih menunjukkan ekspresi ketakutan.

“Mati.”

Tanpa memberikan pertanyaan, Grajesion yang mampu membelah gunung, diayunkan ke tanah arena. Itu membuat suara keras, dan sebuah lubang yang seperti kawah terbentuk di sana.

“Bahkan sampai tidak meninggalkan jejak ya.”

Terhadap Gaios yang berguman, terdengar sebuah suara dari belakangnya.

“Tidak. Aku hanya bergerak sedikit lebih cepat, tapi kau sudah kehilangan pandangan dariku ya?”

“A-Apa...!?”

Gaios berbalik.

Di belakangnya, berdiri siswi berseragam putih yang telah dia buat takut sebelumnya.

Jio Graze.”

Sebuah lingkaran sihir dibentuk di depannya, dan tiga matahari hitam legam muncul dari sana. Itu menelan Gaios dalam sekejap dan membakarnya dengan hebat.

“...Uaagggh...!? Hal... Seperti ini...!!”

Mengayunkan Pedang Iblis Ultimate yang dibaluti lumpur gelap, Gaios memadamkan matahari hitam legam dengan anti-sihir.

“...Seorang berseragam putih sepertimu dapat menembakkan tiga Jio Graze pada saat bersamaan...!?”

“Senang bertemu denganmu, Gaios-san. Dua ribu tahu yang lalu aku tidak sempat menyapamu, jadi aku akan memperkenalakan diriku. Aku adalah Nate Armelka, bawahan setia Anos-sama. Dan—”

Ketika dia mengangkat tangannya, dua murid berseragam putih dan tiga murid berseragam hitam masing-masing menembakkan Jio Graze ke lima Tujuh Tetua Iblis yang tersisa...

“Guaagh...!!”

“Tidak mungkin...”

Masing-masing bawahanku, yang telah bereinkarnasi dari dua ribu tahun yang lalu, menghadapi Tujuh Tetua Iblis.

“Itu usaha yang sia-sia, Devidra-dono. Tidak peduli seberapa kuat iblis dari dua ribu tahun yang lalu, kalian bukanlah tandinganku yang berada di bawah pengaruh Demera Gyze.”

Jio Graze yang dilepaskan oleh Devidra ditolak oleh anti-sihir, dan Melheys melepaskan sihir origin Girasd (Kaisar Petir Hitam).

Petir hitam legam menyambar-nyambar dan menghantam Devidra dengan kekuatan yang seolah-olah dapat meledakkan segala sesuatu di arena.

“Guu...ooohhh...!!”

Tepat sebelum Girasd menerobos anti-sihir Devidra—

“Haaaah!!”

Dari titik buta Melheys, Igareth memukulnya dengan sekuat tenaga dan melepaskan sihir Cyphio (Api Suci Kemenangan Mutlak) dari jarak dekat.

Tidak dapat mencehanya, Melheys meringis. Girasd menjadi terbang ke arah lain dan menghancurkan sebagian kursi penonton.

“...Nghhh...!!”

Tidak bisa bertahan, Melheys melompat mundur untuk lepas dari Igareth dan menciptakan jarak di antara mereka.

“Apa kau memiliki pedang iblis?”

Saat Igareth bertanya, Devidra mencabut pedang iblis dari lingkaran sihir dan memberikan pedang itu kepadanya. Igareth memegang pedang itu dan berdiri bahu membahu dengan Devidra.

Sambil menatap Melheys, Devidra berkata,

“...Mengapa kau menolongku? Aku yakin kau belum melupakan apa yang kulakukan padamu dua ribu tahun yang lalu.”

Mendegar itu, Igareth tertawa.

“Kau sendiri belum melupakan apa yang manusia lakukan padamu dua ribu tahun yang lalu, kan?”

Devidra terdiam sesaat, dan kemudian membentuk lingkaran sihir.

“...Kebencianku telah kutinggalkan di dua ribu tahun yang lalu...!”

Menembakkan Jio Graze, bersama dengan Igareth, Devidra menyerang Melheys.

Igareth, yang dulu hendak di eksekusi oleh Devidra, kini menolongnya. Dan sekarang mereka berdua bertarung bersama untuk perdamaian.

Memang benar, masa lalu telah berubah. Namun lebih tepatnya itu dirubah.

“Itu percuma.”

Melheys juga menembakkan Jio Graze untuk memblokirnya. Dan kemudian menembak Igareth dan Devidra dengan sihir origin Girasd.

Tapi—

Petir hitam yang seharusnya menyambar mereka tiba-tiba menghilang.

“Ini...!?”

Segera, Melheys melihat ke atas.

Di sana ada Sasha yang terbang. Dia menerobos penghalang sihir dan mengaktifkan Mata Iblis Penghancur dari ketinggian yang memungkinkannya melihat seluruh arena.

“...Bawahan Pemberontak... akhirnya kau muncul juga...!!”

Melheys menendang tanah dan menuju ke arah Sasha.

“Kucing es.”

Suara acuh tak acuh bergema.

Saat Melheys mengarahkan mata iblisnya jauh ke atas langit.

Di sana, terdapat sebuah kastil.

Di langit Kastil Raja Iblis Delzogade, terdapat Kastil Raja Iblis lain yang melayang.

Delzogade, dengan kekuatan dewa semu, diciptakan menggunakan Ibis (Arsitektur Kreasi).

“Sihir kreas—”

Pada saat Melheis menyadarinya, semuanya sudah terlambat.

Tujuh Tetua Iblis, yang melawan iblis dari dua ribu tahun yang lalu, dan mereka yang dicuci otak oleh Avos Dilhevia, tak berdaya diubah menjadi kucing es oleh Mata Iblis Pencipta.

Murid-murid berseragam putih putih yang rencananya akan dieksekusi segera dibebaskan oleh Misha dan yang lainnya.

Mengalihkan pandanganku dari bidang penglihatan Misha, aku kembali melihat ke ruang tahta.

Dengan mata dingin, Avos Dilhevia menatap arena melalui kristal.

Sasha pun menggunakan Mata Iblis Penghancur untuk menghancurkan pengaruh Demera dari mereka.

Kalau sudah begini, bisa dibilang masalah di arena sudah dibereskan.

“Dasar dari seni militer adalah menaklukkan minoritas dengan mayoritas. Itu benar-benar cara berperang yang sesuai dengan buku teks.”

Terhadap Avos Dilhevia yang mengalihkan pandangannya ke arahku, aku berkata,

“Tapi kau berpikir kalau kita sedang bermain catur dengan asumsi tidak ada bidak yang bisa kuambil, namun sayangnya aku tidak tahu aturannya. Itu sebabnya, sekalipun itu adalah catur, aku akan mengambil kembali bidak itu dengan sekuat tenaga.”



2 Comments

Previous Post Next Post